Sunteți pe pagina 1din 4

1.

Ambang Batas Antropometri


Parameter antropometri merupakan dasar penilaian status gizi, kombinasi
dari beberapa parameter antropometri disebut indeks antropometri. Indeks
antropometri yang umum digunakan dalam penilaian status gizi adalah berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk mengintepretasikan berbagai
jenis indeks tersebut maka dibutuhkan nilai ambang batas. Ambang batas
dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu, persen terhadap median, persentil,
dan standar deviasi unit.
1.1 Persen terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri
gizi median sama dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan sama
dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung presentase terhadap
nilai median untuk mendapatkan ambang batas. Yayah K Husaini (1979)
memberikan contoh, andai kata nilai median berat badan anak umur 2
tahun adalah sebesar 12 kg, maka 80% median sama dengan 9,6kg, dan
60% median sama dengan 7,2 kg. kalau 80% dan 60% dianggap ambang
batas maka anak yang berumur 2 tahun dan mempunyai berat badan antara
7,2 kg sampai 9,6 kg (antara 60% dan 80% median) dinyatakan status gizi
kurang dan di bawah 7,2 kg (dibawah 60% median) dinyatakan berstatus
gizi buruk.
Tabel 1 Status Gizi berdasarkan Indeks Antropometri

Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80% >90% >90%
Gizi Sedang 71%-80% 81%-90% 81%-90%
Gizi Kurang 61%-70% 71%-80% 71%-80%
Gizi Buruk ≤60% ≤70% ≤70%

Catatan : Persen dinyatakan terhadap median baku NCHS


(Sumber : Yayah K. Husaini (1997) dalam I Dewa Nyomn Supriasa, Penilaian
Status Gizi (2017) hal. 83)

Indeks antropometri lainnya seperti TB/U dan BB/TB dapat pula dihitung
berdasarkan persen terhadap median. Batasan-batasan status gizi dan indeks
antropometri dapat dilihat pada tabel 1
1.2 Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap
median adalah persentil. Para pakar merasa kurang puas dengan
menggunakan persen terdapat median untuk menentukan ambang batas.
Akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median
nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada
dibawahnya. Sebagai contoh, ada 100 anak yang diukur tingginya,
kemudian diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Seorang anak
yang bernama Ali, berada pada urutan yang ke 15 berarti persentil 15 hal
ini berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85 anak berada diatasnya.
National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil
ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas
gizi lebih dan gizi baik.
1.3 Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
a. 1 SD unit (1 Z Skor) kurang lebih sama dengan 11 % dari median
BB/U
b. 1 SD unit (1 Z- Skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
c. 1 SD unit (1 Z- Skor) kira-kira 5% dari median TB/U
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan
hasil pengukuran pertumbuhan atau Growth Monitoring. WHO
memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS.
Contoh :

a. 1 SD unit = 11-12 % unit dari median BB/U, misalnya seorang anak


berada pada 75% median BB/U, berarti 25% unit dibawah median atau
-2.
b. 1 SD unit = 4-5 % dari median TB/U. Jika seseorang anak 85% dari
median BB/TB, maka 15% unit di bawah median atau 1,5% SD unit.
c. 1 SD unit 4-5 % unit dari median TB/U. Jika seorang anak 105% dari
median TB/U, maka ia 5% unit di atas median atau +1 SD unit.
Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif
dan negative 2 SD unit (Z-Skor) dari median, yang termasuk hampir
98% dari orang-orang yang diukur yang berasal dari referens
populasi. Dibawah median – 2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi
yang equivalen dengan :

a. 78 % dari median untuk BB/U (± 3 persentil)


b. 80 % median untuk BB/TB
c. 90 % median untuk TB/U
Rumus perhitungan Z-Skor :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
ZSkor =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

Gizi Indonesia, Vol. XV No.2 tahun 1990, member contoh perhitungan Z-


Skor sebagai berikut :
Seorang anak laki-laki umur 36 bulan dengan tinggi badan 96 cm dan berat
badan 15,2 kg dan seorang anak laki-laki umur 10 bulan dengan panjang 75
cm dan berat badan 5,8 kg. Distribusi simpang baku ketiga indeks untuk
kedua anak tersebut masing-masing sebagai berikut :
1. Berat menurut Umur (BB/U)
Umur Simpang Baku
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
Anak Pertama 9,8 14,4 13,0 14,6 16,4 18,3 20,1
(36 bulan)
Anak Kedua 6,6 7,6 8,6 9,5 10,6 11,7 12,7
(10 bulan)

2. Tinggi/ Panjang Badan Menurut Umur (TB/U)


Umur Simpang Baku
-3 SD -2 SD -1 Median +1 +2 SD +3 SD
SD SD
Anak Pertama 82,8 86,5 90,2 96,5 97,6 101,4 105,1
Anak Kedua 63,5 66,2 69,0 73,6 74,5 77,3 80,1

3. Berat Badan Menurut Tinggi/Panjang Badan (BB/TB, PB)


Umur Simpang Baku
-3 -2 -1 Median +1 SD +2 SD +3 SD
SD SD SD
Anak Pertama (96 11,3 12,3 13,3 14,4 15,5 16,6 17,7
cm)
Anak Kedua (75 7,4 8,2 9,0 9,8 10,7 11,2 12,5
cm)

Nilai Z-Skor adalah :


1) Untuk BB/U = 15,2 – 14,6/ 16,4 – 14,6 = 0,6/1,8 = 0,3 untuk BB/U = 5,8- 9,5/
9,5- 8,6 = -4,1
2) Untuk PB/U = 96,0- 96,5/ 96,5- 93,0 = -0,5/ 3,5 = -0,1 untuk PB/U = 75,0-
73,6/ 76,3- 73,6 = 1,4/2,7= 0,5
3) Untuk BB/TB = 15,2 – 14,4/ 15,5 – 14,4 = 0,8/ 1,1 = 0,7 untuk BB/PB = 5,8-
9,8/ 9,8- 9,0= 0,4/0,8 = - 5,0

Jika ambang batas (Cut off Ponit) gizi kurang diterapkan anjuran WHO yaitu -2
SD untuk masing-masing indeks, maka anak pertama termasuk gizi normal, baik
dilihat dari BB/U, TB/U maupun BB/TB. Anak kedua, karena menurut BB/U
tergoong berat badan di bawah normal (underweight = < -2 SD), menurut TB/U
tergolong normal (> -2 SD) dan menurut BB/PB tergolong kurus (wasting = < -2 SD),
maka status gizi anak ini termasuk “gizi kurang masa kini” (currently underfeed).
Pemilihan sistem klasifikasi sangat tergantung pada tujuan program, dan tenaga
yang tersedia dan kebutuhan cut off points yang dapat dijangkau. Setelah semiloka
antropometri tahun 1991, dewasa ini di Indonesia banyak menggunakan cara persen
terhadap median seperti yang dilaksanakan pada pemantauan status gizi (PSG) tahun
1999

Supariasa, I. D. (2017). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

S-ar putea să vă placă și