Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80% >90% >90%
Gizi Sedang 71%-80% 81%-90% 81%-90%
Gizi Kurang 61%-70% 71%-80% 71%-80%
Gizi Buruk ≤60% ≤70% ≤70%
Indeks antropometri lainnya seperti TB/U dan BB/TB dapat pula dihitung
berdasarkan persen terhadap median. Batasan-batasan status gizi dan indeks
antropometri dapat dilihat pada tabel 1
1.2 Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap
median adalah persentil. Para pakar merasa kurang puas dengan
menggunakan persen terdapat median untuk menentukan ambang batas.
Akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median
nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada
dibawahnya. Sebagai contoh, ada 100 anak yang diukur tingginya,
kemudian diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Seorang anak
yang bernama Ali, berada pada urutan yang ke 15 berarti persentil 15 hal
ini berarti 14 anak berada dibawahnya dan 85 anak berada diatasnya.
National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil
ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas
gizi lebih dan gizi baik.
1.3 Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
a. 1 SD unit (1 Z Skor) kurang lebih sama dengan 11 % dari median
BB/U
b. 1 SD unit (1 Z- Skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
c. 1 SD unit (1 Z- Skor) kira-kira 5% dari median TB/U
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan
hasil pengukuran pertumbuhan atau Growth Monitoring. WHO
memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS.
Contoh :
Jika ambang batas (Cut off Ponit) gizi kurang diterapkan anjuran WHO yaitu -2
SD untuk masing-masing indeks, maka anak pertama termasuk gizi normal, baik
dilihat dari BB/U, TB/U maupun BB/TB. Anak kedua, karena menurut BB/U
tergoong berat badan di bawah normal (underweight = < -2 SD), menurut TB/U
tergolong normal (> -2 SD) dan menurut BB/PB tergolong kurus (wasting = < -2 SD),
maka status gizi anak ini termasuk “gizi kurang masa kini” (currently underfeed).
Pemilihan sistem klasifikasi sangat tergantung pada tujuan program, dan tenaga
yang tersedia dan kebutuhan cut off points yang dapat dijangkau. Setelah semiloka
antropometri tahun 1991, dewasa ini di Indonesia banyak menggunakan cara persen
terhadap median seperti yang dilaksanakan pada pemantauan status gizi (PSG) tahun
1999