Sunteți pe pagina 1din 11

Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja

1. Pengertian

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai.
Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19
atau 20 tahun ( Friedman, 1998, hal. 124).

Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun. Keluarga
dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya
terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan
perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan
berdampak pada hubungan selanjutnya. ( diadaptasi dari Duval, dalam Setiawati & Dermawan, 2008, hal.
20).

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19
sampai 20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa ( Mubarak, 2009, hal. 89 ).

Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis: pergeseran yang luar biasa pada
pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran dimulai dengan kematangan fisik remaja, sejalan dengan
peran orangtua memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988, dalam perawatindonesia.org, 2010).

2. Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua

Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit saat ini. Namun
demikian, orang tua perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk akal tersebut,
yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses ”melepaskan”. Duvall (1977) juga
mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting karena masa ini yang menyelaraskan
kebebasan dengan bertanggung jawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri.
Friedman (1957) juga mendefinisikan bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah belajar menerima
penolakan tanpa meninggalkan anak ( Friedman, 1988, hal. 125 )

Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan mereka, dan
ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau
sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam menerima diri yang sama.
Hubungan antara orang tua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa produktif, puas,
dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al, 1983) dan orang tua/keluarga
berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman, 1988, hal. 125 ).

Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas kehidupan
mereka yang meningkat telah membuat peran orang tua tidak jelas. Orang tua merasa berkompetensi
dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga
berencana dan seks pra nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain menambah pengaruh mereka
yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan profesi, orang tua tidak lagi bisa
membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan
kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orang tua, selain ketidakmampuan
banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-maslah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang
berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka
memberikan kontribusi pada masalah-masalah orang tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).

3. Tugas Perkembangan Keluarga

Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan
remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah
suatu hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua ini
salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan ( Friedman, 1998, hal. 126).

Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya
orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma
baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan
ini “secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem yang akan
bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya” ( Friedman,
1998, hal. 126).

Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak membiarkan anak-
anaknya, seringkali menemukan “revolusi”. Oleh remaja bila perpisahan berlangsung kemudian. Orang
tua dapat juga mempercayai anak agar mandiri secara prematur, dengan menyampaikan kebutuhan-
kebutuhan ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal mencapai kemandirian (Wright an
Leahey, 1984, dalam Friedman, 1998, hal. 126).

Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat perhatian. Tugas
perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah memfokuskan kembali hubungan
perkawinan (Willson, 1988). Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai
tanggung jawab sebagai orang tua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam
kehidupan mereka. suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah, karena bekerja dan
melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-
pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orang tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa
sedikit waktu dan energy untuk hubungan perkawinan ( Friedman, 1998, hal. 126).

Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab terhadap mereka sendiri, pasangan
suami istri meninggalkan rumah untuk meniti karir mereka atau dapat menciptakan kesenangan-
kesenangan perkawinan setelah anaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai
membangun pondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya ( Friedman, 1998, hal. 126).

Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para anggota keluarga,
khususnya orang tua dan remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka. Karena adanya kesenjangan
antara generasi, komunikasi terbuka seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita.
Orang tua yang berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti seringkali menolak dan
memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka
yang mungkin telah ada sebelumnya ( Friedman, 1998, hal. 126).

Mempertahankan etika dan standar keluarga merupakan tugas-tugas perkembangan keluarga lainnya
(Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan dalam keluarga belum diubah, etika dan standar moral
keluarga belum tetap dipertahankan oleh orang tua. Remaja sangat sensitive terhadap ketidakcocokan
antara apa dikatakan dengan apa yang dipraktekkan. Namun demikian, orang tua dan anak-anak dapat
belajar dari satu sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat saat ini.
Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya hidup yang lebih
bebas dan sederhana melambangkan transformasi nilai yang mempengaruhi setiap tahap kehidupan
keluarga (Yankelowich, 1975, dalam Friedman, 1998, hal. 126).

4. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja

Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan
anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan
tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa
remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.

Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa
remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan
bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-
hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama,
dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih
matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang
buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau
dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam
bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika, padahal sebenarnya
masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga
dan lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam
kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan
baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda
dengan orang tuanya.

Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya mereka juga belum
memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya.
Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki
kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir
seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka
akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah
masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain
kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk
menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan
hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini
sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari
kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini
sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-
sembunyi.

Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi, cara yang tepat
dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat
tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa.

Masalah-masalah kesehatan

Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal
yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti
pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan
terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini
lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan
mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik juga umum
terjadi (Friedman, 1998, hal. 127).
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan
pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini
dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum
muda, remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-
obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya
telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua.
Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan
(Friedman, 1998, hal. 127).

Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan untuk memperkokoh
hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat
menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga
pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi
kesehatan umum juga diindikasikan (Friedman, 1998, hal. 127).

5. Peran Perawat

Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan penyakit.
Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan
terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya
komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya ( Mubarak, 2009, hal. 90 ).

Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap keluarga dengan
anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal. 52):

a. Guru tentang faktor-faktor kesehatan

b. Guru dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet dan gerak badan

c. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama orang tua

d. Penolong langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber kesehatan mental

e. Konsultan keluarga berencana

f. Pihak yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui seksual

g. Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja Secara Teoritis

1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan pengkajian dengan
menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua tahap perkembangan keluarga ( Suprajitno,
2004, hal. 37 ).

Menurut Suprajitno ( 2004, hal. 38 ) meskipun demikian perawat perlu melakukan pengkajian fokus pada
tiap perkembangan yang didasarkan oleh:

a. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena adda
perubahan anggota keluarga ( dapat bertambah atau berkurang )

b. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang harus
dilakukan.

c. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda.

Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno ( 2004, hal. 37 ) meliputi:

a. Bagaimana karakteristik teman disekolah atau di lingkungan rumah

b. Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang

c. Bagaimana perilaku anak selama dirumah

d. Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain

e. Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja dirumah

f. Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh anak

g. Apa kegiatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali, berapa lama, dan dimana

h. Apa kebiasaan anak dirumah

i. Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri

j. Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak

k. Siapa yang menjadi figur bagi anak

l. Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak

m. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

2. Diagnosa

Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat sebagai berikut (Suprajitno, 2004,
Hal. 42-47) :
a. Pengelompokan Data

Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan keperawatan klinik. Perawat
mengelompokan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok diagnosis
keperawatan.

b. Perumusan Diagnosis Keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga.
Kompenen diagnosis keperawatan meliputi masalah ( problem ), penyebab ( etiologi ), dan atau tanda
( sign ).

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang sudah disepakati, terdiri dari:

1) Masalah (problem, P ) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
dialami oleh keluarga atau anggota ( individu ) keluarga

2) Penyebab ( etiologi, E ) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

3) Tanda ( sign, S ) adalah sekumpulan data objektif dan data subjektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Diagnosis aktual

Diagnosis aktual yaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
bantuan dari perawat dengan cepat

2) Diagnosis resiko

Diagnosis resiko yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat

3) Diagnosis potensial

Diagnosis potensial yaitu suatu keadaaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat ditingkatkan.

Masalah keperawatan sampai saat ini masih menggunakan daftar masalah keperawatan
yang dibuat oleh asosiasi perawat Amerika ( NANDA ) yang meliputi masalah aktual, resiko atau resiko
tinggi, dan potensial. Penyebab merujuk pada tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk tindakan, merawat anggota keluarga, memodifikasi
lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan sesuai data yang telah dikumpulkan dalam
pengkajian. Sedang tanda dapat dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada angkah awal.

Daftar masalah keperawatan (NANDA) yang dapat digunakan sebagai berikut:

§ Gangguan proses keluarga

§ Gangguan pemeliharaan kesehatan

§ Perubahan kebutuhan nutrisi: kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh

§ Gangguan peran menjadi orang tua

§ Gangguan pola eliminasi

§ Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

§ Gangguan penampilan peran

§ Gangguan pola seksual

§ Ketidakmampuan antisipasi dukungan berkepanjangan

§ Konflik pengambilan keputusan

§ Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional

§ Potensial berkembanganya koping keluarga

§ Koping keluarga tidak efektif

§ Gangguan manajemen pemeliharaan rumah

§ Hambatan intraksi sosial

§ Defisit pengetahuan

§ Konflik peran keluarga

§ Resiko perubahan peran orang tua

§ Resiko terjadi trauma

§ Resiko tinggi perilaku kekerasan

§ Ketidakberdayaan

§ Terjadinya isolasi sosial


c. Penilaian ( skoring ) diagnosis keperawatan

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses skoring
menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya ( 1978 ).

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

§ Tentukan skornya sesuai dengan kreteria yang dibuat perawat

§ Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor yang diperoleh X bobot

Skor tertinggi

§ Jumlah skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5 )

Penentuan prioritas sesuai dengan kreteria skala:

§ Untuk kreteria pertama, prioritas utama diberika pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan
segera dan biasanya didasari oleh keluaraga

§ Untuk kreteria kedua perlu diperhatikan:

- Pengetahuan yang ada sekarang, tekhnologi, dan tindakan untuk menangani masalah

- Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga

- Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu

- Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan

§ Untuk kreteria ketiga perlu diperhatikan:

- Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah

- Lamanya masalah yang berhububgan dengan jangka waktu

- Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah

- Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.

§ Untuk kreteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keperawatan tersebut.

d. Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan
sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi
keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kreteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada kreteria dan standar ( Suprajitno, 2004, hal. 49 ).

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan yang bertujuan


( Suprajitno, 2004, hal. 49 ) :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai maslah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara:

1) Memberi informasi yang tepat

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di sekitar keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi lingkungan) yang dapat meningkatkan


kesehatan keluarga dengan cara :

1) Menemukan seumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan bersama keluargha seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :
1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan ( Suprajitno, 2004, hal. 50 ) :

a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi
klien

b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan pancaindra perawat
yang objektif

c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sunber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan
mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi

Rencana tindakan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarganya
(Calgary,1994) sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi keebutuhan kesehatan anggota
kelurganya dengan bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun rencana intervensi, sebaiknya perawat
melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga memiliki tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup
mereka sendiri, dan merupakan cara untuk menghormati dan menghargai keluarga (Carey, 1989).
Efektivitas yang akan diperoleh perawat, yaitu ada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga,
keluarga tidak menentang karena telah dilibatkan sebelumnya, dan keluarga cendrung bertanggung
jawab ( Suprajitno, 2004, hal.24 ).

S-ar putea să vă placă și

  • Pert 8
    Pert 8
    Document22 pagini
    Pert 8
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Perdarahan Post Partum
    Perdarahan Post Partum
    Document18 pagini
    Perdarahan Post Partum
    Tifany 01
    Încă nu există evaluări
  • Psik Daring Konsep Dasar Penelitian PT 1
    Psik Daring Konsep Dasar Penelitian PT 1
    Document18 pagini
    Psik Daring Konsep Dasar Penelitian PT 1
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Komunikasi
    Komunikasi
    Document9 pagini
    Komunikasi
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • STROKE KK Julianti
    STROKE KK Julianti
    Document19 pagini
    STROKE KK Julianti
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Analisis Regresi
    Analisis Regresi
    Document16 pagini
    Analisis Regresi
    Andro Jenad
    Încă nu există evaluări
  • Scedul Acara
    Scedul Acara
    Document2 pagini
    Scedul Acara
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Document1 pagină
    Tugas Kelompok
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • KAP - Pert 7-1
    KAP - Pert 7-1
    Document9 pagini
    KAP - Pert 7-1
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Komunikasi
    Komunikasi
    Document9 pagini
    Komunikasi
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • KAP - Pert 7-1
    KAP - Pert 7-1
    Document9 pagini
    KAP - Pert 7-1
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Komunikasi DLM Kep
    Komunikasi DLM Kep
    Document9 pagini
    Komunikasi DLM Kep
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Komunikasi DLM Kep
    Komunikasi DLM Kep
    Document9 pagini
    Komunikasi DLM Kep
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Saat 2015. Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan
    Saat 2015. Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan
    Document17 pagini
    Saat 2015. Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan
    Rere Reray
    100% (1)
  • Kurang Pengetauan
    Kurang Pengetauan
    Document2 pagini
    Kurang Pengetauan
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • PPT
    PPT
    Document14 pagini
    PPT
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Kurang Pengetauan
    Kurang Pengetauan
    Document2 pagini
    Kurang Pengetauan
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Dokumen
    Dokumen
    Document2 pagini
    Dokumen
    Dani Ramdan
    Încă nu există evaluări
  • Hisprung Vera
    Hisprung Vera
    Document18 pagini
    Hisprung Vera
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Ulkus Bab 1
    Ulkus Bab 1
    Document2 pagini
    Ulkus Bab 1
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Bsjskkss
    Bsjskkss
    Document12 pagini
    Bsjskkss
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Makalah DETERMINAN PEMBELAJARAN
    Makalah DETERMINAN PEMBELAJARAN
    Document48 pagini
    Makalah DETERMINAN PEMBELAJARAN
    liza bella aziz
    100% (2)
  • Ulkus Bab 1
    Ulkus Bab 1
    Document2 pagini
    Ulkus Bab 1
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • PPT
    PPT
    Document14 pagini
    PPT
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • HARIS
    HARIS
    Document4 pagini
    HARIS
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Makalah DETERMINAN PEMBELAJARAN
    Makalah DETERMINAN PEMBELAJARAN
    Document48 pagini
    Makalah DETERMINAN PEMBELAJARAN
    liza bella aziz
    100% (2)
  • HARIS
    HARIS
    Document4 pagini
    HARIS
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • 06 Kajian Pengetahuan PDF
    06 Kajian Pengetahuan PDF
    Document45 pagini
    06 Kajian Pengetahuan PDF
    Aris Widya
    Încă nu există evaluări
  • Desy Taroleh
    Desy Taroleh
    Document46 pagini
    Desy Taroleh
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări
  • Kurang Pengetauan
    Kurang Pengetauan
    Document2 pagini
    Kurang Pengetauan
    liza bella aziz
    Încă nu există evaluări