Sunteți pe pagina 1din 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321970317

ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGELOLAAN PERIKANAN PANTAI


SKALA KECIL DI KOTA TEGAL (An Internal and External Analysis of Small-
Scale Coastal Fisheries Management in Tegal City)

Article · October 2016


DOI: 10.29244/jmf.7.1.45-56

CITATIONS READS

0 1,160

5 authors, including:

Mulyono S Baskoro Budy Wiryawan


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
65 PUBLICATIONS   65 CITATIONS    76 PUBLICATIONS   105 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Eko Sri Wiyono Daniel R Monintja


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
39 PUBLICATIONS   60 CITATIONS    29 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Komposisi, Diversitas dan Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasar di Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat View project

Benefiting from Sustainable and Equitable Tuna Management in the Coral Triangle and Western Pacific View project

All content following this page was uploaded by Budy Wiryawan on 24 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Marine Fisheries ISSN 2087-4235
Vol. 7, No. 1, Mei 2016
Hal: 45-56

ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL


PENGELOLAAN PERIKANAN PANTAI SKALA KECIL DI KOTA TEGAL

An Internal and External Analysis of Small-Scale Coastal Fisheries Management


in Tegal City

Oleh:

Agnes P. Sudarmo1*, MS. Baskoro2, Budy Wiryawan2, Eko S. Wiyono2, Daniel R. Monintja2

1 Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Sekolah Pascasarjana, IPB

2 Program Studi Pemnafaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB

* Korespondensi: agnes_p_sudarmo@yahoo.com

Diterima: 5 Februari 2016; Disetujui: 24 Juni 2016

ABSTRACT
The problems that occur in coastal areas related to the management of small-scale coastal
fisheries in Tegal are the depletion of fish resources in coastal waters, and a variety of pressures
including pressure due to population growth, abrasion as well as water pollution. A holistic
understanding of internal and external factors of coastal fisheries management is needed to
determine how these factors affect the fishing activities in Tegal. The purpose of this research is to
analyze the internal and external factors of small-scale coastal fisheries management in Tegal. The
benefit of this research is to give feedback to stakeholders and constructive actions in creating
sustainable management of coastal fisheries. This study was conducted in Tegal precisely in the
village of Muarareja. The sample in this study is 64 small-scale fishermen, using purposive
sampling. Primary data were collected by using questionnaires, secondary data were obtained from
Departementnof Agriculture and Marine Tegal, Bureau of Statistics of Tegal, Muarareja Fish
Auction. Data were analyzed using descriptive analysis and SWOT analysis. The results showed
that the present status of coastal fisheries management in Tegal is currently categorized as "good
condition", and is still in a stable growth. There were 5 (five) alternative strategies to manage small-
scale coastal fisheries management in order to improve and to enhance sustainability, namely,
development of fishing gear independently, monitoring surveillance of fishing gear, utilization of
fishing equipment to optimize the catch, and utilization of revolving fund for procurement of new
machines.
Keywords: coastal fisheries management, internal-external analysis, management

ABSTRAK
Permasalahan yang menerpa wilayah pesisir dalam pengelolaan perikanan pantai skala
kecil di Kota Tegal terkait dengan adanya penurunan potensi sumber daya ikan di perairan pantai
Kota Tegal, selain itu dipicu juga adanya pertumbuhan populasi penduduk, perubahan fungsi / alih
lahan, pencemaran perairan, ataupun abrasi. Pemahaman yang holistik terkait faktor internal dan
faktor eksternal pengelolaan perikanan pantai sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana
faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap aktivitas perikanan tangkap yang ada di Kota Tegal.
Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor internal dan eksternal pengelolaan perikanan pantai
di Kota Tegal. Manfaat yang diinginkan adalah memberi masukan kepada pemangku kepentingan
dan tindakan konstruktif dalam menciptakan pengelolaan perikanan pantai yang berkelanjutan.
Penelitian dilakukan di Tegal tepatnya di desa Muarareja. Sampel dalam penelitian ini adalah
46 Marine Fisheries 7(1): 45-56, Mei 2016

nelayan skala kecil yang berjumlah 64 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive.
Jenis data yang diambil adalah data primer dengan menggunakan kuesioner sedangkan data
sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, BPS Kota Tegal, Tempat
Pelelangan Ikan Muarareja. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi terkini pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal saat ini
termasuk kategori ”cukup baik”, dan masih dalam pertumbuhan yang stabil. Usulan program
strategis yang terkait dengan pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal yaitu pengembangan alat
tangkap secara mandiri, pengawasan bersama keamanan alat tangkap, optimalisasi penangkapan
ikan pada saat harga jual ikan naik, pemanfaatan alat tangkap bantuan untuk optimalisasi hasil
tangkapan, dan pemanfaatan dana bergulir untuk pengadaan mesin baru.
Kata kunci: analisis internal-eksternal, pengelolaan perikanan pantai, manajemen

PENDAHULUAN daya ikan, permasalahan lainnya yang mener-


pa kawasan pesisir Kota Tegal adalah degra-
Letak geografis Indonesia dibidang dasi lingkungan seperti adanya pencemaran
kelautan sangat strategis. Hal ini menjadikan dari sungai-sungai yang mengalir melalui Kota
pembangunan disektor kelautan dan perikanan Tegal, alih fungsi dari hutan mangrove, abrasi,
dimasa depan akan menjadi prioritas utama dan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk
pemerintah. Pemerintah menempatkan sektor yang terus menekan keberadaan wilayah
perikanan dan kelautan sebagai prioritas se- tersebut (Sudarmo et al. 2015).
perti yang tertuang melalui Rencana Strategis
Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun Faktor internal dan faktor eksternal pe-
2010-2014 akan mendukung 3 pilar pem- ngelolaan perikanan pantai memberi pengaruh
bangunan berkelanjutan, yakni dari segi eko- pada aktivitas perikanan tangkap yang ada di
nomi, sosial, dan lingkungan hidup (KKP 2010). Kota Tegal. Strategi pengelolaan yang efektif
dan tepat dapat memberikan pengaruh positif
Kegiatan perikanan tangkap di wilayah bagi keadaan sosial dan ekonomi masyarakat
pesisir umumnya didominasi oleh perikanan nelayan khususnya nelayan skala kecil. Keada-
skala kecil (Nababan et al. 2008). Di mana ke- an ini akan memastikan bahwa keberlanjutan
giatan perikanan tangkap ini berperan penting pengelolaan perikanan tangkap dapat dilak-
anatara lain sebagai sumber pendapatan nega- sanakan dan terkelola secara terpadu. Analisis
ra dan daerah (Setiawan et al. 2007 dan Teh et sistem perikanan tangkap diperlukan untuk
al. 2011), membuka lapangan pekerjaan, sum- melihat gambaran secara menyeluruh baik fak-
ber mata pencaharian masyarakat, maupun se- tor internal maupun eksternal sehingga dapat
bagai penyediaan pangan yaitu sumber protein terpilih strategi yang tepat dalam pengelolaan
hewani bagi masyarakat (Crilly dan Esteban perikanan tangkap skala kecil di Kota Tegal.
2013). Ketersediaan sumber daya ikan dan Kondisi terkini (present status) pengelolaan
lingkungannya sangatlah penting dalam men- perikanan pantai di Kota Tegal penting diana-
dukung kegiatan perikanan tangkap. Daya du- lisis untuk memberi penilaian yang tepat ten-
kung dan kondisi sumber daya ikan tersebut tang kegiatan perikanan pantai. Tujuan peneli-
haruslah dikelola secara bijaksana dan dilan- tian adalah menganalisis faktor internal dan
dasi dengan strategi pengelolaan dan kelem- eksternal pengelolaan perikanan pantai di Kota
bagaan agar tetap terjaga keberlanjutan dan Tegal. Manfaat yang diinginkan adalah mem-
kelestariannya. beri masukan kepada pemangku kepentingan
Sumberdaya ikan di perairan pantai me- dan tindakan / pemecahan konstruktif dalam
rupakan pendorong utama kegiatan perikanan menciptakan pengelolaan perikanan pantai
pantai di Kota Tegal, di mana nelayan skala yang berkelanjutan.
kecil yang menjadi pelaku utamanya (Potensi
Bahari di Pantai Utara 2015). Potensi sum-
berdaya perikanan tangkap laut tersebut juga METODE
menjadi salah satu sumber pendapatan penting Penelitian ini dilakukan antara Juli 2013
bagi pemerintah Kota Tegal. Potensi sum- dan Maret 2014. Lokasi penelitian adalah di
berdaya ikan di pantai utara pulau Jawa me- desa Muarareja, Kota Tegal, Provinsi Jawa
ngalami penurunan akibat kondisi lebih tangkap Tengah, Indonesia. Lokasi tersebut dipilih
(overfishing) sejak tahun 1980 dan pengaruh karena Desa Muarareja adalah desa khas
variabel ekosistem perairan lainnya (Fauzi dan nelayan skala kecil di pantai Kota Tegal.
Anna 2010, Baskoro dan Wahyu 2011). Sebagian besar orang bekerja sebagai nelayan
Permasalahan pengelolaan perikanan pantai di skala kecil, di samping itu di Muarareja tersedia
Kota Tegal selain penurunan potensi sumber- Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Sudarmo et al. – Analisis Internal dan Eksternal Pengelolaan Perikanan Skala Kecil 47

Data yang dikumpulkan dalam penelitian nelayan yang menjadi responden dalam pe-
ini terdiri dari data primer dan data sekunder. nelitian ini berada pada kisaran /rentang yang
Data primer meliputi berbagai faktor internal termuda berusia 28 tahun dan yang tertua ber-
dan faktor eksternal yang terkait dengan usia 65 tahun. Umur rata-rata nelayan adalah
pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal. 46.13 tahun dengan standar deviasi 8.75. Jum-
Data sekunder diambil dari instasi seperti lah tanggungan keluarga (ukuran rumah tang-
Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, ga) nelayan adalah sekitar 5.14 ekuivalen
BPS Kota Tegal, Tempat Pelelangan Ikan dengan 5 jiwa per nelayan sebanyak 39 nela-
Muarareja. yan (60.94%).
Data primer dikumpulkan secara
langsung dari lapangan melalui pengisian Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi
kuesioner yang ditujukan kepada nelayan skala Nelayan Skala Kecil di Kota Tegal
kecil. Pertanyaan yang diajukan berhubungan
dengan faktor internal dan faktor eksternal Kondisi Sosial - Rasa Aman
pengelolaan perikanan pantai. Sampel Kondisi sosial masyarakat salah satunya
penelitian berjumlah 64 orang nelayan yang dapat dilihat dari rasa aman yang dirasakan
dipilih secara purposive. Nelayan yang dipilih oleh penduduknya yaitu tidak adanya gangguan
dalam penelitian ini mewakili alat tangkap yang kejahatan dan tidak adanya konflik sosial yang
digunakan nelayan tersebut di lokasi penelitian. terjadi di masyarakat. Masyarakat nelayan di
Data dianalisis dengan menggunakan Kota Tegal hampir sebagian besar yaitu
analisis statistik deskriptif dan analisis 70.31% (45 orang) nelayan menyatakan bahwa
Strengths Weaknesses Opportunities Threats - Kota Tegal aman, yaitu mereka tidak pernah
analisis SWOT (Rangkuti 2014, Radarwati et al. sekalipun mengalami gangguan kejahatan.
2010). Data yang diperoleh dari pengisian Komunitas nelayan di Kota Tegal menyatakan
kuesioner dengan responden selanjutnya diolah sampai dengan saat ini aktivitas yang ber-
dengan software Microsoft Excel. Hasil olahan hubungan dengan kegiatan perikanan tangkap
data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel, berjalan dengan lancar tidak ada gangguan
dan diagram untuk kemudian dianalisis secara apapun. Kondisi aman perlu diciptakan karena
deskriptif. Tahapan prosedur analisis SWOT dengan pergi melaut mereka mendapatkan
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: pendapatan dari hasil tangkapan ikan di laut.
Konflik sosial seperti yang dialami oleh ko-
1. Menentukan faktor internal (kekuatan dan munitas nelayan lain seperti perebutan lokasi
kelemahan) dan eksternal (peluang dan penangkapan (Ahmed et al. 2013) tidak terjadi
ancaman) di Kota Tegal.
2. Menentukan bobot dan rating pada setiap
faktor internal dan faktor eksternal. Kondisi Budaya - Kehidupan Beragama
3. Menentukan skor terbobot dengan perkalian
antara nilai bobot x rating. Kriteria penilaian Kehidupan beragama dan toleransi
SWOT suatu kegiatan dapat terus beragama yang ada dalam masyarakat nelayan
dilanjutkan bila total skor IFAS > 2 dan total Kota Tegal berjalan berdampingan dan serasi
skor EFAS > 1. tanpa gangguan apapun dalam kehidupan ke-
4. Menyusun matriks Internal Strategic Factors seharian mereka. Nelayan dan keluarganya
Analysis Summary (IFAS) dan matriks dapat menjalankan ibadah sesuai dengan aga-
External Strategic Factors Analysis ma yang dianutnya dan mereka juga meng-
Summary (EFAS). hormati pemeluk agama lainnya dengan men-
5. Menyusun diagram SWOT. junjung toleransi agama yang cukup tinggi.
6. Menyusun matriks SWOT. Hampir sebagian besar nelayan menyatakan
dalam kehidupan beragama terdapat toleransi
yang cukup besar sebanyak 30 orang (46.88%)
dan toleransinya cukup tinggi sebanyak 28
HASIL DAN PEMBAHASAN
orang (43.75%). Kehidupan beragama masya-
Profil demografi rakat Indonesia yang dijiwai Pancasila, sangat
menjunjung tinggi toleransi antar umat ber-
Keadaan demografi responden dilihat da- agama.
ri tingkat pendidikannya adalah hampir seba-
gian besar nelayan berpendidikan sekolah da-
Kondisi Ekonomi - Pendapatan Nelayan
sar yaitu 93.8%. Kondisi sumberdaya manusia
di bidang perikanan dengan tingkat pendidikan Profil pendapatan nelayan hampir se-
rendah merupakan hal yang umum di kalangan bagian besar mempunyai pendapatan di atas
nelayan (Tzanatos et al. 2006, Yuerlita dan Upah Minimun Regional (UMR) Kota Tegal
Perret 2010, Pana dan Sia Su 2012). Umur yang berjumlah lebih dari 860,000 rupiah. UMR
48 Marine Fisheries 7(1): 45-56, Mei 2016

Kota Tegal ini ditetapkan berdasarkan per- tidak bermigrasi ke luar Kota Tegal. Ditin-
aturan Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah jau dari pengalaman bekerja rata-rata su-
Nomor 561.4/58 Tahun 2012 tanggal 12 dah menjadi nelayan selama 25 tahun,
November 2012 tentang Daftar Upah Minimum sehingga secara pengalaman dan ikatan
di 35 Kabupaten/Kota Tahun 2013 Provinsi emosional sangat memahami benar da-
Jawa Tengah dengan nilai Rp 860,000 per bu- erah lokasi penangkapan ikannya. Mereka
lannya. Nelayan yang mempunyai pendapatan menjadikan mata pencaharian menangkap
di atas Rp. 1,720,000 sebanyak 67.19% atau ikan di laut sebagai sumber pendapatan
43 nelayan responden. Pendapatan nelayan yang penting untuk menghidupi keluarga-
dari hasil melaut jika mengacu pada UMR nya. Yuerlita dan Perret (2010) menya-
sudah melebihi standar upah minimun yang takan mata pencaharian menangkap ikan
ditetapkan oleh pemerintah Kota Tegal. Jika bagi nelayan dianggap sebagai penyela-
ini dikaitkan dengan tingkat pengeluaran rata- mat untuk mengamankan kebutuhan dasar
rata per kapita pada bulan September tahun seperti pangan dan mendukung keberlan-
2013 berdasarkan hasil Susenas September jutan pendidikan anak-anak mereka.
2013 di Jawa Tengah adalah Rp 612,979 (BPS
c. ABK nelayan juga berada pada usia pro-
Indonesia 2013), maka pendapatan nelayan di
duktif. Kondisi ini menggambarkan bahwa
Kota Tegal sudah memenuhi tingkat hidup yang
nelayan masih mempunyai tenaga dan
layak.
semangat untuk dapat melaut mencari
ikan. Hal ini tercermin dari umur rata-rata
Analisis SWOT nelayan Tegal yang berusia 46 tahun. Pi-
Pengembangan matriks Internal Strategic lihan pekerjaan ini yang paling memung-
Factors Analysis Summary (IFAS), dilakukan kinkan diantara berbagai pilihan pekerjaan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor lainnya, disebabkan karena kontur wilayah
kekuatan dan kelemahan yang ada dalam pe- yang mereka tinggali berada di wilayah
ngelolaan kegiatan perikanan pantai di Kota pesisir pantai utara pulau Jawa.
Tegal. Faktor kekuatan (strength) merupakan
d. Keterampilan pengoperasian alat tangkap
faktor yang berasal dari dalam (internal ke- oleh nelayan baik. Budaya melaut memiliki
giatan perikanan pantai) yang bersifat men- sejarah yang mengakar dalam kehidupan
dukung kemajuan dan pengembangan kegiatan mereka membuat mereka sangat bangga
perikanan pantai tersebut. Faktor kelemahan menjadi nelayan. Faktor pengalaman se-
(weaknesses) merupakan faktor yang berasal
bagai nelayan berpengaruh terhadap pen-
dari dalam yang bersifat menghambat ke- dapatan nelayan, karena dengan penga-
majuan dan pengembangan kegiatan perikanan laman yang dipunyainya, mereka menge-
pantai di Kota Tegal. nali dengan baik daerah penangkapan
Faktor internal adalah faktor yang sangat ikan yang berpotensi menghasilkan ikan
mempengaruhi pengelolaan perikanan pantai tangkapan (Agunggunanto 2011).
secara langsung. Unsur-unsur yang termasuk e. Dari survei yang dilakukan, lebih dari 75 %
dalam faktor internal dalam pengelolaan per- nelayan telah mendapat manfaat dari pro-
ikanan pantai di Kota Tegal tersaji pada Tabel gram PUMP. Bantuan dana tersebut dialo-
1. Uraian dari faktor internal pengelolaan per- kasikan untuk pengadaan alat tangkap,
ikanan pantai di Kota Tegal adalah sebagai perbaikan kapal maupun untuk bantuan
berikut: operasional penangkapan ikan (rating = 4).
Dukungan dari pemerintah terlihat dari
Kekuatan adanya bantuan pemerintah yang sangat
a. Nelayan Kota Tegal sangat bangga men- membantu nelayan dalam meningkatkan
jadi nelayan dan menjadikan hal ini seba- perolehan hasil tangkapannya diantaranya
gai pendorong utama (motivasi) penting adalah pemberian alat tangkap seperti alat
dalam melakukan kegiatan penangkapan tangkap bubu, trammel net (Dislantan Kota
ikan di perairan pantai Kota Tegal (bobot = Tegal 2014).
0,10). Keseluruhan responden menyata-
kan bahwa menjadi nelayan adalah pilihan Kelemahan
hidup yang dipilih secara sadar dan a. Sumberdaya manusia perikanan di Kota
mereka senang dengan pilihan pekerjaan Tegal dalam hal ini nelayan mempunyai
tersebut. tingkat pendidikan rendah. Tingkat pen-
b. Diantara nelayan terjalin rasa keber- didikan nelayan yang rendah yaitu sekolah
samaan yang tinggi. Umumnya mereka dasar (rating=1). 93.8% responden / nela-
adalah penduduk setempat dan mereka yan berpendidikan sekolah dasar. Keada-
Sudarmo et al. – Analisis Internal dan Eksternal Pengelolaan Perikanan Skala Kecil 49

an ini merupakan hal yang umum dijumpai kung usaha perikanan skala kecil. Sebagai
di kalangan nelayan (Tzanatos et al. 2006, contoh keberadaan TPI belum sepenuhnya
Yuerlita dan Perret 2010, Pana dan Sia dimanfaatkan oleh nelayan untuk menjual
Su 2012, Ahmed et al. 2013). ikan hasil tangkapannya, yang kadang
langsung dijual ke pedagang pengumpul.
b. Populasi nelayan juga cukup tinggi, se-
mentara daerah penangkapan ikan juga e. Peraturan daerah (Perda) yang mengatur
terbatas yaitu 4 mil dari garis pantai. Lo- peruntukan pengelolaan wilayah pesisir
kasi penangkapan ikannya terbatas yaitu Kota Tegal belum disusun oleh Pemerintah
hanya sekitar 4 mil dari garis pantai dan Kota Tegal, sedangkan hal itu sudah
menjadikan lokasi penangkapan ikannya diamanatkan dalam Rencana Tata Ruang
menjadi padat. Tekanan penangkapan Wilayah Kota Tegal (RTRW) No.4 tahun
ikan yang tinggi di perairan pantai utara 2012. Adanya UU nomor 23 tahun 2014
pulau Jawa dapat membahayakan keles- tentang Pemerintahan Daerah yang baru
tarian sumberdaya ikan, hal ini dapat mengamanatkan Pemerintah Provinsi yang
dilihat dari menghilangnya beberapa jenis berwenang dalam pengelolaan wilayah
ikan hasil tangkapan dan berkurangnya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. Pe-
ukuran ikan hasil tangkapan (Wiyono merintah Provinsi Jawa Tengah sebagai
2010). pihak yang sekarang diberi wewenang
mengelola aset di Kota Tegal tersebut, se-
c. Kendala permodalan juga menjadi salah baiknya menyusun kebijakan yang ber-
bentuk kelemahan yang dihadapi nelayan pihak pada kesejahteraaan masyarakat
di Kota Tegal. Nelayan masih disulitkan nelayan dan mendukung keberlanjutan
dengan kendala persyaratan dan prosedur usaha sektor perikanan yaitu kelestarian
untuk mendapatkan pinjaman. Prabowo et sumberdaya ikan (Rusyadi et al. 2008).
al. (2013) menyatakan bahwa nelayan
termasuk nelayan skala kecil di Kota Tegal f. Masih rendahnya kesadaran masyarakat
dalam melakukan usahanya termasuk dalam pengelolaan perikanan pantai di
yang sangat sedikit berhubungan dengan Kota Tegal dapat dihubungkan dengan
institusi perbankan dalam hal mengakses kondisi sumber daya manusia perikanan
kredit dan urusan pembiayaan perbankan dengan tingkat pendidikan rendah. Inoni
lainnya. dan Oyaide (2007) adanya kesenjangan
pendidikan di komunitas nelayan di Afrika
d. Kelemahan lainnya adalah belum optimal- Barat merupakan penghambat bagi
nya penggunaan sarana dan prasarana keberlanjutan sektor perikanan tangkap,
pendukung usaha perikanan. Sarana dan dengan tingkat pendidikan yang baik
prasarana usaha perikanan yang ada be- diharapkan nelayan mempunyai dampak
lum sepenuhnya digunakan untuk mendu- positif pada produktivitas hasil tangkapan.
Tabel 1 Faktor internal pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal (matriks IFAS)
Nilai = Bobot x
Faktor-faktor Internal Rating Bobot
Rating
Kekuatan (Strength)
Bangga menjadi nelayan 4 0,10 0,42
Ada rasa kebersamaan di antara nelayan 4 0,08 0,33
Nelayan berasal Tegal 3 0,11 0,32
ABK dalam usia produktif 3 0,09 0,26
Keterampilan pengoperasian alat tangkap baik 3 0,09 0,28
Dukungan pemerintah dalam bentuk skema bantuan dana
4 0,05 0,22
bergulir
Sub Jumlah 0,53 1,82
Kelemahan (Weakness)
Tingkat pendidikan nelayan yang rendah - kapasitas SDM
1 0,10 0,10
rendah
Daerah Penangkapan Ikan (DPI) terbatas 2 0,10 0,21
Akses pemodalan terbatas - sulit mendapat pinjaman 2 0,06 0,11
Sarana dan prasarana pendukung usaha perikanan yang ada
2 0,08 0,16
belum dioptimalkan
Kebijakan / peraturan yang mengatur peruntukkan pengelolaan
1 0,05 0,05
wilayah pesisir Kota Tegal belum ada
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan
1 0,08 0,08
pemanfaatan SDI
Sub Jumlah 0,47 0,71
Jumlah 1,47 2,53
50 Marine Fisheries 7(1): 45-56, Mei 2016

Berdasarkan hasil matriks Internal layan adalah melaut dan membawa peng-
Internal Strategic Factors Analysis Summary hasilan yang cukup bagi keluarganya.
(IFAS) pada Tabel 1 diketahui bahwa penge-
c. Sektor perikanan tangkap memberi andil
lolaan perikanan pantai di Kota Tegal mem-
dan menjadi penyumbang yang cukup sig-
punyai skor 2,53. Kondisi ini menyiratkan
nifikan bagi pendapatan asli daerah Kota
bahwa kondisi internal yang berasal dari dalam
Tegal (PAD) Kota Tegal (Dislantan Kota
sistem masih mempunyai kekuatan untuk
Tegal 2014). Setiawan et al. (2007) me-
mengatasi persoalan yang dihadapi.
nyatakan bahwa suatu daerah yang mata
Pengembangan matriks External Stra- pencahariannya bertumpu pada sektor
tegic Factors Analysis Summary (EFAS) yaitu perikanan yaitu sektor perikanan skala kecil
kegiatan mendeskripsikan dan menganalisis jika dikelola dengan baik akan dapat mem-
faktor peluang dan ancaman yang ada dalam beri kontribusi bagi sumber pendapatan di
pengelolaan kegiatan perikanan pantai di Kota daerah tersebut.
Tegal. Faktor peluang (opportunity) merupakan d. Hasil tangkapan nelayan skala kecil ‘cukup
faktor yang berasal dari luar (eksternal kegiatan stabil’, walaupun kadang berfluktuasi tetapi
perikanan pantai) yang bersifat mendukung dan nelayan masih mendapat ikan hasil tang-
memberi harapan bagi kemajuan dan pengem- kapan. Ketergantungan yang tinggi pada
bangan kegiatan perikanan pantai. Faktor anca- sektor perikanan, dan terbatasnya pilihan
man (threat) juga berasal dari luar namun ber- pekerjaaan sehingga pekerjaan yang paling
sifat mengganggu dan menghambat kegiatan memungkinkan adalah sebagai nelayan.
perikanan pantai di Kota Tegal. Kondisi ini menyebabkan bertambahnya te-
Faktor eksternal adalah faktor yang kanan penangkapan ikan di perairan pantai
sangat mempengaruhi pengelolaan perikanan (Wiyono 2010), di sisi lain ada ancaman
pantai yang berasal dari luar sistem. Unsur- degradasi lingkungan perairan.
unsur yang termasuk dalam faktor eksternal e. Posisi letak Kota Tegal yang strategis mem-
pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal punyai banyak keuntungan. Keuntungan
tersaji pada Tabel 2. Uraian dari faktor eks- tersebut antara lain calon pembeli / pe-
ternal pengelolaan perikanan pantai di Kota dagang ikan yang berminat dapat langsung
Tegal adalah sebagai berikut: datang dan membeli karena akses menuju
Kota Tegal sangat mudah dicapai. Kemu-
Peluang dahan akses membuka peluang dan ke-
sempatan pemasaran ikan yang lebih luas
a. Peluang pemasaran tersedia dan terbuka ke berbagai jaringan pemasaran baik lokal
lebar bagi ikan hasil tangkapan nelayan.
maupun skala yang lebih besar.
Kondisi ini dikaitkan dengan posisi / letak
Kota Tegal yang strategis berada di jalur Ancaman
perekonomian Nasional. Akitivitas ekonomi
a. Faktor ancaman dari luar yang sangat
dan perdagangan di jalur ini sangat men-
dikhawatirkan nelayan adalah ketersediaan /
dorong perputaran roda ekonomi memberi
pasokan BBM kadang tidak menentu dan
dampak yang positif baik bagi nelayan mau-
harga BBM yang sangat fluktuatif. Kenaikan
pun bagi masyarakat yang terlibat langsung
harga BBM akan berpengaruh terhadap
dengan kegiatan tersebut.
biaya operasional yang dibutuhkan nelayan,
b. Harga jual ikan relatif stabil. Calon pembeli / jika tidak ada subsidi maka akan me-
pedagang ikan yang ingin membeli ikan ngurangi pendapatan nelayan (Nababan et
hasil tangkapan nelayan mempunyai ke- al. 2008). Kondisi ini dialami nelayan di
pastian harga pasar dan sangat mengun- Thailand di mana harga BBM yang fluktuatif
tungkan nelayan. Harga jual ikan yang relatif akan mereduksi margin keuntungan mereka
stabil dapat dikaitkan dengan produksi ikan / (Jones et al. 2010). Komponen BBM me-
pasokan ikan dari nelayan yang relatif nepati porsi 40-50% dari seluruh kebutuhan
kontinu. Jika hasil tangkapan berkurang, operasional nelayan. Apabila harga BBM
maka hal ini akan berpengaruh pada harga naik maka menjadi ancaman terbesar
pasar yang dipengaruhi pada faktor supply kelangsungan kegiatan penangkapan ikan
dan demand. Pengaruh faktor eksternal (bobot = 0.07 terbesar). Kenaikan harga
(situasi politik dan ekonomi) juga berpe- BBM ini sangat memberatkan dan dira-
ngaruh pada harga ikan, yang mana hal ini sakan dampaknya secara langsung bagi
kadang jauh diluar jangkuan pikiran nelayan nelayan.
dan tidak terpikirkan oleh mereka (Kronen et b. Masalah serius lainnya yang menjadi an-
al. 2006), yang ada di benak pikiran ne- caman di kawasan pesisir Kota Tegal
Sudarmo et al. – Analisis Internal dan Eksternal Pengelolaan Perikanan Skala Kecil 51

adalah degradasi lingkungan seperti dan total skor EFAS > 1). Total skor IFAS dan
pencemaran perairan, ataupun abrasi (Fauzi total skor EFAS pada penelitian ini (kondisi
dan Anna 2010). Pencemaran perairan pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal
akibat buangan limbah industri dan domestik berada pada rentang nilai 2-3 yaitu masing-
yang terbawa sungai yang mengalir di Kota masing 2,53 dan 3,09 (kategori cukup baik).
Tegal. Hasil akhir analisis ini menyimpulkan bahwa
kegiatan pengelolaan perikanan pantai di Kota
c. Konversi / alih fungsi hutan mangrove akibat
Tegal dapat diteruskan dan dikembangkan
pesatnya laju perkembangan wilayah.
dengan menerapkan pola-pola/strategi prinsip
Mangrove merupakan daerah yang penting
berkelanjutkan. Perlu upaya-upaya untuk me-
bagi tempat ikan memijah. Kelestarian hutan
minimalkan kelemahan yang ada dan menga-
mangrove juga perlu dilestarikan, karena
tasi ancaman yang berasal dari luar sistem
dengan adanya hutan mangrove berfungsi
seperti degradasi lingkungan ataupun keter-
melindungi bibir pantai dari ancaman abrasi.
sediaan BBM. Hasil analisis SWOT ini bila
Tekanan penangkapan ikan yang tinggi di
dibandingkan dengan kondisi di lapangan
perairan pantai utara pulau Jawa dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
membahayakan kelestarian sumberdaya
Kegiatan perikanan pantai yang dilakukan oleh
ikan hal ini dapat dilihat dari menghilangnya
nelayan skala kecil di Kota Tegal cukup baik
beberapa jenis ikan hasil tangkapan dan
dan tidak mengalami stagnasi atau kemun-
berkurangnya ukuran ikan hasil tangkapan
duran. Hal ini bisa dilihat dari jumlah hasil
(Wiyono 2010).
produksi perikanan tangkap mengalami ke-
d. Nelayan di Kota Tegal melihat adanya naikan secara keseluruhan dari tahun ke tahun
permasalahan kasus pencurian alat tangkap (Dislantan Kota Tegal 2014). Upaya perbaikan
ataupun ancaman dari pesaing yang meng- tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
gunakan alat tangkap yang lebih besar dan perbaikan-perbaikan melalui berbagai strategi
modern. Keadaan ini juga dirisaukan oleh yang tersaji pada Tabel 3.
nelayan skala kecil di Thailand dengan ada-
Hasil analisis SWOT menghasilkan kom-
nya kapal yang menggunakan alat tangkap
binasi beberapa strategi seperti strategi ST,
yang beesar dan modern (Jones et al.
strategi WT, strategi SO, dan strategi WO. Stra-
2010). Selain itu banyak alat tangkap yang
tegi SO yaitu pemanfaatan alat tangkap ban-
tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
tuan dalam hal ini pemangku kepentingan
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
(pemerintah dan dinas terkait) bersama-sama
Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang La-
dengan nelayan, memberi pendampingan dan
rangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan
memahami kebutuhan apa saja yang diper-
Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine
lukan nelayan dalam menjalankan kegiatan
Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan
penangkapan ikan sebagai sumber mata pen-
Negara Republik Indonesia. Jaring arad ini
caharian utama. Misalnya saja dalam hal pem-
banyak digunakan nelayan di Kota Tegal.
berian bantuan alat tangkap, tentumya bantuan
Keadaan ini merupakan salah satu per-
tersebut harus tepat sasaran dan kebutuhan.
masalahan dilematis yang sedang dihadapi
Jika nelayan membutuhkan alat tangkap jaring
nelayan di Kota Tegal. Disatu sisi mereka
maka yang diberikan harus sesuai dengan apa
harus tetap menghidupi keluarganya, di lain
yang dibutuhkan sehingga hal ini dapat meng-
pihak penggunaan alat penangkapan ikan
optimalkan hasil tangkapan nelayan. Peman-
seperti jaring arad (pukat hela yang
faatan alat tangkap bantuan dapat digunakan
dimodifikasi) termasuk yang dilarang.
seoptimal mungkin oleh nelayan sehingga nela-
Berdasarkan hasil matriks EFAS (Tabel yan merasakan kebermanfaatan alat tangkap
2) diketahui bahwa pengelolaan perikanan pan- tersebut untuk melakukan pekerjaannya me-
tai di Kota Tegal mempunyai skor 3,09. Kondisi nangkap ikan. Usulan alternatif strategi SO
ini menyiratkan bahwa ancaman yang berasal terkait optimalisasi penangkapan ikan yaitu ada
dari luar sistem masih dapat diatasi dengan pengaturan waktu penangkapan ikan, sehingga
mengoptimallan peluang yang ada. stok ikan dapat diregenerasi kembali ketingkat
yang lebih baik (produktif) dan berkelanjutan
Hasil pemetaan menunjukkan kondisi
melalui strategi pengurangan kapasitas, se-
pengelolaan perikanan pantai berada pada
hingga manfaat ekonomi dan sosial dari usaha
kondisi pertumbuhan. Kondisi pengelolaan perikanan tersebut dapat direalisasikan
perikanan pantai di Kota Tegal Jawa Tengah (Stobutzki et al. 2006).
berada pada kuadran II: pertumbuhan (Gambar
1). Kriteria penilaian SWOT suatu kegiatan Strategi WO adalah pemanfaatan dana
dapat terus dilanjutkan dengan kondisi minimal bergulir untuk pengadaan mesin baru. Mesin
pada fase pertumbuhan (total skor IFAS > 2) kapal sangat diperlukan untuk menggerakkan
52 Marine Fisheries 7(1): 45-56, Mei 2016

kapal. Bagi nelayan skala kecil modal diper- butuhan. Kebijakan pembatasan alat tangkap
lukan salah satunya untuk pengadaan mesin diperlukan untuk melindungi sumberdaya ikan
kapal. Selain memerlukan modal, nelayan juga dari penggunaan alat tangkap yang berlebihan
memerlukan subsidi. Bantuan atau subsidi dari dan merusak. Di samping itu, kebijakan ini juga
pemerintah tersebut perlu dikaji keberadaan- dapat di ambil dengan alasan politik yang ber-
nya, seperti penelitian yang dilakukan terhadap sifat melindungi nelayan dari masuknya alat-
nelayan di India ternyata nelayan tidak meres- alat tangkap yang merusak atau berlebihan
pon skema bantuan tersebut seperti yang pada suatu daerah penangkapan ikan tertentu.
diharapkan (John et al. 2014). Subsidi yang
Strategi WT, strategi pengembangan alat
semakin besar pada sektor perikanan akan
tangkap secara mandiri dapat mendukung
menyebabkan eksploitasi sumberdaya perikan-
pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal.
an sehingga hal ini menjadi tidak menguntung-
Artinya adalah dengan pengembangan alat
kan dari segi keberlanjutan terutama aspek
tangkap secara mandiri, nelayan dapat mem-
ekonomi, tetapi di sisi lainnya nelayan tetap
perhitungkan jumlah alat tangkap lebih tepat
memerlukan bantuan berupa subsidi untuk
dan proporsional sesuai dengan kebutuhan.
membantu kegiatan operasional penangkapan
Inovasi yang dilakukan oleh nelayan umumnya
ikan (Nababan et al. 2008).
disesuaikan dengan kondisi perairan dan
Strategi ST adalah strategi pengawasan lingkungan di mana alat tangkap tersebut akan
bersama keamanan alat tangkap. Alat tangkap digunakan. Kriteria alat tangkap yang baik da-
bagi nelayan merupakan peralatan penting pat dinilai dari aspek lingkungan, teknis, eko-
yang wajib dipunyai nelayan. Pengawasan nomis. Aspek teknologi alat tersebut dapat
keamaan alat tangkap menjadi prioritas utama. mempertahankan kelestarian sumberdaya dan
Alat tangkap dan nelayan ibarat dua sisi mata habitatnya, segi operasional pembuatan dan
uang yang saling melengkapi, tanpa keber- pengoperasiannya, serta manfaat ekonomis
adaan salah satu darinya maka tidak ada kegi- yang dapat diberikan kepada pengguna tek-
atan melaut. Nelayan di Kota Tegal dalam me- nologi tersebut (Abdullah-Bin-Farid et al. 2013).
nangkap ikan juga memperlihatkan praktek baik Inovasi yang dilakukan oleh nelayan umumnya
(best practices) menangkap ikan sesuai ke- disesuaikan dengan kondisi perairan dan

Tabel 2 Faktor eksternal pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal (matriks EFAS)

Nilai = Bobot x
Faktor-faktor Eksternal Rating Bobot
Rating
Peluang (O)
Peluang pasar tersedia dan terbuka lebar 4 0,14 0,55
Prospek harga jual ikan menjanjikan 4 0,14 0,55

4 0,14 0,58
Prospek perikanan tangkap skala kecil berkembang baik
Potensi sumberdaya ikan stabil 3 0,15 0,45
Lokasi Kota Tegal strategis 4 0,14 0,58
Sub Jumlah 0,72 2,72
Ancaman (T)
Harga BBM tinggi dan fluktuatif 1 0,07 0,07
Degradasi lingkungan perairan pesisir akibat pasokan buangan
limbah industri dan domestik yang terbawa sungai yang 1 0,06 0,06
mengalir di Kota Tegal
Konversi hutan mangrove dan pesatnya laju perkembangan 1 0,06 0,06
wilayah
Alat tangkap banyak yang tidak sesuai PerMen dan ada kasus 2 0,09 0,18
pencurian alat tangkap
Sub Jumlah 0,28 0,38
Jumlah 1,00 3,09
Sudarmo et al. – Analisis Internal dan Eksternal Pengelolaan Perikanan Skala Kecil 53

Tabel 3 Matrik SWOT pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal

Internal KEKUATAN (S) KELEMAHAN (T)


Bangga menjadi nelayan Tingkat pendidikan nelayan yang
rendah - kapasitas SDM rendah
Ada rasa kebersamaan di antara Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
nelayan terbatas
Nelayan berasal Tegal Akses pemodalan terbatas - sulit
mendapat pijaman
ABK dalam usia produktif
Sarana dan prasarana
pendukung usaha perikanan yang
ada belum dioptimalkan
Kebijakan / peraturan yang
Ketrampilan pengoperasian alat mengatur peruntukkan
tangkap baik pengelolaan wilayah pesisir Kota
Tegal belum ada

Dukungan pemerintah dalam Masih rendahnya kesadaran


bentuk skema bantuan - bantuan masyarakat dalam pengelolaan
Eksternal dana bergulir dan pemanfaatan SDI
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
Peluang pasar ikan tersedia Optimalisasi penangkapan ikan Pemanfaatan dana bergulir untuk
saat harga jual ikan naik pengadaan mesin baru

Prospek harga jual ikan Pemanfaatan alat tangkap


menjanjikan bantuan untuk optimalisasi hasil
tangkapan

Prospek perikanan tangkap


skala kecil berkembang baik
Potensi sumberdaya ikan
stabil

Lokasi Kota Tegal strategis


Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Harga BBM tinggi dan Pengawasan bersama keamanan Pengembangan alat tangkap
fluktuatif alat tangkap secara mandiri
Degradasi lingkungan
perairan pesisi akibat
pasokan buangan limbah
industri dan domestik yang
terbawa sungai yang
mengalir di Kota Tegal

Konversi hutan mangrove


dan pesatnya laju
perkembangan wilayah
Alat tangkap banyak yang
tidak sesuai PerMen dan
adanya kasus pencurian alat
tangkap
54 Marine Fisheries 7(1): 45-56, Mei 2016

TOTAL SKOR
IFAS

2,53

Tinggi III II I
Penciutan Pertumbuhan Pertumbuh
an
3,09

TOTAL SKOR VI V
IV
EFAS Menengah Penciutan Pertumbuhan/
Stabilitas
Stabilitas

Rendah VIII VII


IX
Pertumbuhan Pertumbuhan
Likuidasi

1 2 3 4
Rendah Menengah Tinggi

Gambar 1 Diagram IFAS dan EFAS kegiatan perikanan pantai di Kota Tegal
lingkungan di mana alat tangkap tersebut akan perikanan tangkap dapat dilaksanakan dan
digunakan. Sebagai contoh alat tangkap Arad terkelola secara terpadu. Upaya pengawasan
yang digunakan oleh nelayan di Kota Tegal bersama lintas instansi perlu dilakukan agar
merupakan hasil modifikasi alat tangkap pukat semua kebijakan ditaati sesuai dengan aturan
harimau/jaring trawl. Jaring trawl ini telah yang berlaku.
dilarang pengoperasiannya oleh pemerintah,
berdasarkan Keppres No.39/1980 yaitu meru-
pakan pukat hela yang dianggap merusak ling- DAFTAR PUSTAKA
kungan.
Abdullah-Bin-Farid BM, Mondal S, Satu KA,
Adhikary RK, Saha D. 2013. Manage-
ment and socio-economic conditions of
KESIMPULAN fishermen of the Baluhar Baor, Jhenai-
Total skor faktor internal (IFAS) dan total dah, Bangladesh. Journal of Fisheries.
skor faktor eksternal (EFAS) pengelolaan per- 1(1):30-36.doi: dx.doi.org/10.17017/jfish.
ikanan pantai di Kota Tegal berada pada ki- v1i1.2013.7
saran 2–3 (masing-masing 2,53 dan 3,09), Agunggunanto EY. 2011. Analisis Kemiskinan
sehingga kondisi pengelolaan perikanan pantai dan Pendapatan Keluarga Nelayan
di Kota Tegal saat ini termasuk kategori ”cukup Kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten
baik”, dan masih dalam pertumbuhan yang Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Jurnal
stabil. Usulan program strategis yang terkait Dinamika Ekonomi Pembangunan. 1(1):
dengan pengelolaan perikanan pantai di Kota 50-58.
Tegal yaitu pengembangan alat tangkap secara
mandiri, pengawasan bersama keamanan alat Ahmed N, Rahman S, Bunting AW, Brugere C.
tangkap, optimalisasi penangkapan ikan pada 2013. Socio-economic and ecological
saat harga jual ikan naik, pemanfaatan alat challenges of small-scale fishing and
tangkap bantuan untuk optimalisasi hasil strategies for its sustainable manage-
tangkapan, dan pemanfaatan bergulir untuk ment: A case study of the Old Brahma-
pengadaan mesin baru. putra River, Bangladesh. Singapore Jour-
nal of Tropical Geography. 34:86-102.
doi:10.1111/sjtg.12015.
SARAN Baskoro MS dan Wahyu RI. 2011. Konsep Pe-
Kebijakan/peraturan yang terkait dengan ngelolaan Sumberdaya Perikanan Ber-
pengelolaan perikanan pantai di Kota Tegal basis Masyarakat. Seminar Nasional
perlu diinisiasi agar keberlanjutan pengelolaan Perikanan dan Kelautan. FAPERIKA
Sudarmo et al. – Analisis Internal dan Eksternal Pengelolaan Perikanan Skala Kecil 55

Uni-versitas Riau 2011. [Internet]. [diun- Pana MCF dan Sia Su GL. 2012. Perception
duh 2016 Maret 15]. Tersedia pada: and Adaptation Capacities of Fishermen
http://himpatindo.files.wordpress.com/20 on Climate Change: The Case of
14/10/konsep-pengelolaan-sumberdaya- Palawan, Philipipines. Journal of Applied
perikanan-berbasis-masyarakat.pdf. Sciences in Environmental Sanitation.
7(3):153-160.
Crilly R dan Esteban A. 2013. Small versus
large-scale, multi-fleet fisheries: The Radarwati S, Baskoro, MS, Monintja DR,
case for economic, social and environ- Purbayanto A. 2010. Analisis Faktor
mental access criteria in European Internal-Eksternal dan Satus Keber-
fisheries. Marine Policy 37: 20-27. lanjutan Pengelolaan Perikanan Tangkap
di Teluk Jakarta. Jurnal Teknologi Per-
[Dislantan] Dinas Kelautan dan Pertanian Kota
ikanan dan Kelautan. 1(1): 11-22
Tegal. 2014. Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014. Rangkuti F. 2014. Analisis SWOT Teknik Mem-
Tegal: Dinas Kelautan dan Pertanian belah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Grame-
Kota Tegal. dia Pustaka Utama.
Fauzi A dan Anna S. 2010. Social Resilience Prabowo, Wiyono ES, Haluan J, Iskandar BH.
and Uncertainties: The Case of Small- 2013. Kinerja Pembiayaan Perikanan
scale Fishing Households in the North Skala Kecil di Kota Tegal. Marine
Coast of Central Java. MAST. 9 (2) : 55- Fisheries. 4(1): 1-9
64. [Internet]. [diunduh 2012 November
Potensi Bahari di Pantai Utara. 2015.
14]. Tersedia pada: http:// www.mare-
[Internet]. [diunduh 2016 Maret 15].
centre.nl/mast/documents/Mast2010_9.2
Tersedia pada: http://lipsus.kompas.com/
_Fauzi_Anna.pdf
kotacerdas/read/2015/04/13/192000226/
Inoni OE dan Oyaide WJ. 2007. Socio- Potensi.Bahari.di.Pantai.Utara.
economic analysis of artisanal fishing in
Rusyadi, Monintja DR, Purwaka TH, Sondita
the South Agro-ecological cone of Delta
MFA, Haluan J. 2008. Evaluasi Kesera-
State, Nigeria. Agricultura Tropica Et
sian Peraturan Daerah dan Kebijakan
SubTropica. 40(4): 135-149.
Nasional Tentang Retribusi dan Kon-
John S, Jagadish A, Bhatta R, dan Sridhar A. servasi Di Bidang Perikanan Tangkap.
2014. The State of Subsidies: Small- Mangrove dan Pesisir. 8(3): 1-12.
scale Fisher Perceptions on Subsidies in
Setiawan I, Monintja DR., Nikijuluw VPH, dan
Karnatakam India. Asian Fisheries
Sondita MFA. 2007. Analisis Keter-
Science. 27: 45-60.
gantungan Daerah Perikanan sebagai
Jones EV, Gray TS, Umponstira C. 2010. Dasar Pelaksanaan Program Pember-
Small-scale Fishing: Perceptions and dayaan Nelayan: Studi Kasus di Kabu-
Threats to Conserving a Livelihoods in paten Cirebon dan Indramayu. Buletin
the Province of Phang-nga, Thailand. PSP. 16(2): 188-200.
EnvironmentAsia. 3(1):1-7.
Stobutzki IC, Silvestre GT, & Garces, LR.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2006. Key issues in coastal fisheries in
2010. Rencana Strategis Pembangunan South and Southeast Asia, outcomes of a
Kelautan dan Perikanan tahun 2010- regional initiative. FisheriesResearch.
2014. Jakarta: [KKP] Kementerian Ke- 78(2-3):109–118 doi:10.1016/j.fishres.
lautan dan Perikanan. 2006.02.002
Kronen M, Sauni S, Sauni LF, Vunisea A. Sudarmo AP, Baskoro MS, Wiryawan B, Wi-
December 2006. A Socio-Economic yono ES, Monintja DR. 2015. Social
Perspective on The Live Reef Fish Food Economics Characteristics of Coastal
Trade for Small-scale Artisanal Fishers Small-scale Fisheries in Tegal City, Indo-
Based on Case Studies from thes Pacific. nesia. International Journal of Scientific &
SPC Live Reef Fish Information Bulletin. Technology Research (IJSTR). 4(1): 85-
16: 33-37. 88.
Nababan BO, Sari YD, Hermawan M. 2008. Teh LSL, Teh LCL, and Sumaila UR. 2011.
Tinjauan aspek ekonomi keberkelanjutan Quantifying The Overlooked Socio-Eco-
perikanan tangkap skala kecil di Kabu- nomic Contribution of Small-scale
paten Tegal Jawa Tengah. Buletin Eko- Fisheries In Sabah, Malaysia. Journal of
nomi Perikanan. 8(2): 50-68 Fisheries Research. 110(3): 450-458.
56 Marine Fisheries 7(1): 45-56, Mei 2016

Tzanatos E, Dimitriou E, Papaharisis L, Roussi Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat.


A, Somarakis S, and Koutsikopoulos C. Ilmu Kelautan. 15(4): 214-220.
2006. Principal Socio-Economic Charac-
Yuerlita dan Perret SR. 2010. Livelihood Fea-
teristics of The Greek Small-Scale Coas-
tures of Small Scale Fishing Commu-
tal Fishermen. Ocean & Coastal Mana-
nities: A Case from Singkarak Lake.
gement. 49: 511-527.
West Sumatra. Indonesia. International
Wiyono ES. 2010. Komposisi, Diversitas dan Journal of Environmental and Rural
Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasar di Development. 1-2: 94-101.

View publication stats

S-ar putea să vă placă și