Sunteți pe pagina 1din 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Defenisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinik
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Contoh Kasus
B. Analisa Data
C. Diagnosa
D. Intervensi
E. implementasi

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup


memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat
menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan
pencernaan termasuk hernia.
Hernia terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap tuberkulum
pubikum, tonjolan timbul apabila klien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya
menghilang secara spontan bila klien dalam keadaan istirahat atau terlentang.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%.Laki-laki
paling sering terkena (85% kasus).Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-
kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan.Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri
(2: 1).25% klien menderita hernia bilateral.Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa
bayi 9 lebih dari 50%), selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
Oleh karena itu perlu kiranya mengetahui bagaimana penyakit tersebut sehingga dapat
diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada anak-anak, maka sangat
diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat.
Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail lagi mengenai hernia meliputi etiologi,
tanda dan gejala, pathofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, komplikasi serta
bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien dengan gangguan hernia.
B. Rumusan Masalah

Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Apakah hernia itu?
2. Bagaimana konsep dasar penyakit anemia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hernia?

C. Tujuan

Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan umum
dan tujuan khusus sebagai berikut
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai
penerapan asuhan keperawatan pada klien hernia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan
tentang:
 Konsep dasar hernia.
 Pengkajian pada klien dengan hernia.
 Perumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan hernia.
 Rencana asuhan keperawatan dan implementasi pada klien dengan hernia.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Defenisi

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang
lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen
yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
B. Etiologi

Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia
adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia
lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan
oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia
keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,
penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made
Kusala, 2009).
C. Patofisiologi

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali


kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam
rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus
Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi
suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi
usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah)
(Erfandi, 2009).
Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila
tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia
reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan
pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan klien adalah rasa sakit yang terus menerus. Terjadi
gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah. (Arief Mansjoer, 2004).
Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan
berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh
dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian (Jennifer, 2007)
D. Klasifikasi

1. Berdasarkan Terjadinya

a) Hernia Bawaan atau Kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita (Erfandi, 2009).

b) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses
terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya (Erfandi, 2009).

2. Berdasarkan sifatnya

a) Hernia reponibel/reducible

Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus (Erfandi, 2009).
b) Hernia ireponibel

Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga
disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).

c) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi,
2009).

3. Berdasarkan Letaknya

a) Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis
umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus
femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di
lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
b) Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi
pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya
ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita
dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau
kegemukan.

c) Hernia sikatriks atau hernia insisional

Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan
(Syamsuhidayat, 2004).

d) Hernia Inguinalis

Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis
(buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Klien laki-laki
lebih banyak daripada klien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada
titik dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep
Subarkah, 2008).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :

  Hernia inguinalis indirek

Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi klien berdiri dapat timbul
kembali.

  Hernia inguinalis direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentuminguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila klien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan
dari masa hernia. Pada klien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila klien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka
hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
E. Manifestasi Klinik

Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan,
batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila klien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
2. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus
tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah
dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
Secara klinis keluhan klien adalah rasa sakit yang terus menerus.
3. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi : saat
klien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio
ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang
kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium.Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong
isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, klien diminta mengedan. Kalau hernia
menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti
sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.
F. Pemeriksaan penunjang

Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia.


Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan
untuk kepentingan operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
dan ketidak seimbangan elektrolit.

G. Penatalaksanaan

1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.

2. Istirahat baring

3. Pengobatan dengan pemberian obat nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk


membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

4. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB.

5. Pembedahan :

  Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding


belakang.

  Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi
lalu dipotong.

  Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup


celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus
internus abdominus ke ligamen inguinal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Contoh Kasus

Seorang buruh bangunan berumur 33 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
pada daerah selangkangan terutama saat mengangkat barang-barang berat. Akibat nyeri ini,
klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Klien juga
mengeluh mual dan kurang nafsu makan. Saat pengkajian, nampak benjolan di sebelah kanan
bawah dekat lipatan paha, klien nampak meringis saat benjolan di palpasi serta klien nampak
berjalan terpincang-pincang. Klien juga nampak lemas, BB turun dan konjungtiva nampak
anemis. Klien mengatakan sangat cemas ketika mengetahui akan dilakukan proses
pembedahan. Wajah klien nampak bingung dan klien sering bertanya tentang pembedahan
yang akan dilakukan.
Data subjektif :
  Klien mengeluh nyeri pada daerah selangkangan terutama saat mengangkat barang-
barang berat.
  klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
  Klien mengeluh mual dan kurang nafsu makan.
  Klien mengatakan sangat cemas ketika mengetahui akan dilakukan proses pembedahan.
Data objektif :
  nampak benjolan di sebelah kanan bawah dekat lipatan paha
  klien nampak meringis saat benjolan di palpasi
  klien nampak berjalan terpincang-pincang.
  Klien nampak lemas, BB turun dan konjungtiva nampak anemis.
  Wajah klien nampak bingung
  klien sering bertanya tentang pembedahan yang akan dilakukan.

B. Analisa Data

No Data Problem Etiologi Diagnosa


1. DS : Gangguan Terjepitnya Gangguan rasa
Klien mengeluh nyeri pada rasa nyaman hernia nyaman (nyeri)
daerahselangkangan terutama (nyeri) b.d terjepitnya
saat mengangkat barang-barang hernia.
berat.
DO :
 nampak benjolan di sebelah
kanan bawah dekat lipatan paha
 klien nampak meringis saat
benjolan di palpasi
2. DS: Nutrisi Anoreksia Nutrisi kurang
Klien mengeluh mual dan kurang dari dari kebutuhan b.d
kurang nafsu makan. kebutuhan anoreksia.
DO :
 Klien nampak lemas
 BB turun
 Konjungtiva nampak anemis
3. DS : intoleransi Kelemahan Intoleransi
Klien mengeluh tidak mampu aktivitas umum aktivitas b.d
melakukan aktivitas Kelemahan umum
yang biasanya dilakukan.
DO :
 klien nampak berjalan
terpincang-pincang.
 nampak benjolan di sebelah
kanan bawah dekat lipatan paha
4. DS: Ansietas Proses Ansietas b.d
Klien mengatakan sangat pembedahan proses
cemas ketika mengetahui akan pembedahan.
dilakukan proses pembedahan.
DO:
 Wajah klien nampak bingung
 Klien sering bertanya tentang
pembedahan yang akan
dilakukan.
C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d terjepitnya hernia.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas b. d Kelemahan umum

4. Ansietas b.d proses pembedahan.

D. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d terjepitnya hernia.


Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri klien hilang, erkurang
atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
  TTV normal : (TD : :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mn, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C )
  klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
  Klien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
  Skala nyeri berkurang
  Wajah klien tidak meringis kesakitan.
Intervensi :
a) Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi. R : Untuk mengetahui skala nyeri
b) Observasi TTV. R : Untuk mengetahui keadaan umum klien
c) Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan. R : Untuk mengetahui seberapa
nyeri yang dirasakan klien
d) Berikan lingkungan yang tenang. R : Meringankan nyeri dan member rasa tenang
e) Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri. R :
Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri
f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya morfin , metadon dll. R :
Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia.


Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 5x24 jam nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
  Nafsu makan meningkat
  Porsi makan habis
  BB Naik
Intervensi :
a) Pastikan pola diet biasa klien, yang disukai atau tidak disukai. R : Membantu dalam
mengidentifikasi kebutuha nutrisi.
b) Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi. R : Berguna dalam
mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan cairan.
c) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat.
R : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari
makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh klien. R :
Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan klien.

3. Intoleransi aktivitas b. d Kelemahan umum.


Tujuan: Dalam 3 x 24 jam klien mampu melakukan aktivitas seperti biasa.
Kriteria hasil :
  Klien nampak berjalan normal
  Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi:
a) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan. R
: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
b) Observasi tanda – tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. R : untuk
mengetahui keadaan saat ini klien.
c) Catat respon-respon emosi/perilaku pada mobilisasi. Berikan aktivitas yang disesuaikan
dengan klien. R : immobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan. Aktivitas
pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian klien dan meningkatkan
koping dengan keterbatasan tersebut.
d) Anjurkan klien untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari- hari. R : partisipasi
klien akan meningkatkan kemandirian klien dan perasaan kontrol terhadap diri.
e) Bantu klien dalam melakukan aktivitas. R : keterbatasan aktivitas bergantung pada
kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
4. Ansietas b.d proses pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam Kecemasan klien
berkurang.
Kriteria Hasil :
  TTV normal : ( TD : 110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C )
  Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
  Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan
  Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila
dilakukan operasi).
Intervensi :
a) Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik. R : Untuk mengetahui sampai sejauh
mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-
lanjutnya.
b) Observasi TTV. R : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
c) Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.
R : Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
d) Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien. R : Agar klien
merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
e) Kolaborasi dengan tim medis. R : Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.

E. Implementasi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d terjepitnya hernia.


Implementasi Evaluasi

Tgl...... Jam...... Tgl...... Jam......

 Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi,S: klien mengatakan nyeri pada


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan daerah selangkangan
faktor presipitasi. O: klien nampak meringis
Hasil: nyeri skala 6
A: nyeri belum teratasi
 Mengobservasi TTV
P: lanjutkan intervensi
Hasil: TD 120/90, Nadi 124x/m, pernapasan
20x/m, suhu 36oc
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
nyamanan.
Hasil: klien nampak meringis.

 Berikan lingkungan yang tenang.


Hasil : klien merasa nyaman dengan lingkungan
yang tenang

 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,


distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
Hasil : klien mendengar dan mau melakukannya

 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi


misalnya morfin , metadon dll.
Hasil : kolaborasi dilakukan

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia.


Implementasi Evaluasi

Tgl...... Jam...... Tgl...... Jam......

 Pastikan pola diet biasa klien, yang disukaiS: klien mengatakan masih kurang
atau tidak disukai. dan nafsu makannya juga kurang
Hasil : nafsu makan masih kurang meski telahO: klien nampak lemas, porsi makan
diberikan makanan yang disukai. tidak dihabiskan
 Awasi masukan dan pengeluaran dan berat
A: kebutuhan nutrisi belum teratasi
badan secara periodi.
Hasil : BB menurun. P: lanjutkan intervensi

 Dorong makan sedikit dan sering dengan


makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat.
hasil : klien mendengar dan mau melakukannya.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi yang dibutuhkan oleh klien.
Hasil : kolaborasi dilakukan

3. Intoleransi aktivitas b. d Kelemahan umum.


Implementasi Evaluasi

Tgl...... Jam...... Tgl...... Jam......

 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada S: klien mengatakan masih sulit


aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan. melakukan beberapa aktivitas
Hasil : klien masih sulit melakukan beberapaO: klien nampak berjalan
aktivitas terpincang-pincang
 Observasi tanda – tanda vital sebelum dan
A: intoleransi aktivitas belum
sesudah melakukan aktivitas.
teratasi
Hasil :
P: lanjutkan intervensi
 Catat respon-respon emosi/perilaku pada
mobilisasi. Berikan aktivitas
yang disesuaikandengan klien.
Hasil :
 Anjurkan klien untuk tetap ikut berperan serta
dalam aktivitas sehari- hari.
Hasil : klien mendengar dan mau melakukannya
 Bantu klien dalam melakukan aktivitas.
Hasil : klien merasa senang saat dibantu
melakukan aktivitas.

4. Ansietas b.d proses pembedahan


Implementasi Evaluasi

Tgl...... Jam...... Tgl...... Jam......

 Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat,S:


panik. O:
Hasil : tingkat ansietas sedang
A:
 Observasi TTV
Hasil : P:

 Berikan penjelasan mengenai prosedur


perawatan, perjalanan penyakit & progno-sisnya.
Hasil : klien merasa tenang setelah diberkan
penjelasan tentang penyakitnya
 Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah
dijangkau oleh klien.
Hasil :
 Kolaborasi dengan tim medis.
Hasil : kolaborasi dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

http://mardiyanaa.blogspot.com/

S-ar putea să vă placă și