Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab
utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari
kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan
bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua
juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan
bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang.
Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir.
Lansia individu, bagaimanapun, berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan
kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi penyakit di negara berkembang dan
karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di negara-negara industri,
komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk 2 November Hari Pneumonia
Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil
tindakan terhadap penyakit. Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah
sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75
tahun lebih dari usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar
20-40% individu yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit
antara 5-10% diterima ke unit perawatan kritis.
Demikian pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-individu
ini juga lebih cenderung memiliki episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang
dirawat di rumah sakit untuk alasan apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia.
Pneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke yang menyulitkan
penyembuhan pasien. Insidens yang tinggi dari pneumonia nosokomial merupakan
masalah yang sering terjadi di rumah sakit.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan dari Pneumonia?
1.3. Tujuan penuliasan

Adapun tujuan penulisan yaitu:

1.3.1. Tujuan umum


Page | 1
a. untuk lebih memahami apa itu Pneumonia serta bagaimana pengobatannya

b. untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi

1.3.2. Tujuan Kusus

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pneumonia

b. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari Pneumonia

c. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Pneumonia

d. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Pneumonia

e. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dai Pneumonia

f. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Pneumonia

g. Untuk mengetahui apasaja pemeriksaan penunjang dari Pneumonia

h. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Pneumonia

i. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Pneumonia

BAB II

Page | 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pneumonia


Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah suatu
proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia
merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah,
penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar
pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah
infeksi virus.
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT))
akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber
infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa
kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun
manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis
(Elin, 2008).

2.2. Etiologi
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus.
Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga
sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia
lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu
pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang
berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan virus.

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus


aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza,
eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia
sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi,
bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,


adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang

Page | 3
saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia,
terutama pada anak-anak.

3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini


berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang
diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut
pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.

4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

2.3. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti
menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear
di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Pohon Masalah

Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur

Masuk sasaluran
pernafasan
Page | 4
Paru-paru

Bronkus & alveoli Reseptor peradangan

Mengganggu krj hipothalamus


makrofag
Hipertermi

Resiko penyebaran infeksi infeksi Kringat


berlebih

Peradangan/ inflamasi Risti kekurangan


Reseptor nyeri: cairan &elektrolit
 Histamine
 Prostaglandin odema produksi skreet Difusi gas antara O2 &
CO2 di alveoli terganggu
 bradikinin mngkat

dispnea
Nyeri batuk Kapasitas transportasi
O2 menurun
Gangguan pola
kelelahan napas
Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jln napas tdk
efektif Pnekanan diafragma

Pe tekanan Intra
abdomen

Peningkatan Nutrisi berkurang Anureksia Saraf pusat


Metabolisme

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

2.4. Klasifikasi
Macam pneumonia antara lain:
a. Pneumonia Lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua lobus
terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.

Page | 5
b. Pneumonia Interstisial
Pneumonia interstisial dapat terjadi di dalam dinding alveolar dan jaringan
peribronkhial serta interlobaris.

c. Bronkhopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.

2.5. Mnifestasi Klinis


Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri.
Gejala-gejala mencakup:

a. Demam dan menggigil akibat proses peradangan.

b. Batuk yang sering produktif dan purulen

c. Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda


(untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk
pseudomonas aeruginosa)

d. Krekel (bunyi paru tambahan).

e. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.

f. Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau
kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.

g. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis

h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat menyebabkan


atelektasis absorpsi.

i. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler
atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

2.6. Komplikasi
1) Efusi pleura

Page | 6
2) Hipoksemia

3) Pneumonia kronik

4) Bronkaltasis

5) Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang


diserang tidak mengandung udara dan kolaps).

6) Komplikasi sistemik (meningitis)

7) Otitis media akut (OMA), terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.

2.7. Pemeriksaan Penunjang


1) Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses)

2) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua


organisme yang ada.

3) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat


penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

5) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7) Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik
yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :

Page | 7
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status perkawinan.
2. Fokus Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit : Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak
bergairah, riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di
rumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis
tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1. Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2. Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3. Suhu tubuh : Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.
d. Berat badan dan tinggi badan : Kecenderungan berat badan anak mengalami
penurunan.
Page | 8
e. Integumen (Kulit)
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan
tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala dan mata (Kepala )
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
g. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif
dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
h. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun.
i. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
j. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
k. Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
l. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
Page | 9
penggunaan otot aksesoris pernafasan.

4. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
a. Hb : menurun/normal
b. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,
kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan
edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.

2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah


ditandai dengan sianosis.

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi

5. Pola nafas tidak efektif b.d peradangan ditandai dengan dispnea

3.3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan
NOC : NIC :
1 Bersihan jalan nafas
v Respiratory status : Airway suction
tak efektif b.d
Ventilation  Pastikan kebutuhan
inflamasi trachea
v Respiratory status : oral / tracheal suctioning
bronchial,  Auskultasi suara nafas
Airway patency
pembentukan edema, sebelum dan sesudah
v Aspiration Control
ditandai dengan suctioning.

Page | 10
Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien
dipsnea dan adanya
 Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
secret.
batuk efektif dan suara suctioning
 Minta klien nafas dalam
nafas yang bersih, tidak
sebelum suction
ada sianosis dan
dilakukan.
dyspneu (mampu
 Berikan O2 dengan
mengeluarkan sputum,
menggunakan nasal
mampu bernafas
untuk memfasilitasi
dengan mudah, tidak
suksion nasotrakeal
ada pursed lips)  Gunakan alat yang steril
 Menunjukkan jalan
sitiap melakukan
nafas yang paten (klien
tindakan
tidak merasa tercekik,  Anjurkan pasien untuk
irama nafas, frekuensi istirahat dan napas
pernafasan dalam dalam setelah kateter
rentang normal, tidak dikeluarkan dari
ada suara nafas nasotrakeal
abnormal)  Monitor status oksigen
 Mampu pasien
mengidentifikasikan  Ajarkan keluarga

dan mencegah factor bagaimana cara

yang dapat melakukan suksion


 Hentikan suksion dan
menghambat jalan
berikan oksigen apabila
nafas
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

Airway Management
 Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi

Page | 11
 Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan bronkodilator
bila perlu
 Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
NOC : NIC :
2 Gangguan pertukaran
 Respiratory Status : Gas Airway Management
gas b.d gangguan
exchange  Buka jalan nafas,
kapasitas pembawa  Respiratory Status : guanakan teknik chin
oksigen darah ventilation lift atau jaw thrust bila
ditandai dengan  Vital Sign Status
perlu
sianosis Kriteria Hasil :  Posisikan pasien untuk
 Mendemonstrasikan memaksimalkan
peningkatan ventilasi ventilasi
dan oksigenasi yang  Identifikasi pasien
adekuat perlunya pemasangan
 Memelihara kebersihan alat jalan nafas buatan
paru paru dan bebas dari  Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi
tanda tanda distress

Page | 12
pernafasan dada jika perlu
 Mendemonstrasikan  Keluarkan sekret
batuk efektif dan suara dengan batuk atau
nafas yang bersih, tidak suction
dan  Auskultasi suara nafas,
ada sianosis
catat adanya suara
dyspneu (mampu
tambahan
mengeluarkan sputum,
 Lakukan suction pada
mampu bernafas dengan
mayo
mudah, tidak ada pursed  Berika bronkodilator
lips) bial perlu
 Tanda tanda vital dalam  Barikan pelembab udara
rentang normal  Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2

Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
 Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara nafas,
seperti dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
 Catat lokasi trakea

Page | 13
 Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
 Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
 auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
NOC : NIC :
3 Nyeri (akut)
 Pain Level,  Lakukan pengkajian
berhubungan dengan
 pain control, nyeri secara
inflamasi parenkim
 comfort level komprehensif termasuk
paru, batuk menetap.
Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik,
keperawatan selama …. durasi, frekuensi,
Pasien tidak mengalami kualitas dan faktor
nyeri, dengan kriteria hasil: presipitasi
 Mampu mengontrol  Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  Bantu pasien dan
nonfarmakologi untuk keluarga untuk mencari
mengurangi nyeri, dan menemukan
mencari bantuan) dukungan
 Melaporkan bahwa  Kontrol lingkungan
nyeri berkurang dengan yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,

Page | 14
 Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala, intensitas, kebisingan
frekuensi dan tanda  Kurangi faktor
nyeri) presipitasi nyeri
 Menyatakan rasa  Kaji tipe dan
nyaman setelah nyeri sumber nyeri untuk
berkurang menentukan intervensi
 Tanda vital dalam  Ajarkan tentang
rentang normal teknik non farmakologi:
 Tidak mengalami napas dala, relaksasi,
gangguan tidur distraksi, kompres
hangat/ dingin
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: …
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

Ketidakseimbangan NOC: NIC


4
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status:  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b.d Adequacy of nutrient makanan
peningkatan 2. Nutritional Status : food  Kolaborasi dengan
kebutuhan metabolik and Fluid Intake ahli gizi untuk

Page | 15
sekunder terhadap 3. Weight Control menentukan jumlah
demam dan proses Setelah dilakukan tindakan kalori dan nutrisi yang
infeksi keperawatan dibutuhkan pasien
selama….nutrisi kurang  Yakinkan diet yang
teratasi dengan indikator: dimakan mengandung
 Albumin serum tinggi serat untuk
 Pre albumin serum mencegah konstipasi
 Hematokrit  Ajarkan pasien
 Hemoglobin bagaimana membuat

 Total iron binding catatan makanan harian.

capacity  Monitor adanya


penurunan BB dan gula
 Jumlah limfosit darah
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nuntrisi
 Informasikan pada
klien dan keluarga

Page | 16
tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi
fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan
anti emetik:.....
 Anjurkan banyak
minum
 Pertahankan terapi
IV line

 Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval

NOC: NIC:
5 Pola nafas tidak
 Respiratory status :  Posisikan pasien
efektif b.d
Ventilation untuk memaksimalkan
peradangan ditandai
 Respiratory status : ventilasi
dengan dispnea
Airway patency  Pasang mayo bila
 Vital sign Status perlu
 Lakukan fisioterapi
Setelah dilakukan tindakan dada jika perlu
keperawatan selama  Keluarkan sekret
………..pasien dengan batuk atau
menunjukkan keefektifan suction

Page | 17
pola nafas, dibuktikan  Auskultasi suara
dengan kriteria hasil: nafas, catat adanya suara
 Mendemonstrasikan tambahan
batuk efektif dan suara  Berikan
nafas yang bersih, tidak bronkodilator :
ada sianosis dan dyspneu -…………………..
(mampu mengeluarkan …………………….
sputum, mampu bernafas  Berikan pelembab
dg mudah, tidakada udara Kassa basah NaCl
pursed lips) Lembab
 Menunjukkan jalan  Atur intake untuk
nafas yang paten (klien cairan mengoptimalkan
tidak merasa tercekik, keseimbangan.
irama nafas, frekuensi  Monitor respirasi
pernafasan dalam rentang dan status O2
normal, tidak ada suara o Bersihkan
nafas abnormal) mulut, hidung dan secret
trakea
 Tanda Tanda vital o Pertahankan
dalam rentang normal jalan nafas yang paten
(tekanan darah, nadi, o Observasi
pernafasan) adanya tanda tanda
hipoventilasi
o Monitor
adanya kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
o Monitor
vital sign
o Informasikan
pada pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola

Page | 18
nafas.
o Ajarkan
bagaimana batuk efektif
o Monitor pola
nafas

3.4. Implementasi
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

3.5. Evaluasi Keperawatan


Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut.

1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan


perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian
diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen
utama dalam catatan perkembangan yang terdiri atas:
S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia.
O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan,
atau akibat pengobatan.
A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu
berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses

Page | 19
analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan
pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan
tindakan.
P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil
modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan
periode yang telah ditentukan.
I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi
harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis
respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak
tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan
tercapai.
R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis
dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien.
Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.

Page | 20
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

Daftar Pustaka

Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1,


EGC,Jakarta

Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1,


EGC,Jakarta

Wicaksono, Chandra.2013,Askep Pneumonia.Diunduh dari : file:///D:/materi


%20kuliah/SEMESTER%204/Respirasi/Asuhan%20Keperawatan_%20ASKEP
%20PNEUMONIA.html. Palembang

Herdman, T. Heather.2015.Nanda Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan :


Definisi & Klasifikasi 2015-2017.EGC,Jakarta

Page | 21

S-ar putea să vă placă și