Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
BAB II
Page | 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Etiologi
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus.
Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga
sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia
lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu
pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang
berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan virus.
Page | 3
saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia,
terutama pada anak-anak.
2.3. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti
menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear
di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Pohon Masalah
Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur
Masuk sasaluran
pernafasan
Page | 4
Paru-paru
dispnea
Nyeri batuk Kapasitas transportasi
O2 menurun
Gangguan pola
kelelahan napas
Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jln napas tdk
efektif Pnekanan diafragma
Pe tekanan Intra
abdomen
2.4. Klasifikasi
Macam pneumonia antara lain:
a. Pneumonia Lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua lobus
terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
Page | 5
b. Pneumonia Interstisial
Pneumonia interstisial dapat terjadi di dalam dinding alveolar dan jaringan
peribronkhial serta interlobaris.
c. Bronkhopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.
f. Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau
kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.
i. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler
atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
2.6. Komplikasi
1) Efusi pleura
Page | 6
2) Hipoksemia
3) Pneumonia kronik
4) Bronkaltasis
7) Otitis media akut (OMA), terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik
yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
Page | 7
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status perkawinan.
2. Fokus Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit : Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak
bergairah, riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di
rumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis
tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1. Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2. Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3. Suhu tubuh : Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.
d. Berat badan dan tinggi badan : Kecenderungan berat badan anak mengalami
penurunan.
Page | 8
e. Integumen (Kulit)
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan
tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala dan mata (Kepala )
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
g. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif
dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
h. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun.
i. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
j. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
k. Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
l. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
Page | 9
penggunaan otot aksesoris pernafasan.
4. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
a. Hb : menurun/normal
b. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,
kadar karbon darah meningkat/normal
c. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan
edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
N Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan
NOC : NIC :
1 Bersihan jalan nafas
v Respiratory status : Airway suction
tak efektif b.d
Ventilation Pastikan kebutuhan
inflamasi trachea
v Respiratory status : oral / tracheal suctioning
bronchial, Auskultasi suara nafas
Airway patency
pembentukan edema, sebelum dan sesudah
v Aspiration Control
ditandai dengan suctioning.
Page | 10
Kriteria Hasil : Informasikan pada klien
dipsnea dan adanya
Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
secret.
batuk efektif dan suara suctioning
Minta klien nafas dalam
nafas yang bersih, tidak
sebelum suction
ada sianosis dan
dilakukan.
dyspneu (mampu
Berikan O2 dengan
mengeluarkan sputum,
menggunakan nasal
mampu bernafas
untuk memfasilitasi
dengan mudah, tidak
suksion nasotrakeal
ada pursed lips) Gunakan alat yang steril
Menunjukkan jalan
sitiap melakukan
nafas yang paten (klien
tindakan
tidak merasa tercekik, Anjurkan pasien untuk
irama nafas, frekuensi istirahat dan napas
pernafasan dalam dalam setelah kateter
rentang normal, tidak dikeluarkan dari
ada suara nafas nasotrakeal
abnormal) Monitor status oksigen
Mampu pasien
mengidentifikasikan Ajarkan keluarga
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Page | 11
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
NOC : NIC :
2 Gangguan pertukaran
Respiratory Status : Gas Airway Management
gas b.d gangguan
exchange Buka jalan nafas,
kapasitas pembawa Respiratory Status : guanakan teknik chin
oksigen darah ventilation lift atau jaw thrust bila
ditandai dengan Vital Sign Status
perlu
sianosis Kriteria Hasil : Posisikan pasien untuk
Mendemonstrasikan memaksimalkan
peningkatan ventilasi ventilasi
dan oksigenasi yang Identifikasi pasien
adekuat perlunya pemasangan
Memelihara kebersihan alat jalan nafas buatan
paru paru dan bebas dari Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
tanda tanda distress
Page | 12
pernafasan dada jika perlu
Mendemonstrasikan Keluarkan sekret
batuk efektif dan suara dengan batuk atau
nafas yang bersih, tidak suction
dan Auskultasi suara nafas,
ada sianosis
catat adanya suara
dyspneu (mampu
tambahan
mengeluarkan sputum,
Lakukan suction pada
mampu bernafas dengan
mayo
mudah, tidak ada pursed Berika bronkodilator
lips) bial perlu
Tanda tanda vital dalam Barikan pelembab udara
rentang normal Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Catat lokasi trakea
Page | 13
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
NOC : NIC :
3 Nyeri (akut)
Pain Level, Lakukan pengkajian
berhubungan dengan
pain control, nyeri secara
inflamasi parenkim
comfort level komprehensif termasuk
paru, batuk menetap.
Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik,
keperawatan selama …. durasi, frekuensi,
Pasien tidak mengalami kualitas dan faktor
nyeri, dengan kriteria hasil: presipitasi
Mampu mengontrol Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik Bantu pasien dan
nonfarmakologi untuk keluarga untuk mencari
mengurangi nyeri, dan menemukan
mencari bantuan) dukungan
Melaporkan bahwa Kontrol lingkungan
nyeri berkurang dengan yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
Page | 14
Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala, intensitas, kebisingan
frekuensi dan tanda Kurangi faktor
nyeri) presipitasi nyeri
Menyatakan rasa Kaji tipe dan
nyaman setelah nyeri sumber nyeri untuk
berkurang menentukan intervensi
Tanda vital dalam Ajarkan tentang
rentang normal teknik non farmakologi:
Tidak mengalami napas dala, relaksasi,
gangguan tidur distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: …
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Page | 15
sekunder terhadap 3. Weight Control menentukan jumlah
demam dan proses Setelah dilakukan tindakan kalori dan nutrisi yang
infeksi keperawatan dibutuhkan pasien
selama….nutrisi kurang Yakinkan diet yang
teratasi dengan indikator: dimakan mengandung
Albumin serum tinggi serat untuk
Pre albumin serum mencegah konstipasi
Hematokrit Ajarkan pasien
Hemoglobin bagaimana membuat
Page | 16
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
Atur posisi semi
fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan
anti emetik:.....
Anjurkan banyak
minum
Pertahankan terapi
IV line
NOC: NIC:
5 Pola nafas tidak
Respiratory status : Posisikan pasien
efektif b.d
Ventilation untuk memaksimalkan
peradangan ditandai
Respiratory status : ventilasi
dengan dispnea
Airway patency Pasang mayo bila
Vital sign Status perlu
Lakukan fisioterapi
Setelah dilakukan tindakan dada jika perlu
keperawatan selama Keluarkan sekret
………..pasien dengan batuk atau
menunjukkan keefektifan suction
Page | 17
pola nafas, dibuktikan Auskultasi suara
dengan kriteria hasil: nafas, catat adanya suara
Mendemonstrasikan tambahan
batuk efektif dan suara Berikan
nafas yang bersih, tidak bronkodilator :
ada sianosis dan dyspneu -…………………..
(mampu mengeluarkan …………………….
sputum, mampu bernafas Berikan pelembab
dg mudah, tidakada udara Kassa basah NaCl
pursed lips) Lembab
Menunjukkan jalan Atur intake untuk
nafas yang paten (klien cairan mengoptimalkan
tidak merasa tercekik, keseimbangan.
irama nafas, frekuensi Monitor respirasi
pernafasan dalam rentang dan status O2
normal, tidak ada suara o Bersihkan
nafas abnormal) mulut, hidung dan secret
trakea
Tanda Tanda vital o Pertahankan
dalam rentang normal jalan nafas yang paten
(tekanan darah, nadi, o Observasi
pernafasan) adanya tanda tanda
hipoventilasi
o Monitor
adanya kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
o Monitor
vital sign
o Informasikan
pada pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola
Page | 18
nafas.
o Ajarkan
bagaimana batuk efektif
o Monitor pola
nafas
3.4. Implementasi
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Page | 19
analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan
pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan
tindakan.
P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil
modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan
periode yang telah ditentukan.
I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi
harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis
respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak
tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan
tercapai.
R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis
dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien.
Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
Page | 20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Daftar Pustaka
Page | 21