Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
reconnaissance, data- data yang di dapat mulai dari data sekunder hingga yang
bersifat primer (litologi, struktur geologi, morfologi) yang diambil secara langsung
dilapangan haruslah bisa bermakna lebih yang akan mampu menceritakan kondisi
geologi daerah yang dipetakan. Oleh sebab itu diperlukan interpetasi atau
data hasil penelitian menjadi suatu cerita ilmiah. Dalam bab ini akan di bahas
secara khusus hasil interpetasi yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai daerah
yang dipetakan.
4.1 Geomorfologi
Aspek-aspek yang dikaji dalam bahasan geomorfologi pada daerah
menitik beratkan kepada aspek endogen dan eksogen yang terjadi pada daerah
geomorfologi berdasarkan akan analisis pada peta topografi dengan melihat pola-
pola-pola kontur yang khas seperti pola melingkar atau membentuk suatu
kelurusan.
peneliti diwajibkan mengetahui kondisi geologi lokasi penelitian, maka dari itu
peneliti diwajibkan turun ke lapangan untuk mendapatkan data yang real. Selain
memakai data primer hasil pemetaan peneliti juga menggunakan data sekunder
seperti peta geologi regional untuk mendapatkan data-data geologi tambahan pada
daerah penelitian.
memiliki sudut lereng yang sangat landai bahkan datar dengan sudut < 2⁰ dan
beda tinggi < 5 meter. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh endapan pasir hingga
bongkah yang merupakan produk dari Gunung Slamet. Secara umum daerah
A B C
Musa Aka Halaman 54
dengan satuan geomorfologi ini digunakan warga / masyarakat sekitar untuk
Satuan ini menempati 3.5% lokasi penilitian tepatnya berada pada Desa
Gambar 4.1 Satuan Geomorfologi Dataran Lahar (V.4.11), arah foto bentang alam N18⁰E dan A,,B,C
merupakan material penyusun lokasi penelitian
geomorfologi ini disusun oleh batugamping yang telah mengalami proses
karstifikasi hal ini terlihat dari hadirnya lapies dan goa-goa batugamping yang
terbentuk akibat reaksi antara air terhadap kandungan CaCO3 yang merupakan
penyusun utama dari batugamping. Pada daerah ini beberapa tempat dilakukan
.
A
(S.1.11)
memiliki topografi yang relatif datar, yang secara geologi masuk kedalam Sinklin
Formasi Pemali yang telah mengalami pelapukan yang cukup intensif, satuan ini
digunakan warga sebagai area persawahan namun hanya sebagian kecil saja
B
Gambar 4.3 Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional Struktur Lipatan (S.1.11), arah foto N25⁰
dan A,B merupakan material penyusun satuan geomorfologi ini
kipas aliran lahar (Gambar 4.4) yang mempunyai pola aliran parallel yang
anak sungai dan sungai induknya membentuk sudut lancip biasanya pola
daerah penelitian termasuk dalam tekstur kasar, yang berarti kondisi daerah
penelitian dapat diinterpetasi tersusun oleh tanah atau batuan yang permeable
Gambar 4.5
saat ini sedang dipengaruhi oleh proses eksogen, yang mana dicirikan oleh proses
: Longsor
kondisi litologi, kondisi fisik sungai (Gambar 4.7), dan tingkat erosi (Gambar 4.9)
terhadap suatu daerah. Secara sederhana akan dibandingkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Perbandingan stadia sungai muda dan dewasa dalam menentukan
tingkat stadia sungai menurut Lobeck (1939).
Stadia sungai Muda Dewasa Tua
Resistensi batuan Resistensi lebih Resistensi lebih Resistensi batuan
tinggi rendah rendah
Bentuk sungai Relatif lurus Mulai terlihat Berkelok-kelok
berkelok – kelok (mender)
Bentuk tebing V cenderung U U
Proses pada sungai Erosional Pengendapan Pengendapan
Sifat erosi Vertkal V dan H Horisontal
seimbang
dkk., 1996), daerah penelitian terdapat 2 formasi batuan yaitu Formasi Pemali dan
Formasi Tapak serta Anggota Batugamping Formasi Tapak dan endapan Lahar
Gunung Slamet. Formasi tertua pada lokasi penelitian adalah Formasi Pemali
yang terbentuk pada Awal Miosen, di atasnya menindih secara tidak selaras
Formasi Tapak dan Anggota Batugamping Formasi Tapak, umur formasi ini ialah
litologi dari tua ke muda yaitu Satuan batulempung karbonatan Pemali, Satuan
berdasarkan pada litologi yang dominan pada penyusun satuan tersebut dan diikuti
nama formasinya.
dengan tekstur klastik dengan struktur masif dengan ukuran butir lempung, batuan
ini beraksi kecil terhadap HCL, Formasi ini tersingkap pada daerah sungai hingga
punggungan bukit pada daerah tenggara lokasi penilitian. Secara stratigrafi satuan
ini tidak selaras terhadap satuan batuan di atasnya, dan merupakan batuan tertua
Gambar 4.11 Kenampakan singkapan batulempung pemali dengan arah foto N244⁰E dan N334⁰E
(Foto diambil di LP 07, daerah Desa Kalisalak).
Satuan ini tersusun oleh batupasir bewarna coklat kehitaman dan kuning
kecoklatan, dengan beragam tekstur klastik dengan ukuran butir pasir sedang
hingga kasar struktur sedimen mulai dari berlapis, masif, graded badding, revarse
graded badding dan tekstur khusus seperti lenticular (Gambar 4.13C) yang khas
pada daerah pasang surut. Tersusun oleh material pasir sebagai matriks, dan
fragmen berupa fosil moluska koral, gastropoda (Gambar 4.13B), dan material
hasil vulkasisme seperti mineral hornblande dan pumice juga pasir (Gambar
4.13A), sedangkan semen batuan ini ialah material karbonat (CaCo3). Dibagian
atas perlapisan ini hadir breksi pumice. pada lokasi tertentu hadir tekstur
batugamping Tapak.
Gambar 4.12 Kenampakan singkapan batupasir karbonatan dengan arah foto N42⁰E (foto
Tersusun atas batuan bewarna putih dan kuning kecoklatan dengan dengan
tekstur klastik dan non-klastik, komposisi berupa koral, cangkang dan mineral
organik seperti koral, alga dan lainnya. Satuan ini mengalami proses karstifikasi
Tersusun atas material pasir, lumpur juga kerikil hingga kerakal sebagai,
dimana material penyusun berwarna abu-abu hingga hitam, berupa batuan andesit-
basal. Struktur sedimen yang hadir pada satuan ini ialah graded badding, reverse
graded bedding. Penyebaran dari satuan ini ialah pada daerah datar dari lokasi
penelitian.
Gambar 4.15
geologi regional, peta topografi dan data hasil pemetaan awal. Dalam pemberian
nama struktur didasarkan pada nama geografis, baik berupa nama desa maupun
daerah penelitian peneliti melihat adanya suatu kelurusan lembah yang di curigai
Gambar 4.16. Hasil anaslis pola kelurusan peta SRTM, pada daerah
penelitian (ASTER GDEM, 2008).
kelurusan hasil analisis peta SRTM dimana pada bagian barat daerah penelitian
terlihat suatu lembah yang dicurigai sebagai sesar dan untuk sementara peneliti
mengontrol pada daerah penelitian. Pola kelurusan hasil analisis SRTM dan pola
Berdasarkan hasil analisis peta geologi regional Djuri, dkk. (1996) tidak
ditemukannya struktur geologi (Gambar 4.7) oleh sebab itu perlu di lakukan
tersebut didapat saat dilakukan pengukuran bidang perlapisan yang berada pada
batupasir yaitu pada LP 23,24 (kemiringan lapisan menuju tenggara) dan LP 31,32
kemiringan lapisan menuju barat laut). Selain data primer berupa struktur lipatan
di lapangan juga ditemukan hadirnya sesar normal (Gambar 4.18) yang bersifat
Gambar 4.18
Menindaklanjuti data sekunder dari analisa SRTM dan peta topgrafi pada