Sunteți pe pagina 1din 17

BAB IV

INTERPETASI AWAL GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Dalam melakukan pemetaan awal geologi permukaan pada tahap

reconnaissance, data- data yang di dapat mulai dari data sekunder hingga yang

bersifat primer (litologi, struktur geologi, morfologi) yang diambil secara langsung

dilapangan haruslah bisa bermakna lebih yang akan mampu menceritakan kondisi

geologi daerah yang dipetakan. Oleh sebab itu diperlukan interpetasi atau

penafsiran dari seorang geologist/calon geost yang mampu mengabungkan data-

data hasil penelitian menjadi suatu cerita ilmiah. Dalam bab ini akan di bahas

secara khusus hasil interpetasi yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai daerah

yang dipetakan.

4.1 Geomorfologi
Aspek-aspek yang dikaji dalam bahasan geomorfologi pada daerah

penelitian terdiri atas satuan geomorfologi, pola pengaliran, proses geomorfologi

(morfogenesis), dan stadia daerah.

4.1.1 Satuan Geomorfologi

Dalam penelitian ini secara khusus peneliti akan membagi satuan

geomorfologi menggunakan klasifikasi BMB (Bentuk Muka Bumi), oleh

Brahmantyo, 2006. Pembagian satuan geomorfologi daerah penelitian sangat

menitik beratkan kepada aspek endogen dan eksogen yang terjadi pada daerah

Musa Aka Halaman 53


penelitian. Selain hal tersebut peneliti juga menentukan penyebaran satuan

geomorfologi berdasarkan akan analisis pada peta topografi dengan melihat pola-

pola kontur yang mencerminkan bentuk bentang alam (topografi). Dalam

pembagian tersebut memperhatikan kerapatan dan kerenggangan kontur serta

pola-pola kontur yang khas seperti pola melingkar atau membentuk suatu

kelurusan.

Dalam melakukan pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian

peneliti diwajibkan mengetahui kondisi geologi lokasi penelitian, maka dari itu

peneliti diwajibkan turun ke lapangan untuk mendapatkan data yang real. Selain

memakai data primer hasil pemetaan peneliti juga menggunakan data sekunder

seperti peta geologi regional untuk mendapatkan data-data geologi tambahan pada

daerah penelitian.

Berdasarkan data-data yang didapatkan peneliti membagi satuan

geomorfologi daerah penelitian kedalam beberapa satuan dengan menggunakan

klasifikasi BMB dengan pembagian nama unit di kombinasikan dengan satuan

unit ITC (Van Zuidam, 1985). Satuan geomorfologi tersebut ialah :

1. Satuan Geomorfologi Dataran Lahar (V.4.11)


2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst (K.5.2)
3. Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional Struktur Lipatan (S.1.11)

4.1.1.1 Satuan Geomorfologi Dataran Lahar (V.4.11)

Satuan geomorfologi ini menempati 77,5% lokasi penelitian. Satuan ini

memiliki sudut lereng yang sangat landai bahkan datar dengan sudut < 2⁰ dan

beda tinggi < 5 meter. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh endapan pasir hingga

bongkah yang merupakan produk dari Gunung Slamet. Secara umum daerah

A B C
Musa Aka Halaman 54
dengan satuan geomorfologi ini digunakan warga / masyarakat sekitar untuk

bercocok tanam (Gambar 4.1).

4.1.1.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst (K.5.2)

Satuan ini menempati 3.5% lokasi penilitian tepatnya berada pada Desa

Kalisalak dan Desa Karangdawa. Satuan ini mempunyai morfometri yang

termasuk dalam klasifikasi topografi bergelombang kuat-perbukitan. Satuan

Gambar 4.1 Satuan Geomorfologi Dataran Lahar (V.4.11), arah foto bentang alam N18⁰E dan A,,B,C
merupakan material penyusun lokasi penelitian
geomorfologi ini disusun oleh batugamping yang telah mengalami proses

karstifikasi hal ini terlihat dari hadirnya lapies dan goa-goa batugamping yang

terbentuk akibat reaksi antara air terhadap kandungan CaCO3 yang merupakan

penyusun utama dari batugamping. Pada daerah ini beberapa tempat dilakukan

penambangan batugamping, dan sebagian besar masih merupakan hutan.

.
A

Musa Aka Halaman 55


Gambar 4.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst (K.5.2), arah foto N185⁰E, N242⁰E,N300⁰E
Dan A (lapies),B (goa) merupakan hasil proses eksogenik yang terjadi, yaitu karstifikasi ,

4.1.1.3 Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional Struktur Lipatan

(S.1.11)

Satuan geomorfologi ini menempati 13% lokasi penelitian. Satuan ini

memiliki topografi yang relatif datar, yang secara geologi masuk kedalam Sinklin

Kalisalak dimana litologi penyusun merupakan batupasir, dan batulempung

Formasi Pemali yang telah mengalami pelapukan yang cukup intensif, satuan ini

digunakan warga sebagai area persawahan namun hanya sebagian kecil saja

sisanya merupakan perkebunan jagung.

B
Gambar 4.3 Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional Struktur Lipatan (S.1.11), arah foto N25⁰
dan A,B merupakan material penyusun satuan geomorfologi ini

4.1.2 Pola Pengaliran

Berdasarkan dari pengamatan peta topografi regional dan citra satelit

(Google earth) daerah penelitian secara regional termasuk di dalam bentukan

kipas aliran lahar (Gambar 4.4) yang mempunyai pola aliran parallel yang

menunjukan kesejajaran arah aliran dimana tempat pertemuan percabangan

anak sungai dan sungai induknya membentuk sudut lancip biasanya pola

Musa Aka Halaman 56


aliran ini berada pada daerah perbukitan dan lereng yang terjal namun dapat

juga berada pada daerah dataran pantai, aliran lava.

Gambar 4.4 Pola


pengaliran
regional pada
daerah
penelitian
termasuk
kedalam
bentukan
distributary
(kipas)

Musa Aka Halaman 57


Dari proses pengamatan peta topografi tekstur pola pengaliran pada

daerah penelitian termasuk dalam tekstur kasar, yang berarti kondisi daerah

penelitian dapat diinterpetasi tersusun oleh tanah atau batuan yang permeable

dan mengandung air yang relatif sedikit.

Gambar 4.5

4.1.3 Proses Geomorfologi

Musa Aka Halaman 58


Proses - proses geomorfologi yang berada pada daerah penelitian lebih

saat ini sedang dipengaruhi oleh proses eksogen, yang mana dicirikan oleh proses

pelapukan dan proses kasrtifikasi (Foto 4.6).

: Longsor

Foto 4.6 A. menunjukan tingkat pelapukan batuan pada batupasir, B.menunjukan


hasil kartifikasi pada daerah penelitian yaitu hadirnya goa karst

4.1.4 Stadia Daerah


Untuk menentukan stadia daerah pada daerah penelitian, peneliti

menggunakan pendekatan locbek (1939), pendekatan tersebut melihat akan

kondisi litologi, kondisi fisik sungai (Gambar 4.7), dan tingkat erosi (Gambar 4.9)

terhadap suatu daerah. Secara sederhana akan dibandingkan pada tabel 4.1

Musa Aka Halaman 59


Gambar 4.8 Kondisi fisik sungai daerah penelitian menunjukan bentukan v

Tabel 4.1 Perbandingan stadia sungai muda dan dewasa dalam menentukan
tingkat stadia sungai menurut Lobeck (1939).
Stadia sungai Muda Dewasa Tua
Resistensi batuan Resistensi lebih Resistensi lebih Resistensi batuan
tinggi rendah rendah
Bentuk sungai Relatif lurus Mulai terlihat Berkelok-kelok
berkelok – kelok (mender)
Bentuk tebing V cenderung U U
Proses pada sungai Erosional Pengendapan Pengendapan
Sifat erosi Vertkal V dan H Horisontal
seimbang

Musa Aka Halaman 60


Gambar 4.9 Stadia daerah penelitian menurut Lobeck (1939).

Dari hasil perbandingan beberapa aspek stadia lokasi penelitian


termasuk ke dalam stadia muda menurut Lobeck (1939).

4.2 Stratigrafi Daerah Penelitian


Berdasarkan peta geologi regional lembar Purwokerto dan Tegal (Djuri,

dkk., 1996), daerah penelitian terdapat 2 formasi batuan yaitu Formasi Pemali dan

Formasi Tapak serta Anggota Batugamping Formasi Tapak dan endapan Lahar

Gunung Slamet. Formasi tertua pada lokasi penelitian adalah Formasi Pemali

yang terbentuk pada Awal Miosen, di atasnya menindih secara tidak selaras

Formasi Tapak dan Anggota Batugamping Formasi Tapak, umur formasi ini ialah

Tersier Akhir (Pliosen), hubungan antara Formasi Tapak dan Anggota

Batugamping Formasi Tapak ialah selaras.

Musa Aka Halaman 61


Gambar 4.10 Peta geologi regional yang memperlihatkan Formasi penyusun daerah penelitian
Djuri, dkk (1996).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan (reconnaissance) dijumpai variasi

litologi dari tua ke muda yaitu Satuan batulempung karbonatan Pemali, Satuan

Batugamping Tapak. Satuan Endapan Lahar Slamet.

. Proses penamaan keempat satuan batuan tersebut mengacu pada SSI

(1996) berdasarkan litostratigrafi tak resmi yaitu penamaan satuan batuan

berdasarkan pada litologi yang dominan pada penyusun satuan tersebut dan diikuti

nama formasinya.

4.2.1 Satuan Batulempung Pemali

Musa Aka Halaman 62


Satuan ini tersusun oleh batuan bewarna abu-abu dan abu kehijauan

dengan tekstur klastik dengan struktur masif dengan ukuran butir lempung, batuan

ini beraksi kecil terhadap HCL, Formasi ini tersingkap pada daerah sungai hingga

punggungan bukit pada daerah tenggara lokasi penilitian. Secara stratigrafi satuan

ini tidak selaras terhadap satuan batuan di atasnya, dan merupakan batuan tertua

yang menempati daerah penelitian.

Gambar 4.11 Kenampakan singkapan batulempung pemali dengan arah foto N244⁰E dan N334⁰E
(Foto diambil di LP 07, daerah Desa Kalisalak).

4.2.2 Satuan Batupasir karbonatan Tapak

Satuan ini tersusun oleh batupasir bewarna coklat kehitaman dan kuning

kecoklatan, dengan beragam tekstur klastik dengan ukuran butir pasir sedang

hingga kasar struktur sedimen mulai dari berlapis, masif, graded badding, revarse

graded badding dan tekstur khusus seperti lenticular (Gambar 4.13C) yang khas

pada daerah pasang surut. Tersusun oleh material pasir sebagai matriks, dan

fragmen berupa fosil moluska koral, gastropoda (Gambar 4.13B), dan material

hasil vulkasisme seperti mineral hornblande dan pumice juga pasir (Gambar

4.13A), sedangkan semen batuan ini ialah material karbonat (CaCo3). Dibagian

atas perlapisan ini hadir breksi pumice. pada lokasi tertentu hadir tekstur

Musa Aka Halaman 63


bioturbasi yang intensif. Diatas batuan ini menumpang secara selaras

batugamping Tapak.

Gambar 4.12 Kenampakan singkapan batupasir karbonatan dengan arah foto N42⁰E (foto

diambil di LP 27 Desa Kalisalak).

Foto 4.13 A. menunjukan kenampakan material vulkanik pada batupasir, B.menunjukan


hadirnya fosil pada batupasir, C.menunjukan struktur lenticular pada batupasir.

4.2.3 Satuan Batugamping Tapak

Tersusun atas batuan bewarna putih dan kuning kecoklatan dengan dengan

tekstur klastik dan non-klastik, komposisi berupa koral, cangkang dan mineral

kalsit yang bersifat kristalin,berupa batugamping framestone, bindstone, rudstone,

floatstone. Pada daerah penelitian batugamping yang paling dominan merupakan

jenis framestone memiliki karakteristik hampir seluruhnya terdiri dari kerangka

organik seperti koral, alga dan lainnya. Satuan ini mengalami proses karstifikasi

Musa Aka Halaman 64


yang kuat ditandai hadirnya lapies dan goa - goa hasil dari pelarutan batugamping,

batugamping ini menumpang secara selaras diatas batupasir karbonatan, di

beberapa tempat terdapat sisipan batupasir diantara batugamping.

Musa Aka Halaman 65


Gambar 4.14

4.2.4 Endapan Lahar Slamet

Tersusun atas material pasir, lumpur juga kerikil hingga kerakal sebagai,

dimana material penyusun berwarna abu-abu hingga hitam, berupa batuan andesit-

basal. Struktur sedimen yang hadir pada satuan ini ialah graded badding, reverse

graded bedding. Penyebaran dari satuan ini ialah pada daerah datar dari lokasi

penelitian.

Gambar 4.15

4.3. Struktur Geologi

Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian dapat

diinterpretasikan berdasarkan pengamatan dan pengkajian peta SRTM, peta

geologi regional, peta topografi dan data hasil pemetaan awal. Dalam pemberian

nama struktur didasarkan pada nama geografis, baik berupa nama desa maupun

nama sungai yang dilewati oleh struktur geologi tersebut.

4.3.1 Analisis Peta SRTM

Berdasarkan hasil analisis peta SRTM (Gambar 4.16), peneliti menemukan

beberapa kelurusan, dimana kelurusan tersebut relatif berarah baratlaut–tenggara

Musa Aka Halaman 66


sesuai dengan pola tektonik Sumatera dan pola tektonik Jawa. Pada bagian utara

daerah penelitian peneliti melihat adanya suatu kelurusan lembah yang di curigai

sebagai suatu sesar. Untuk sementara peneliti menganggap kelurusan tersebut

sebagai kelurusan struktur geologi yang mengontrol pada daerah penelitian.

Gambar 4.16. Hasil anaslis pola kelurusan peta SRTM, pada daerah
penelitian (ASTER GDEM, 2008).

4.3.2 Analisis Peta Topografi

Berdasarkan hasil analisis peta topografi (Gambar 4.17), peneliti

menemukan beberapa kelurusan, dimana kelurusan tersebut relatif serupa dengan

kelurusan hasil analisis peta SRTM dimana pada bagian barat daerah penelitian

terlihat suatu lembah yang dicurigai sebagai sesar dan untuk sementara peneliti

Musa Aka Halaman 67


menganggap kelurusan tersebut sebagai kelurusan struktur geologi yang

mengontrol pada daerah penelitian. Pola kelurusan hasil analisis SRTM dan pola

kelurusan pada topografi memperliatkan pola-pola kelurusan yang relatif sama

yaitu relatif berarah baratlaut–tenggara sesuai dengan pola tektonik Sumatera,

(Mardjojo dan Pulunggono, 1994).

Gambar 4.17. Hasil analisis pola kelurusan pada peta topografi.

4.3.3 Analisis Peta Geologi Regional

Berdasarkan hasil analisis peta geologi regional Djuri, dkk. (1996) tidak

ditemukannya struktur geologi (Gambar 4.7) oleh sebab itu perlu di lakukan

penelitian lebih lanjut (pemetaan detail) pada daearah penelitian.

4.3.4 Data Recognaissance

Musa Aka Halaman 68


Berdasarkan hasil recognaissance, peneliti menemukan data primer adanya

struktur geologi di lapangan, yang berupa lipatan (sinklin). Struktur sinklin

tersebut didapat saat dilakukan pengukuran bidang perlapisan yang berada pada

batupasir yaitu pada LP 23,24 (kemiringan lapisan menuju tenggara) dan LP 31,32

kemiringan lapisan menuju barat laut). Selain data primer berupa struktur lipatan

di lapangan juga ditemukan hadirnya sesar normal (Gambar 4.18) yang bersifat

minor di sekitar LP 23 dengan strike dan dip N…. E.

Gambar 4.18

Menindaklanjuti data sekunder dari analisa SRTM dan peta topgrafi pada

daerah penelitian pada tahap recognaissance tidak di temukan tanda-tanda

hadirnya struktur geologi namun lebih kepada perbedaan litologi yang

mempengaruhi pola-pola tersebut.

Musa Aka Halaman 69

S-ar putea să vă placă și