Sunteți pe pagina 1din 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian

Lanjut usia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami

suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa

dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan

dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan

kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2017).

Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai

suatu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang

dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik

pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya menusia secara fisik

dan kesehatan (Prayitno, 2015)

Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan

pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena

usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial.

Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan

(Khoiriyah, 2016).

2.1.2 Klasifikasi lansia

Menurut Maryam (2016), lima klasifikasi pada lansia antara lain:

1. Pra lansia

Seseorang yang berusia 45-59 tahun

7
8

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho

(2015), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun

2) Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun

3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

2.1.3 Tipe lansia

Menurut Maryam (2016), beberapa tipe lansia bergantung pada

karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan

ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


9

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan

perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi

panutan

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi

undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,

pengkritik dan banyak menuntut

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama

dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif dan acuh tidak acuh.

2.1.4 Tugas perkembangan lanjut usia

Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan

khusus. menurut Khoiriyah (2016), tujuh kategori utama tugas

perkembangan lansia meliputi:


10

1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan.

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring

terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.

Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah

normal.

2. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan.

Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh

karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat

perubahan karena hilangnya peran bekerja.

3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan.

Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan

kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi

bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang

meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.

4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri

selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan

ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal

penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka

“nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang

menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar


11

5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan

fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan

untuk seorang diri.

6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan

anak-anaknya yang telah dewasa.

7. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk

mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya

aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif

mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan

tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,

mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

2.1.4 Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2016) :

1. Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan

cairan intraseluler menurun.

2. Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah

menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.


12

3. Respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas

paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik

napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada

bronkus.

4. Persarafan

Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta

lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan

myelin akson, sehingga menyebabkan kurangnya respon motorik

dan reflek.

5. Muskuloskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,

persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan

tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

6. Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan

peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun.

Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan

enzim pencernaan.
13

7. Pendengaran

Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.

Tulang - tulang pendengaran mengalami kekakuan.

8. Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan

katarak.

9. Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam

hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi

menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,

kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti

tanduk.

2.1.5 Masalah fisik yang sering di temui pada lansia

Menurut Azizah (2015), masalah fisik yang sering ditemukan pada

lansia adalah :

1. Mudah Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi

mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang

mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih

rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.


14

2. Mudah Lelah

Disebabkan oleh:

a. Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan

depresi)

b. Gangguan organis

c. Pengaruh obat-obat

d. Berat Badan Menurun

Disebabkan oleh:

1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah

hidup atau kelesuan

2) Adanya penyakit kronis

3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan

makanan terganggu

4) Faktor-faktor sosio ekonomi (pensiun)

5) Sukar Menahan Buang Air Besar

Disebabkan oleh:

a. Obat-obat pencahar perut

b. Keadaan diare

c. Kelainan pada usus besar

d. Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum

usus)

e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh:

(1)Presbiop
15

(2)Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)

(3)Kekeruhan pada lensa (katarak)

(4)Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)

2.1.6 Penyakit yang sering di jumpai pada lansia

Menurut Azizah (2015), dikemukakan adanya empat penyakit yang

sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:

1. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.

2. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.

3. Gangguan pada persendian, seperti Rematik (remathoid

arthritis),Asam urat (ghout arthiritis) atau penyakit kolagen

lainnya

4. Berbagai macam neoplasma.

2.2 Konsep Dasar Rematik

2.2.1 Pengertian

Penyakit rematik merupakan penyakit yang sering diderita

kelompok usia lanjut diatas 45 tahun, seiring dengan bertambahnya usia

yang disebabkan oleh adanya pengapuran sendi sehingga orang dengan

jenis penyakit ini akan mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak.

Selain itu penyakit ini juga menyebabkan inflamasi, kekakuan,

pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligament dan

tulang (Fera bawarodi, 2017).


16

Rematik adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronis yang

menyerang persendian terutama sendi sinovial. Factor yang

menyebabkan terjadinya kekambuhan rematik adalah tingkat

pengetahuan pekerjaan atau aktifitas dan pola makan (Soenarto, 2014).

Rematik adalah suatu kondisi yang disertai dengan nyeri dan

kakupada area persendia pada istem musculoskeletal. Penyakit ini

menyebabkan banyak keluhan yang diderita oleh pasien diantaranya

nyeri yang dapat menyerang di lutut,pergelangan tangan,kaki dan

persedian lainnya.keluhan yang disebabkan penyakit ini sering

menyebabkan angka kualitas hidup pasien menjadi sangat menurun

(Angelita Grace, 2016).

2.2.2 Anatomi dan Fisologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon,

fasia, bursae dan persendian. (Angelita Grace, 2016).

1. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.

Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui

proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-

sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat

menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:

a. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan

lunak.
17

c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi

dan pergerakan )

d. Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema

topoiesis).

e. Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

f. Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan

bentuknya:

g. Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua

epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis

dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )

h. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

i. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang

padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.

j. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

k. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar

tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh

tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)

2. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi

dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh

tubuh.

Kelompok otot terdiri dari:


18

a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan

berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,

mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.

b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,

saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten

saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol keinginan.

c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak

dibawah kontrol keinginan.

3. Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.

Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi

mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari

kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi

kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

4. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana

merupakan akhir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu

tulang.

5. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang

membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan

penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada

pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane


19

synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan

tendon.

6. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang

didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau

sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus

fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair

diketahui sebagai fasia dalam.

7. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu

tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya

terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot.

Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak

sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.

8. Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka

tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian,

tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian

akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang

memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang

dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:

a. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)

b. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)


20

c. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

Perubahan fisiologis yang umun pada proses menjadi tua :

a. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm.

pada maturasi usia tua.

b. Lebar bahu menurun.

c. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

2.2.3 Etiologi

Penyebab utama penyakit Rematik ini masih belum diketahui

secara pasti,selain karena factor usia juga dikarenakan factor

genetic,lingkungan dan hormonal. Namun factor pencetus yang paling

terbesar adalah factor infeksi seperti bakteri,mikroplasma dan virus

(Fahrel Huda, 2016). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai

penyebab terjadinya Rematik, yaitu:

1. Infeksi streptokkus hemolitikus dan streptokkus non hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik dan lingkungan

2.2.4 Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti

edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.

Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama

pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi

membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus


21

masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena

radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.

Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat

ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka

terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau

tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang

menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan

subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub

chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai

dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada

orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak

terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid

(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang

progresif.

(Angelita Grace, 2016

2.2.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Haryanto, 2016) Pasien-pasien dengan Rematik akan

menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Nyeri persendian

2. Bengkak (Rheumatoid nodule)

3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4. Terbatasnya pergerakan
22

5. Sendi-sendi terasa panas

6. Demam (pireksia)

7. Anemia

8. Berat badan menurun

9. Kekuatan berkurang

10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas

2. Adanya nyeri tekan

3. Deformitas bertambah pembengkakan

4. Kelemahan

Gejala Extraartikular :

1. Pada Jantung :

a. Rheumatoid heard diseasure.

b. Valvula lesion (gangguan katub)

c. Pericarditis

d. Myocarditis

2. Pada Mata :

a. Keratokonjungtivitis

b. Scleritis

3. Pada Lympa : Lhymphadenopathy

4. Pada Thyroid : Lyphocytic thyroiditis


23

5. Pada Otot : Mycsitis

2.2.6 Pemeriksaa Diagnostik

1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.

2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.

3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus

khas.

4. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali

normal sewaktu gejala-gejala meningkat

5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.

6. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.

7. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.

8. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses

autoimun sebagai penyebab AR.

9. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada

jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang

berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista

tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan

osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

10. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium

11. Artroskopi Langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

12. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan volume yang lebih

besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (


24

respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi

SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4 ).

13. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

2.2.7 Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli

4. Terjadi splenomegali

(Angelita Grace, 2016)

2.2.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medik pada pasien Rematik menurut (Kartikawati

Eka, 2016):

a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi,

penyebab, dan prognosis penyakit ini

b. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi

berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi

pasien

c. Termoterapi

d. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

e. Pemberian Obat-obatan :
25

(1) Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh: aspirin yang

diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

(2) Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

(3) Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik,

Antipyretik, Anty Inflamatory)

(4) Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

(5) Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

(6) Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

(7) Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)

(8) Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

(9) Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

2.3 Konsep Nyeri

2.3.1 Pengertian

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya (Tamsuri, 2011). Menurut Internasional Association for

study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang

tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan actual

maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

(NOC, 2010).

2.3.2 Etiologi

Etiologi nyeri menurut Tamsuri (2011):


26

1. Stimulasi Kimia (Histamin, bradikinin, prostaglandin, bermacam-macam

asam)

2. Pembengkakan jaringan

3. Spasmus otot

4. Kehamilan

5. Inflamasi

6. Keletihan

7. Kanker

2.3.3 Manifestasi Klinis

Menurut (Sutanto Teguh, 2013)

1. Gangguan Tidur

2. Posisi menghindari nyeri

3. Gerakan menghindari nyeri

4. Pucat

2.3.4 Komplikasi

Menurut (Sutanto Teguh, 2013)

1. Edema Pulmonal

2. Kejang

3. Masalah Mobilisasi

4. Hipertensi

5. Hipovolemik

6. Hipertermia
27

2.3.5 Patofisiologi

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat stimulus kuat

yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga (nosireseptor),

secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermielien dan ada juga yang

tidak bermielien dari saraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor

dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit

(kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral,

karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki

sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub

kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk

dialokasikan dan didefinisikan (Tamsuri, 2011).

S-ar putea să vă placă și