Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DESA TENGKAPAK
KECAMATAN TANJUNG PALAS TIMUR
KABUPATEN MALINAU
PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2016
Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi
PT. .Benamakmur Selaras Sejahtera
KATA PENGANTAR
Direktur
ii
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
Gambar I – 2 Kenampakan Satuan Dataran (a) dan Satuan Perbukitan (b) ………………. I – 6
Gambar I – 3 Kenampakan Satuan Perbukitan (a) dan Satuan Perbukitan Landai (b) …… I – 7
Gambar II – 1 Peta Geologi Regional Wilayah IUP PT. Buana Sarana Tama …………... II – 2
Gambar III – 2 Kegiatan Pemboran di Wilayah IUP PT. BST ……………………………. III – 5
Tabel IV – 6 Debit Limpasan Dan Dimensi Saluran Penirisan Open Pit ………………… IV – 19
PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
Jl. Cempedak RT 96 No. 43
Tanjung Selor
Kabupaten Bulungan – Kalimantan Utara
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN EKSPLORASI 2016
BAB I
PENDAHULUAN
TABEL II - 1
Pada saat sekarang ini pengusahaan lahan pertanian di lokasi dekat aktifitas
penambangan dilakukan masyarakat dengan motivasi untuk menguatkan
kepemilikan dan penguasaan atas lahan tersebut. Apabila nanti lahan tersebut
dimanfaatkan oleh perusahaan penambangan batubara, maka penduduk akan
memperoleh dana konpensasi.
1.5.2 IKLIM
Daerah penyelidikan yang dekat dengan khatulistiwa mempunyai karakteristik
iklim yang sedikit berbeda dengan daerah Indonesia pada umumnya, meskipun
pada dasarnya terdiri atas dua musim, yakni musim hujan dan kemarau. Musim
hujan terdiri dari musim hujan kecil yang jatuh pada bulan April – Mei dan
Oktober – Nopember serta musim hujan besar yang jatuh antara bulan Januari –
Maret dan Nopember – Desember. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
26 – 33O C, dengan perbedaan temperatur siang dan malam kurang lebih 5O C.
Kelembaban udara rata-rata bulanan relatif, yaitu berkisar 83% - 87%.
TABEL I - 2
2010 21 17 26 21 22 15 15 19 17 20 24 25 242
2011 22 20 22 24 19 13 17 5 12 20 21 20 215
2012 25 19 14 20 18 9 9 16 6 17 20 29 202
2013 22 19 21 24 20 13 18 18 16 23 23 21 238
2014 16 20 21 22 16 12 16 15 14 21 21 23 217
TABEL I-3
2010 264 195 451 410 427 187 280 152 106 309 267 282 3330
2011 420 283 233 209 211 84 144 11 165 450 260 244 2714
2012 276 250 340 248 237 84 93 131 45 264 272 401 2641
2013 242 373 278 262 354 154 144 165 157 328 639 272 3378
2014 150 187 244 371 160 121 199 155 324 429 344 324 3008
Dengan melihat curah hujan pada tabel di atas, maka Daerah Kabupaten
Bulungan menurut klasifikasi Oldeman termasuk B1, yaitu rata-rata bulan
basah/curah hujan lebih dari 200 mm/bulan sebanyak 8 bulan dan bulan
lembab/curah hujan antara 90 s/d 200 mm/bulan sebanyak 4 bulan selama tahun
2015.
1.5.3 MORFOLOGI
Daerah penyelidikan pada umumnya ditempati oleh satuan perbukitan
bergelombang lemah hingga sedang dengan ketinggian berkisar 30 – 100 meter
di atas permukaan air laut. Kemiringan lereng berkisar 10O – 15O. Proses
geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan dan erosi. Proses pelapukan
berlangsung cukup intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top soil, sehingga
batuan jarang dijumpai. Singkapan batuan hanya dapat ditemukan pada alur-
alur sungai dan bukit yang telah mengalami proses erosi. Secara umum,
morfologi ini disusun oleh batupasir, batupasir lepas dan batupasir kuarsa.
Gambar 1.2.
Gambar 1.3.
Kenampakan Satuan Perbukitan Bergelombang (a) dan Satuan Perbukitan Landai (b)
Keadaan flora dan fauna di daerah penyelidikan sangat bervariasi namun dapat
digolongkan dalam kelompok paleotropis yang umumnya dijumpai di
Indonesia.
- Sedangkan fauna yang dijumpai adalah : babi hutan, kijang, payau, biawak,
kura-kura sungai, monyet, ular, berbagai jenis burung, ikan sungai, itik,
ayam, kambing, sapi dan kerbau.
I.6. Waktu
Pelaksanaan Kegiatan eksplorasi potensi batubara dari persiapan sampai
pembuatan laporan berlangsung kurang lebih selama 4 (Empat) bulan seperti pada
tabel 1.2 dibawah ini :
I.8 Pelaksana
Dalam melakukan kegiatan penyelidikan, melibatkan tenaga kerja terdiri atas :
BAB II
TATANAN GEOLOGI
LAPORAN EKSPLORASI 2016
BAB II
TATANAN GEOLOGI
Namun dengan dilakukannya pemetaan geologi oleh Pusat Penelitian Geologi 1995,
kerancuan mengenai satuan stratigrafi ini telah dapat diatasi dengan melakukan
penyeragaman yang bisa diterima oleh pihak perusahaan minyak bumi, batubara
dan perusahaan pertambangan lainnya. Dan berdasarkan pada Peta Geologi Lembar
Tanjung Redeb skala 1 : 250.000 oleh R.L. Situmorang dan G. Burhan, maka
stratigrafi umum daerah ini dapat dilihat pada Peta Geologi Regional.
Struktur geologi yang terdapat di Lembar Tanjung Redeb adalah sinklin, antiklin,
sesar mendatar dan sesar naik. Kegiatan tektonik di daerah ini dimulai sejak
paleosen yang menghasilkan perlipatan yang sangat kuat pada batuan sedimen
kelompok embaluh. Perlipatan tersebut memperlihatkan arah sumber hampir utara
– selatan, yang diikuti oleh sesar naik yang searah dengan sumbu lipatan dan sesar
mendatar mengiring (sinistral) dengan arah barat laut – tenggara. Sesar-sesar
tersebut diantaranya mensesarkan batuan sekis paking dan batuan ultrabasa
terhadap batuan Kelompok Embaluh.
Pada Kala Eosen batuan Kelompok Embaluh tertindih secara tidak selaras oleh
batuan sedimen Formasi Malinau yang menjemari dengan Formasi Sebakung. Pada
Kala Oligosen sampai Miosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan
batuan Gunungapi Jelai. Batuan batuan tersebut ditindih secara tidak selaras oleh
Formasi Langap dan ditrobos oleh batuan intrusi yang tersusun oleh batuan andesit
sampai basal dan diduga berumur Miosen.
2.1.2 Stratigrafi
ALLUVIUM (Qa) : Lumpur, lanau, krikil, krakal dan gambut berwarna kelabu
sampai kehitaman ,tebalnya lebih dari 40 cm.
BATU GAMPING TRUMBU (Ql) : Trumbu, koral dan breksi koral berwarna putih
sampai kelabu, coklat, kristalin, berongga mengandung koral setempat.
FORMASI TABUL : Terdiri dari batu pasir, batulempung konglomerat dan sisipan
batubara mengandung Operculina sp., tebal satuan lebih kurang 1050 m satuan
batuan merupakan endapan regresif delta. Umurnya miosen akhir.
BATUAN GUNUNG API JELAI : Breksi gunung api, batu pasir tufaan dan tuf
setempat bersisipan dengan batubara menunjukkan struktur lapisan bersusun dan
silang- siur diterobos retas –retas batuan beku bersusunan andesit, tebal satuan
batuan antara 100 dan 200 m.
FORMASI BIRANG : Perselingan napal, batu gamping, dan tuf dibagian atas, dan
perselingan napal, rijang, konglomerat, batu pasir kuarsa, dan batu gamping
dibagian bawah. Tebal satuan batuan lebih dari 1100 m ; mengandung fosil antara
lain : Lepidocyclina ephicides, spiroclypeus sp, miogypsina sp, marginopora
vertebralis sp, operculina sp, globigerina tripartika, globoquadrina altispira,
globorotalia mayeri, globorotalia peripheronda, globigerinoides immaturus,
Formasi Sajau (TQps) memiliki litologi yang terdiri dari : Perselingan batulempung,
batulanau, batupasir, kolongmerat, disisipi lapisan batubara, mengandung moluska,
kuarsit dan mika; menunjukkan struktur silang siur dan laminasi, lapisan batubara
(20 – 40 cm). Berwarna hitam, coklat, tebal satuan batuan lebih kurang 775 m
diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan delta. Formasi ini menempati 30 %
daerah penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada
alur-alur sungai dimana aktifitas erosi terjadi di ketinggian > 90 m dpl.
Endapan batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11O sampai
15O dengan arah jurus relatif dari Barat laut - Tenggara.
Analisis Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Redeb disebutkan bahwa Formasi
Sajau merupakan formasi pembawa batubara yang memiliki ketebalan formasi
hingga ratusan meter sehingga berangkat dari hasil penelitian terdahulu ini Tim
eksplorasi menindaklanjuti untuk membuktikan jumlah cadangan batubara yang
ada di formasi ini
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
LAPORAN EKSPLORASI 2016
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran
seam batubara, cadangan batubara yang selanjutnya dapat digunakan untuk
penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan daerah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran
seam batubara, cadanganbatubara yang selanjutnya dapat digunakan untuk
penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohon peningkatan usulan
daerah Kuasa Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
Peta dasar yang digunakan dalam penyelidikan ini adalah peta topografi skala 1 :
50.000 dari BAKOSURTANAL, sedang pengukuran posisi singkapan batubara,
lokasi sumur uji / parit uji, dilakukan dengan alat ukur GPS.
Tujuan utama dari kegiatan pemetaan geologi adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai keadaan geologi/jumlah seam dan untuk menentukan titik pemboran.
Semua singkapan yang ditemukan dideskripsi, khusus untuk singkapan batubara
dideskripsi lebih detail yang meliputi kedudukan lapisan (jurus dan kemiringan
lapisan), tebal sebenarnya, jenis roof dan floor, serta jenis parting. Peralatan yang
dipergunakan dalam pemetaan geologi diantaranya
kompas geologi, palu geologi, GPS, roll meter, pita stasiun pengamatan, alat tulis
dan peta dasar skala 1:10.000.
Kontras yang paling jelas untuk mendeteksi lapisan batubara terlihat dari hasil
pengukuran logging gamma ray,maka metode ini harus diprioritaskan terlebih
dalulu dalam pengukuran dilapangan.
Pada tahap penyelikan umum PT. Benamakmur Selaras Sejahtera, tidak melakukan
penyelidikan geofisika (well logging) karena cukup full coring.
Pada beberapa lokasi singkapan batubara yang tertutup tanah akan dilakukan
pembuatan sumur uji (test pit) atau parit uji (trenching). Pembuatan sumur uji dan
parit uji dapat menggunakan alat berat atau dengan peralatan sederhana seperti
cangkul, ganco, belincong, linggis dan ember.
Kegunaan dari sumur uji / parit uji dapat untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah
penutup, lapisan bawah dari lapisan batubara, memperoleh kejelasan posisi jurus
dan kemiringan lapisan batubara serta untuk mengukur ketebalan lapisan batubara
dan mendapatkan contoh batubara yang masih segar.
Sumur uji yang dibuat berukuran 1 m x 1 m dengan kedalama mencapai batubara >
1.6m .Lokasi pembuatan sumur uji dipilih yang tepat dan mewakili.Umumnya
sumur uji dibuat tidak jauh dari lokasi singkapan dan di lokasi yang berlereng
sehingga penggalian tidak terlalu dalam (Foto 3.1).
Foto 3.1 Sumur Uji dengan kedalam 1.5 M Belum tembus bottom
3.2.5 Pemboran
Tujuan utama pemboran adalah untuk mengetahui secara pasti ketebalan batubara,
variasi ketebalan, jumlah lapisan batubara, dan urutan litologi yang ada di daerah
penyelidikan. Perencanaan titik pemboran dilakukan berdasarkan data hasil
pemetaan geologi lokal terutama pada posisi singkapan batubara sehingga dapat
ditentukan jumlah dan penyebaran titik bor.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suata pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya,dan manusia pada umumnya,hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Contoh batubara diambil dari hasil pengamatan lapangan berupa singkapan, sumur
uji, dan pemboran dengan sistem coring (hasil pemboran inti). Contoh batubara
yang diambil adalah yang mewakili seam, dibersihkan dari lapukan sehingga
contoh batubara yang diambil dalam keadaan segar, kemudian dibungkus dengan
plastik dengan perekat/lakban agar tidak terpengaruh udara luar. Berat contoh
batubara diambil ± 5 kg, kemudian diberi label, nomor, kedalaman dan tanggal
pengambilan.
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada laboratorium Surveyor CCI
Samarinda dengan beberapa parameter : Proximate (Moisture, Ash, Volatile Matter,
Fixed Carbon), TotalMoisture, Total Sulphur, Berat Jenis dan Calorivic Value
dalam kondisi udara kering (adb) dengan standard ASTM.
Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk mengetahui ketahanan tanah
atau batuan di bawah tekanan statik atau dinamik. Untuk tekanan satu (1) dimensi
digunakan Uji Kuat Tekan atau Unconfined Compressive Strength. Untuk tekanan
dua (2) dimensi adalah Uji Geser Langsung dan untuk tekanan tiga (3) dimensi
adalah Uji Triaxial. Untuk Uji Geser Langsung akan menghasilkan Nilai Kohesi
(C) dan Sudut Geser Dalam (Ф).
Adapun data yang di peroleh dari hasil eksplorasi adalah berupa data singkapan,
data pengeboran, data sumur dan data parit uji. Dari data-data inilah kemudian akan
dilakukan perhitungan sumberdaya batubara di daerah penelitian. Selanjutnya akan
PT.benamakmur selaras sejahtera iII- 6
LAPORAN EKSPLORASI 2016
menjadi pedoman dalam pemodelan tambang dan perhitungan estimasi dari segi
ekonomi yang pada akhirnya akan menjadi suatu data kesatuan yang akan menjadi
tolak ukur dalam perhitungan layak tidaknya untuk di tindak lanjuti.
Pada tahan pengolahan data geofisika kali ini,tidak ada dilakukan. Ini dikarenakan
tidak adanya dilakukan kegiatan penyelidikan geofisika.
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
LAPORAN EKSPLORASI 2016
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Geologi
Dari hasil temuan 13 singkapan di wilayah IUP tersebut, setelah dilakukan analisa
mengenai karakteristik ketebalan, jurus dan kemiringannya serta interpretasi
penyebarannya, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah lapisan (seam) batubara di
daerah ini sebanyak 7 (empat) seam, yaitu Seam 1, Seam 2, Seam 3,Seam 4,Seam
5,Seam 6 dan Sampai Seam 9.
TABEL IV - 1
Dari hasil pengamatan di lapangan pada beberapa singkapan batubara dan hasil dari
pemboran dapat diketahui, bahwa karakteristik batubara pada seluruh blok yang ada
pada wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera mempunyai karakteristik
yang sama, yaitu : hitam kusam, berlembar/berlaminasi, keras, maka dapat
disimpulkan bahwa batubara daerah penyelidikan merupakan batubara berkualitas
lignite.
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada laboratorium Surveyor CCI
Samarinda dengan beberapa parameter : Proximate (Moisture, Ash, Volatile Matter,
Fixed Carbon), Total Moisture, Total Sulphur, Berat Jenis dan Calorivic Value
dalam kondisi udara kering (adb) dengan standard ASTM. Hasil analisa
laboratoriumnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
TABEL IV -2
Melihat hasil di atas menunjukkan kalori berkisar antara 4600 – 5103 kcal/kg (adb)
dengan kandungan sulfur berkisar dari 0,12 %.
4.2 Geokimia
4.3 Geofisika
4.4 Pemboran
Kegiatan pemboran yang telah dilakukan di wilayah IUP sebanyak 14 titik bor,
dimana koordinat lokasi dan kedalaman pemboran ditunjukkan pada di bawah ini.
Seluruh titik bor (diberi kode DH-BSS) terletak di wilayah IUP, dimana jarak / spasi
antara titik pemboran berkisar dari 100 meter hingga 300 meter.
TABEL IV-3
4.5 Pemineralan
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya
berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh
kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik
informasi.
Tonnage = Ts x L X S x R
Dimana :
Jumlah sumberdaya batubara setiap blok ada dalam Tabel di bawah ini :
TABEL IV-4
Cadangan batubara adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui
dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya yang pada saat pengkajian kelayakan
dinyatakan layak untuk ditambang.
1. Cadangan Terbukti
2. Cadangan Tertambang
TABEL IV-5
Apabila susunan batuan yang berada pada tiap lubang bor dikorelasikan, maka
kedudukan stratigrafi batupasir dan batulempung menjadi simpang siur.
Kedudukan seam-seam batubara dapat terletak di dalam lapisan batulempung atau
di dalam lapisan batupasir.
• Penelitian kondisi air tanah tertekan & tidak tertekan pada sumur bor dan
sumur gali.
• Penyelidikan geolistrik untuk mengetahui konfigurasi akuifer.
• Uji pemompaan (pumping test) untuk mengetahui parameter akuifer.
• Pengukuran beberapa sifat fisik dan kimia air, seperti warna, rasa, DHL,
temperatur dan pH yang dilakukan di lapangan dan laboratorium.
Secara umum sistim akuifer dibagi menjadi dua, yaitu sistim akuifer tak tertekan
yang terdapat pada permukaan dan akuifer tertekan yang berada di bawah
permukaan. Penelitian akuifer tak tertekan dilakukan pada sumur galian, sedangkan
untuk akuifer tertekan dikerjakan pada lubang bor. Pekerjaan ini dilakukan dengan
cara uji pemompaan untuk mengetahui nilai parameter akuifer (permeabilitas).
Pengujian yang dilakukan pada sumur galian dan lubang bor masing-masing
menghasilkan angka permeabilitas sekitar 0,86 m³/hari dan 2,51 m³/hari.
2. Parameter Akuifer
Dalam pengujian ini pemompaan dilakukan dengan debit tetap sampai muka air
tanah turun pada kedalaman tertentu, kemudian pemompaan dihentikan dan diukur
pulihnya kembali muka air tanah dengan selang waktu tertentu sampai tercapai
kedudukan muka air tanah statis (MAS) seperti semula. Data uji pemompaan yang
diperoleh secara langsung di lapangan ini dianalisis dengan metode Bouwer-Rices
yang dipandang paling sesuai untuk kondisi sumur berdiameter relatif besar.
Uji pemompaan pada sumur bor (diameter 6 inchi) dengan sistim akuifer tertekan
(berdasarkan data sumur bor dan geolistrik) dilakukan pada SMR 1. Berdasarkan
hasil uji pemompaan, maka parameter akuifer pada sistim akuifer tak tertekan
mempunyai nilai permeabilitas 0,86 m³/hari. Sedangkan pada sistim akuifer tak
tertekan/semi tertekan diketahui nilainya rata-rata 2,51 m³.
Sifat kimia dan fisika air tanah daerah penelitian diketahui dari hasil pemeriksaan
beberapa unsur kimia dan fisika tertentu dari air tanah secara langsung di lapangan,
yakni meliputi warna, bau, rasa, daya hantar listrik (DHL), temperatur dan derajat
keasaman (pH), kemudian dilakukan pengumpulan per conto dari sumur gali,
sumur bor dan mata air di lokasi yang tertentu untuk keperluan analisis unsur
kimia/fisika air tanah secara lengkap di laboratorium.
Sifat kimia dan fisika air tanah di daerah penyelidikan ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama menyangkut kondisi litologi dan lingkungannya, dimana
air tanah tersebut berada, yaitu :
Berdasarkan hasil pemeriksaan unsur kimia dan fisika air tanah dari sejumlah per
conto yang dikumpulkan dari beberapa lokasi tertentu, analisis mengenai komposisi
kimia/fisika air tanah serta mutu air tanah untuk keprluan air minum, baik berasal
dari akuifer tidak tertekan, akuifer tertekan dan mata air.
Penilaian mutu air tanah untuk air minum dilakukan dengan membandingkan hasil
analisis kimia per conto air tanah di laboratorium dengan baku mutu air minum
yang tertuang dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002.
Hasil analisis air tanah ini dapat memenuhi standar untuk keperluan air minum.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut sebaiknya penggunaan air
minum harus direbus lebih dahulu.
Untuk menghidari terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada saat pelaksanaan
kegiatan penyelidikan maka sebelum melaksanakan kegiatan management
PT.Benamakmur Selaras Sejahtera terlebih dahulu mengadakan sosiallisasi kepada
tokoh – tokoh pemuka masyarakat yang masuk didaerah penelitian,serta team
lapangan mempersiap pengamanan perlengkapan kerja (helem,jas hujan,sepatu
boat dan lain – lain).
Hidrologi
Penyaliran Tambang
Bentuk umum dari bukaan tambang adalah berupa cekungan (pit), maka operasi
penambangan akan selalu dihadapkan pada masalah air. Air tersebut dapat berupa
air tanah, air sungai maupun air hujan. Jika daerah penambangan tergenang air,
maka alat-alat akan sulit beroperasi dengan baik. Kemantapan lereng pun akan
terganggu bila lereng selalu dalam keadaan basah. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan suatu sistim penyaliran yang baik.
1). Air hujan yang jatuh di luar pit diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalir
ke dalam pit dengan membuat paritan/saluran di sekeliling pit atau di lereng pit
untuk mengalirkan air tersebut ke daerah lain yang lebih rendah.
2). Air yang jatuh ke dalam pit akan ditangani dengan menggunakan sistim
penyaliran open sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan cara
membuat sumuran (sump) di elevasi terendah daerah penambangan (lantai
tambang), kemudian air dalam sumuran dipompakan ke luar pit.
Sistim penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat paritan di dekat
kaki jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta mencegah
genangan air di daerah jenjang. Paritan-paritan ini merupakan paritan yang bersifat
sementara yang akan berubah kedudukannya sesuai dengan kemajuan tambang.
Sumuran berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara sebelum dipompa
ke luar daerah tambang. Agar daerah penggalian tidak tergenang air maka elevasi
sumuran dibuat lebih rendah dari elevasi daerah penggalian, sehingga semua air
akan mengalir ke dalam sumuran. Untuk menjaga agar tidak terjadi genangan air
pada lereng (yang dapat menyebabkan terganggunya kemantapan lereng), maka
lantai jenjang dibuat miring dan pada sisi jenjang dibuat paritan. Paritan ini akan
mengalirkan air langsung ke luar daerah tambang. Air yang tidak mungkin dialirkan
langsung keluar daerah tambang akan dialirkan ke sumuran yang terdapat pada
lantai tambang. Selanjutnya air akan dipompa ke luar pit kemudian diendapkan
dalam kolam pengendap yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu, sebelum
dialirkan ke sungai-sungai di sekitar daerah tambang.
Saluran penyaliran ini berfungsi untuk mencegah air yang berasal dari luar
tambang masuk ke dalam tambang. Dalam pembuatan saluran ini perlu
diperhatikan keadaan topografi sekitar tambang, sehingga dapat
ditentukan daerah tangkapan hujan secara tepat.
Q = (1/n) R²/³ S½ L
Dimana :
Q = debit (m³/detik)
S = gradien (%)
Dengan :
Dinding saluran umumnya tidak dilapisi secara khusus (terbuat dari tanah)
khususnya untuk saluran yang umurnya tidak lama seperti pada jenjang aktif.
Pembuatannya menggunakan buldoser untuk saluran trapesium atau backhoe
untuk saluran segitiga.
SALURAN TRAPESIUM
h = Kedalaman Saluran
Z = Kemiringan
Penampang Trapesium dengan kemiringan sisi 70 dengan dimensi sebenarnya sbb :
SALURAN SEGITIGA
h = Kedalaman Saluran
TABEL IV-6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
LAPORAN EKSPLORASI 2016
BAB V
V.1 Kesimpulan
Secara umum pada hasil penelitian di wilayah konsesi PT. Benamakmur Selaras
Sejahtera di daerah Desa Tengkapak dan sekitarnya, Kecamatan Tanjung Palas
timur, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
V.2 Saran-saran
1) Kondisi Batubara, meliputi tebal batubara, kualitas batubara dan ada tidaknya
parting.
2) Kondisi Topografi sebagai overburden yang menutupi lapisan batubara.
3) Kondisi Kontrol Struktur meliputi posisi strike, dip dan struktur batuan lain.
4) Kondisi litologi bagian atas/penutup batubara, batupasir lepas-lepas atau
batulempung
5) Kondisi kemudahan pengembangan, yaitu jalan penghubung, pembebasan
tanah dan sebagainya.
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
EKSPLORASI
PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
Jl. Cempedak RT 96 No. 43
Tanjung Selor
Kabupaten Bulungan – Kalimantan Utara
LAMPIRAN
PETA