Sunteți pe pagina 1din 14

DAMPAK PERTAMBANGAN BAUKSIT TERHADAP PENDAPATAN

NELAYAN DI PULAU PENUBA KABUPATEN LINGGA

Oleh : Nurlida

Dibawah bimbingan Anthony Mayes, SE,M.Si dan Hj. Toti Indrawati, SE,M.Si
( Nurlida_lida@yahoo.com – 085271367193 )

This research carried out on the island of penuba precisely in the county
of linga that took place on february 2012 until the end of february 2012. The aim
of this research is to find out the impact: mining bauxite against earnings nelayan
on the island of penuba district lingga.an quantitative analysis. Descriptive
analysis which is describe all the objects subjects and is associated with a theory
that used in research while the quantitative analysis used to support descriptive
analysis. To complete this research, the use writers primary data obtained by
direct communication of respondents, society nelayan as well as data secondary
of the su.
Methods used in this research is a method of analysis descriptive and
quantitative analysis. Descriptive analysis which is describe all the objects
subjects and is associated with a theory that used in research while the
quantitative analysis used to support descriptive analysis.
To complete this research, the use writers primary data obtained by direct
communication of respondents namely the public and secondary nelayan data
available encontrar and so we stay together. The study authors kepustakaan to get
theories necessary to strengthen this research. In this research, who became a
sample of the population is society nelayan linga penuba district in the island.
Samples taken by using the method of sampling porpose the writer take 98
families nelayan society.
Based on the calculations that have been done that Sig 0000 value < 0.05
the Ho is rejected, this suggests there is a connection between the before and the
presence of sesuah bauxite mining by the level of linkage/0.953 correlations.
Based on the calculations that have been done, because the sign. (2-Tailed) 0000
< 0025 then Ho is rejected, it means that there is a difference on average before
and after the mining bauxite to the income of fishermen on the island of Lingga
Regency Penuba. In other words the existence of bauxite mining effect on
fishermen's income on the island of Lingga Regency Penuba

Keywords: mining bauxite, income nelayan


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang
menarik khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara
gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar
untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil,
sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang
investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.(Sastrawidjaya, 2002).
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk
mengaturnya dalam undang-undang (UU). Undang-undang yang berkaitan dengan
kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan
Pertambangan. Dalam undang-undang tersebut pemerintah memilih
mengembangkan pola Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing.
Berdasarkan ketentuan kontrak karya, investor bertindak sebagai kontraktor dan
pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak dikenal istilah
konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian yang
ditemukan investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan kontrak karya, investor
berfungsi sebagai kontraktor.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat dengan adanya
pertambangan ini adalah pendapatan. Dampak pertambangan bauksit telah
mencemari air laut sehingga pendapatan yang di peroleh para nelayan tidak seperti
waktu sebelum adanya pertambangan. Oleh karena itu pertambangan bauksit ini
sangat terlihat dampaknya terhadap pendapatan nelayan di pulau penuba
Kabupaten Lingga.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan
permasalahan yaitu bagaimana dampak pertambangan bauksit terhadap
pendapatan nelayan di Pulau Penuba Kabupaten Lingga?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak pertambangan bauksit terhadap pendapatan nelayan di Pulau
Penuba Kabupaten Lingga.

D. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah pertambangan bauksit yang beralokasi di
pulau penuba kabupaten lingga. Hal ini disebabkan karena di pulau penuba
ini lah adanya pertambangan bauksit dan sampai sekarang masih berdiri.
2. Populasi dan Sampel
Populasi observasi dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan yang
berada di Pulau Penuba Kabupaten Lingga sebanyak 4.688 KK . Untuk
mengambil sampel, penulis menggunakan metode pengambilan obyek
penelitian secara purpose sampling adalah sampel yang diambil secara
sengaja oleh peneliti yang mempunyai kriteria yang sesuai dengan maksud
penelitiannya, karena tipikal obyek observasi penelitian adalah bersifat
homogen. Besarnya ukuran sampel yang diambil dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan perumusan Slovin. (Umar,2002:141)
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu
data primer dan sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan komunikasi langsung
dari responden yaitu masyarakat nelayan di Pulau Penuba seperti
struktur umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama jam kerja,
perkembangan tangkapan, faktor iklim dan tingkat pendapatan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari BPS dan kantor
camat seperti jumlah desa dan luas wilayahnya, jumlah penduduk,
tingkat pendidikan, mata pencaharian penduduk dan sosial budaya
masyarakat.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan analisis data dengan
menggambarkan semua yang diperoleh dari objek yang diteliti dan
dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian sedangkan
analisis kuantitatif digunakan untuk medukung analisis deskriptif.
Untuk mengetahui bagaimana dampak pertambangan bauksit terhadap
pendapatan nelayan di pulau penuba kabupaten lingga, maka digunakan uji beda
mean (paired sample T Test). Tujuannya untuk menguji ada tidak nya perbedaan
mean untuk dua kelompok yang berpasangan. Subjeknya sama, namun mengalami
dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. (Nisfiannoor,2009:118)
Adapun rumus hipotesis dengan menggunakan uji ini adalah sebagai berikut:
HO : Tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya pertambangan
bauksit
H1 : Ada perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya pertambangan bauksit
(Nisfianoor, 2009:119)
Sebelum dianalisis dengan Paired Sample T Test, dilakukan dulu uji
normalitas untuk pengecekan apakah data yang ada terdistribusi normal sebagai
syarat untuk penggunaan teknik statistik parametrik.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Responden Berdasarkan Struktur Umur
Struktur umur merupakan faktor yang akan mempengaruhi tingkat
produktivitas dalam melakukan kegiatan usaha nelayan guna mengembangkan
usahanya dan mempengaruhi taraf berfikir. Dalam hasil penelitian ini responden
berdasarkan struktur umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Struktur Umur di Pulau Penuba
Tahun 2011
Kelompok Umur Jumlah Responden Persentase
(tahun) (orang) (%)
22 – 26 8 9
27 – 31 10 11,4
32 – 36 15 17
37 – 41 45 46
42 – 46 16 18,2
47 – 52 2 2,3
53 – 57 2 2,3
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 98 jumlah responden
masyarakat nelayan di Pulau Penuba yang paling banyak berada pada kelompok
umur 37- 41 tahun yaitu berjumlah 45 orang atau 46 %, kedua kelompok umur
terbanyak adala 42 – 46 tahun jumlah responden 16 atau sekitar 18,2 %.Yang
paling sedikit berada pada kelompok umur 53 – 57 tahun yaitu sebanyak 2 orang
atau 2,3 %.

B. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Apabila tingkat pendidikan masyarakat rendah maka akan menghambat
dalam dunia kerja dan pembangunan. Berikut Tabel Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan :
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pulau
Penuba Tahun 2011
Jumlah Responden Persentase
Tingkat Pendidikan
(orang) ( %)
Tidak Sekolah 15 17
SD 49 50
SLTP 24 27,3
SLTA 10 11,4
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data olahan 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
masyarakat nelayan di Pulau Penuba masih berdomoinasi pertama; tidak sekolah
jumlah responden yaitu 15 orang atau 17 %; yang berpendidikan SD yaitu
sebanyak 49 orang atau 50% ; responden tingkat pendidikan SLTP yaitu sebanyak
24 orang atau 27,3 %, ketiga; yang tamatan SLTA yaitu sebanyak 10 oarang atau
11,4%.

C. Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan


Didalam penelitian ini jumlah responden masyarakat nelayan sebanyak 98
responden, dengan jumlah tanggungan berkisar antara 7-8 orang, besar kecil
jumlah tangungan masyarakat nelayan ini akan berpengaruh terhadap aktivitas
nelayan, ini juga akan mempegaruhi dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
kebutuhan untuk mengkonsumsi didalam keluarganya. Berikut tabel jumlah
keluarga responden menurut jumlah tanggungan di Pulau Penuba :
Tabel 3. Jumlah Tanggungan Responden (Nelayan) di Pulau Penuba Tahun
2011
Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Persentase
1–2 15 17
3–4 50 51
5–6 28 31,9
7–8 5 5,7
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data olahan 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga
nelayan yang terbanyak 3 - 4 yaitu berjumlah 50 responden atau 51 %, dan jumlah
tanggungan sebanyak 5 – 6 orang dengan jumlah responden 28 orang atau 31,9%;
jumlah tanggungan sebanyak 1 – 2 orang dengan jumlah 15 orang atau17 %; dan
pada jumlah tangungan sebanyak 7–8 orang berjumlah 5 orang atau 5,7 % ;
dengan semakin kecilnya tanggungan jumlah masyarakat nelayan maka akan
semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh dan semangkin tinggi juga
tingkat kesejahteraan masyarakat.

D. Responden Berdasarkan Lama Jam Kerja


Dalam menghasikan ikan masyarakat nelayan membutuhkan waktu (jam
kerja). Lama jam kerja sangat menentukan hasil tangkapan ikan. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Lama Jam Kerja Nelayan di Pulau
PenubaTahun 2011
Lama jam kerja Jumlah Responden Persentase
(hari) (orang) (%)
1–3 15 17,1
4–6 20 22,7
7–9 40 40,8
10 – 12 13 14,8
13 – 15 10 11,4
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari jumlah 98 responden.
Pertama yaitu 7 – 9 hari dengan jumlah responden 40 orang atau 40,8%, kemudian
lama jam kerja yaitu 4 – 6 hari dengan jumlah responden 20 orang atau 22,7%,
dan ketiga lama jam kerja masyarakat nelayan yaitu berjumlah 1 – 3 hari dengan
jumlah responden paling sedikit 15 orang atau 17,1%.

E. Responden Berdasarkan Biaya Tangkapan


Dalam menghasilkan tangkapan maka diperlukan biaya. Biaya ini seperti
biaya perawatan jaring, pompong dan biaya lain yang digunakan dalam
menangkap ikan dilaut. Berikut tabel biaya produksi masyarakat nelayan sebelum
adanya pertambangan bauksit :
Tabel 5: Jumlah Biaya Tangkapan Nelayan Perbulan Sebelum Adanya
Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Biaya Produksi Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
30.000 30 30,6
30.000 20 20,4
30.000 25 25,5
40.000 15 15,3
40.000 8 8,1
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah biaya produksi masyarakat
nelayan yang berkisar antara Rp 40.000 ribu dengan jumlah responden sebanyak
30 orang atau 30,6 %, kemudian Rp 30.000 ribu dengan jumlah responden 15
orang atau 15,3 %. Berikut tabel biaya produksi masyarakat nelayan sesudah
adanya pertambangan bauksit :
Tabel 6: Jumlah Biaya Tangkapan Nelayan Perbulan Sesudah Adanya
Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Biaya Produksi Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
70.000 30 30,6
150.000 20 20,4
200.000 25 25,5
310.000 15 15,3
400.000 8 8,1
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah biaya produksi masyarakat
nelayan yang berkisar antara Rp 70.000 ribu dengan jumlah responden sebanyak
30 orang atau 30,6 %, kemudian Rp 150.000 ribu dengan jumlah responden 20
orang atau 20,4 %, selanjutnya berada kisaran antara Rp 200.000 ribu dengan
jumlah responden 25 orang atau 25,5%.

F. Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Ikan


Berikut jumlah tangkapan ikan perbulan sebelum dan sesudah adanya
pertambangan bauksit di pulau penuba kabupaten lingga :
Tabel 7. Jumlah Tangkapan Ikan Perbulan Sebelum dan Sesudah Adanya
Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Sebelum Adanya Sesudah Adanya
Jumlah
Pertambangan Pertambangan
Tangkapan Ikan
Jumlah Jumlah
Perbulan Persentase Persentase
Responden Responden
(Kg) (%) (%)
(orang) (orang)
15 – 72 5 5,7 25 25,5
73 – 130 8 8,2 20 20,4
131 – 188 10 11,4 22 22,4
189 – 246 12 12,2 10 11,4
247 – 304 18 18,4 5 5,7
305 – 362 20 20,4 9 10,2
363 – 420 25 25,5 7 8
Jumlah 98 100,0 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Diketahui bahwa jumlah produksi ikan sebelum adanya pertambangan
yang berada pada kisaran 363 – 420 kg jumlah responden yaitu 25 orang atau
25,5 % dan setelah adanya pertambangan hanya 7 orang atau 8%, kemudian
sebelumnya lagi berkisar antara 305 – 362 kg yaitu 20 orang atau 20,4 % dan
setelahnya hanya 9 orang atau 10,2%, terakhir sebelumnya berkisar antara 247-
304 kg yaitu 18 orang atau 18,4 % dan setelahnya hanya 5 orang atau 5,7%.

G. Perkembangan Tangkapan Responden


Berdasarkan penelitian ini harga jual merupakan faktor yang menentukan
pendapatan. Berikut dapat dilihat tabel harga jual ikan perkilogram sebelum
adanya pertambangan bauksit :
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Harga Jual Perkilogram Sebelum
Adanya Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Harga Ikan Perkilogram Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
12.000 35 39,7
12.500 25 25
13.000 10 11,4
13.500 20 22,7
17.000 8 9,1
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat harga jual tinggi responden
perkilogram sebelum adanya pertambangan bauksit yaitu Rp 12.000 perkilogram
dengan jumlah responden 35 orang atau 39,7 %, kemudian harga Rp 12.500
perkilogram dengan jumlah responden 25 oranga atau 25% dan harga Rp 13.500
perkilogram dengan jumlah responden 20 orang atau 22,7%. Berikut juga dapat
dilihat tabel harga jual ikan perkilogram sesudah adanya pertambangan bauksit :
Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Harga Jual Perkilogram Sesudah
Adanya Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Harga Ikan Perkilogram Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
17.000 35 39,7
13.500 28 29
13.000 12 13,6
12.500 13 14,8
12.000 10 11,4
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat harga jual tinggi responden
perkilogram sesudah adanya pertambangan bauksit yaitu Rp 17.000 perkilogram
dengan jumlah responden 35 orang atau 39,7 %, kemudian harga Rp 13.500
perkilogram dengan jumlah responden 28 oranga atau 29% dan harga Rp 12.500
perkilogram dengan jumlah responden 13 orang atau 14,8%.

H. Menurut Fakor Iklim (Cuaca)


Adapun faktor penghambat responden dapat dilihat tabel sebagai berikut :
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Faktor-Faktor Pendukung
Responden Dalam Menangkap Ikan Dilaut di Pulau Penuba
Tahun 2011
Persentase
Faktor Pendukung Jumlah Responden
(%)
Air laut tidak keruh 40 40,8
Air laut surut 2 2,3
Air laut tidak bergelombang 46 52,2
Bulan gelap 2 2,3
Lainnya 8 9,1
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Dari tabel diatas dapat diketahui faktor iklim (cuaca) yang mendukung
responden dalam menangkap ikan dilaut pertama air laut tidak bergelombang
sebanyak 46 responden atau 52,2 %, kedua air laut tidak keruh yaitu responden 40
orang atau 40,8 %, ketiga lainnya sebanyak 8 responden atau 9,1 %, keempat
faktor pendukung responden bulan gelap sebanyak 2 orang atau 2,3 %, dan faktor
air laut surut sebanyak 2 orang atau 2,3 %.
Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Faktor-Faktor Penghambat
Responden Dalam Menangkap Ikan Dilaut di Pulau Penuba
Tahun 2011
Faktor Pendukung Jumlah Responden Persentase (%)
Air laut tercemar 63 64
Air laut bergelombang 10 11,4
Air laut pasang 12 13,6
Bulan terang 8 9,1
Lainnya 5 5,7
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui faktor iklim (cuaca) yang
menghambat responden dalam menangkap ikan dilaut pertama; air laut tercemar
sebanya 63 responden atau 64%, kedua air laut pasang yaitu 12 responden atau
13,6%, ketiga air laut bergelombang sebanyak 10 responden atau 11,4%, keempat
faktor penghambat responden bulan terang sebanyak 8 orang atau 9,1%, dan
faktor penghambat lainnya sebanyak 5 orang atau 5,7%.

I. Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


1. Pendapatan Masyarakat Nelayan Sebelum dan Sesudah Adanya
Pertambangan Bauksit
Dalam kehidupan, pendapatan merupakan faktor penting untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Berdasarkan penelitian masyarakat nelayan di Pulau
Penuba mempunyai tingkat pendapatan yang bervariasi :
Tabel 12. Jumlah Responden dan Pendapatan Nelayan Perbulan
Sebelum dan Sesudah Adanya Pertambangan Bauksit di
Pulau Penuba Tahun 2011
Sebelum Adanya Sesudah Adanya
Pendapatan Pertambangan Pertambangan
Masyarakat perbulan Jumlah Jumlah
(Rp) Persentase Persentase
Responden Responden
(%) (%)
(orang) (orang)
1.000.000-1.500.000 10 11,4 48 54,5
1.600.000-2.100.000 13 14,8 25 25,5
2.200.000-2.700.000 30 30,6 13 14,8
2.800.000-3.100.000 45 51,1 12 13,6
Jumlah 98 100,0 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Berdasarkan tabel diatas pendapatan paling besar masyarakat
nelayan sebelum adanya pertambangan bauksit berkisar antara Rp
2.800.000 – 3.100.000 dengan jumlah responden 45 orang atau 51,1%, dan
sesudah adanya pertambangan bauksit respondennya 12 orang atau 13,6%.
Selanjutnya pendapatan nelayan sebelum adanya pertambangan bauksit
berkisar antara Rp 2.200.000 – 2.700.000 dengan jumlah responden 30
orang atau 30,6%, dan sesudah adanya pertambangan bauksit
respondennya 13 orang atau 14,8%, sedangkan pendapatan nelayan paling
sedikit sebelum adanya pertambangan bauksit berkisar antara Rp
1.000.000 – 1.500.000 dengan jumlah responden 10 orang atau 11,4%, dan
sesudah adanya pertambangan bauksit respondennya 48 orang atau 54,5%.
2. Pekerjaan dan Pendapatan Sampingan Masyarakat Nelayan
Masyarakat nelayan yang ada di Pulau Penuba disamping bekerja
sebagai nelayan juga mempunyai pekerjaan sampingan. Berikut tabel
pekerjaan sampingan dan pendapatan sampingan responden masyarakat
nelayan di Pulau Penuba.
Tabel 13. Jumlah Nelayan Berdasarkan Pekerjaan Sampingan di
Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Responden
Mata Pencarian Persentase (%)
(orang)
Petani 30 30,6
Buruh 20 20,4
Pedagang 25 25,5
Ojek 15 15,3
Melanser 8 8,2
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden yang memiliki
pekerjaan sampingan berjumlah 98 orang. Responden yang memiliki
pekerjaan sampingan paling banyak adalah sebagai petani yaitu 30 orang
atau 30,6 %, kemudian pedagang yang berjumlah 25 orang atau 25,5%,
dan terakhir yang paling sedikit pekerjaan sampingannya adalah melanser
yang berjumlah 8 orang atau 8,2%.
Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Sampingan di
Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Pendapatan Sampingan
Jumlah Responden Persentase
Perbulan
(orang) (%)
(Rp)
150.000 – 249.000 40 40,8
250.000 – 349.000 30 30,6
350.000 – 449.000 9 9,2
450.000 – 559.000 11 11,23
600.000 – 749.000 5 5,1
Jumlah 98
100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Berdasarkan tabel diatas pendapatan sampingan masyarakat nelayan
paling banyak berkisar antara Rp 150.000- 249.000 dengan jumlah
responden 40 orang atau 40,8%. Jumlah responden dengan pendapatan
berkisar antara Rp250.000 – 349.000 dengan jumlah responden 30 orang
atau 30,6% dan jumlah responden paling sedikit dengan jumlah
pendapatan berkisar antara Rp 600.000–749.000 dengan jumlah responden
5 orang atau 5,1%.

J. Pendapatan Kotor Masyarakat Nelayan


Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang dihasilkan masyarakat
belum termasuk biaya produksi atau biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan
pendapatan yaitu pendapatan kotor yang dikalikan dengan harga berlaku perkilo
produksi yang dihasilkan. Berikut tabel pendapatan kotor yang dihasilkan oleh
responden perbulan sebelum adanya pertambangan bauksit :
Tabel 15. Jumlah Responden dan Pendapatan Kotor Perbulan Masyarakat
Nelayan Sebelum Adanya Pertambangan Bauksit di Pulau
Penuba Tahun 2011
Jumlah Pendapatan Kotor Perbulan Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
720.000 – 1.249.000 8 8,1
1.250.000 – 1.949.000 10 10,2
1.950.000 – 2.699.000 20 20,4
2.700.000 – 5.099.000 25 25,5
5.100.000 - 8.099.000 35 35,7
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Pendapatan kotor paling besar yang dihasilkan responden atau masyarakat
nelayan perbulan sebelum adanya pertambangan bauksit berkisar antara
Rp 5.100.000 - 8.099.000 ribu dengan jumlah reponden 35 orang atau 35,7%
kemudian Rp 2.700.000 – 5.099.000 ribu dengan jumlah responden 25 orang atau
25,5% dan terakhir berkisar antara Rp 1.950.000 – 2.699.000 ribu dengan jumlah
responden 20 orang atau 20,4%. Berikut tabel pendapatan kotor yang dihasilkan
oleh responden perbulan sebelum adanya pertambangan bauksit :
Tabel 16. Jumlah Responden dan Pendapatan Kotor Perbulan Masyarakat
Nelayan Sesudah Adanya Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba
Tahun 2011
Jumlah Pendapatan Kotor Perbulan Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
180.000 – 624.000 15 15,3
625.000 – 1.200.000 35 35,7
1.300.000 – 2.024.000 28 28,5
2.025.000 – 3.300.000 12 12,2
3.400.000 – 4.024.000 13 13,3
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Pendapatan kotor paling besar yang dihasilkan responden atau masyarakat
nelayan perbulan sesudah adanya pertambangan bauksit berkisar antara Rp
625.000 – 1.200.000 ribu dengan jumlah reponden 35 orang atau 35,7%
kemudian Rp 1.300.000 – 2.024.000 ribu dengan jumlah responden 28 orang atau
28,5% dan terakhir berkisar antara Rp 2.025.000 – 3.300.000 dengan jumlah
responden 12 orang atau 12,2%.
K. Pendapatan Bersih Masyarakat Nelayan Sebelum dan Sesudah Adanya
Pertambangan Bauksit
Pendapatan bersih merupakan pendapatan yang dihasilkan responden dari
hasil produksi secara keseluruhan atau masyarakat nelayan yang dikurangi
dengan biaya produksi. Berikut tabel pendapatan bersih rata-rata responden
sebelum adanya pertambangan bauksit :
Tabel 17. Jumlah Pendapatan Bersih Responden Sebelum Adanya
Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Pendapatan Bersih Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
700.000 – 1.400.000 8 8,1
1.500.000 – 1.900.000 15 15,3
2.000.000 – 2.400.000 20 20,4
2.500.000 – 4.900.000 25 25,5
5.000.000 – 6.900.000 30 30,6
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan bersih paling besar
pertama responden sebelum adanya pertambangan bauksit pada kisaran
Rp 5.000.000 – 6.900.000 ribu jumlah responden 30 orang atau 30,6 % kedua
berkisar antara Rp 2.500.000 – 4.900.000 ribu dengan jumlah responden 25 orang
atau 25,5%, sedangkan pendapatan responden nelayan terendah pada kisaran
antara Rp 700.000 – 1.400.000 ribu dengan jumlah responden 8 orang atau 8,1% .
Berikut tabel pendapatan bersih rata-rata responden sesudah adanya
pertambangan bauksit :
Tabel 18. Jumlah Pendapatan Bersih Responden Sesudah Adanya
Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Pendapatan Bersih Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
580.000 – 940.000 28 28,5
950.000 – 1.540.000 13 13,2
1.550.000 – 2.070.000 35 35,7
2.080.000 – 4.200.000 12 12,5
4.300.000 – 6.200.000 15 15.3
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan bersih paling besar pertama
responden sesudah adanya pertambangan bauksit pada kisaran Rp 1.550.000 –
2.070.000ribu dengan jumlah responden 35 orang atau 35,7 % kedua berkisar
antara Rp 580.000 – 940.000 ribu dengan jumlah responden 28 orang atau 28,5%,
sedangkan pendapatan responden nelayan terendah pada kisaran antara
Rp2.080.000 – 4.200.000 ribu dengan jumlah responden 12 orang atau 12,5% .

L. Total Pendapatan Masyarakat Nelayan Sebelum dan Sesudah Adanya


Pertambangan Buksit
Total pendapatan responden masyarakat nelayan yang merupakan hasil
total dari seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh responden secara keseluruhan
baik pendapatan tetap maupun pendapatan sampingan responden. Berikut tabel
jumlah total pendapatan responden sebelum adanya pertambangan bauksit :
Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Total Pendapatan Perbulan Sebelum
Adanya Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Total Pendapatan Responden Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
1.150.000 – 2.000.000 5 5,7
2.100.000 – 3.240.000 11 12,5
3.250.000 – 4.880.000 9 10,2
4.890.000 – 7.600.000 30 30,6
7.700.000 – 9.200.000 40 45,4
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total pendapatan perbulan
responden sebelum adanya pertambangan bauksit yang paling tinggi Rp 7.700.000
– 9.200.000 ribu dengan jumlah responden 40 orang atau 45,4 % kemudian Rp
4.890.000 – 7.600.000 ribu dengan jumlah responden 30 orang atau 30,6% dan
terakhir Rp 1.150.000 – 2.000.000 ribu dengan jumlah responden 5 orang atau
5,7%. Berikut tabel jumlah total pendapatan responden sesudah adanya
pertambangan bauksit :
Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Total Pendapatan Perbulan Sesudah
Adanya Pertambangan Bauksit di Pulau Penuba Tahun 2011
Jumlah Total Pendapatan Responden Jumlah Responden Persentase
(Rp) (orang) (%)
575.000 – 1.440.000 5 5,7
1.450.000 – 2.540.000 11 12,5
2.550.000 – 4.124.000 40 45,4
4.125.000 – 5.974.000 9 10,2
5.975.000 – 6.540.000 30 30,6
Jumlah 98 100,0
Sumber : Data Olahan 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total pendapatan perbulan
responden sesudah adanya pertambangan bauksit yang paling tinggi Rp 2.550.000
– 4.124.000 ribu dengan jumlah responden 40 orang atau 45,4 % kemudian Rp
5.975.000 – 6.540.000 ribu dengan jumlah responden 30 orang atau 30,6% dan
terakhir Rp 575.000 – 1.440.000 ribu dengan jumlah responden 5 orang atau
5,7%.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah
dipaparkan, maka penulis menyimpulkan:
1. Dampak pertambangan bauksit berpengaruh langsung terhadap
pendapatan nelayan di Pulau Penuba Kabupaten Lingga.
2. Adanya perbedaan pendapatan nelayan sebelum adanya pertambangan
bauksit dengan sesudah adanya pertambangan bauksit di Pulau Penuba
Kabupaten Lingga.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan
kesimpulan yang didapat, maka penulis mencoba memberikan saran-saran yang
dapat membantu dalam membuat kebijakan sehubungan dengan hal tersebut.
1. Keinginan para nelayan untuk bisa mendapatkan hasil tangkapan yang
banyak dan juga pendapatan yang lumayan seperti dulu yaitu sebelum
adanya pertambangan bauksit cukup tinggi, tetapi kendala yang dihadapi
adalah mereka hanya bisa diam dan menerima. Untuk itu diharapakan
adanya bantuan dari Pemerintah Daerah (PEMDA) terkait dengan masalah
ini sehingga akan menunjang pendapatan dan kesejahteraan para nelayan
dan keluarganya.
2. Diharapkan juga bagi para pengusah dan investor hendaknya memikirkan
lagi nasib rakyat terutama para nelayan yang semenjak adanya
pertambangan bauksit hidup mereka sangat berkurang.
Selesainya jurnal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu, selayaknya penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Anthony Mayes,SE,M.Si selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan
bagi penyelesaian jurnal ini.
2. Ibu Hj. Toti Indrawati, SE,M.Si selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan bagi
penyelesaian jurnal ini.
3. Teristimewa ku persembahkan untuk kedua orangtua tercinta. Ayahanda
Ahmad Idris (Alm) dan Bunda ku Badariah yang telah memberikan
dukungan semangat moril dan juga materil dalam setiap langkah
kehidupan penulis dengan pengertian dan doa-doa yang tiada henti.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen kelautan dan kelautan, 2000, Jakarta
Imron,M, 2005, Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dilokasi Ceremap, CRITC-
LIPI, Jakarta
Imron,M, 2007, Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat, Jakarta
Kusnadi, 2004, Keberdayaan Nelayan, Ar-ruzz Media, Yogyakarta
Kusnadi, 2005, Akar Kemiskinan Nelayan, LKIS, Yogyakarta
Kusnadi, 2009, Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir,Ar-ruzz
Media, Yogyakarta
Nisfiannoor,M, 2009,Pendekatan Statistik Modern, Salemba Humanika, Jakarta
Safia, 2000, Biro Statistik, Jayapura
Sastrawidjaya, 2002, Nelayan Strategis Adaptasi dan Jaringan Sosial, Humaniora
Utama Press, Bandung
Sifema, 2002, Makalah Wanita Dalam Masyarakat Nelayan : Latar Kehidupan &
Potensi Pengembangannya, Padang
Subri,M, 2005, Ekonomi Kelautan, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sugiri, 2002, Pengantar Akuntansi, Jakarta
Sukirno, sadono, 2004, Ekonomi Pembangunan, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta
Sukirno, sadono, 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Ketiga, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Suparmoko, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, BPFE UGM, Yogyakarta
Tamsil, 2010, Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia, Jakarta
Tarigan, Robinson, 2005, Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara,
Jakarta
Todaro, Michael P, 2002, Ekonomi Untuk Negara Berkembang, Bumi Aksara,
Jakarta
Winardi, 2005, Ilmu Ekonomi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Winarno dan Ismaya, 2003, Kamus Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta
http://afpertambanganumi.blogspot.com
http://blogspot.com
http://detikriau.net
http://www.batamtoday.com
http://www.linggapos.com

S-ar putea să vă placă și