Sunteți pe pagina 1din 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal
dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan
mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke
dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan
ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan
hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara
perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya (Brunner&Suddarth, 2002).
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot
ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu
akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga
terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama kehamilan karena
pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini
karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke
kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan
dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan
untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
Sebagai perawat, kita harus memahami dinamika penyakit yang dialami pasien,
beserta permasalahan yang dapat terjadi, dari sudut pandang ilmu keperawatan. Maka dari
itu, disusunlah makalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hidronefrosis” ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiolog struktur urinarius ginjal?
2. Apakah definisi dari hydronefrosis?
3. Apa sajakah klasifikasi dari hydronefrosis?
4. Bagaimana etiologi dari hydronefrosis?
5. Apa sajakah manifestasi klinis dari hydronefrosis?
6. Bagaimanakah patofisiologi dari hydronefrosis?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk klien dengan hydronefrosis?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan dari hydronefrosis?
9. Apa sajakah komplikasi dari hydronefrosis?
10. Bagaimana prognosis dari hydronefrosis?
11. Bagaimana WOC dari hydronefrosis?
12. Bagaimanakah asuhan keperawatan untuk klien dengan hydronefrosis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan kelainan pada
system perkemihan hydronefrosis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi struktur urinarius:ginjal
2. Mengetahui definisi dari hydronefrosis
3. Mengetahui klasifikasi dari hydronefrosis
4. Mengetahui etiologi dari hydronefrosis
5. Mengetahui manifestasi klinis dari hydronefrosis
6. Mengetahui patofisiologi dari hydronefrosis
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk klien dengan hydronefrosis
8. Mengetahui penatalaksanaan dari hydronefrosis
9. Mengetahui komplikasi dari hydronefrosis
10. Mengetahui prognosis dari hydronefrosis
11. Mengetahui WOC dari hydronefrosis
12. Memahami asuhan keperawatan untuk klien dengan hydronefrosis

1.4 Manfaat
Sebagai perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hydronefrosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hidronefrosis


Hidronefrosis berarti “dilatasi, melebar atau pembengkakan” saluran kemih.
Kata ”hidro” berarti air, “nefro” berarti ginjal dan “sis” adalah peradangan.
Hidronefrosis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan manifestasi
dari penyakit atau kondisi yang menyebabkan dilatasi ginjal. Normalnya urin
mengalir keluar dari ginjal dengan tekanan rendah, namun apabila ada sumbatan di
aliran tersebut mengakibatkan tekanan meningkat dan terjadi arus balik sehingga
terakumulasinya cairan urin di ginjal. Hal ini yang disebut Hidronefrosis. (MS, 2013).
National Kidney Foundation (2014) mengatakan bahwa Hydronephrosis adalah
pembengkakan pada ginjal yang menghalangi urine. Ini dapat terjadi ketika urin tidak
dapat mengalir keluar dari ginjal menuju kandung kemih karena ada halangan atau
obstruksi. Hydronephrosis dapat terjadi pada satu atau dua ginjal sekaligus.
Jadi, hidronefrosis ialah sebuah manifestasi klinis penyakit yaitu berupa
dilatasi abnormal pelvis ginjal dan kaliks di sebuah atau kedua ginjal oleh
penumpukan urin yang disebabkan oleh obstruksi pada sepanjang saluran kemih atau
terganggunya fungsi kandung kemih.

2.2 Klasifikasi Hidronefrosis


The Society of Fetal Urology (SFU) mengklasifikasikan Hidronefrosis menggunakan
angka 0-4 untuk menggambarkan tingkat dilatasi renal yang terlihat pada gambaran
radiologis. Berfokus pada derajat pelebaran renal dankaliks, distorsi kaliks,dan derajat
penipisan parenkim (jaringan tepi luar ginjal). Grade 0 tidak ada dilatasi, grade 1 ada
dilatasi sebagian kecil, sedangkan grade 4 dilatasi yang sudah parah.
Ada 4 grade hidronefrosis berdasarkan gambaran radiologis, antara lain :
a. Hidronefrosis grade 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk
blunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis grade 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk
flattening, alias mendatar.
c. Hidronefrosis grade 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa
adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
d. Hidronefrosis grade 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta
adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
Hidronefrosis dapat diklasifikasikan menjadi hidronefrosis akut dan kronis,
tergantung dari seberapa cepat penyumbatan terjadi. Pada hidronefrosis akut hal ini
disebabkan oleh kondisi, seperti batu ginjal, gejala timbul secara mendadak dalam
beberapa jam dan ditandai dengan nyeri berat pada punggung yang dapat menyebar
ke daerah lipat paha. Kondisi ini biasanya disertai dengan demam, mual dan diare.
Hidronefrosis kronis biasanya berkembang secara bertahap dalam beberapa minggu
atau bulan dan penderita secara umum tidak menunjukkan gejala apapun pada
stadium dini.
Hidronefrosis dapat juga ditemukan pada bayi-bayi belum lahir sewaktu
pemeriksaan ultrasonografi rutin akibat keterbelakangan perkembangan saluran
kemih. Ketika hal ini terjadi, hal ini dikenal sebagai hidronefrosis antenatal.
Kasusidronefrosis antenatal tidak memerlukan penanganan karena kebanyakan
menghilang sesudah persalinan. (MS, 2013)
2.3 Etiologi
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut:

1. Hidronefrosis unilateral : obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada
umumnya disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap
kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi
serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab
obstruksi unilateral adalah:
a. Obstruksi taut ureteropelvik-kelainan ini umum ditemukan.
Pada beberapa pasien memang terdapat obstruksi anatomik-paling
sering adalah arteria renalis aberen yang menekan ureter bagian atas-sebagian
besar kasus bersifat idiopatik (hidronefrosis idiopatik).
Pada pasien ini didapatkan obstruksi fungsional pada taut ureteropelvik
dengan lumen paten. Kelainan kongenital pada inervasi atau otot ureteropelvik
telah diduga sebagai penyebab, dan kelainan ini dapat disembuhkan dengan
pengangkatan regio tersebut dan reanatomosis secara bedah. Pada kasus ini
didapatkan obstruksi berat dan dilatasi progresif pelvis ginjal (hidronefrosis)
di atas taut ureteropelvik. Ureter masih normal. Akibat pada ginjal bervariasi.
Pada pasien dengan pelvis ginjal ekstrarenal, pelebaran masif
menghasilkan massa kistik yang sangat besar pada hilum ginjal yang dapat
terlihat sebagai massa abdomen. Pada keadaan ini, peningkatan tekanan di
dalam ginjal kurang dibandingkan bila pelvis berada intrarenal, dan distensi
akan menyebabkan pembesaran sistem pelviokalise dan selanjutnya atrofi
ginjal.
b. Penyakit ureter kongenital
Kelainan kongenital ureter yang lain dapat menyebabkan hidronefrosis
unilateral. Keadaan ini meliputi ureter ganda, ureter bifida, dan kelainan otot
ureter yang menyebabkan penebalan dinding ureter (megaureter). Ureterokel
merupakan pelebaran kistik bagian terminal ureter yang disebabkan oleh
stenosis kongenital orifisium ureter pada dinding kandung kemih. Ureter
terminal kistik tersebut umumnya menonjol ke dalam lumen kandung kemih.
Walaupun kelainan ureter ini dapat terjadi pada masa anak, sebagian besar
ditemukan secara kebetulan atau menimbulkan gejala pada usia dewasa.
c. Penyakit ureter didapat
Kelainan ini umum ditemukan dan meliputi (1) obstruksi lumen oleh
batu, bekuan darah, atau kerak papila ginjal yang nekrotik; (2) penyebab
mural, seperti striktur fibrosa dan neoplasma; (3) tekanan ekstrinsik terhadap
ureter pada fibrosis retroperitoneum dan neoplasma retroperitoneum.
d. Striktur fibrosa
Striktur fibrosa dapat terjadi setelah peradangan, tuberkulosis, atau
cedera ureter yang sebagian besar disebabkan oleh pembedahan pelvis pada
kanker genokologi. Lesi neoplasma (baik primer maupun metastasis) jarang
mengenai ureter secara primer. Yang lebih sering terjadi adalah keganasan
retroperitoneum dan pelvis yang menginfiltrasi ureter pada saat menyebar.
Ureter juga dapat mengalami obstruksi pada bagian terminal yang masuk
kedalam kandung kemih. Kanker kandung kemih sering menimbulkan
komplikasi hidronefrosis unilateral.
2. Hidronefrosis bilateral :
a. Di sebelah distal kandung kemih, penyebab tersering adalah hiperplasia prostat
pada pria usia lanjut. Adanya katup uretra posterior kongenital juga dapat
menyebabkan hidronefrosis bilateral pada anak usia muda. Pada pasien paraplegia
dengan kandung kemih neurogenik biasanya juga didapatkan hidronefrosis bilateral.
b. Penyebab yang mengenai kedua ureter mencakup fibrosis retroperitoneum dan
keganasan.
c. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan (mungkin akibat efek
progesteron pada otot polos) juga dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis
ringan.
Sedangkan menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah
sebagai berikut:
a. Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
b. Striktur uretra
c. Batu ginjal
d. Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
e. Abnormalitas kongenital
f. Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
g. Bekuan darah
h. Kandung kemih neurogenik
i. Ureterokel
j. Tuberkulosis
k. Infeksi gram negatif

Sedangkan menurut David Ovedoff (2002) penyebab dari hidronefrosis adalah


sebagai berikut:
a. Tekanan membalik akibat obstruksi congenital.
b. Obstruksi pada perbatasan ureteropelvis (uretropelvic junction), penyempitan
ureter atau kompresi ekstrinsik didapat.
c. Batu atau neoflasma dalam ureter pada perbatasan ureteropelvis dalam vesika,
pada leher kandung kemih, atau prostat.
d. Berkaitan dengan terapi radiasi atau fibrosis retroperitoneal.
e. Menyebabkan atoni, fibrosis, dan hilangnya daya peristaltik.
f. Atrofi parenkim ginjal, terutama tubulus kemudian tekanan kembali ke tubulus
proksimal dan glomerolus.
2.4 Patofisiologi
Seperti yang dijelaskan pada definisi, bahwa hidronefrosis ialah dilatasi pelvis
ginjal oleh penumpukan urin yang disebabkan oleh obstruksi. Obstruksi pada aliran
normal urin ini menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal
meningkat. Apabila obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat
adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi juga
dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat
abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat
sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah,
yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering
adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat.
Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Adanya
akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada
saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan
bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).

2.5 Manifestasi Klinik


Pasien hidronefrosis mungkin asimtomatik jika mulainya penyakit terjadi
secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit di panggul dan
punggung. Jika terdapat infeksi, maka disuria, menggigil, demam, dan nyeri tekan
akan terjadi. Hematuria dan poliuria mungkin juga akan ada. Jika kedua ginjal
terkena, tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul (Brunner & Suddart, 2002).
Gejala hidronefrosis tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi
penyumbatan, lamanya penyumbatan, serta perbedaan antara obstruksi akut atau
kronis. Obstruksi kronis biasanya asimtomatik. Bila obstruksi bilateral, pasien
mengalami uremia. Pada fase akut terjadi nyeri yang signifikan atau penurunan
mendadak aliran urin. Tingkat keparahan nyeri tergantung pada tingkat distensi dari
dilatasi kapsul ginjal. Pasien menggambarkan nyeri kolik meningkat dengan konsumsi
besar sejumlah cairan. Anuria sering terjadi pada obstruksi akut.
Adanya infeksi harus selalu dipertimbangkan karena memerlukan drainase.
Pemeriksaan dapat menunjukkan volume yang oveload. Ada pembengkakan pada
ginjal yang dapat teraba menunjukkan gejalan kronis dari hidronefrosis. Pada wanita
hamil, terdapat tanda dysuria, mual, muntah, dan nyeri punggung. (Nayyar et all,
2005).
Menurut lamanya hidronefrosis, manifestasi klinisnya dibagi menjadi 2 yaitu
hidronefrosis akut dan kronis.
Manifestasi hidronefrosis akut yaitu:
a. Flank pain/kolik renalis (nyeri hebat di daerah antara tulang rusuk dan pinggul)
b. Mual dan muntah
c. Hematuria
d. Back pain/nyeri punggung
Jika kedua ginjal terkena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
b. Gagal jantung kongestif.
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
d. Pruritis
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
h. Amenore, atrofi testikuler (Smeltzer dan Bare, 2002)
Jika terjadi infeksi maka akan muncul:
a. Disuria,
b. Menggigil, demam
c. Nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
d. Hematuri

2.6 Komplikasi
Komplikasi paling umum dari ginjal yang mengalami obstruksi adalah infeksi
(polinefritis) akibat statis kencing yang memperburuk kerusakan ginjal dan bisa
menyebabkan krisis yang mengancam jiwa (William & Wilkins, 2008).
2.7 Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari


hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi
ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi
atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa
urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah
satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal)
dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).

1. Pada hidronefrosis akut:


a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.

2. Hidronefrosis kronis
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal
bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali.
a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan
d. Melebarkan uretra dengan dilator.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pada Aziz, 2008 dijelaskan beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan, diantaranya ialah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis. Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis
mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan
hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi
hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna.
Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan
diagnosis dan hidronefrosis. Penyebab pembesaran ginjal yang paling sering
dijumpai adalah hidronefrosis yang akan tampak pada gambar USG sebagai daerah
kistik multiple dengan batas yang jelas (kaliks) dan daerah kistis sentral yang
berdilatasi (pelvis renalis yang dalam keadaan normal mempunyai lebar kurang dari
1 cm). Gambar koronal akan memperlihatkan kontinuitas antara kolik dan pelvis.
Pada ginjal multikistik tidak terdapat kontinuitas semacam itu.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang
dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP.
4. CT Scan
CT scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses
retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih
dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan

2.9 Prognosis

Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi


yang mengawali terjadinya Hydronephrosis, Unilateral atau bilateral dari ginjal yang
terserang Hydronephrosis, fungsi ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephrosis,
dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal yang sedang masih dalam masa
pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal yang sudah matang.
Kasus bilateral Prenatal Hydronephrosis pada prenatal atau bayi yang ginjalnya
masih berkembang dapat menghasilkan prognosis buruk jangka panjang, yang
berakibat pada kerusakan ginjal permanen meskipun obstruksinya sembuh pada saat
postnatal. (Onen, 2007).
Pada kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan
dengan waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak
berdilatasi. Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal tidak
sepenuhnya dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan (Nelson,
2000).

2.10 WOC (terlampir)


BAB III
Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian
a) Identitas Klien
 Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
 Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi
pada orang dewasa)
 Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih
akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran
uterus)
 Agama
 Pendidikan
 Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk
duduk sehingga meningkatkan statis urine)
 Status kawin
b) Keluhan Utama
c) Keluhan yang dirasakan pasien biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah
menembus pinggang.
d) Riwayat Kesehatan
e) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal,
tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
f) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
g) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter,
diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
h) Pengkajian Keperawatan
i) Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
j) Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
k) Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
l) Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah)
m) Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah,
distraksi tergantung derajat keparahan)
n) Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa)
o) Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
p) Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.

3.2 Pemeriksaan Fisik


a) Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
b) Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm,
reflek cahaya (+/+).
c) Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
d) Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
e) Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
f) Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
g) Thorax : Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan. Paru-paru: Tidak ada
ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh
lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
h) Abdomen : Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan Auskultasi: Bising usus biasanya
dalam batas normal.
i) Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa.
j) Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot
cukup.

3.3 Pemeriksaan penunjang


a) Laboratorium
 Darah : hematologi ; GD I/II, BGA
 Urine : kultur urin, urin 24 jam
b) Radiodiagnostik
 USG/CR abdomen
 BNO IVP
 Renogram / RPG
 Foto thorax
c) ECG

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
2. Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal yang meningkat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat mual, muntah
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

3.5 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1
Domain 3 : Elimination and exchange
Class 1 : Urinary Functoin
00023 Retensi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 1 Physiological: Basic
Class : F-Elimination Class : B-Elimination management
0503 Urinary Elimination 0590 Urinary Elimination management
050301 Pola eliminasi (1-5) a. Monitoring pengeluaran urin
050302 Bau urin (1-5) terdiri dari frekuensi konsistensi,
050303 Jumlah Urin (1-5) bau, volume dan warna
050304 Warna urin (1-5) b. Monitoring tanda dan gejala
050306 Kejernihan urin (1-5) retensi urin
050307 intake Cairan (1-5) c. Identifikasi faktor yang
050313 Pengosongan Bladder(1- berhubungan dengan Inkotinensia
5) d. Ajari pasien tanda dan gejala
0500314 Dorongan berkemih (1- infeksi saluran perkemihan
5) e. Catat waktu terakhir berkemih
050332 Retensi urin (1-5)

Diagnosa keperawatan 2 :
Domain 12 : Comfort
Class 1 : Physical Comfort
00132 Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang meningkat
NOC NIC
Domain 4 Health Knowledge and Domain 1 Physiological: Basic
behavior Class : E-Physical Comfort Promotion
Class : Q-Health Behavior 1400 pain Management
1605 Pain Control
160502 Mengenali tanda nyeri (1- a. Menunjukkan lokasi nyeri,
5) karakteristik, durasi, frekuensi,
160501 Mendiskripsikan faktor kualitas, intensitas dan faktor
penyebab (1-5) pencetus nyeri.
160510 Membuat catatan setiap b. Observasi respons nyeri pasien
tanda muncul (1-5) c. Ajari pasien teknik relaksasi
160503 Skala nyeri (1-5) (Nafas dalam, mendengarkan
160505 penggunaan analgesic music, massage)
sesuai rekomendasi (1-5) d. Kolaborasi analgesic care

Diagnosa keperawatan 3:
Domain 2 : Nutrition
Class 1 : Ingestion
00002 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 1 Physiological: Basic
Class : K-Digestion & Nutrition Class : D-Nutrition Support
1009 Nutritional Status: Nutrient 1100 Nutrition Management
Intake
100901 Intake Kalori (1-5) a. Tentukan status nutrisi dan
100902 Intake protein (1-5) kebutuhan pasien
100903 Intake lemak (1-5) b. Identifikasi makanan yang
100904 Intake karbohidrat (1-5) alergi
100906 Inteke Mineral (1-5) c. Berikan pasien diet rendah
protein dan rendah natrium
(garam)
d. Ajari keluarga pasien pemberian
pola diet
Diagnosa keperawatan 4:
Domain 11: Safety protection
Class 1: infection
00004 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 4 Safety
Class : H-Immune Respons Class : V-Risk Management
0703 Infection severity 6550 Infection Protection

070307 Demam (1-5) a. Monitoring tanda dan gejala


070333 Nyeri (1-5) infeksi
070327 Leukosit terkontrol (1-5) b. Berikan Intake nutrisi
c. Monitoring Balance cairan
d. Cek pemeriksaan penunjang
(BUN keratin, leukosit)

Diagnosa keperawatan 5:
Domain 11: Safety Protection
Class 6: Thermoregulation
00007 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 2 Physilogical Complex
Class : I-Metabolic Regulation Class : M- Thermoregulation
0800 Thermoregulation 3386 Hypertermia Treatment

080010 Berkeringat saat panas (1- a. Monitoring TTV pasien


5) b. Berikan terapi (kompres air
080017 Mengukur denyut di apical hangat di leher, dada, ketiak)
(1-5) c. Penuhi kebutuhan cairan
080001 Peningkatan Akral (1-5) d. Kolaborasi pemberian antipiretik
080007 Perubahan warna kulit (1-
5)
080015 suhu terkontrol (1-5)

S-ar putea să vă placă și