Sunteți pe pagina 1din 50

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DAN

HYPEREMESIS GRAVIDARUM PADA MASA KEHAMILAN

Pembimbing : Heti Aprilin S.Kep,.Ns.M.MB

Di susun oleh : kelompok 2

1. Fitrotun Nisak (01170)


2. Sela Mefia Pratama Romen (01170)
3. Nur holila ( 0117057)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Judul makalah “Asuha Keperawatan Diabetes Militus dan
Hyperemesi Gravida dalam Masa Kehamila “. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i dalam memenuhi tugas
,Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu.
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan
dan saran yang membangun agar makalah ini akan lebih baik dan sempurna serta
komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi segmua pihak dalam
segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu serta akan menghasilkan yang lebih baik
di masa yang akan datang.

Mojokerto 03 Maret,2019
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................................


1.2 Rumusan masalah...................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Assuhan keperawatan Diabetes Militus pada masa kehamilan


2.2 Asuhan keperawatan Hyperemesis Gravidarum pada masa kehamilan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................
Saran...............................................................................................................

Daftar pustaka
BAB 1

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang
cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan
atau gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan
mengolah karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan
transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan
perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang
tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya
diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.

Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani pemeriksaan
untuk men-screening diabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya diatas 35
tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat
menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. Ibu hamil yang sebelum masa
kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes
melitusgestasional pada masa kehamilan.

Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang
ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna
mengecek kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur
mengunjungi dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus
pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan
pengaturan pola makan guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.

Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan hingga 7-
9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan
untuk screeningpenyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28
karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan
resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang
meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes
gestasional.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus?

2. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Hyperemesis Gravidarum ?

C. Tujuan

1. Untuk menegtahui Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus

2. Untu mengetahui Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Hyperemesis


Gravidarum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin,
2006).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi
yang berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008).

Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).

Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya
pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.

Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya insulin
dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis (Wahyu
Purwaningsih, 2010).

Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang
ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.

B. Etiologi

Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa
melewati membran sel.

C. Patofisiologi

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi secara tetap
melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar
dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya
reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan
insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal
yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi
insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia.
Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin
sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi
insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan
plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi
insulin. keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi
kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi) mengekskresikan cairan
(poliuri), mudah lapar (polifagi)

D. Klasifikasi Diabetes Melitus

Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:

1. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1)
yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.

2. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung
insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula
darah

3. Diabetes mellitusgestasional (DMG) atau diabetes laten yaitu diabetes yang hanya
timbul dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.

Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965)

1. Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes


kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi meningkatkan kadar
glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.

2. Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10
tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19
tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.

4. Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun
disertai dengan kelainan pembuluh darah.

5. Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk
arteri uterus.

6. Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.

E. Faktor Risiko

Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :

1. Riwayat keluarga dengandiabetes melitus

2. Glukosuria dua kali berturut-turut

3. Obesitas

4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)

5. Adanya hidramnion

6. Kelahiran anak sebelumnya besar

7. Umur mulai tua

8. Herediter

F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu
sebagai berikut :

1. Polifagia.

2. Poliuria

3. Polidipsi
4. Lemas

5. BB menurun

6. Kesemutan

7. Gatal.

8. Mata kabur

9. Pruritus vulva.

10. Ketonemia

11. Glikosuria

12. Gula darah 2 jam pp> 200 mg/dl.

13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl

14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.

Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:

1. Umur penderita makin tua.

2. Pada multiparitas

3. Penderita gemuk.

4. Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.

5. Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami
lahir mati, sering mengalami keguguran.

6. Bersifat keturunan.

7. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.

Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:


a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala
nifas.

b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.

c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.

2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:

a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan
premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.

b. Dapat terjadi hidramnion.

c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.

3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:

a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.

b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.

c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.

d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.

e. Postpartum mudah terjadi infeksi.

f. Bayi mengalami hipoglisemiapostpartum dan dapat menimbulkan kematian.

4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:

a. Mudah terjadi infeksi postpartum.

b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.

5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:

a Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah
minggu 36) dan lahir mati.

b Bayi dengan dismaturitas.

c Bayi dengan cacat bawaan.

d Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.


e Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.

G. Komplikasi Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan

Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.

Komplikasi ibu hamil dengan dibetesmellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik
dapat bersumber dari :

 Lamanya menderita diabetes mellitus.


 Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
 Hiperglikemiglukosuria.
 Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.

Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:

Kerusakan pembuluh darah.

 Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O2 ke jaringan makin


menurun.
 Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi.

Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:

 Diabetikaendarteritis.
 Mikrokoagulasi.
 Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.

H. Bentuk-bentuk Kelainan Kongenital

1. Kardiovaskuler
2. Transposisi pembuluh darah besar.
3. Defek septum ventrikuler.

4 Hipoplastik ventrikel kiri


I . Manajemen Terapeutik

Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya komplikasi


pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvagefetalrate).

Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :

Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia

Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin

Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin

Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).

J. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:

Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:

Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam. Atau:

Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.

 Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.

TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/d

GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.

K. Penatalaksanaan Medis

 Terapi Diet

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi
diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :

· JI : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.

· J2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.

· J3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :

Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.

Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.


Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.

Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropatidiabetik dengan gangguan faal ginjal.

NO Tipe Diet Indikasi Diet

1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.

2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.


2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung
koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat
retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun

3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi,
yaitu penderita diabetes terutama yang :

1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi


normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang
dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas
selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar
tinggi.

4. Diet B1 dan Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik
B2 yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).

Sifat-sifat diet B2

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi


mengandung protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12
% protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100
– 2300 kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal
ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)

Sifat diet B3

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).


2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah
protein 40 gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3
2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah
protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita
diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam
sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan
ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan
antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga
dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik

Terapi Insulin

Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan


terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan
oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl.

Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:

a). Humulin

 Komposisi : Humulin R Reguler soluble humaninsulin


(rekombinant DNAorigin). Humulin N isophane human insulin
(rekombinantDNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human
insulin 30% & human insulin suspensi 70%
(rekombinantDNA origin).
 Indikasi : IDDM
 Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan
secara injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV.
Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4
jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam,
puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya
14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
 Kontraindikasi : Hipoglikemik.
 Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan
emosi, diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
 Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin,
reaksi alergi local atau sistemik.
 Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

b). Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill

 Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin


manusia. Rekombinan DNA asli.
 Indikasi : DM yang memerlukan insulin
 Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan
1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi:
setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3
dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
 Kontraindikasi : Hipoglikemia.
 Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill

 Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia.


Rekombinan DNA asli
 Indikasi : DM
 Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3
x atau lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan
Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan
untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam,
puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
 Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada
pompa insulin.
 Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang
meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
 Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
 Interaksi obat : MAOI,alcohol, bloker meningkatkan efek
hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral,
diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
 Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

d. Humalog/Humalog Mix 25
 Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25
insulin lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
 Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk
memelihara homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal
untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama
untuk pemberian pra-prandial
 Dosis : Dosis bersifatindividual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari
obat ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan
(15 menit sebelum makan)
 Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk
pemberian IV.
 Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau
gangguan emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan
aktivitas fisik atau diet. Hamil.
 Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local &
sistemik.
 Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih
tiroid dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat.
Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
 Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill

 Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin


& 70% isophane HM insulin (monokomponen manusia).
Rekombinan DNA asli.
 Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
 Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2
x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam.
Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine
30 G x 8 mm.
 Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
 Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat
meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
 Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
 Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek
hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral,
diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
 Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.

3. Olahraga

Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki


sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga
dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang
ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

BAB III

“Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus (DM)”

Pada Ny. S Umur 31 Tahun G2P1A0AH1 Umur Kehamilan 30 minggu

Di BPM Haniyah, Sleman, Yogyakarta

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Identitas klien

1. Nama : Ny ‘S’

2. Umur : 31th

3. Suku/Bangsa :Sumatera/Indonesia

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMA

6. Pekarjaan : Pedagang

7. Alamat : Jl.Krapyak, Sleman

8. No. Register : 01042013

9. Dx. Medis : DM

10. Tanggal masuk : Minggu, 31 Maret 2013

11. Tanggal pengkajian : Minggu, 31 Maret 2013

b. Identitas penanggung jawab

1. Nama : Tn. ‘Z’

2. Umur : 34th

3. Jenis kelamin : laki-laki

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : D3

6. Pekarjaan : Karyawan swasta

7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

8. Alamat :Jl.Krapyak, Sleman

9. Hubungan dengan klien :Suami

2. Data Subjektif
a). Alasan Datang/ Dirawat :

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya.

b). Keluhan utama

Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK

c). Riwayat kesehatan dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti
PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan
penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu
pernah melakukan operasi sesar.

d). Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah/sedang


menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti
DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi.

e). Riwayat Kehamilan Sekarang :

a. HPM : 4-9-2012 HPL : 11-6-2013

b. ANC pertama umur kehamilan : 6minggu

c. Kunjungan ANC

Trimester I

Frekuensi : 6 Minggu

Keluhan : mual muntah

Komplikasi : tidak ada

Terapi : belum diberikan

Trimester II

Frekuensi : 2x

Keluhan : pusing

Komplikasi : DMG
Terapi : tablet Fe, Lico Calk,

Trimester III

Frekuensi : 2x

Keluhan : sering haus, lapar, BAK

Komplikasi : DMG

Terapi : tablet fe

d. Imunisasi TT:

TT 1 : TT Caten

TT 2 : tanggal 25 September 2007

TT 3 : tanggal 28 Oktober 2007

TT 4 : tanggal

TT 5 : tanggal

e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)

Ibu mengatakan janinnya bergerak lebih dari 10x sehari.

f). Aspek psikologis

 Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dan menerima dengan kehamilan
sekarang.]
 Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung ibu dengan kehamilan sekarang.
 Ibu mengatakan hubungan ibu, suami, keluarga, dan tetangga baik-baik saja

g). Aspek sosial

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti keluarganya bergantian menjaganya
selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti
banyak yang menjenguknya,
h). Aspek spiritual

Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin
beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit.

i). Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)

- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan trimester 1,2, dan 3.

- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang masa persalinan.

- Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas dan menyusui.

2. Data Objektif

a) .Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Status emosional : stabil

Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80mmhg Nadi : 72x/menit

Pernafasan : 25x/menit Suhu : 36.50c

BB : 68kg TB : 150cm

b). Pemeriksaan Fisik

Kepala : messocepal. Tidak ada benjolan, bersih, tidak berketombe

Wajah : simetris, tidak ada odema, ada cloasma gravidarum

Telinga : simetris, terdapat lubang telinga

Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih

Hidumg : simetris, tidak polip, tidak ada sekret

Mulut : simetris, tidak labioskisis/palatoskisis, tidak karies gigi

Leher : tidak ada pmbesaran vena jugularis, kelenjar parotis/limfe

Dada : simetris, tidak retraksi dinding dada.


Payudara : simet`ris, putting menonjol, colustrum(-), hyperpigmentasi

Abdomen : linea(+), striae(+), tfu 3 jari atas pusat.

Palpasi

 Leopold I : pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan


ridak melenting yaitu bokong janin.
 Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar,
keras yaitu punggung janin, pada bagian kiri ibu teraba bagian-
bagian kecil yaitu ekstremitas janin.
 Leopold III : Pada bagian terendah teraba bulat,
keras, melenting yaitu kepala janin.
 Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk
PAP

Auskultasi

DJJ : 144x/menit

Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap

Ekstermitas bawah : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap

Genitalia luar : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi

Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan

c). Pemeriksaan penunjang

tanggal: 31-3-2013 jam: 09.30WIB

Cek GDS = 220 mg/dl

d). Data penunjang

GDP: 120 mg/dl

2 jam sesudah makan: 140mg/dl


HbA1c : 7%

e). System pengindraan

1) Sistem penglihatan

Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada
rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola
mata baik.

Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

2) Sistem pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena
klien mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3) Sistem penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai
dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang
dirasakan.

4) Sistem pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai
tulisan garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5) Sistem integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/-
3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa,
tampilan umum kulit bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6) Sistem pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi
pada bising usus 10`x/menit.

7) Sistem pernafasan`
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung,
retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada,
terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8) Sistem kardiovaskuler`

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena
juularis, tidak ada bunyi tambahan.

9) Sistem perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada
aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10) System persarafan

N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

N2(optikus) : lapang pandang klien agak berkurang behubungan


dengan penuaan

N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila


tidak terkena cahaya)

N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.

N5 (trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat


mengatup secara simetris

N6 (abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke


kanan.

N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.

N8 (cochlealis) : pendengaran baik.

N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.

N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.

N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan


cukup baik.

N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.


11) Sistem musculoskeletal

Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan
tidak ada luka`

. Pola Aktivitas Sehari-hari

No. ADL(Activity Daily Living) Sebelum Masuk RS Di RS

1. Nutrisi

1. Makan 3x/hari Kalori


- Frekuensi Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan,
tempe, dll)

- Jenis Tidak Ada

- Porsi/Jumlah 6-7 gls/hari

- Makanan pantangan ± 1.500 – 1.750 ml/hari

1. Minum
- Frekuensi

- Jumlah

2. Eliminasi 1-2 x/hari 1 x/hari

1. BAB Lembek Lembek`


- Frekuensi 1
/2 -1 cc/kg berat badan/jam Tidak tentu
- Konsistensi ± 900 – 1.000 ml/hari ± 900 – 1.000
1. BAK ml/hari
Jernih
- Frekuensi Jernih
Tidak
- Jumlah urine output Ya

- Warna
- Terpasang kateter

3. Istirahat Tidur 21.00 – 05.00 WIB 21.00 – 05.00 WIB

- Waktu Tidur : Malam 12.00 – 13.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB

Siang ± 8 jam ± 8 jam

- Lama Tidur : Malam ± 1 jam ± 2 jam

Siang Tidak Tidak

- Masalah tidur

4. Personal Hygiene 2x sehari 2x sehari

1. Mandi Ya Ya
- Frekuensi Sendiri Sendiri
- Penggunaan Sabun 2x sehari Tidak
- Cara Ya Tidak
1. Oral Hygiene Sendiri -
- Frekuensi
2x Seminggu Belum cuci rambut
- Penggunaan pasta
Ya -
gigi
Sendiri -
- Cara melakukan
Tidak tentu Tidak tentu
1.Pemeliharaan Rambut
- Frekuensi sendiri -

- Penggunaan
shampoo

- Cara melakukan

1. Pemeliharaan
Kuku
- Frekuensi
- Cara melakukan

``5. Aktivitas Klien mengatakan mulai Klien melakukan


beraktivitas pada jam 05.30 – aktivitasnya
16.30 WIB sebagai Petani Sendiri

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.

2. Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia

3. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.

4. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.

`N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


O Keperawatan Hasil

1 Resiko tinggi Setelah dilaku Mempertahan1. - Timbang1. - Penambahan


terhadap kan tindakan kan kadar gula berat badan berat badan
perubahan keperawatan darah puasa setiap adalah kunci
nutrisi kurang nutrisi pasien antara 60-100 kunjungan petunjuk untuk
dari terpenuhi. mg/dl dan 2 prenatal. memutuskan
kebutuhan jam sesudah penyesuaian
berhubungan makan tidak kebutuhan
dengan lebih dari 140 kalori.
ketidakmamp mg/dl.
2.
uan mencerna 2.
dan
menggunakan - Membantu
nutrisi kurang - Observasi dalam
tepat. masukan mengevaluasi
kalori dan pemahaman
pola makan pasien tentang
dalam 24 aturan diet
jam.
3.

P-- Perhatikan
- Mual dan
adanya mual
muntah dapat
dan muntah
mengakibatkan
khususnya
defisiensi
pada
karbohidrat
trimester
yang dapat
pertama.
mengakibatkan
metabolisme
lemak dan
terjadinya
ketosis.
4. - Ajarkan
- Kebutuhan
pasien
insulin dapat
tentang
dinilai
metode
berdasarkan
finger stick
temuan glukosa
untuk
darah serum
memantau
glukosa secara periodic
sendiri.
5.

D Diskusikan
tentang
dosis , - Pembagian

jadwal dan dosis insulin

tipe insulin. mempertimbang


kan kebutuhan
basal maternal
6. - dan rasio waktu
Kolaborasi makan.
dengan ahli
6. - Diet secara
gizi.
spesifik pada
individu perlu
untuk
mempertahanka
Observasi n normoglikemi.
kadar
7. - Insiden
Glukosa
abnormalitas
darah.
janin dan bayi
baru lahir
menurun bila
kadar glukosa
darah antara 60
– 100 mg/dl,
sebelum makan
antara 60 -105
mg/dl, 1 jam
sesudah makan
dibawah 140
mg/dl dan 2 jam
sesudah makan
kurang dari 200
mg/dl.

8. Memberikan
keakuratan
gambaran rata
rata control
glukosa serum
8. - Tentukan selama 60 hari .
hasil HbA1c
- Kontrol glukosa
setiap 2 – 4
serum
minggu.
memerlukan
waktu 6 minggu
untuk stabil.

2 Resiko cedera Setelah Pasien dapat 1. - Jelaskan 1. - Dengan


berhubungan dilakukan memverbalisa pada pasien, meningkatnya
dengan tindakan si pemahaman suami atau pengetahuan
hipoglikemia keperawatan mengenai keluarga ibu, suami dan
atau tidak terjadi hipoglekemia mengenai keluarga kondisi
hiperglikemia resiko cedera. dan hipoglikemi hipoglikemi dan
hiperglikemia a dan hiperglikemi
termasuk hiperglikemi dapat dicegah
sebab dan a termasuk sehingga dapat
tanda penyyebab meminimalkan
gejalanya. dan tanda resiko cedera.
gejalanya.
Pasien dapat 2. -
mengidentifik 2. Dimungkinkan
asi jika pada
- Anjurkan
konsekuensi keadaan
potensial dari pasien untuk hipoglikemia
hiperglikemi membawa atau
dan insulin hiperglikemi
hipoglkemia spuit, juga dapat dilakukan
pada dirinya gula kerja- penanganan
dan janinnya. cepat saat cepat.
bepergian
Hipoglikemia 3.
jauh dari
dan
rumah.
hiperglikemia
dapat dicegah - Latihan fisik

atau dan kepatuhan


3. -
diminimalkan. diet dan stres
Diskusikan
sangat
hubungan
berpengaruh
latihan fisik
pada kondisi ibu
dan diet dan
maupun janin,
efek
maka dari itu
keduanya
perlunya
pada stres.
membatasi
kegiatan fisik
yang berlebih
dan kepatuhan
diet sangat
berperan dalam
menjaga kondisi
ibu dan janin.

3 Resiko Tinggi Setelah Menunjukan 1. - 1. - Pengontrolan


cidera janin dilakukan reaksi Non Observasi secara ketat
berhubungan tindakan stress test dan control sebelum
dengan keperawatan Oxytocin diabetik konsepsi
peningkatan tidak terjadi Challenge sebelum membantu
kadar glukosa resikocidera Test negative konsepsi. menurunkan
maternal, atau resiko mortalitas
perubahan janin. Construction janin dan
pada sirkulasi. Stress Test abnormal
secara normal. konginental.

2. - Terjadi
insufisiensi
plasenta dan
ketosis maternal
mungkin secara
2. - negatif
Observasig mempengaruhi
erakan janin gerakan janin
dan denyut dan denyut
janin setiap jantung janin.
kunjungan.

3. - Untuk
mengidentifikasi
pola
pertumbuhan
abnormal

4. - Aktifitas dan
3. - Observasi pergerakan janin
tinggi merupakan
fundus uteri petanda baik
setiap dari kesehatan
kunjungan. janin.

. -Tinjau 5. - Tes serum


ulang albumin
prosedur glikosilat
dan rasional menunjukkan
untuk Non glikemia lebih
stress Test dari beberapa
setiap hari.
minggu.

5. -
Observasika
dar albumin
glikosilat
pada getasi
minggu ke
24 sampai
ke 28
6. - Insiden
khususnya
kerusakan tuba
pada ibu
neural lebih
dengan
besar pada ibu
resiko
diabetik dari
tinggi.
pada non
6. - diabetik bila
Dapatkan kontrol sebelum
kadar serum kehamilan sudah
alfa buruk.
fetoprotein
7. -
pada gestasi
Ultrasonografi
minggu ke
bermanfaat
14 sampai
dalam
minggu ke
memastikan
16.
tanggal gestasi
dan membantu
dalam evaluasi
retardasi
7. - Siapkan pertumbuhan
untuk intra uterin.
ultrasonogra
fi pada
gestasi
minggu ke
8, 12, 18,
28, 36
sampai
minggu ke
38.

4 Resiko tinggi Setelah 1. - Kehamilan1. - Tinjau 1. -


terhadap dilakukan cukup bulan. ulang Hiperglikemia
trauma, tindakan riwayat maternal pada
2. -
gangguan keperawatan pranatal dan periode pranatal
Meningkatka
pertukaran gas pasien tidak kontrol meningkatkan
n keberhasilan
pada janin mengalami maternal. makrosomia,
kelahiran dari
berhubungan trauma dan membuat janin
bayi usia
dengan gangguan berisiko
gestasi yang
ketidakadekua pertukaran gas terhadap cedera
tepat.
tan kontrol pada janin. kelahiran karena
diabetik 3. - Bebas distosia atau
maternal, cedera. disporsia
makrosomnia 4. - sefalopelvis.
atau retardasi Menunjukkan Kadar glukosa
pertumbuhan kadar glukosa maternal yang
intra uterin. normal, bebas tinggi pada
tanda kelahiran
hipoglikemia meransang
pankreas janin,
mengakibatkan
hiperinsulinemia
.

2. - Peningkatan
glukosa dan
kadar keton
menandakan
ketoasidosis
yang dapat
mengakibatkan
asidosis janin
dan potensial
cedera susunan
syaraf pusat.

3. Peningkatan
infeksi asenden,
dapat
mengakibatkan
sepsis neonatal.

4. Meningkatkan
perfusi plasenta
dan
meningkatkan
2. - Periksa
kesediaan n - ---
adanya
Peningkatan
glukosa atau
infeksi asenden,
keton dan
dapat
albumin
mengakibatkan
dalam urin
sepsis neonatal.
ibu dan
pantau
tekanan - Meningkatkan
darah. perfusi plasenta
dan
meningkatkan
3. -
Observasi kesediaan
tanda vital. oksigen untuk
janin.

. - Memberikan
informasi
tentang
cadangan pada
plasenta untuk
4. - Anjurkan
oksigenasi janin
posisi
selama periode
rekumben
intrapartal.
lateral
selama
persalinan. 6. - Tacikardi,
bradikardi atau
deselerasi
5. - Tinjau
lambat pada
hasil tes
penurunan
pranatal
variabilitas
seperti profil
menandakan
biofisikal,
kemungkinan
tes nonstres
hipoksia janin
dan tes stres
kontraksi.

6. -
Observasi
frekuensi
denyut
jantung
janin.

Evaluasi
Dari hasil intervensi yang tertulis, evaluasi yang diharapkan:

Diagnosa 1 : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan
nutrisi kurang tepat.

Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan nutrisi adekuat

Diagnosa 2 : Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia

Evaluasi : Cidera tidak terjadi

Diagnosa 3 : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar


glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.

Evaluasi : Cidera terhadap janin tidak terjadi

Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal,
makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.

Evaluasi : Trauma tidak terjadi

ASUHAN KEPERAWATAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM


PADA MASA KEHAMILAN

A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum ialah :

 Mual-muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai


menganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. ( Obstetri patologi. 1984
: 84 )
 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
selama masa hamil ( Helen verney. Asuhan Kebidanan
.2007,hal:608)
 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan
umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu
Kebidanan, 1999).
 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah dengan
intensitas sedang sering terjadi sampai gestasi sekitar 16
minggu.(Obstetri Willson.2006.hal:1424)
 Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit
seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya

A. Etiologi
Penyebab Hiperemesisi Gravidarum secara pasti belum
diketahui. Menurut Chin dkk,1990; Goodwin mentero, Mostman,
19920) Mengemukakan Hiperemesis Gravidarum dapat disebabkan
oleh kadar estrogen yang tinggi dan hipertiroidisme, yang mungkin
disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia.
Beberapa faktor predisposisi sbb :

1. Primigravida, mola hidotidosa, diabetes, dan kehamilan ganda


akibat peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik.
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan
pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab.
4. Faktor Endokrin : Hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
Mual muntah disebabkan oleh masuknya bagian vilus ke dalam
peredaran darah ibu, perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex
gi suprarenalis, perubahan metabolik

dan kurangnya pergerakan lambung.

B. Tanda dan Gejala


a. Muntah yang berat
b. Haus
c. Dehidrasi
d. Berat badan turun
e. Keadaan umum mundur
f. Kenaikan suhu
g. Icterus
h. Gangguan cerebral (kesadaran menurun delirium)
i. Laboratorium : protein, aseton, urobilinogen, dalam urine
bertambah, silinder +

C. Macam-macam Hiperemesis Gravidarum


Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis dapat dibagi menjadi 3
tingkatan yaitu :

1. Tingkatan I = Ringan
Mual muntah terus sehingga penderita lemah, tidak mau makan,
nadi meningkat sampai sekitar 100 denyut permenit, tekanan
darh sistolik menurun, BB menurun, nyeri di epigastrium, turgor
menurun, lidah kering, mata cekung.

2. Tingkat II = Sedang
Mual dan muntah yang hebat sehingga keadaan umum penderita
lebih parah : lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering
dan kotor, gejala dehidrasi semakin jelas, nadi kecil an cepat,
suhu badan naik, tensi semakin menurun, mata cekung, icterus
ringan, BB menurun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi.
Aseton dapt tercium dalam hawa pernapasan, dan dapat terjadi
asetonuria.

3. Tingkat III = Berat


- Keadaan umum wanita tersebut makin menurun, tanda
dehidrasi makin tampak, muntah berkurang, tekanan darh
menurun, nadi makin kecil dan cepat, suhu badan meningkat.
- Gangguan faal hati termanifestasi dari gejala icterus.
- Keadaan menurun dari somnolen sampai koma, komplikasi
pada susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke) dengan
gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan
- mental. Keadaan ini akibat sangat kekurangan zat makanan
termasuk vitamin B kompleks.
Hiperemesis gravidarum ada yang kronik dan ada yang akut.

Hiperemesis gravidarum kronik yaitu kemunduran terjadi


dengan lambat laun.

Hiperemesis gravidarum akut yaitu kemunduran terjadi


dalam beberapa hari misalnya 1 minggu.

D. Penatalaksanaan
Pertama-tama, bila ada keluhan hiperemesis gravidarum
disingkirkan adanya gangguan sistematik lainnya, seperti ulkus
peptikum, hepatitis, pielonefritis dan tumor otak yang dapat
menimbulkan gejala muntah. Langkah yang paling baik adalah
pencegahan, sehingga emesis gravidarum yang dijumpai pada wanita
hamil tidak berkembang menjadi hiperemesis gravidarum. Peran
bidan dan perawat adalah memberi penyuluhan kepada calon ibu
dalam menghadapi gangguan mual dan muntah pada awal
kehamilannya. Para calon ibu perlu diyakinkan bahwa kehamilan dan
persalinan adalah suatu proses fisiologis dan gangguan mual muntah
ini akan menghilang setelah kehamilan 4 bulan (16 minggu).
Ibu dianjurkan untuk makan lebih sering dengan porsi kecil dan
menghindari makanan berlemak, terlalu manis dan yang berbau serta
berbumbu merangsang makanan yang mengandung karbohidrat
(biskuit kering, roti bakar) lebih baik dari pada gula-gula dan coklat
sebagai sumber energi. Untuk mengurangi keluhan mual muntah.
Wanita hamil tersebut dianjurkan untuk makan biskuit atau roti
kering / bakar dengan teh hangat sebelum turun dari tempat tidur dan
melaksanakan aktivitas. Apabila muntah terus berlanjut dan
menganggu kehidupan sehari-hari, wanita tersebut perlu dirawat inap
di RS, dengan penatalaksanaan sebagai berikut :

1. Wanita dirawat dikamar tersendiri yang tenang, tetapi terang


dengan ventilasi udara yang baik, membatasi pengunjung,
dengan perubahan suasana, pendampingan oleh bidan /
perawat dan orang terdekat serta informasi dan komunikasi
yang baik saja sering sengaja muntah sudah berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
2. Pemberian cairan pengganti
Perlu diberi cairan intravena bila ada gejala dehidrasi.
Cairan yang dipakai

biasanya dextrose5 % dalan larutan fisiologik sebanyak 2-3


liter perhari

tergantung tingkat dehidrasi. Bila perlu diberi tambahan


kalium dan vitamin B kompleks dan C. Bila ada kekurangan
protein juga dapat diberi asam amino secara intravena.

3. Pendekatan Psikologik
Wanita perlu diyakinkan bahwa penyakitnya dapt
disembuhkan, hilangnya rasa takut terhadap kehamilan dan
persalinan. Dengan pendekatan konseling dan dan mencoba
menemukan konflik serta mencari jalan penyelesaian masalah

psiko-sosial yang menjadi beban dan pencetus adanya


hiperemesis gravidarum. Kalau perlu dan memungkinkan
konsultasi dengan pekerja sosial, petugas pastoral dan
psokolog.

4. Penghentian Kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hoperemesis
gravidarum tidak berhasil dan kondisi pasien menjadi makin
memburuk. Perlu pemeriksaan medik dan psikologis yang
teliti untuk mengetahui gangguan sistemik dan beratnya
komplikasi. Adanya delirium, somnolen sampai koma,
kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik. Dalam kondisi demikian
secara medik perlu adanya pertimbangan untuk penghentian
kehamilan. Keputusan ini tidak mudah ditetapkan karena
dengan pertimbangan moral tidak boleh terlalu cepat, tetapi
dilain pihak tidak menunggu sampai kondisi irreversible pada
organ vital.

Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum pada Masa


Kehamilan

A. Pengkajian
1. Data Subjektif (pengertian yang dirasakan dan dilaporkan
pasien):
 Mual, muntah yang sering dan menganggu aktivitas yang
terjadi pada trimester 1. keluhan muntah ini dapat dicetuskan
oleh pandangan atau bau makanandan bau lain yamg
merangsang : misal bau asap rokok.
 Mulut terasa asam, bibir kering, rasa haus dan kulit kering.
 Hipersalivasi, muntah yang kadang bercampur darah.
 Tidak nafsu makan, badan terasa lemas.
 Berat badan menurun
 Urine berkurang dan warna menjadi lebih gelap
 Konstipasi
 Sakit kepala

2. Data Obyektif (hasil observasi atau yang dapat diperiksa):


 Muntah terus-menerus dengan frekuensi dan volume yang
dapat diobservasi dan dicatat baik pagi, siang maupun malam
hari.
 Pasien sering membuang air liur (hipersalivasi), volume juga
dapat dikumpulkan dalam wadah tertutup dan diukur
 Volume urin berkurang (oliguria) dan konsentrasi tinggi
 Berat badan menurun, tekanan darah menurun dan takikardia
>100 x/menit
 Suhu badan meningkat
 Apatis, kacau dan bingung
 Turgor kulit berkurang

3. Data Laboratorium:
Urine :

- Aseton positif
- Protein urine positif
- HCG nutrisi positif
Darah :
- Gula darah menurun
- kadar natrium, kalium, dan chlorida menurun
- Hb, Ht meningkat (haeomokonsentrasi)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan berhubungan
dengan mual dan muntah, ketidakteraturan atau kurangnya
pemasukan makanan.
Hasil yang diharapkan :

- Pasien mengenali tanda-tanda dini perubahan nutrisi


- Pasien dapat mengenali tanda-tanda emesis gravidarum dan
dapat mengatasi rasa tidak nyaman akibat mual muntah
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Tidak terjadi komplikasi
Rencana tindakan :

- Timbang BB dengan timbangan yang sama dan pakaian


sejenis (sama beratnya)tiap hari atau jadwal sesuai dengan
terapi atau kondisi pasien
- Mencatat intake output selama 24 jam
- Perhatikan pola makan dan makanan yang dikonsumsi
- Lakukan pemeriksaan turgor kulit
- Lakukan pemeriksaan laboratorium aseton urine
- Konseling dengan klien dan keluarganya
- Observasi tanda-tanda komplikasi, asidosis-icterus
- Merujuk bila perlu ke fasilitas yang tepat
2. Rasa tidak nyamansehubungan dengan akibat muntah-
muntah yang berulang
Hasil yang diharapkan :

- Pasien merasa lebih nyaman.


Rencana tindakan :
- Sediakan limgkungan yang bersih, nyaman serta ventilasi
yang baik
- Batasi pengunjung sesuai dengan keinginan pasien
- Letakkan piala gnjal jauh dari pandangan tetapi mudah diraih
- Letakkan makanan diluar ruangan pasien
- Rapikan alat-alat makan setelah selesai makan
- Anjurkan/ sediakan alat kumur-kumur sebelum makan dan
setelah setiap muntah
- Berikan posisi fowler setiap selesai makan 30 menit,
kemudian posisi tidur yang nyaman.
3. Takut berhubungan dengan perawatan di rumah sakit dan
prognosis kehamilan
Hasil yang diharapkan :

- Pasien mengerti maksud dan tujuan perawatan di rumah sakit


- Rasa takut berkurang
- Pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit
dan kooperatif dalam rencana asuhannya.
Rencana tindakan :

- Mengkaji reaksi pasien terhadap respon nyeri / sakit, muntah


yang berulang
- Beri informasi yang jelas, maksud dan tujuan dan tindakan
perawatan dirumah sakit
- Beri dukungan (jangan menghakimi)
Konseling dengan pasien dan keluarga
- Beritahu kondisi pasien dan keluarga tentang respon mual
muntah dan kemajuan pengobatan
Kolaborasikan dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi,
pekerja sosial, pekerja pastoral, psikolog dll yang terkait.

C. Penyuluhan
Tujuan :
Tidak terjadi komplikasi pada ibu maupun anak. Pasien akan
kooperatif dn optimis dalam proses pengobatan dan pemulihan,
pasien akan berusaha memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
dirinya sendiri

Hasil yang diharapkan :

 pasien dan keluarga dapat mengetahui sebab hiperemesis


 pasien dapat mengetahui rangsangan yang menimbulkan
terjadinya muntah
 pasien dapat berusaha untuk mencegah timbulnya muntah
 keluarga dapat memberi dukungan pada klien
 hiperemesis dapat diatasi segera
 pasien dan keluargakooperatif dalam rencana terapi dan
keperawatan
Macam penyuluhan/ konseling

 konseling hal-hal yang diduga berhubungan dengan sebab


akibat hiperemesis
 diit (pola nutrisi) pada pasien dengan hiperemesis
Metode penyuluhan

 konseling
 diskusi

BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan
1. Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan
juga janin yang tengah dikandungnya.

2. Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa
melewati membran sel.

3. Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengandiabetes
melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran kehamilan yang tidak
bisa dijelaskan (abortus spontan), Adanya hidramnion,Kelahiran anak sebelumnya
besar,Umur mulai tua, Herediter.

4. Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula
dalam darah.

4.2 Saran

Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar,
menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta
selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih,
segera mendapatkan penangan dari petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika

Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta:
EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007.Pemgantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC

Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jogjakarta


: Nuha Medika

S-ar putea să vă placă și