Sunteți pe pagina 1din 18

B.

Konsep Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu upaya pemecahan masalah yang


tujuan utamanya adalah membantu perawat menangani klien secara
komperhensif dengan dilandasi alas an ilmiah, keterampilan teknis, dan
keterampilan interpersonal ( Asmadi, 2008). Dalam proses keperawatan
terdiri dari 5 tahap yaiti sebagai berikut :

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengimpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2013).
Dalam pengkajian yang dilakukan dalam tahapanya meliputi :
a. Pengumpulan data. Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif
(Nursalam, 2013).
Adapun data yang dikumpulkan antara lain :
1) Biodata
Biodata meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan, dan diagnosa medis.
2) Riwayat Kesehatan
Pada umumnya klien dengan Diabetes Mellitus akan mengeluh
adanya gejala-gejala spesifik seperti poliuria, polidipsi dan
poliphagia, mengeluh kelemahan dan penurunan berat badan.
Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot
yang menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis. Dapat juga adanya keluhan luka yang tidak
sembuh-sembuh atau bahkan membusuk menjadi latar belakang
penderita datang ke rumah sakit.

3) Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST dari


mulai keluhan dirasakan sampai klien datang ke rumah sakit.
4) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien pada saat dilakukan pengkajian
yang dikembangkan dengan metode PQRST.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas,
hipertensi, riwayat penyakit pankreatitis kronis, dan riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit), atau terapi obat (glukokortikosteroid,
diuretik tiazid, kontrasepsi oral). Perlu juga dikaji apakah
klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang
sama.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Penyakit Menular. Pada umumnya penderita DM
mudah terkena penyakit peradangan atau infeksi seperti TBC
Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada yang
mempunyai penyakit menular seperti TBC Paru, Hepatitis,
dll. Riwayat Penyakit Keturunan. kaji apakah dalam keluarga
ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien yaitu
DM karena DM merupakan salah satu penyakit yang
diturunkan, juga perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti asma,
hipertensi, atau penyakit endokrin lainnya.
5) Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah, dan pola
aktivitas klien kini di rumah sakit, meliputi pola nutrisi
(makan dan minum), eliminasi (BAB/BAK), istirahat tidur,
personal hygiene, dan aktivitas gerak. Dikaji kebiasaan/pola
makan klien apakah teratur atau tidak dan berapa banyak
porsi sekali makan, apakah klien sering makan makanan
tambahan/cemilan terutama yang manis-manis, apakah ada
keluhan selalu merasa lapar walaupun sudah banyak makan
atau ada keluhan penurunan/hilang nafsu makan karena
mual/muntah, apakah klien melanggar program diet yang
telah ditetapkan dengan cara memakan makanan yang
dipantang, apakah ada penurunan berat badan dalam periode
beberapa hari/minggu, kaji apakah ada keluhan banyak
minum dan selalu merasa haus. Perlu juga dikaji apakah klien
mengeluh sering BAK terutama malam hari, serta kaji pula
kebiasaan klien berolah raga atau beraktivitas sehari-hari.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Biasanya frekuensi nafas normal bila tidak terdapat
komplikasi, akan sedikit meningkat pada klien diabetes
yang sudah lansia karena menurunnya otot-otot pernafasan
sehingga kemampuan pengembangan paru juga menurun.
Akan didapatkan pernafasan kussmaul jika penderita
mengalami ketoasidosis dan didapat pula nafas yang
berbau aseton, dan bau halitosis atau bau manis. Bisa juga
didapatkan keluhan batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak), dapat pula
terjadi paraestesia atau paralysis pada otot-otot pernafasan
(jika kadar Kalium menurun cukup tajam).
b. Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer
melemah terutama pada tibia posterior, dan dorsalis pedis,
terjadinya aterosklerosis yang dapat terbentuk baik pada
pembuluh darah besar (makrovaskuler) atau pembuluh
darah kecil (mikrovaskuler). Kaji pula adanya hipertensi,
edema jaringan umum, disritmia jantung, nadi lemah
halus, pucat, dan takikardia serta palpitasi menunjukkan
terjadinya hipoglikemik. Apabila telah terjadi neuropati
pada kelainan jantung maka akan diperoleh kelainan
gambaran EKG lambat
c. Sistem Pencernaan
Kaji adanya polidipsi, poliphagi, mual, muntah,
konstipasi, diare, perasaan penuh pada perut, obesitas
ataupun penurunan berat badan yang berlebihan pada
periode beberapa hari/minggu dan adanya distensi
abdomen.
d. Sistem Persarafan
Biasanya didapatkan data penurunan sensasi sensori, rasa
pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot,
bahkan sampai paraestesia, gangguan penglihatan,
didapat juga gangguan orientasi dengan data klien tampak
mengantuk, gelisah, letargi, stupor, bahkan sampai koma
bila klien telah mengalami komplikasi ketoasidosis,
hipoglikemia dan adanya aktivitas kejang.
e. Sistem Endokrin
Biasanya pada klien diabetes didapatkan gejala trias P
yaitu Poliuria, Polidipsi dan Poliphagia. Kondisi klien
akan lebih berat jika penderita mempunyai penyakit
penyerta lain terutama gangguan pada hormon lain. Oleh
karena itu perlu dikaji penyakit yang dapat ditimbulkan
oleh kerja hormon-hormon tersebut seperti adanya
pembesaran kelenjar tiroid paratiroid, moonface, adanya
tremor, dll. Jika tidak ada gangguan pada hormon lain
maka pengkajian difokuskan pada hal-hal yang
berhubungan dengan DM seperti trias P, penggunaan
insulin, dan faktor hipoglikemik

f. Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola dan frekuensi berkemih
(poliuria) dan terkadang nokturia, rasa nyeri dan terbakar
saat BAK, kesulitan berkemih karena infeksi, bahkan bisa
terjadi infeksi saluran kemih. Urine akan tampak lebih
encer, pucat, kuning, dan poliuria dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat.
Urine bisa tercium bau busuk jika infeksi. Klien sering
merasa haus sehingga intake cairan bertambah. Perlu
dikaji juga adanya masalah impotensi pada laki-laki dan
masalah orgasme pada wanita serta infeksi pada vagina.
g. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya didapatkan rasa lemah, letih, dan penurunan
kekuatan otot, sehingga klien sulit bergerak/berjalan
(beraktivitas), juga adanya keluhan kram pada otot.
h. Sistem Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, apabila
terdapat luka klien sering mengeluh luka sulit sembuh
dan malah membusuk. Akral teraba dingin, dan integritas
kulit menurun (rusak). Kulit bisa kering, gatal, bahkan
terjadi ulkus. Demam dan diaporesis dapat terjadi jika
klien mengalami infeksi.
6) Data Psikologis
Meliputi konsep diri, status emosi, pola koping dan gaya
komunikasi. Kemungkinan klien menunjukkan kecemasan
bahkan terdapat perasaan depresi terhadap penyakitnya. Hal
ini diakibatkan karena proses penyakit yang lama, kurangnya
pengetahuan tentang prosedur tindakan yang dilakukan. Perlu
dikaji pandangan hidup klien terhadap segala tindakan
keperawatan yang dijalani. Kaji ungkapan klien tentang
ketidakmampuan koping/penggunaan koping yang maladaptif
dalam menghadapi penyakitnya, perasaan negatif tentang
tubuhnya, klien merasa kehilangan fungsi tubuhnya,
kehilangan kebebasan, dan kehilangan kesempatan untuk
menjalani kehidupannya.
7) Data Sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya
sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien
dengan perawat, dokter, tim kesehatan lain serta klien lain
dan bagaimana penerimaan orang-orang sekitar klien
terutama keluarga akan kondisinya saat ini serta dukungan
yang diberikan orang-orang terdekat klien baik dari segi
moril ataupun materil. Biasanya hubungan klien dengan
lingkungan sosial tidak terganggu, klien tetap ikut serta
dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari interaksi sosial
terutama jika sudah terjadi komplikasi fisik seperti ulkus,
gangren, dan gangguan penglihatan.
8) Data Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap
penyakit dan kesembuhannya dihubungkan dengan agama
yang klien anut. Bagaimana aktifitas spiritual klien selama
klien menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang
menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk
kesembuhannya.
9) Data Penunjang

b. Pengelompokan Data
Setelah terkumpul semua data, data kemudian dikelompokan ke
dalam data objektif dan subjektif (Asmadi, 2008)
c. Analisa data. Analisa data terdiri dari : masalah (problem)
penyebab (etiologi), data (Sign and symptom) (Asmadi, 2008).

d. Prioritas masalah
Prioritas masalah dituliskan dalam urutan tertentu untuk
memudahkan pengurutan diagnose keperawatan berkaitan yang
dipilih, yang tersaji dalam pedoman keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari
indufidu atau kelompok (Nursalam, 2013). Adapun diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes
Mellitus menurut Carpenitto, Doengoes, Sorensen dan Brunner and
Suddart antara lain:

a. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan


metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin, intake tidak
adekuat akibat adanya mual dan muntah.
b. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic
dari hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake cairan.
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan intake makanan dengan
aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya pengetahuan.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi
sensori, gangguan sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi,
kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
e. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan akibat penurunan produksi energi.
f. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori
(visual), kelemahan dan hipoglikemia.
g. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan (pengelolaan diabetes), kemampuan mengingat yang
kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang baru, keterbatasan
kognitif.
h. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik
di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kondisi penatalaksanaan terapeutik, sistem pendukung yang kurang
adekuat.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari
intervensi yang disusun untuk membantu klien dan mencapai criteria
hasil (Nursalam,2013). Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun
rencana asuhan keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan
metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat
akibat adanya mual dan muntah.

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.

Kriteria evaluasi:

- Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.

- Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.

- Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.

- Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi

fluktuasi.

Rencana:

Intervensi Rasional
 Timbang berat badan setiap  Mengkaji pemasukan makanan yang
hari atau sesuai indikasi. adekuat.
 Auskultasi bising usus, catat  Hiperglikemia dan gangguan
adanya nyeri abdomen, keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
kembung, mual, dan muntah. menurunkan motilitas atau fungsi
lambung yang akan mempengaruhi
pilihan intervensi.
 Identifikasi makanan yang  Jika makanan yang disukai dapat
disukai atau dikehendaki. dimasukkan dalam perencanaan makan,
kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
 Libatkan keluarga klien pada  Meningkatkan rasa keterlibatan dan
perencanaan makan sesuai memberikan informasi kepada keluarga
dengan indikasi untuk memahami kebutuhan nutrisi klien
 Observasi tanda-tanda  Karena metabolisme karbohidrat mulai
hipoglikemia seperti perubahan terjadi (gula darah akan berkurang) dan
tingkat kesadaran, kulit sementara insulin tetap diberikan maka
lembab/dingin, denyut nadi hipoglikemia dapat terjadi.
cepat, lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala, pusing dan
sempoyongan.
Pantaupemeriksaan laboratorium  Gula darah akan menurun perlahan
seperti glukosa dara, aseton, pH, dengan penggantian cairan dan therapi
dan HCO3 insulin terkontrol sehingga glukosa dapat
masuk ke dalam sel dan digunakan untuk
sumber kalori. Ketika hal ini terjdi kadar
aseton dapat menurun dan asidosis dapat
dikoreksi.
 Berikan pengobatan insulin  Insulin reguler memiliki awitan cepat
secara teratur. dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke
dalam sel.
 Lakukan konsultasi dengan ahli  Bermanfaat dalam perhitungan dan
diet. penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.

2. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

dari hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake cairan.

Tujuan:

Hidrasi adekuat.

Kriteria evaluasi:

- Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24

x/menit, Nadi 70-80 x/menit, Suhu 36,5-37.50C

- Nadi perifer dapat diraba.

- Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.

- Intake dan output seimbang.

- Kadar elektrolit dalam batas normal

Rencana:
Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya  Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
perubahan tekanan darah ortostatik. hipotensi dan takikardia.
 Kaji pola nafas seperti adanya pernafasan  Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
kussmaul atau berbau keton. melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratoris
terhadap keadaan ketoasidosis.
Pernafasan yang berbau aseton
berhubungan dengan pemecahan asam
aseto asetat dan harus berkurang bila
ketosis telah terkoreksi.
 Pantau frekuensi dan kualitas pernafasan,  Peningkatan kerja pernafasan, pernafasan
penggunaan otot bantu nafas dan periode cepat dan dangkal serta munculnya
apneu serta muncul sianosis. sianosis mungkin indikasi dari kelelahan
pernafasan atau mungkin klien
kehilangan kemampuannya untuk
mengkompensasi asidosis.
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, torgor  Merupakan indicator dari tingkat
kulit dan membran mukosa. dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
 Pantau intake dan output  Memberikan perkiraan kebutuhan akan
cairan pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari therapi yang diberikan.
 Pertahankan untuk memberikan cairan  Mempertahankan hidrasi atau volume
paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas sirkulasi dengan adekuat.
yang dapat ditoleransi jantung jika
pemasukan cairan sudah dapat diberikan.
 Tingkatkan lingkungan yang dapat  Menghindari pemanasan yang berlebihan
memberikan rasa nyaman. Selimuti klien terhadap klien yang lebih lanjut dapat
dengan selimut tipis. menimbulkan kehilangan cairan
 Kaji adanya perubahan mental atau  Perubahan mental dapat berhubungan
sensori. dengan hipoglikemi atau hiperglikemi,
elektrolit yang abnormal, asidosis,
penurunan perfusi serebral, dan
berkembangnya hipoksia.
 Berikan terapi cairan sesuai dengan  Tipe dan jumlah cairan tergantung dari
indikasi. derajat kekurangan cairan dan respon
klien secara individual.
 Pasang dan pertahankan kateter urin.  Memberikan pengukuran yang tepat dan
akurat terhadap urin output.
 Pantau pemeriksaan laboratorium seperti  Mengkaji tingkat hidrasi.
Ht, BUN/kreatinin, osmolalitas darah,
natrium dan kalium.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan intake makanan

dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya

pengetahuan.

Tujuan:

Intake nutrisi adekuat

Kriteria evaluasi:

- Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.

- Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.

- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

- Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan

penurunan kalori

Rencana:

Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan pasien dan  Pengertian dapat memotivasi untuk
keluarga tentang faktor menghindari faktor penyebab.
penyebab.
 Kaji psikososial pasien yang  Psikologis dapat mempengaruhi perilaku
berhubungan dengan makan makan yang berlebih.
berlebih
 Jelaskan hubungan obesitas  Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II
dengan diabetes.
 Konsultasikan dengan ahli gizi  Untuk menetapkan dan menghitung diet sesuai
untuk program diet. dengan kebutuhan klien.
 Motivasi klien untuk  Dapat membantu dalam penurunan berat
mengkonsumsi cukup makanan badan.
yang mengandung kompleks
karbohidrat yang tinggi.
 Bantu memilih menu harian
berdasarkan rencana rendah  Menghindari kebosanan akan menu pada diet
kalori dan rendah lemak. yang telah ditentukan.
 Timbang berat badan setiap
hari.  Menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.
 Diskusikan kebutuhan diet dan
tingkatkan latihan sesuai  Latihan memudahkan ambilan glukosa
program diet. sehingga menurunkan kadar gula darah,
memudahkan penurunan berat badan, dan
 Libatkan keluarga dalam menurunkan resiko aterosklerosis.
perencanaan makan sesuai  Memberikan rasa keterlibatan, memberikan
program diet dan indikasi. informasi kepada keluarga tentang kebutuhan
 Kolaborasi pemeriksaan gula nutrisi klien.
darah, pH, HCO3  Gula darah akan menurun secara perlahan-
lahan pada insulin yang terkontrol. Pemberian
insulin dosis optimal menyebabkan glukosa
masuk kedalam sel yang digunakan untuk
energi.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi,

kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.

Tujuan:

Integritas kulit dapat dipertahankan

Kriteria evaluasi:

- Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami

gangguan seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

 Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan

memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan.

 Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit

yang tepat.

- Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti

yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:


 Tidak mengalami kerusakan kulit

 Tidak terdapat daerah kemerahan

 Mempertahankan sirkulasi adekuat.

Rencana:

Intervensi Rasional
 Inspeksi kulit terhadap perubahan  Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
warna, turgor, vascular. menimbulkan dekubitus/infeksi.
 Jaga kulit tetap bersih dan kering.
 Kulit kotor dan basah merupakan media yang
 Berikan perawatan kulit dengan baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.
salep atau krim.  Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan
kulit sehingga mencegah terjadinya robekan
 Pertahankan linen kering. kulit
 Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko
 Lakukan perawatan luka dengan kerusakan kulit.
larutan NaCl dan debridement  Membersihkan luka sehingga mempercepat
sesuai order. tumbuhnya jaringan baru.
 Berikan obat-obatan luka.
 Membunuh mikroorganisme dan
 Awasi dengan ketat terhadap mempercepat penyembuhan luka.
tanda dan gejala infeksi.  Deteksi dini sebagai upaya preventif dan
 Berikan tindakan untuk menentukan intervensi yang tepat.
memaksimalkan sirkulasi darah.  Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
 Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium seperti albumin  Sebagai indikator pertukaran nutrisi.

5. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan akibat penurunan produksi energi.

Tujuan:

Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi

Kriteria evaluasi:

- Kelemahan klien berkurang

- Mengungkapkan peningkatan energi.


- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi

dalam aktifitas yang diinginkan.

Rencana:

Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan klien  Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
kebutuhan akan aktivitas, buat meningkatkan tingkat aktifitas meskipun
jadwal perencanaan dengan klien mungkin klien sangat lemah.
dan identifikasi aktifitas yang
menimbulkan kelelahan.
 Berikan aktifitas alternatif  Mencegah kelelahan yang berlebihan.
dengan periode istirahat yang
cukup.
 Pantau tanda-tanda vital sebelum  Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat
dan sesudah beraktifitas. ditolerir secara fisiologis.
 Tingkatkan partisipasi klien
dalam melakukan aktivitas  Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri
sehari-hari sesuai dengan yang yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat
dapat ditoleransi. ditolelir klien
 Libatkan keluarga dalam
pelaksanaan aktivitas klien.  Meningkatkan peran aktif keluarga dalam
perawatan klien.

6. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi

sensori (visual), kelemahan dan hipoglikemia.

Tujuan:

Injuri tidak terjadi.

Kriteria evaluasi:

- Mengungkapkan peningkatan energi

- Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental

- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.

- Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan

menghindarinya.
- Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang

diungkapkan secara verbal.

Rencana:

Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital dan  Sebagai dasar untuk membandingkan temua
status mental. abnormal.
 Minimalkan faktor lingkungan  Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang
yang berbahaya. berbahaya.
 Libatkan keluarga dalam  Membantu mengurangi resiko injuri pada
mencegah terjadinya injuri pada klien.
klien.
 Pelihara aktivitas rutin klien  Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dan berhubungan dengan realitas dan
motivasi klien untuk melakukan mempertahankan orientasi pada
kegiatan sehari-hari sesuai lingkungannya.
dengan kemampuannya.
 Kaji adanya keluhan parastesia,  Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
nyeri atau kehilangan sensori tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
pada paha/kaki, adanya ulkus, sentuhan mempunyai resiko tinggi terhadap
daerah kemerahan, tempat- kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
tempat tertekan dan denyut nadi
perifer.  Penjelasan dapat memotivasi klien untuk
 Jelaskan hal-hal yang dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
menyebabkan cedera pada klien cedera.
seperti penggunaan alat-
alat/melakukan aktivitas yang
salah  Meningkatkan keamanan klien terutama rasa
 Bantu klien dalam ambulasi atau keseimbangan.
perubahan posisi serta dalam
melakukan aktivitas.

7. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan (pengelolaan diabetes), kemampuan

mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang

baru, keterbatasan kognitif.


Tujuan:

Pengetahuan klien bertambah

Kriteria evaluasi:

- Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

- Klien dapat menghubungkan tanda dan gejala dengan proses

penyakit dan faktor penyebab.

- Klien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan

menjelaskan rasional tindakan

- Klien melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi

dalam program pengobatan.

Rencana:

Intervensi Rasional
 Ciptakan lingkungan saling  Menanggapi dan memperhatikan perlu
percaya dengan mendengarkan diciptakan sebelum pasien bersedia ambil
penuh perhatian dan selalu ada bagian dalam proses belajar.
untuk pasien
 Bekerja dengan pasien dalam  Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
menata tujuan belajar yang antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-
diharapkan. prinsip yang dipelajari.
 Penggunaan cara yang berbeda tentang
 Pilih berbagai strategi belajar mengakses informasi meningkatkan
penerapan pada individu yang belajar.
 Memberikan pengetahuan dasar dimana
 Diskusikan topik utama pasien dapat membuat pertimbangan dalam
memilih gaya hidup.
8. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan

terapeutik di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik, sistem pendukung

yang kurang adekuat.

Tujuan:
Penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berjalan efektif

Kriteria evaluasi:

- Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah

- Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar

- Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di

rumah

Rencana:

Intervensi Rasional
 Ajarkan klien tentang diabetes  Lebih banyak pengetahuan klien tentang
mellitus, pengobatan, dan keadaannya, semakin mungkin mereka
perawatan sesuai dengan mematuhi pengobatan dan perawatannya.
panduan penyuluhan klien.
 Rujuk klien pada perawatan diri  Karena diabetes mellitus adalah gangguan
diabetes bila diberikan fasilitas, kronis sepanjang hidup, dukungan kontinyu
agensi, organisasi komunitas. penting dalam membantu seseorang untuk
beradaptasi pada perubahan gaya hidup yang
disebabkan oleh rencana terapeutik untuk
pemeliharaan diri.
 Rujuk klien pada ahli diet untuk  Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi
instruksi pada perencanaan yang dapat membantu klien dalam
makan terutama diet yang merencanakan makan untuk memenuhi
dianjurkan. kebutuhan nutrisi sesuai program.
 Ajarkan klien cara perawatan  Untuk mempertahankan integritas kulit
kaki yang tepat.
 Bantu dalam perencanaan  Memudahkan ambilan seluler dari glukosa
program latihan reguler yang sehingga menurunkan kadar glukosa darah,
dapat dengan mudah dikerjakan menurunkan berat badan dn menurunkan
dalam rutinitas harian. Jelaskan resiko arterosklerosis.
keuntungan dari latihan.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk


mencapai tujuan ang spesifik (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual yang menandakan keberhasilan
dari proses keperawatan. Sistem ini dapat menggunakan system
SOAP (Subjektif, Analisa, Perencanaan (Asmadi, 2008).

S-ar putea să vă placă și