Sunteți pe pagina 1din 13

154 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2

Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK MENCAPAI


PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA KABUPATEN JEMBRANA

I Nyoman Darmayasa

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bali


Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan,
Badung, Bali 80364
E-mail: mangdarma@yahoo.com

Abstract

The purpose of this research was to determine of ASB to achieve performance budgeting
wich is the mandate of the lawat Jembrana Regency. The data was secondary data from
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) of
Jembrana Regency. Data is a sampel of activities that is equivalent of trainings and capital
expenditure (infrastructure development) of 38 SKPD for DPA year 2012. The data was
analyzed by several analytical tools. First, scatter plot method, then high-low method, and
last least square method. Activity Based Costing concepts underlying the ASB, to
determine fixed cost and variable cost data were analyzed with regression. Descriptive
statistics are used to determine average value, lower limit and upper limit of expenditure
object. The results of analysis data are trainings activities formulation and capital
expenditure formulation. Trainings activities formulation is Y = Rp.4.883.716 +
(Rp.1.216.649 X number of participants X number of activities held). Capital expenditure
formulation is Y = Rp.141.194.561 + (0,006 X capital expenditure) + capital expenditure.
Capital expenditure formulation is designed to control administration of capital expenditure
and trainings activities formulation is designed to control cost per unit output. SKPD at
Jembrana Regency could have possibly implemented ASB formulation model to achieve
performance budgeting system (Economical, Efficient and Effective).

Key words: expenditure standard analysis, performance budgeting, expenditure


formulation.

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyusunan Analisis Standar Belanja
(ASB) untuk mencapai penganggaran Berbasis Kinerja yang merupakan mandat undang-
undang pada Kabupaten Jembrana. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Jembrana. Data adalah sampel dari kegiatan-kegiatan yang setara yaitu kegiatan
Bintek dan Belanja Modal (pembangunan prasarana) dari 38 SKPD dalam DPA Tahun
2012. Data diolahdengan beberapa alat analisis, yaitumetode scatter plot, metode tertinggi-
terendah, dan metode kuadrat terkecil.Konsep Activity Based Costing melandasi ASB,
untuk menentukan biaya tetap dan biaya variabel data dianalisis dengan regresi. Statistik
Deskriptif digunakan untuk menentukan nilai rata-rata, batas bawah dan batas atas objek
belanja. Hasil pengolahan data adalah Formulasi Kegiatan Diklat dan Formulasi Belanja
Modal, formulasi kegiatan diklat adalah Y = Rp.4.883.716 + (Rp.1.216.649 X jumlah
peserta X jumlah kegiatan). Formulasi belanja modal adalah Y = Rp.141.194.561 +
(0,006X belanja modal) + belanja modal. Formulasi belanja modal didesain untuk
mengawasi belanja administrasi dan formulasi kegiatan diklat untuk mengawasi belanja per
unit keluaran. SKPD pada Kabupaten Jembrana memungkinkan untuk menerapkan model
ASB untuk mencapai penganggaran berbasis kinerja yang ekonomis, efisien dan efektif.

Kata Kunci: analisis standar belanja, anggaran berbasis kinerja, formulasi belanja.

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 155
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

PENDAHULUAN
Pemberlakuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal akan membawa
konsekuensi pada perubahan pola pertanggungjawaban daerah atas pengalokasian dana
yang dimiliki. Oleh karena itu, anggaran daerah dalam konteks otonomi dan
desentralisasi menduduki posisi yang sangat penting. Namun selama ini dengan adanya
reformasi keuangan daerah ditemui kenyataan bahwa anggaran masih hanya menambah
atau mengurangi data dua tahun sebelumnya sebagai dasar dan tidak ada kajian yang
mendalam terhadap data tersebut. Masih banyak ditemukan penganggaran pada sektor
publik yang belum mampu memprediksi resiko yang akan terjadi di masa yang akan
datang, sehingga masih ditemukan adanya indikasibudgetary slack (Abdullah, Warokka
& Kuncoro, 2011).
Mardiasmo (2004) mengemukakan salah satu aspek dari pemerintah daerah yang
harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan dan anggaran daerah.
Selama ini penentuan penganggaran yang dilakukan oleh setiap pemerintah daerah
dengan menggunakan pendekatan incremental dan line item. Sistem ini digunakan
dalam menentukan besarnya dana yang dianggarkan untuk tahun yang akan datang
berdasarkan penganggaran yang sudah ada di tahun sebelumnya. Masalah yang muncul
pada pendekatan ini adalah karena tidak adanya perhatian terhadap value for money,
sehingga pada akhir tahun anggaran sering terjadinya overfinancing atau underfinancing
yang berarti kelebihan atau kurangnya anggaran yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran.
Konsep New Public Management (NPM) penganggaran yang secara tradisional
perlahan-lahan harus ditinggalkan dan sudah saatnya penyusunan penganggaran
pemerintah berbasis kinerja. Munir (2003) mengemukakan bahwa sistem anggaran
kinerja merupakan salah satu sistem anggaran yang dapat memenuhi tuntutan era new
public management yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok ukur
kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program. Penganggaran
berbasis kinerja mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisien dalam pencapaian hasil
dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kerja setiap
unit kerja, dan pencapaian tujuan yang akan dicapai, dituangkan dalam program diikuti
dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan (Halim, 2007).

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
156 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Pengeluaran daerah terus meningkat secara dinamis, tetapi tidak diikuti dengan
skala prioritas dan besarnya plafon anggaran. Adanya kerancuan penyusunan suatu
kegiatan yang sifatnya sejenis namun terjadi ketimpangan nominal anggaran di
beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah. Disamping itu pentingnya dilakukan
penyusunan ASB ini karena adanya ketidakadilan dan ketidakwajaran anggaran belanja
antar kegiatan sejenis antar program dan antar SKPD, yang disebabkan oleh: tidak
jelasnya definisi suatu kegiatan, perbedaan output kegiatan, perbedaan lama waktu
pelaksananaan, perbedaan kebutuhan sumberdaya, beragamnya perlakuan objek atau
rincian objek belanja.
Terkait dengan hal di atas, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No. 22 Tahun
1999, menyatakan perlunya Analisis Standar Belanja (ASB) dalam pengelolaan
keuangan daerah. ASB yang mempunyai maksud dan istilah yang sama dengan Standar
Analisa Belanja (SAB) yaitu penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah bagian
dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai
bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya yang berupa personil, barang modal, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua objek sumber daya tersebut sebagai masukan
(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa.
ASB merupakan salah satu elemen utama untuk penganggaran yang berbasis
kinerja dalam rangka pencapaian pengelolaan keuangan yang ekonomis, efisien dan
efektif. ASB dipertegas dengan terbitnya PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. PP No. 58 Tahun 2005 ini kemudian dijabarkan lagi dalam
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada
tahun 2007 terbitlah Permendagri No. 59 Tahun 2007 sebagai penyempurnaan atas
Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Seiring
perkembangan jenis objek belanja dalam anggaran daerah dan untuk menciptakan pola
pengganggaran berbasis kinerja maka Permendagri No. 59 Tahun 2007 disempurnakan
lagi dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011, dalam regulasi-regulasi tersebut selalu
disebutkan bahwa ASB merupakan salah satu instrumen pokok dalam penganggaran
berbasis kinerja.

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 157
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang dalam
melakukan penyusunan anggarannya masih menggunakan pendekatan incremental dan
line item. Sehingga sering mengakibatkan pengalokasian dana yang tidak efisien dan
efektif mengakibatkan terjadinya overfinancing dan underfinancing dalam pelaksanaan
suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas daerah.
Pemerintah Kabupaten Jembrana yang terdiri dari 38 SKPD yang terbagi dalam 26
urusan wajib dan 8 urusan pilihan dalam penyusunan anggaran belum berdasarkan ASB
sehingga proses penyusunan anggarannya belum berbasis kinerja. Berdasarkan uraian
tersebut diatas, peneliti memandang Pemkab Jembrana wajib untuk menyusun ASB
untuk mencapai penganggaran berbasis kinerja serta pengelolaan keuangan daerah yang
ekonomis, efisien dan efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang ingin dikaji
dalam penelitian ini adalah:Bagaimanakah penyusunan Analisis Standar Belanja (ASB)
untuk mencapai penganggaran Berbasis Kinerja pada Kabupaten Jembrana?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyusunan Analisis Standar
Belanja (ASB) untuk mencapai penganggaran berbasis kinerja pada Kabupaten
Jembrana. Penyusunan ASB bertujuan membuat model belanja untuk objek-objek
kegiatan yang menghasilkan output yang sama.

KAJIAN LITERATUR
Penyusunan ASB merupakan salah satu implementasi atas peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
1. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 167 Ayat (3) Belanja
daerah mempertimbangkan beberapa instrumen pendukung berupa analisis standar
belanja, standar harga satuan, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 39 Ayat (2) Penyusunan
anggaran berdasarkan prestasi kinerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja,
indikator kinerja, analisis standar belanja, standar harga satuan, dan standar
pelayanan minimal.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 41 Ayat (3) Pembahasan oleh
tim anggaran pemerintah daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan untuk

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
158 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPAS perkiraan maju yang
telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan dokumen perencanaan lainnya, serta
capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga dan
standar pelayanan minimal.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 89 Huruf (e)
Dokumen meliputi lampiran seperti KUA, PPAS, Kode Rekening APBD, Format
RKA-SKPD, Analisis Standar Belanja, dan Standar Satuan Harga.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 93 Ayat (1)
Penyusunan RKA SKPD berdasarkan prestasi kinerja, indikator kinerja, capaian
atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar
pelayanan minimal.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Pasal 89 Ayat (2) dan Ayat (100).
ASB merupakan salah satu komponen yang harus dikembangkan sebagai dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBD dengan pendekatan kinerja.
ASB adalah standar yang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau
biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu Satuan Kerja
dalam satu tahun anggaran (BPK, 2005).
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah
sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 167 (3) adalah ASB.
Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilkan output seringkali tanpa alasan
dan justifikasi yang kuat.
Rahayu, Ludigdo, & Affand. (2007) penerapan performance budgeting dalam
proses penyusunan anggaran belum berjalan sebagaimana yang diinginkan. Perubahan
kebijakan hanya diikuti oleh daerah pada tingkat perubahan teknis dan format, namun
perubahan paradigma belum banyak terjadi. Dominasi pembangunan fisik dan alokasi
anggaran yang lebih banyak dinikmati oleh kalangan birokrasi, menunjukkan bahwa
fokus dan alokasi dana pembangunan masih harus terus diperbaiki. Partisipasi
masyarakat harus terus ditingkatkan bukan hanya pada pengajuan usulan
program/kegiatan saja. Pemerintah daerah harus membuka akses informasi bagi
masyarakat untuk mengetahui tentang anggaran daerah yang disusun.

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 159
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Perkembangan atau keefektifan implementasi anggaran berbasis kinerja


pemerintah pusat saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor rasional/teknokratis daripada
faktor politis/kultural. Temuan ini tidak dapat diartikan bahwa pendekatan anggaran ini
telah merubah proses penganggaran menjadi lebih rasional, karena variabel-variabel
yang terbukti menjelaskan implementasi saat ini (sumber daya dan informasi) lebih
merupakan aspek formal proses penganggaran. Variabel lainnya yang lebih bersifat
teknis (pengembangan sistem pengukuran kinerja dan kesulitan penentuan indikator
kinerja) tidak berhasil menjelaskan perkembangan implementasi yang terjadi
(Asmadewa, 2007).
Dara (2010) variabel sumber daya, ketentuan eksternal, dan kesulitan penentuan
indikator kinerja berpengaruh terhadap pengadopsian ukuran kinerja dan variabel
dukungan internal berpengaruh terhadap pengadopsian ukuran kinerja. Pada tahap
pengimplementasian anggaran berbasis kinerja, variabel sumber daya, informasi dan
kesulitan penentuan indikator kinerja berpengaruh terhadap pengimplementasian
anggaran berbasis kinerja dan variable dukungan eksternal dan dukungan internal
berpengaruh terhadap pengimplementasian anggaran berbasis kinerja.Secara statistik
penerapan anggaran berbasis kinerja belum memberikan dampak yang positif terhadap
efisiensi kinerja keuangan pemerintah daerah (Wutsqa, 2011).
Oktaria (2011) ASB yang telah disusun ternyata sudah tidak relevan lagi untuk
dipergunakan dalam praktek penganggaran di Kabupaten Katingan. Tidak terdapat
perbedaan antara anggaran yang dihitung tanpa dan dengan menggunakan ASB. Faktor
yang menyebabkan hal itu antara lain adalah karena perubahan kebijakan belanja yang
terjadi di tahun anggaran berikutnya yang tidak dapat diakomodir oleh ASB yang telah
ada. Selain itu juga perilaku anggaran di Kabupaten Katingan dinilai masih belum
mampu menerapkan anggaran berbasis kinerja. Oleh sebab itu, selain diperlukan revisi
terhadap rumusan ASB yang ada, juga diperlukan perubahan perilaku anggaran yang
mendukung terciptanya anggaran berbasis kinerja.
Helwani (2012) model formulasi Analisis Standar Belanja kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan adalah Y = Rp 58.655.463,- + Rp 100.160,- X. Dalam hal ini Y merupakan
total belanja dari kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sedangkan X merupakan
pengendali belanja yaitu jumlah peserta per hari pada kegiatan yang dilaksanakan oleh
SKPD pada satu tahun anggaran. Hal tersebut dapat dilihat pada perhitungan

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
160 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

overfinancing yaitu terdapat pada 5 dinas di Kabupaten Aceh Timur dan 3 dinas yang
mengalami overfinancing di Kabupaten Aceh Timur.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan melalui pengolahan data sekunder, data Rencana
Kerja Anggaran (RKA), Data Pelaksanaan Anggaran (DPA) seluruh SKPD pada
Kabupaten Jembrana. Penelitian ini dirancang dalam rangka penyusunan ASB untuk
mencapai pengganggaran berbasis kinerja.Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data sampel dari populasi seluruh kegiatanSKPD Kabupaten Jembrana. Teknik
sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan mempertimbangkan kriteria-
kriteria tertentu yaitu kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam RKA masing-masing
SKPD adalah setara, dan satuan keluaran dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah sama.
Data diolah dengan berbagai alat analisis yang diawali dengan metode scatterplotyaitu
dengan memplot titik-titik data sehingga hubungan antara belanja dan tingkat aktivitas
kinerja dapat terlihat, metode tertinggi terrendah digunakan jika hasil dari metode
kuadrat terkecil adalah tidak signifikan.
Pendekatan Regresi Sederhana,untuk membangun suatu persamaan yang
menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X) sekaligus
untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Dalam regresi sederhana ini, variabel
tidak bebas merupakan total biaya dari suatu kegiatan, sedangkan variabel bebas
merupakan cost driver dari kegiatan tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk
mengalokasikan kepada masing-masing objek belanja.
Pendekatan Penyusunan ASB,pendekatan ABC merupakan suatu teknik untuk
mengukur secara kuantitatif biaya dan kinerja dari satu kegiatan (the cost and
performance of activities) serta teknik mengalokasikan penggunaan sumber daya dan
biaya kepada masing-masing objek biaya (operasional maupun administrasi) dalam satu
kegiatan.Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan akurasi biaya penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan dengan menghitung biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost), sehingga total biaya dengan pendekatan ABC adalah:Total
Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
Instrumen penelitian adalah data sekunder berupa data RKA, DPA seluruh SKPD
pada Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran 2012.

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 161
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Variabel-variabel yang telah diidentifikasi dapat didefinisikan sebagai berikut:


1. Jumlah Peserta (X1), Formulasi Diklatadalah jumlah peserta kegiatan diklat
sedangkan Formulasi Belanja Modaladalah Nilai Belanja Pembangunan Jembatan,
Konstruksi Jalan dan Pengairan.
2. Jumlah Pelaksanaan Kegiatan (X2), Diklatadalah jumlah (hari) kegiatan diklat.
3. Total Anggaran Kegiatan (Y), Diklatadalah total anggaran kegiatan diklat
sedangkan Belanja Modal adalah total anggaran Pembangunan Jembatan,
Konstruksi Jalan dan Pengairan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Diklat adalah penyelenggaraan pelatihan teknis untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat di lingkungan suatu daerah tertentu atau aparatur pemerintahan pada
SKPD terkait untuk memperoleh keahlian tertentu.Berdasarkan kegiatan-kegiatan dalam
DPA selanjutnya kegiatan-kegiatan yang setara dengan kegiatan Diklat dikumpulkan,
merupakan sampel data yang akan dianalisis. Dari 387 kegiatan dalam DPA terdapat 12
kegiatan yang setara dengan kegiatan diklat.
Cost driver (pengendali belanja) untuk ASB ini adalah jumlah peserta dan hari
kegiatan. Dalam perhitungan ASB ini tidak memperhitungkan besaran biaya perjalanan
keluar daerah dan Study Banding. Seluruh kegiatan diklat yang ada dalam SKPD dalam
bentuk total anggaran dan keluaran masing-masing kegiatan diklat diolah menggunakan
SPSS, adapun hasil olah datanya disajikan pada Tabel 1, 2, 3,dan Tabel 4.
Tabel 1
Ringkasan Model
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin
Square The Estimate Watson
1 0,983a 0,966 0,962 6.642.449,02132 1,267
Sumber: Output Olah Data SPSS

Tabel 2
Koefisien
Unstandardized Coefficients Standardized
Model t Sig.
B Beta Coefficients
Konstanta 4.883.716,13 3.971.893,65 1,230 0,247
Total Orang 1.216.649,18 72.592,18 0,983 16,760 0,000
Sumber: Output Olah Data SPSS

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
162 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Dari hasil output nilai R Square = 96,2%, Sig = 0,00%; secarastatistik angka ini
menunjukkan hasil yang baik serta signifikan.Sehingga jika dipindahkan dalam
formuladiperoleh Y =Rp.4.883.716+Rp.1.216.649X.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Honorarium Non PNS 12 4.200.000 32.000.000 12.066.666,67 8.689.108,47
Belanja Habis Pakai 12 289.250 39.473.500 4.982.270,83 11.184.116,55
Belanja Bahan
12 0 30.000.000 12.375.000,00 9.315.492,96
Material
Belanja Jasa Kantor 12 700.000 16.250.000 3.211.481,25 4.234.890,15
Belanja Sewa &
12 0 12.424.500 7.063.125,00 5.361.318,77
Perawatan Kendaraan
Belanja Cetak dan
12 352.500 20.550.000 2.963.612,50 5.714.029,56
Penggandaan
Belanja Makan dan
12 8.000.000 56.000.000 19.862.500,00 12.241.585,70
Minum

Tabel 4
Alokasi Objek Belanja
Objek Belanja Rata–Rata Batas Bawah Batas Atas
Honorarium Non PNS 19.30% 5.40% 33.20%
Belanja Habis Pakai 7.97% 0.00% 25.86%
Belanja Bahan Material 19.79% 4.89% 34.69%
Belanja Jasa Kantor 5.14% 0.00% 11.91%
Belanja Sewa & Perawatan Kendaraan 11.30% 2.72% 19.87%
Belanja Cetak dan Penggandaan 4.74% 0.00% 13.88%
Belanja Makan dan Minum 31.77% 12.19% 51.35%

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa alokasi belanja kegiatan diklat dengan


penerapan formula Y =Rp.4.883.716+Rp.1.216.649X, harus mengacu kepada batas
bawah, rata-rata dan batas atas masing-masing objek belanja. Dengan diterapkannya
formula ini diketahui ada 8 kegiatan diklat yang overfinancingpada SKPD Kabupaten
Jembrana (Helwani, 2012).
Belanja Modal adalah belanja kegiatan pembangunan jembatan, konstruksi jalan
dan pengairanyang merupakan kegiatan untuk mengadakan prasarana yang dibutuhkan
oleh SKPD ataupun masyarakat umum.Anggaran kegiatan pembangunan termasuk
pemasangan instalasi sampai dengan prasarana tersebut bisa difungsikan
langsung.Berdasarkan semua kegiatan-kegiatan dalam DPA selanjutnya kegiatan-
kegiatan yang setara dengan kegiatan pembangunan prasarana dikumpulkan, merupakan
sampel data yang akan dianalisis. Dari 387 kegiatan dalam DPA terdapat 10 kegiatan
yang setara dengan kegiatan Belanja Modal.

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 163
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Cost Driver (pengendali belanja) untuk ASB ini adalah nilai fisik atau konstruksi
yang diadakan. Modal konstruksi merupakan hasil perkalian antara standar satuan harga
dengan volume. ASB ini lebih ditujukan untuk mengendalikan besaran belanja
administrasi panitia pelaksanana kegiatan pendirian prasarana. Hasil olah data dari 10
kegiatan Belanja Modal disajikan pada Tabel 5, 6, 7, dan Tabel 8.
Tabel 5
Ringkasan Model
Model R R Square Adjusted R Std. Error of The Durbin
Square Estimate Watson
1 0,999a 0,997 0,997 246.087.122,80473 2,771
Sumber: Output Olah Data SPSS
Tabel 6
Koefisien
Unstandardized Coefficients Standardized
Model t Sig.
B Beta Coefficients
Konstanta 141.194.561,036 98.009.284,861 1,441 0,188
Nilai Konstruksi 1,006 0,019 0,999 53,427 0,000
Sumber: Output Olah Data SPSS
Dari hasil output nilai R Square = 99,7%, Sig = 0,00%; secarastatistik angka ini
menunjukkan hasil yang baik serta signifikan.Sehingga jika dipindahkan dalam formula
didapatkan Y = Rp.141.194.561+1,006X. Dari output yang dihasilkan diperoleh
rumusan ASB Pendirian Prasarana sebagai berikut: Rp.141.194.561 + (0,006 x Nilai
Belanja Modal) + Nilai Belanja Modal
Tabel 7
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Honorarium PNS 10 0 32.500.000 10.050.000 10.339.917,25
Honorarium Non PNS 10 0 150.000.000 37.741.800 63.827.287,83
Belanja Habis Pakai 10 0 13.621.140 4.242.173 4.102.632,97
Cetak Penggandaan 10 0 6.000.000 957.371 2.004.537,93
Belanja Modal 10 5.000.00.000 14.863.571.500 3.165.087.887 4.355.154.550,77
Pemeliharaan Perl. & Kend. 10 0 4.200.000 420.000 1.328.156,61
Belanja Pemeliharaan 10 0 211.602.000 35.922.700 69.388.514,32
Belanja Bahan/Material 10 0 500.000.000 70.000.000 163.639.169,44
Sumber: Output Olah Data SPSS

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa alokasi belanja modal dengan penerapan


formula Rp.141.194.561 + (0,006 x Nilai Belanja Modal) + Nilai Belanja Modal, harus
mengacu kepada batas bawah, rata-rata dan batas atas masing-masing objek belanja.

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
164 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Dengan diterapkannya formula ini diketahui ada 4 Belanja Modal (pembangunan


prasarana) yang overfinancing pada SKPD Kabupaten Jembrana (Helwani, 2012).
Tabel 8
Alokasi Objek Belanja
Objek Belanja Rata–Rata Batas Bawah Batas Atas
Honorarium PNS 0.30% 0.00% 0.61%
Honorarium Non PNS 1.14% 0.00% 3.06%
Belanja Habis Pakai 0.13% 0.00% 0.25%
Belanja Cetak dan Penggandaan 0.03% 0.00% 0.09%
Belanja Modal 95.21% 0.00% 100.00%
Pemeliharaan Peralatan & Kendaraan 0.01% 0.00% 0.05%
Belanja Pemeliharaan 1.08% 0.00% 3.17%
Belanja Bahan/Material 2.11% 0.00% 7.03%

SIMPULAN DAN SARAN


Sesuai dengan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Formulasi Kegiatan Diklat adalah Y = Rp.4.883.716+Rp.1.216.649X sedangkan
Formulasi Belanja Modal adalah Rp.141.194.561 + (0,006 x Nilai Belanja Modal) +
Nilai Belanja Modal. Terdapat 8 Kegiatan Diklat dan 4 Belanja Modal (pembangunan
prasarana) yang overfinancing pada SKPD Kabupaten Jembrana.
Berdasarkan simpulan mengenai Formulasi Kegiatan Diklat dan Formulasi
Belanja Modal disarankan kepada Pemkab Jembrana untuk menerapkan formulasi
tersebut dalam penyusunan anggaran sehingga bisa menghindari terjadi over atau
underfinancing untuk tercapainya anggaran berbasis kinerja yang efisien, ekonomis dan
efektif. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dalam
penyusunan ASB untuk kegiatan-kegiatan yang ASB-nya belum tersusun.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah H.H., Warokka A., & Kuncoro H. (2011).Budgetary Slack and
Entrepreneurial Spirit: A Test of Government Policy Consistency towards Its
Campaigned Programs,World Journal of Social Sciences Vol. 1. No. 5.
November 2011. Pp. 175-187

APKASI, GTZ ASSD dan PSEKP UGM. (2009). Penyusunan Analisis Standar Belanja,
Pengalaman Praktis di Pemerintah Daerah

Asmadewa, Indra. (2007).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KeefektifanImplementasi


Anggaran Berbasis Kinerja:Studi pada Pemerintah Pusat. Tesis. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 165
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Badan Pemeriksa Keuangan Pembangan, Jakarta. (2005). Pedoman Penyusunan


Anggaran Berbasis Kinerja (Revisi)

Dara, Amin. (2010). Pengaruh Faktor-Faktor Rasional, Politik dan Kultur Organisasi
terhadap Pengadopsian Ukuran Kinerja dan Pengimplementasian Anggaran
Berbasis Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Lingkup Provinsi Maluku Utara.
Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Ferdinand, A.T. (2011). Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk


Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, Edisi 3,
BP.UNDIP.ISBN: 979-704-254-5, Semarang.

Halim, Abdul. (2001). Anggaran Daerah dan “Fiscal Stress” (Sebuah Studi Kasus pada
Anggaran Daerah Provinsi di Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 16
(4): 346-357.

Halim, Abdul. (2007). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi
Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

Helwani, Cut Danila. (2012). Kemungkinan Penerapan Analisis Standar Belanja (ASB)
Pada Penganggaran Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012. Tesis. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi,


Yogyakarta.

Munir Badrul. (2003). Perencanaan Anggaran Kinerja, Memangkas Inefisiensi


Anggaran Daerah. Semawa Center, Yogyakarta.

Oktaria, Benny. (2011).Analisis Kendala-Kendala Penerapan Analisis Standar Belanja


(ASB) (Studi Kasus pada Kabupaten Katingan - Kalimantan Tengah). Tesis.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentangPembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Jembrana

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 Sebagai
Penyempurnaan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011tentang


Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
166 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan antara Pemerintah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Rahayu S., Ludigdo U., & Affandy D. (2007). Studi Fenomenologis terhadap Proses
Penyusunan Anggaran Daerah Bukti Empiris dari Satu Satuan Kerja Perangkat
Daerah di Provinsi Jambi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar, Unhas 26-
28 Juli 2007.

Ritonga, Irwan Taufiq. (2010). Analisis Standar Belanja Konsep, Metode Pengembagan
dan Implementasi di Pemerintah Daerah. Sekolah Pascasarjana UGM

Sarwono, Jonathan.(2011). Mengenal SPSS Statistics 20, Aplikasi Untuk


RisetEksperimental. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2011

Tanjung, Abdul Hafiz. (2010).Peranan Dan Teknik Penyusunan Analisis Standar


Belanja dalam Penyusunan APBD. Disampaikan Pada Bimbingan Teknis
Penyusunan Standar Biaya Kabupaten Pelalawan, Riau, 24 Maret 2010

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Sebagai Penyempurnaan atas Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Wutsqa, Urwatul. (2011).Dampak Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap


Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Perbandingan Sumatera dan
Jawa). Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali

S-ar putea să vă placă și