Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
I Nyoman Darmayasa
Abstract
The purpose of this research was to determine of ASB to achieve performance budgeting
wich is the mandate of the lawat Jembrana Regency. The data was secondary data from
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) of
Jembrana Regency. Data is a sampel of activities that is equivalent of trainings and capital
expenditure (infrastructure development) of 38 SKPD for DPA year 2012. The data was
analyzed by several analytical tools. First, scatter plot method, then high-low method, and
last least square method. Activity Based Costing concepts underlying the ASB, to
determine fixed cost and variable cost data were analyzed with regression. Descriptive
statistics are used to determine average value, lower limit and upper limit of expenditure
object. The results of analysis data are trainings activities formulation and capital
expenditure formulation. Trainings activities formulation is Y = Rp.4.883.716 +
(Rp.1.216.649 X number of participants X number of activities held). Capital expenditure
formulation is Y = Rp.141.194.561 + (0,006 X capital expenditure) + capital expenditure.
Capital expenditure formulation is designed to control administration of capital expenditure
and trainings activities formulation is designed to control cost per unit output. SKPD at
Jembrana Regency could have possibly implemented ASB formulation model to achieve
performance budgeting system (Economical, Efficient and Effective).
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyusunan Analisis Standar Belanja
(ASB) untuk mencapai penganggaran Berbasis Kinerja yang merupakan mandat undang-
undang pada Kabupaten Jembrana. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Jembrana. Data adalah sampel dari kegiatan-kegiatan yang setara yaitu kegiatan
Bintek dan Belanja Modal (pembangunan prasarana) dari 38 SKPD dalam DPA Tahun
2012. Data diolahdengan beberapa alat analisis, yaitumetode scatter plot, metode tertinggi-
terendah, dan metode kuadrat terkecil.Konsep Activity Based Costing melandasi ASB,
untuk menentukan biaya tetap dan biaya variabel data dianalisis dengan regresi. Statistik
Deskriptif digunakan untuk menentukan nilai rata-rata, batas bawah dan batas atas objek
belanja. Hasil pengolahan data adalah Formulasi Kegiatan Diklat dan Formulasi Belanja
Modal, formulasi kegiatan diklat adalah Y = Rp.4.883.716 + (Rp.1.216.649 X jumlah
peserta X jumlah kegiatan). Formulasi belanja modal adalah Y = Rp.141.194.561 +
(0,006X belanja modal) + belanja modal. Formulasi belanja modal didesain untuk
mengawasi belanja administrasi dan formulasi kegiatan diklat untuk mengawasi belanja per
unit keluaran. SKPD pada Kabupaten Jembrana memungkinkan untuk menerapkan model
ASB untuk mencapai penganggaran berbasis kinerja yang ekonomis, efisien dan efektif.
Kata Kunci: analisis standar belanja, anggaran berbasis kinerja, formulasi belanja.
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 155
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
PENDAHULUAN
Pemberlakuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal akan membawa
konsekuensi pada perubahan pola pertanggungjawaban daerah atas pengalokasian dana
yang dimiliki. Oleh karena itu, anggaran daerah dalam konteks otonomi dan
desentralisasi menduduki posisi yang sangat penting. Namun selama ini dengan adanya
reformasi keuangan daerah ditemui kenyataan bahwa anggaran masih hanya menambah
atau mengurangi data dua tahun sebelumnya sebagai dasar dan tidak ada kajian yang
mendalam terhadap data tersebut. Masih banyak ditemukan penganggaran pada sektor
publik yang belum mampu memprediksi resiko yang akan terjadi di masa yang akan
datang, sehingga masih ditemukan adanya indikasibudgetary slack (Abdullah, Warokka
& Kuncoro, 2011).
Mardiasmo (2004) mengemukakan salah satu aspek dari pemerintah daerah yang
harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan dan anggaran daerah.
Selama ini penentuan penganggaran yang dilakukan oleh setiap pemerintah daerah
dengan menggunakan pendekatan incremental dan line item. Sistem ini digunakan
dalam menentukan besarnya dana yang dianggarkan untuk tahun yang akan datang
berdasarkan penganggaran yang sudah ada di tahun sebelumnya. Masalah yang muncul
pada pendekatan ini adalah karena tidak adanya perhatian terhadap value for money,
sehingga pada akhir tahun anggaran sering terjadinya overfinancing atau underfinancing
yang berarti kelebihan atau kurangnya anggaran yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran.
Konsep New Public Management (NPM) penganggaran yang secara tradisional
perlahan-lahan harus ditinggalkan dan sudah saatnya penyusunan penganggaran
pemerintah berbasis kinerja. Munir (2003) mengemukakan bahwa sistem anggaran
kinerja merupakan salah satu sistem anggaran yang dapat memenuhi tuntutan era new
public management yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok ukur
kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program. Penganggaran
berbasis kinerja mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisien dalam pencapaian hasil
dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kerja setiap
unit kerja, dan pencapaian tujuan yang akan dicapai, dituangkan dalam program diikuti
dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan (Halim, 2007).
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
156 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Pengeluaran daerah terus meningkat secara dinamis, tetapi tidak diikuti dengan
skala prioritas dan besarnya plafon anggaran. Adanya kerancuan penyusunan suatu
kegiatan yang sifatnya sejenis namun terjadi ketimpangan nominal anggaran di
beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah. Disamping itu pentingnya dilakukan
penyusunan ASB ini karena adanya ketidakadilan dan ketidakwajaran anggaran belanja
antar kegiatan sejenis antar program dan antar SKPD, yang disebabkan oleh: tidak
jelasnya definisi suatu kegiatan, perbedaan output kegiatan, perbedaan lama waktu
pelaksananaan, perbedaan kebutuhan sumberdaya, beragamnya perlakuan objek atau
rincian objek belanja.
Terkait dengan hal di atas, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No. 22 Tahun
1999, menyatakan perlunya Analisis Standar Belanja (ASB) dalam pengelolaan
keuangan daerah. ASB yang mempunyai maksud dan istilah yang sama dengan Standar
Analisa Belanja (SAB) yaitu penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah bagian
dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai
bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya yang berupa personil, barang modal, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua objek sumber daya tersebut sebagai masukan
(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa.
ASB merupakan salah satu elemen utama untuk penganggaran yang berbasis
kinerja dalam rangka pencapaian pengelolaan keuangan yang ekonomis, efisien dan
efektif. ASB dipertegas dengan terbitnya PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. PP No. 58 Tahun 2005 ini kemudian dijabarkan lagi dalam
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada
tahun 2007 terbitlah Permendagri No. 59 Tahun 2007 sebagai penyempurnaan atas
Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Seiring
perkembangan jenis objek belanja dalam anggaran daerah dan untuk menciptakan pola
pengganggaran berbasis kinerja maka Permendagri No. 59 Tahun 2007 disempurnakan
lagi dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011, dalam regulasi-regulasi tersebut selalu
disebutkan bahwa ASB merupakan salah satu instrumen pokok dalam penganggaran
berbasis kinerja.
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 157
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang dalam
melakukan penyusunan anggarannya masih menggunakan pendekatan incremental dan
line item. Sehingga sering mengakibatkan pengalokasian dana yang tidak efisien dan
efektif mengakibatkan terjadinya overfinancing dan underfinancing dalam pelaksanaan
suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas daerah.
Pemerintah Kabupaten Jembrana yang terdiri dari 38 SKPD yang terbagi dalam 26
urusan wajib dan 8 urusan pilihan dalam penyusunan anggaran belum berdasarkan ASB
sehingga proses penyusunan anggarannya belum berbasis kinerja. Berdasarkan uraian
tersebut diatas, peneliti memandang Pemkab Jembrana wajib untuk menyusun ASB
untuk mencapai penganggaran berbasis kinerja serta pengelolaan keuangan daerah yang
ekonomis, efisien dan efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang ingin dikaji
dalam penelitian ini adalah:Bagaimanakah penyusunan Analisis Standar Belanja (ASB)
untuk mencapai penganggaran Berbasis Kinerja pada Kabupaten Jembrana?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyusunan Analisis Standar
Belanja (ASB) untuk mencapai penganggaran berbasis kinerja pada Kabupaten
Jembrana. Penyusunan ASB bertujuan membuat model belanja untuk objek-objek
kegiatan yang menghasilkan output yang sama.
KAJIAN LITERATUR
Penyusunan ASB merupakan salah satu implementasi atas peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
1. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 167 Ayat (3) Belanja
daerah mempertimbangkan beberapa instrumen pendukung berupa analisis standar
belanja, standar harga satuan, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 39 Ayat (2) Penyusunan
anggaran berdasarkan prestasi kinerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja,
indikator kinerja, analisis standar belanja, standar harga satuan, dan standar
pelayanan minimal.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 41 Ayat (3) Pembahasan oleh
tim anggaran pemerintah daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan untuk
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
158 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPAS perkiraan maju yang
telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan dokumen perencanaan lainnya, serta
capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga dan
standar pelayanan minimal.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 89 Huruf (e)
Dokumen meliputi lampiran seperti KUA, PPAS, Kode Rekening APBD, Format
RKA-SKPD, Analisis Standar Belanja, dan Standar Satuan Harga.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 93 Ayat (1)
Penyusunan RKA SKPD berdasarkan prestasi kinerja, indikator kinerja, capaian
atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar
pelayanan minimal.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Pasal 89 Ayat (2) dan Ayat (100).
ASB merupakan salah satu komponen yang harus dikembangkan sebagai dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBD dengan pendekatan kinerja.
ASB adalah standar yang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau
biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu Satuan Kerja
dalam satu tahun anggaran (BPK, 2005).
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah
sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 167 (3) adalah ASB.
Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilkan output seringkali tanpa alasan
dan justifikasi yang kuat.
Rahayu, Ludigdo, & Affand. (2007) penerapan performance budgeting dalam
proses penyusunan anggaran belum berjalan sebagaimana yang diinginkan. Perubahan
kebijakan hanya diikuti oleh daerah pada tingkat perubahan teknis dan format, namun
perubahan paradigma belum banyak terjadi. Dominasi pembangunan fisik dan alokasi
anggaran yang lebih banyak dinikmati oleh kalangan birokrasi, menunjukkan bahwa
fokus dan alokasi dana pembangunan masih harus terus diperbaiki. Partisipasi
masyarakat harus terus ditingkatkan bukan hanya pada pengajuan usulan
program/kegiatan saja. Pemerintah daerah harus membuka akses informasi bagi
masyarakat untuk mengetahui tentang anggaran daerah yang disusun.
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 159
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
160 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
overfinancing yaitu terdapat pada 5 dinas di Kabupaten Aceh Timur dan 3 dinas yang
mengalami overfinancing di Kabupaten Aceh Timur.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan melalui pengolahan data sekunder, data Rencana
Kerja Anggaran (RKA), Data Pelaksanaan Anggaran (DPA) seluruh SKPD pada
Kabupaten Jembrana. Penelitian ini dirancang dalam rangka penyusunan ASB untuk
mencapai pengganggaran berbasis kinerja.Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data sampel dari populasi seluruh kegiatanSKPD Kabupaten Jembrana. Teknik
sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan mempertimbangkan kriteria-
kriteria tertentu yaitu kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam RKA masing-masing
SKPD adalah setara, dan satuan keluaran dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah sama.
Data diolah dengan berbagai alat analisis yang diawali dengan metode scatterplotyaitu
dengan memplot titik-titik data sehingga hubungan antara belanja dan tingkat aktivitas
kinerja dapat terlihat, metode tertinggi terrendah digunakan jika hasil dari metode
kuadrat terkecil adalah tidak signifikan.
Pendekatan Regresi Sederhana,untuk membangun suatu persamaan yang
menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X) sekaligus
untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Dalam regresi sederhana ini, variabel
tidak bebas merupakan total biaya dari suatu kegiatan, sedangkan variabel bebas
merupakan cost driver dari kegiatan tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk
mengalokasikan kepada masing-masing objek belanja.
Pendekatan Penyusunan ASB,pendekatan ABC merupakan suatu teknik untuk
mengukur secara kuantitatif biaya dan kinerja dari satu kegiatan (the cost and
performance of activities) serta teknik mengalokasikan penggunaan sumber daya dan
biaya kepada masing-masing objek biaya (operasional maupun administrasi) dalam satu
kegiatan.Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan akurasi biaya penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan dengan menghitung biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost), sehingga total biaya dengan pendekatan ABC adalah:Total
Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
Instrumen penelitian adalah data sekunder berupa data RKA, DPA seluruh SKPD
pada Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran 2012.
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 161
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Tabel 2
Koefisien
Unstandardized Coefficients Standardized
Model t Sig.
B Beta Coefficients
Konstanta 4.883.716,13 3.971.893,65 1,230 0,247
Total Orang 1.216.649,18 72.592,18 0,983 16,760 0,000
Sumber: Output Olah Data SPSS
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
162 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Dari hasil output nilai R Square = 96,2%, Sig = 0,00%; secarastatistik angka ini
menunjukkan hasil yang baik serta signifikan.Sehingga jika dipindahkan dalam
formuladiperoleh Y =Rp.4.883.716+Rp.1.216.649X.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Honorarium Non PNS 12 4.200.000 32.000.000 12.066.666,67 8.689.108,47
Belanja Habis Pakai 12 289.250 39.473.500 4.982.270,83 11.184.116,55
Belanja Bahan
12 0 30.000.000 12.375.000,00 9.315.492,96
Material
Belanja Jasa Kantor 12 700.000 16.250.000 3.211.481,25 4.234.890,15
Belanja Sewa &
12 0 12.424.500 7.063.125,00 5.361.318,77
Perawatan Kendaraan
Belanja Cetak dan
12 352.500 20.550.000 2.963.612,50 5.714.029,56
Penggandaan
Belanja Makan dan
12 8.000.000 56.000.000 19.862.500,00 12.241.585,70
Minum
Tabel 4
Alokasi Objek Belanja
Objek Belanja Rata–Rata Batas Bawah Batas Atas
Honorarium Non PNS 19.30% 5.40% 33.20%
Belanja Habis Pakai 7.97% 0.00% 25.86%
Belanja Bahan Material 19.79% 4.89% 34.69%
Belanja Jasa Kantor 5.14% 0.00% 11.91%
Belanja Sewa & Perawatan Kendaraan 11.30% 2.72% 19.87%
Belanja Cetak dan Penggandaan 4.74% 0.00% 13.88%
Belanja Makan dan Minum 31.77% 12.19% 51.35%
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 163
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Cost Driver (pengendali belanja) untuk ASB ini adalah nilai fisik atau konstruksi
yang diadakan. Modal konstruksi merupakan hasil perkalian antara standar satuan harga
dengan volume. ASB ini lebih ditujukan untuk mengendalikan besaran belanja
administrasi panitia pelaksanana kegiatan pendirian prasarana. Hasil olah data dari 10
kegiatan Belanja Modal disajikan pada Tabel 5, 6, 7, dan Tabel 8.
Tabel 5
Ringkasan Model
Model R R Square Adjusted R Std. Error of The Durbin
Square Estimate Watson
1 0,999a 0,997 0,997 246.087.122,80473 2,771
Sumber: Output Olah Data SPSS
Tabel 6
Koefisien
Unstandardized Coefficients Standardized
Model t Sig.
B Beta Coefficients
Konstanta 141.194.561,036 98.009.284,861 1,441 0,188
Nilai Konstruksi 1,006 0,019 0,999 53,427 0,000
Sumber: Output Olah Data SPSS
Dari hasil output nilai R Square = 99,7%, Sig = 0,00%; secarastatistik angka ini
menunjukkan hasil yang baik serta signifikan.Sehingga jika dipindahkan dalam formula
didapatkan Y = Rp.141.194.561+1,006X. Dari output yang dihasilkan diperoleh
rumusan ASB Pendirian Prasarana sebagai berikut: Rp.141.194.561 + (0,006 x Nilai
Belanja Modal) + Nilai Belanja Modal
Tabel 7
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Honorarium PNS 10 0 32.500.000 10.050.000 10.339.917,25
Honorarium Non PNS 10 0 150.000.000 37.741.800 63.827.287,83
Belanja Habis Pakai 10 0 13.621.140 4.242.173 4.102.632,97
Cetak Penggandaan 10 0 6.000.000 957.371 2.004.537,93
Belanja Modal 10 5.000.00.000 14.863.571.500 3.165.087.887 4.355.154.550,77
Pemeliharaan Perl. & Kend. 10 0 4.200.000 420.000 1.328.156,61
Belanja Pemeliharaan 10 0 211.602.000 35.922.700 69.388.514,32
Belanja Bahan/Material 10 0 500.000.000 70.000.000 163.639.169,44
Sumber: Output Olah Data SPSS
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
164 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah H.H., Warokka A., & Kuncoro H. (2011).Budgetary Slack and
Entrepreneurial Spirit: A Test of Government Policy Consistency towards Its
Campaigned Programs,World Journal of Social Sciences Vol. 1. No. 5.
November 2011. Pp. 175-187
APKASI, GTZ ASSD dan PSEKP UGM. (2009). Penyusunan Analisis Standar Belanja,
Pengalaman Praktis di Pemerintah Daerah
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 165
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Dara, Amin. (2010). Pengaruh Faktor-Faktor Rasional, Politik dan Kultur Organisasi
terhadap Pengadopsian Ukuran Kinerja dan Pengimplementasian Anggaran
Berbasis Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Lingkup Provinsi Maluku Utara.
Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Halim, Abdul. (2001). Anggaran Daerah dan “Fiscal Stress” (Sebuah Studi Kasus pada
Anggaran Daerah Provinsi di Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 16
(4): 346-357.
Halim, Abdul. (2007). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi
Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
Helwani, Cut Danila. (2012). Kemungkinan Penerapan Analisis Standar Belanja (ASB)
Pada Penganggaran Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012. Tesis. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentangPembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Jembrana
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 Sebagai
Penyempurnaan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali
166 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2
Politeknik Negeri Bali, 17 – 18 Mei 2013
Ritonga, Irwan Taufiq. (2010). Analisis Standar Belanja Konsep, Metode Pengembagan
dan Implementasi di Pemerintah Daerah. Sekolah Pascasarjana UGM
ISBN: 978-602-17955-0-7
Hak Penerbitan @ 2013
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali