Sunteți pe pagina 1din 9

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018

Published by Universitas Airlangga


doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

GAMBARAN FIGUR OTORITAS TERHADAP KEPATUHAN


PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL KEBERSIHAN TANGAN
Description of Authority Figure on Nursing Obedience in Implementation
Standard Operational Procedure of Hand Hygiene
Amira Maulida Putri
PERSAKMI Jawa Timur, Indonesia
E-mail: amira.maulida.putri-2014@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT

Background: Nurses’ obedience in the implementation of Standard Operational Procedures of hand hygiene is
an effort in preventing phlebitis in the hospital. Report on surveillance data by Infection Prevention and Control or
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro 2017 mentioned
the incidence of phlebitis in the Inpatient Installation reached 2.73%. One cause of high rates of phlebitis is
incorrect nurse’s hand-washing technique according to the procedures.
Aim: This study aimed to analyze the relationship between status of location from RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro, personal responsibility, legitimacy, status, and proximity of authority figures and
nurses’ obedience to Standards Operational Procedures of hand hygiene before and after intravenous installation.
Method: This study was an analytical study with a cross-sectional framework. This study was conducted in April
2018 at in-patient installation of RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro by inviting 52 nurses chosen
with stratified random sampling.
Results: It was found that there was a significant correlation between personal responsibility (p = 0.020), status
(0.015) and proximity of authority figure (p = 0.000) and nurses’ obedience to the implementation of Standards
Operational Procedures of hand hygiene before and after intravenous installation in in-patient installation of
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
Conclusion: It can be concluded that the majority of the nurses did not follow hand hygiene stages well. The
hospital needs to improve nurses’ personal responsibility, authority figure status, and rapport of authority figure.

Keywords: hand hygiene, nurse obedience, Standard Operational Procedures

ABSTRAK

Latar Belakang: Kepatuhan perawat dalam implementasi Standar Prosedur Operational (SPO) kebersihan
tangan atau hand hygiene merupakan salah satu upaya dalam mencegah terjadinya phlebitis di rumah sakit. Data
Laporan Surveilans Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro tahun 2017 menyebutkan bahwa angka kejadian phlebitis di Instalasi Rawat Inap (IRNA) mencapai
2,73%. Salah satu penyebab tingginya angka phlebitis adalah teknik cuci tangan perawat yang tidak sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status lokasi dari RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro, tanggung jawab personal, legitimasi figur otoritas, status figur otoritas, dan kedekatan
figur otoritas dengan kepatuhan perawat dalam implementasi SPO kebersihan tangan sebelum dan sesudah
pemasangan infus.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancang bangun penelitian cross-sectional.
Penelitian dilakukan pada bulan April 2018 di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro dengan melibatkan 52 perawat yang dipilih berdasarkan stratified random sampling.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tanggung
jawab personal (p=0,020), status figur otoritas (0,015) dan kedekatan figur otoritas (p=0,000) dengan kepatuhan
perawat dalam implementasi Standar Prosedur Operasional (SPO) kebersihan tangan sebelum dan sesudah
pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat tidak mengikuti tahap cuci tangan dengan baik.
Rumah sakit perlu meningkatkan kewajiban personal perawat, status figure otoritas, dan kedekatan figur otoritas.

Kata Kunci: kebersihan tangan, kepatuhan perawat, Standar Prosedur Operasional

Received: 7 June 2018 Accepted: 13 August 2018 Published: 1 December 2018

PENDAHULUAN Menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 1691 tahun 2011, rumah sakit merupakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang wajib memenuhi

Gambaran Figur Otoritas… 164 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

indikator Sasaran Keselamatan Pasien, salah yang berhubungan dengan kebersihan tangan dan
satunya adalah pengurangan risiko infeksi terkait dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan
pelayanan kesehatan. Kejadian Healthcare- sabun antiseptik di dengan air mengalir atau
Assosiated Infections (HAI’s) merupakan salah satu menggunakan cairan antiseptic berbasis alkohol
masalah yang dapat mengancam keselamatan (handrub) sesuai dengan langkah-langkah secara
pasien maupun tenaga kesehatan serta keluarga sistematik berdasarkan urutan, sehingga dapat
pasien. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit mengurangi jumlah bakteri yang kemungkinan
untuk menerapkan program dalam mencegah berada pada tangan (Asiye Akyol, 2007).
kejadian Healthcare-Assosiated Infections (HAIs). Berdasarkan masalah penelitian tersebut,
Kejadian Healthcare-Assosiated Infections (HAIs). maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
kesehatan adalah infeksi nafas bagian bawah, perawat dalam implementasi Standar Prosedur
infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, dan Operasional (SPO) kebersihan tangan sebelum dan
phlebitis (Depkes RI, 2003). sesudah pemasangan infus berdasarkan teori
Phlebitis merupakan peradangan akut yang kepatuhan milgram antara lain persepsi perawat
terjadi pada lapisan internal vena dimana ditandai tentang status lokasi, tanggung jawab personal,
ditandai dengan rasa nyeri di sepanjang pembuluh legitimasi figur otoritas, status figur otoritas, dan
vena serta terjadi kemerahan, bengkak dan hangat kedekatan figur otoritas di Instalasi Rawat Inap
yang dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
(Nursalam, 2014). Bacterial Phlebitis disebabkan Bojonegoro.
oleh bakteri yang masuk ke dalam pembuluh vena,
sehingga dapaat memicu respon inflamasi pada METODE
daerah penyisipan cannula yang diikuti dengan Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan
pembentukan koloni bakteri. Praktik yang buruk metode penelitian analitik untuk mencari hubungan
selama pemberian obat, frekuensi pemberian obat variabel independen dengan variabel dependen
tinggi dan praktek cuci tangan yang buruk sebelum dengan rancang bangun penelitian cross-sectional
penyisipan cannula dalam pemasangan infus karena subyek penelitian diobservasi sebanyak satu
(Infusion Nursing Society, 2016) kali pada waktu tertentu tanpa memberikan
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo intervensi. Variabel independen dalam penelitian ini
Bojonegoro merupakan rumah sakit kelas B Non adalah status lokasi, tanggung jawab personal,
Pendidikan yang berdiri sejak tahun 1928. Data legitimasi figur otoritas, status figur otoritas, dan
Laporan Surveilans Komite Pencegahan dan kedekatan figur otoritas, sedangkan variabel
Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Dr. R. Sosodoro dependen adalah kepatuhan perawat dalam
Djatikoesoemo Bojonegoro tahun 2017 implementasi SPO kebersihan tangan sebelum dan
menyebutkan bahwa angka kejadian Phlebitis di sesudah pemasangan infus.
Instalasi Rawat Inap (IRNA) mencapai 2,73%. Penelitian ini dilakukan pada bulan April
Angka kejadian Phlebitis tersebut tergolong tinggi 2018 di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R.
karena belum mencapai target yang ditetapkan oleh Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro yaitu Ruang
rumah sakit yaitu <0,5%. Hasil analisis yang Ruang Jantung, Paru, Syaraf, Penyakit Dalam,
dilakukan oleh Komite PPI RSUD Dr. R. Sosodoro Bedah, Anak, NICU, VIP Anggrek dan VVIP Wijaya
Djatikoesoemo Bojonegoro menyebutkan bahwa Kusuma. Populasi dalam penelitian ini adalah
salah satu faktor yang paling dominan menjadi seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap (IRNA)
penyebab tingginya angka kejadian Phlebitis adalah RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
teknik kebersihan tangan yang dilakukan oleh yaitu sebesar 134 perawat. Perhitungan sampel
perawat belum dilakukan secara menyeluruh dilakukan secara probability sampling dengan teknik
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) stratified random sampling diperoleh 52 perawat.
yang telah ditetapkan. Selain itu, data Laporan Audit Kriteria inklusi dalam penelelitian ini adalah Perawat
Hand Hygiene tahun 2017 menyebutkan bahwa pelaksana di Instalasi Rawat Inap (IRNA), tidak
angka kepatuhan perawat dalam melakukan Hand memiliki jabatan sebagai Kepala Ruangan, sudah
Hygiene (kebersihan tangan) adalah 56,41%, bekerja minimal 1 tahun dan tidak berstatus sebagai
angka tersebut belum mencapai target yang telah karyawan magang.
ditetapkan oleh rumah sakit sebesar >80%. Teknis analisis data pada penelitian
Program keselamatan pasien merupakan menggunakan aplikasi komputer uji statistic (SPSS)
salah satu upaya yang dapat dilakukan rumah sakit yaitu uji Chi Square untuk menganalisis apakah
dalam mengendalikan HAI’s serta berguna dalam terdapat hubungan antara status lokasi, tanggung
peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Depkes, jawab personal, legitimasi figur otoritas, status figur
2010). Salah satu upaya keselamatan pasien yang otoritas, dan kedekatan figur otoritas dengan
dapat dilakukan rumah sakit untuk menekan angka kepatuhan perawat dalam implementasi Standar
kejadian Phlebitis di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Prosedur Operasional (SPO) kebersihan tangan
adalah menerapkan Standar Prosedur Operasional sebelum dan sesudah pemasangan infus.
(SPO) kebersihan tangan (Hand Hygiene) sebelum Pengambilan data dilakukan dengan cara
dan sesudah pemasangan infus. Sehingga dapat menyebarkan kuesioner dan melakukan observasi
menggambarkan tingkat kepatuhan perawat dalam kepada perawat sebagai responden. Tedapat skala
melakukan kebersihan tangan sebelum dan likert 1-4 pada kuesioner penelitian yang
sesudah pemasangan infus. Kebersihan tangan selanjutnya akan diskoring pada masing-masing
atau Hand Hygiene adalah upaya atau tindakan variabel untuk setiap responden. Kemudian hasil

Gambaran Figur Otoritas… 165 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

skoring tersebut akan dimasukkan pada aplikasi uji Penilaian legitimasi figur otoritas berkaitan
statistik untuk menganalisis hubungan variabel dengan persepsi perawat terhadap kepala ruangan
independen dengan variabel dependen yang dianggap sesuai dengan jabatan sah yang
menggunakan uji statistik Chi Square. dimiliki sehingga legal dan berhak untuk mengatur
dan memberikan kewenangan serta perintah
HASIL DAN PEMBAHASAN kepada perawat untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.
Hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa
Rawat Inap RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo sebagian besar (51,9%) perawat menilai bahwa
Bojonegoro tentang gambaran figur otoritas kepala ruangan merupakan figur otoritas yang sah
terhadap kepatuhan perawat dalam implementasi atau legal dalam mengatur dan memberikan
Standar Prosedur Operasional kebersihan tangan perintah kepada perwat dalam melaksanakan
pada tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil Standar Prosedur Operasional (SPO) kebersihan
skoring pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian tangan sebelum dan sesudah pemasangan infus di
besar perawat memiliki persepsi yang baik tentang Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro
status lokasi, tanggung jawab personal, legitimasi Djatikoesoemo Bojonegoro..
figur otoritas dan kedekatan figur otoritas.
Sedangkan dalam variabel status figur otoritas, Status Figur Otoritas
perawat memiliki persepsi yang cukup. Penilaian status figur otoritas berkaitan
dengan persepi perawat terhadap keterampilan,
Status Lokasi kemampuan, pengetahuan dan profesionalitas
Penilaian status lokasi meliputi persepsi kepala ruangan di rumah sakit.
perawat terhadap prestige RSUD Dr. R. Sosodoro Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa
Djatikoesoemo Bojonegoro sehingga berkaitan sebagian besar (55,8%) perawat memiliki persepsi
dengan rasa bangga perawat dan pengetahuan yang cukup bahwa kepala ruangan merupakan figur
perawat terhadap prestasi yang telah dicapai oleh otoritas yang meimiliki ketrampilan, kemampuan
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. dan pengetahuan yang baik dalam penerapan
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa Standar Prosedur Operasional (SPO) kebersihan
sebagian besar (61,5%) perawat memiliki penilaian tangan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R.
prestige yang baik terhadap status lokasi RSUD Dr. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Hal .
tersebut menunjukkan bahwa perawat memiliki rasa Kedekatan Figur Otoritas
bangga terhadap prestasi maupun citra baik dari Penilaian kedekatan figur otoritas berkaitan
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. dengan persepsi perawat terhadap kedekatan
hubungan yang terjalin antara perawat dengan
kepala ruangan dalam implementasi SPO Hand
Tabel 1. Hasil Skoring Tiap Varibel di Instalasi Hygiene sebelum dan sesudah pemasangan infus.
Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa
Djatikoesoemo Bojonegoro tahun 2018
sebagian besar (46,2%) perawat menganggap
bahwa kepala ruangan memiliki kedekatan yang
Kategori baik dengan perawat di Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Variabel Kurang Cukup Baik RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
(%) (%) (%)
Status Lokasi 2,0 36,5 61,5 Kepatuhan Perawat dalam Implementasi SPO
Tanggung Jawab Personal 0,0 26,9 73,1 Kebersihan Tangan Sebelum dan Sesudah
Legitimasi Figur Otoritas 0,0 48,1 51,9 Pemasangan Infus
Status Figur Otoritas 0,0 55,8 44,2 Hand Hyigiene merupakan istilah umum
Kedekatan Figur Otoritas 13,4 40,4 46,2 yang digunakan untuk menyatakan kegiatan yang
berkaitan dengan membersihkan tangan (WHO
Tanggung Jawab Personal 2009). Menurut (Asiye Akyol, 2007) Kebersihan
Penilaian tanggung jawab personal berkaitan tangan adalah upaya atau tindakan yang
dengan tanggung jawab perawat dalam berhubungan dengan kebersihan tangan yang
implementasi setiap tindakan dan langkah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan
kebersihan tangan sebelum dan sesudah sabun dengan air mengalir atau menggunakan
pemasangan infus sesuai dengan Standar Prosedur cairan antiseptik berbasis alkohol (handrub) sesuai
Operasional (SPO) Kebersihan Tangan yang telah dengan langkah-langkah secara sistematik
ditetapkan oleh rumah sakit. berdasarkan urutan yang bertujuan untuk
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa mengurangi jumlah bakteri yang kemungkinan
sebagian besar (73,1%) perawat memiliki tanggung berada pada tangan.
jawab yang baik dalam implementasi Standar Kepatuhan perawat dalam implementasi
Prosedur Operasional (SPO) kebersihan tangan Standar Prosedur Operasional (SPO) kebersihan
sebelum dan sesudah pemasangan infus di tangan sebelum dan sesudah pemasangan infus
Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro dalam penelitian ini diukur dengan melakukan
Djatikoesoemo Bojonegoro. penilaian terhadap kegiatan perawat dalam
mengimplementasikan kebersihan tangan sebelum
Legitimasi Figur Otoritas dan sesudah pemasangan infus sesuai dengan

Gambaran Figur Otoritas… 166 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

urutan langkah yang terdapat pada Standar pemasangan infus, perawat cenderung tidak
Prosedur Operasional (SPO) kebersihan tangan melakukan seluruh langkah kebersihan tangan
yang telah ditetapkan oleh RSUD Dr. R. Sosodoro sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Djatikoesoemo Bojonegoro. (SPO) yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3
Tabel 2. Hasil Skoring Kepatuhan Perawat dalam diketahui bahwa sebagian besar perawat tidak
Implementasi Standar Prosedur Operasional mematuhi 6 langkah cuci tangan yang ada dalam
(SPO) Kebersihan Tangan Sebelum dan Standar Prosedur Operasional (SPO) kebersihan
Sesudah Pemasangan Infus di IRNA RSUD tangan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Hasil penilaian yang rendah dalam implementasi 6
tahun 2018 langkah cuci tangan adalah langkah ke-4 yaitu
menggosok punggung jari-jari pada telapak yang
Kepatuhan Persentase berlawan dengan jari-jari saling mengunci (57,7%),
Frekuensi
Perawat (%) langkah ke-5 yaitu menggosok secara memutar
Patuh 23 44,2 pada ibu jari kiri dengan tangan kanan mengunci
Tidak Patuh 29 55,8 pada ibu jari tangan kiri dan sebaliknya (37,5%) dan
Total 52 100,0 langkah ke-6 yaitu menggosok ujung kuku jari kiri
secara memutar pada telapak tangan kanan
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas dan sebaliknya (25,9%). Hal tersebut menunjukkan
perawat (55,8%) tidak patuh dalam implementasi bahwa sebagian besar perawat tidak melakukan
Standar Prosedur Operasional (SPO) Kebersihan langkah kebersihan tangan dengan sempurna
Tangan sebelum dan sesudah pemasangan infus di sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro (SPO).
Djatikoesoemo Bojonegoro tahun 2018. Hal
tersebut dikarenakan pada saat melakukan
kebersihan tangan sebelum dan sesudah

Tabel 3. Persentase Hasil Penilaian kepatuhan perawat dalam melakukan setiap langkah Kebersihan Tangan
berdasarkan Standar Prosedur Operasional kebersihan tangan sebelum dan sesudah pemasangan infus
di IRNA RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro tahun 2018
Hasil Penilaian Rata-rata
No Langkah Kebersihan Tangan
Sebelum (%) Sesudah(%) (%)
Melakukan tindakan kebersihan tangan dengan:
1. a. sabun dan air mengalir atau, 92,3 95,20 93,7
b. cairan antiseptik berbasis alkohol (Handrub)
a. Membasahi tangan menggunakan air mengalir dan
2. menuangkan sabun kurang lebih 5cc atau,
92,3 95,2 93,7
b. Menuangkan 3-5 ml larutan antiseptik berbasis alkohol
pada telapak tangan
3. Meratakan sabun atau larutan antiseptik berbasis alkohol 92,3 95,2 93,7
pada telapak tangan secara menyeluruh
4. Melakukan 6 langkah cuci tangan: 92,3 95,2 93,7
1) Menggosok tangan dengan posisi telapak pada telapak
2) Menggosok telapak tangan kanan diatas punggung
tangan kiri dengan jari-jari yang saling menjalin dan 82,7 85,6 84,1
sebaliknya
3) Menggosok kedua telapak tangan dan jari-jari saling
76,0 75,0 75,5
menjalin
4) Menggosok punggung jari-jari pada telapak yang
54,8 60,6 57,7
berlawanan dengan jari-jari saling mengunci
5) Menggosok secara memutar pada ibu jari kiri dengan
tangan kanan mengunci pada ibu jari tangan kiri dan 32,7 42,3 37,5
sebaliknya
6) Menggosok ujung kuku jari kiri secara memutar pada
24,0 27,9 25,9
telapak tangan kanan dan sebaliknya
a. Membilas tangan menggunakan air mengalir dan
mengeringkan kedua tangan secara menyeluruh
5. menggunakan tisu serta menutup kran menggunakan 79,8 77,9 78,8
tisu
b. Mengeringkan kedua tangan
langkah cuci tangan, selain itu perawat mempunyai
Perawat yang tidak patuh dalam banyak pekerjaan yang harus segera dilakukan,
implementasi SPO kebersihan tangan sebelum dan juga keadaan pasien yang gawat dan membutuhkan
sesudah pemasangan infus kemungkinan pertolongan segera sehingga memungkinkan
dikarenakan perawat lupa terhadap urutan dari 6

Gambaran Figur Otoritas… 167 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

perawat lupa atau tidak terpikir untuk Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro tahun
mengimplementasikan langkah kebersihan tangan 2018
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Kepatuhan Perawat
(SPO) yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Uji Chi
Variabel Patuh Tidak Patuh
Square
Di setiap unit instalasi rawat inap RSUD Dr. N % n %
R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro terdapat Status Lokasi
poster pengingat terkait langkah kebersihan tangan Baik 17 53,1 15 46,9
(cuci tangan menggunakan cairan antiseptik 0,178
Cukup 5 26,3 14 73,3
berbasis alkohol dan cuci tangan menggunakan Kurang 1 100,0 0 0,0
sabun dan air mengalir) yang sesuai dengan Tanggung
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah Jawab Personal
Baik 21 55,3 17 44,7 0,020
ditetapkan oleh rumah sakit. Namun pada poster Cukup 2 14,3 12 85,7
tersebut belum ditambahkan informasi terkait Kurang 0 0,0 0 0,0
takaran sabun dan cairan antiseptic berbasis Legitimasi Figur
alcohol yang seharusnya digunakan pada saat Otoritas
melakukan cuci tangan, selain itu juga belum Baik 13 52,0 12 48,0 0,178
adanya informasi terkait berapa lama proses Cukup 10 37,0 17 63,0
kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan Kurang 0 0,0 0 0,0
dikarenakan proses cuci tangan menggunakan Status Figur
sabun dan air mengalir berbeda dengan lama waktu Otoritas
cuci tangan menggunakan cairan antiseptik Baik 15 65,2 8 34,8 0,015
berbasis alkohol. Cukup 8 27,6 21 72,4
Oleh karena itu, informasi yang kurang Kurang 0 0,0 0 0,0
lengkap dalam poster kemungkinan dapat Kedekatan Figur
mempengaruhi tindakan perawat dalam Otoritas
implementasi kebersihan tangan sebelum dan Baik 18 75,0 6 25,0 0,000
sesudah pemasangan infus sesuai dengan Standar Cukup 4 19,0 17 81,0
Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan. Kurang 1 14,3 6 85,7
Selain pentingnya komitmen dari perawat dalam Hubungan Status Lokasi dengan Kepatuhan
implemenetasi SPO kebersihan tangan sesuai Perawat dalam Implementasi SPO Kebersihan
dengan aturan, juga perlunya dukungan yang lebih Tangan Sebelum dan Sesudah Pemasangan
memadai dalam pemberian informasi prosedur Infus
kebersihan tangan secara lebih mendetail di setiap Menurut Milgram, Status of location atau
ruangan instalasi rawat inap oleh pihak rumah sakit. status lokasi instruksi berhubungan dengan prestige
Kebersihan tangan merupakan salah satu tempat atau lokasi instruksi tersebut diberikan oleh
cara yang penting dalam mencegah terjadinya figur otoritas (Griggs, 2017). Prestige adalah
Phlebitis pada pasien yang terpasang infus. reputasi atau pengaruh yang dapat timbul dari
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang keberhasilan, pangkat, prestasi, atau atribut lainnya
dilakukan oleh (Hermawan, Junika and Nandeak, yang menguntungkan sehingga dapat
2018) bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan mempengaruhi seseorang untuk membuat
perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur keputusan (McLeod, 2007). Penilaian status of
Operasional cuci tangan enam langkah lima momen location dalam penelitian ini berkaitan dengan
(SPO) dengan kejadian Phlebitis, yang persepsi perawat terhadap prestige RSUD Dr. R.
menunjukkan bahwa semakin tinggi kepatuhan Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro sebagai
perawat dalam melakukan cuci tangan enam tempat kerja dan berkaitan dengan kebanggaan
langkah lima momen maka semakin rendah perawat terhadap prestasi yang telah dicapai oleh
kejadian Phlebitis di rumah sakit. Hal tersebut juga RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil
(Fatmawati dan Winarko , 2017) yang menyatakan analisis berdasarkan uji statistik Chi Square dengan
bahwa jika perawat patuh dalam melakukan nilai p sebesar 0,178 (α = 0,05), sehingga
prosedur cuci tangan enam langkah lima momen menunjukkan bahwa status lokasi tidak
dalam pemasangan infus sesuai deengan prosedur berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam
maka dapat mencegah transmisii organisme pada implementasi SPO kebersihan tangan sebelum dan
daerah penusukan jarum infus tidak terjadi, sesudah pemasangan infus. Hasil tabulasi silang
sehingga tidak terjadi phlebtis pada pasien yang dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat
dilakukan pemasangan infus. memiliki prestige yang baik terhadap RSUD Dr. R.
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, namun
Tabel 4. Hubungan Status Lokasi, Tanggung Jawab proporsi perawat yang patuh dan tidak patuh dalam
Personal, Legitimasi Figur Otoritas, Status implementasi SPO kebersihan tangan jumlahnya
Figur Otoritas dan Kedekatan Figur Otoritas cenderung seimbang sehingga dapat disimpulkan
dengan Kepatuhan Perawat dalam bahwa rasa bangga perawat terhadap rumah sakit
Implementasi SPO Kebersihan Tangan belum tentu mempengaruhi tingkat kepatuhan
Sebelum dan Sesudah Pemasangan Infus di perawat dalam implementasi SPO kebersihan
tangan.
Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R.

Gambaran Figur Otoritas… 168 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang kebersihan tangan sebelum dan sesudah
dilakukan oleh (Gupita, 2016) menyatakan bahwa pemasangan infus.
status lokasi tidak memiliki hubungan dengan Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
kepatuhan perawat dalam menerapkan Standar penelitian yang dilakukan oleh (Jeli and Ulfa, 2014),
Prosedur Operasional (SPO) pemasangan infus. bahwa dengan adanya tanggung jawab yang baik
Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor lain dari karyawan dapat berpengaruh terhadap
yang secara langsung dapat mempengaruhi peningkatan kinerja terutama dalam hal kepatuhan
kepatuhan perawat dalam melaksanakan asuhan dalam melaksanakan suatu prosedur dikarenakan
keperawatan sesuai dengan prosedur. tanggung jawab berkaitan dengan komitmen
Hasil penelitian ini berbeda dengan seseorang terhadap apa yang telah ditetapkan.
penelitian yang dilakukan oleh (Ulum and Personal responsibility dianggap sebagai sesuatu
Wulandari, 2013) yang menyebutkan bahwa yang harus atau wajib dilakukan dan dikerjakan.
terdapat hubungan yang siginifikan antara status of Oleh karena itu adanya personal responsibility yang
location dengan kepatuhan perawat dalam baik dari perawat dapat meningkatkan kepatuhan
melakukan asuhan keperawatan. Peningkatan dalam melakukan kebersihan tangan sesuai dengan
kepatuhan dapat terjadi karena persepsi yang baik SPO yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
serta rasa bangga perawat terhadap organisasinya. Hasil penelitian ini diperkuat oleh (Cialdini
Prestige organisasi berhubungan positif dengan and Martin, 2004) yang menyatakan bahwa dalam
keterikatan pegawai terhadap organisasi. Semakin prinsip komitmen atau konsistensi, jika seseorang
tinggi rasa bangga karyawan dengan prestasi telah berkomitmen untuk mengikatkan diri pada
organisasi semakin baik kinerja yang dilakukan suatu posisi atau suatu tindakan maka seseorang
karyawan terhadap organisasi tersebut. Kinerja tersebut akan lebih mudah memenuhi permintaan
yang baik merupakan hasil dari kepatuhan terhadap yang sesuai dengan komitmen yang telah
aturan dan prosedur yang berlaku serta instruksi disepakati. Selain itu penelitian ini didukung oleh
atasan atau orang yang berpengaruh dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh (Ulum and
organisasi. Wulandari, 2013) bahwa terdapat hubungan antara
personal responsibility (tanggung jawab personal)
dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Jika tanggung jawab perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan baik
Hubungan Tanggung Jawab Personal dengan maka tingkat kepatuhan perawat dalam
Kepatuhan Perawat dalam Implementasi SPO melaksanakan asuhan keperawatan juga akan baik.
Kebersihan Tangan Sebelum dan Sesudah Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
Pemasangan Infus penelitian yang dilakukan oleh (Sumaningrum,
Menurut Milgram, seseorang memiliki 2015) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat
automous state yaitu keadaan dimana seseorang hubungan yang signifikan antara tanggung jawab
sedang berada di bawah kendali orang lain namun dengan kepatuhan perawat dalam mencuci tangan.
seseorang tersebut memiliki hak dan kemampuan
untuk membuat keputusan sendiri, hal tersebut Hubungan Legitimasi Figur Otoritas dengan
menunjukkan bahwa seseorang harus mengambil Kepatuhan Perawat dalam Implementasi SPO
tanggung jawab penuh atas apa yang dilakukannya, Kebersihan Tangan Sebelum dan Sesudah
hal tersebut dapat didefinisikan sebagai personal Pemasangan Infus
responsibility (Griggs, 2017). Tanggung jawab Legitimasi figur otoritas (Legitimacy of
personal bertujuan untuk mengasumsikan tanggung authority figure) berkaitan dengan tanggapan
jawab atas tindakan yang dilakukan dan dapat seseorang dalam menerima dan mengakui
menunjukkan disiplin dari individu terhadap suatu kewenangan, keputusan, atau kebijakan yang
keputusan yang diambil. Penilaian personal ditetapkan oleh seorang pimpinan atau figur
responsibility dalam penelitian ini berkaitan dengan otoritas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
tanggung jawab perawat dalam implementasi Milgram, sekelompok orang cenderung untuk
tindakan dan langkah kebersihan tangan sebelum memenuhi perintah dari orang lain jika mereka
dan sesudah pemasangan infus sesuai dengan mengenal otoritas mereka dengan baik secara
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah moral maupun hukum yang berlaku (Griggs, 2017).
ditetapkan oleh RSUD Dr. R. Sosodoro Penilaian legitimacy of authority figure dalam
Djatikoesoemo Bojonegoro. penelitian ini berkaitan dengan persepsi perawat
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil terhadap kepala ruangan yang dianggap sesuai
analisis menggunakan uji statistik Chi Square dengan jabatan yang dimiliki sehingga legal dan
dengan nilai p sebesar 0,020 (α = 0,05), sehingga berhak untuk mengatur dan memberikan perintah
menunjukkan bahwa tanggung jawab personal kepada perawat.
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil
kepatuhan perawat dalam implementasi SPO analisis menggunakan uji statistik Chi Square
kebersihan tangan sebelum dan sesudah dengan nilai p sebesar 0,178 (α = 0,05), sehingga
pemasangan infus. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa legitimasi figur otoritas tidak
menunjukkan bahwa semakin baik tingkat tanggung berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam
jawab personal maka terdapat kecenderungan implementasi SPO kebersihan tangan sebelum dan
terhadap peningkatan kepatuhan perawat dalam sesudah pemasangan infus. Sehingga dapat
implementasi Standa Prosedur Operasional (SPO) disimpulkan bahwa kepala ruagan yang dianggap

Gambaran Figur Otoritas… 169 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

sebagai figur otoritas dan legal dalam memberikan Berdasarkan hasil penelitian dapat
kewenangan terkait pelaksanaan SPO kebersihan disimpulkan bahwa mayoritas perawat yang
tangan tidak berdampak terhadap kepatuhan memiliki persepsi bahwa kepala ruangan memiliki
perawat dalam implementasi SPO kebersihan status of authority figure yang baik cenderung lebih
tangan sebelum dan sesudah pemasangan infus. patuh dalam implementasi Standar Prosedur
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Operasional (SPO) kebersihan tangan, hal tersebut
yang dilakukan oleh (Mahfudhoh and Rohmah, kemungkinan disebabkan karena perawat merasa
2015) bahwa peningkatan tingkat kewenangan bahwa kredibilitas, integritas, keahlian dan
(legalitas) figur otoritas tidak memberikan dampak pengetahuan kepala ruangan dianggap lebih baik
yang signifikan terhadap peningkatan kepatuhan sehingga mendorong perawat untuk patuh dalam
penulisan resep sesuai dengan formularium. Namun impelementasi SPO kebersihan tangan sebelum
hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dan sesudah pemasangan infus.
dilakukan oleh (Ulum and Wulandari, 2013) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Hubungan Kedekatan Figur Otoritas dengan
legitimacy of authority figure dengan kepatuhan Kepatuhan Perawat dalam Implementasi SPO
perawat dalam asuhan keperawatan yaitu perawat Kebersihan Tangan Sebelum dan Sesudah
yang memiliki persepsi sedang terhadap legalitas Pemasangan Infus
kepala ruangan sebagai atasan yang sah dalam Figur otoritas memiliki peran penting dalam
memberian asuhan keperawatan sehingga hal menjalin hubungan dengan bawahannya. Semakin
tersebut meningkatkan kepatuhan perawat dalam dekat figur otoritas dengan bawahannya maka
memberikan asuhan keperawatan. semakin tinggi tingkat kepatuhan bawahan tersebut
sesuai dengan perintah yang diberikan. Semakin
Hubungan Status Figur Otoritas dengan penting seseorang bagi orang lain maka akan
Kepatuhan Perawat dalam Implementasi SPO semakin besar pengaruh yang dimiliki oleh
Kebersihan Tangan Sebelum dan Sesudah seseorang tersebut dalam pengambilan keputusan
Pemasangan Infus (McLeod, 2007). Penilaian Kedekatan Figur Otoritas
Status figur otoritas (status of authority (proximity of authority figure) berkaitan dengan
figure) berkaitan dengan kedudukan sosial dari figur persepsi perawat terhadap kedekatan hubungan
otoritas dalam pandangan seseorang. Bawahan yang terjalin antara perawat dengan kepala ruangan
dapat mengakui kekuasaan figur otoritas jika figur dalam implementasi SPO kebersihan tangan
otoritas tersebut mempunyai keahlian dalam bidang sebelum dan sesudah pemasangan infus.
tersebut melebihi pengetahuan dan keahliannya Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil
sendiri. Penilaian status of authority figure dalam analisis menggunakan uji statistik Chi Square
penelitian ini berkaitan dengan persepi perawat dengan nilai p sebesar 0,000 (α = 0,05), sehingga
terhadap keterampilan, kemampuan, pengetahuan menunjukkan bahwa kedekatan figur otoritas
dan profesionalitas kepala ruangan di rumah sakit. mempunyai hubungan yang signifikan dengan
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil kepatuhan perawat dalam implementasi SPO
analisis menggunakan uji statistik Chi Square kebersihan tangan sebelum dan sesudah
dengan nilai p sebesar 0,015 (α = 0,05), sehingga pemasangan infus. Sehingga dapat disimpulkan
menunjukkan bahwa status figur otoritas bahwa semakin dekat hubungan perawat dengan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepala ruangan, maka semakin tinggi tingkat
kepatuhan perawat dalam implementasi SPO kepatuhan perawat dalam implementasi SPO
kebersihan tangan sebelum dan sesudah kebersihan tangan.
pemasangan infus. Hasil penelitian ini sesuai Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dengan sesuai dengan penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Milgram bahwa semakin dekat
oleh Milgram bahwa seseorang cenderung lebih hubungan bawahan dengan sosok otoritas maka
patuh jika yang memberikan perintah adalah orang semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya (Griggs,
yang lebih professional dan memiliki pengetahuan 2017). Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian
yang lebih tinggi. Serta diperkuat dengan penelitian (Gupita, 2016) bahwa terdapat hubungan yang
yang dilakukan oleh (Ulum and Wulandari, 2013) siginifikan antara kedekatan figur otoritas dengan
bahwa status figur otoritas mempengaruhi kepatuhan perawat melaksanakan SPO
kepatuhan pendokumentasian asuhan pemasangan infus. Dalam penelitian ini kedekatan
keperawatan. kepala ruangan dan perawat mengakibatkan
Berdasarkan hasil tabulasi silang dapat hubungan yang baik diantara keduanya, sehingga
disimpulkan bahwa mayoritas perawat yang perawat akan lebih segan untuk melaksanakan
memiliki persepsi bahwa kepala ruangan SPO kebersihan tangan dengan baik sesuai dengan
merupakan figur yang profesional dan memiliki instruksi atau perintah dari kepala ruangan.
pengetahuan serta pengalaman yang lebih baik Kedekatan antara atasan dan bawahan yang
dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat tinggi dapat membawa dampak yang positif dala
dalam implementasi SPO kebersihan tangan peningkatan kepatuhan bawahan. Hubungan atau
sebelum dan sesudah pemasangan infus. Status kedekatan yang baik antara kepala ruangan dengan
kepala ruangan yang lebih tinggi cenderung perawat dapat memungkinkan seorang perawat
membuat perawat untuk memenuhi perintahnya. lebih mematuhi permintaan, arahan dan saran dari
Menurut (Fattori et al., 2015) status otoritas seorang kepala ruangan. Kehadiran kepala ruangan untuk
pimpinan memiliki peran penting dan sentral dalam memberikan arahan dan saran merupakan salah
mempengaruhi kepatuhan dan ketidakpatuhan
seseorang dalam melakukan suatu hal.

Gambaran Figur Otoritas… 170 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

satu bentuk kedekatan antara kepala ruangan dan Perawat Dalam Melakukan Praktik Cuci
perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap. Tangan Di RSUD Ade Muhammad Djoen
Kedekatan antara atasan dan bawahan Sintang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
dapat semakin bedampak positif dalam peningkatan Khatulistiwa, 4(3), pp. 232–237. Available at:
kepatuhan perawat dalam iplementasi Standar http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/J
Prosedur Operasional (SPO) kebersihan tangan KMK/article/view/865/687.
sebelum dan sesudah pemasangan infus jika Fatmawati, L. and Winarko, H. (2017) ‘Kepatuhan
kepala ruangan juga melakukan supervisi dan Cuci Tangan Dapat Menghambat Terjadinya
pengawasan terhadap perawat, sehingga kepala Plebitis Pada Proses Pasca Pemasangan
ruangan secara langsung dapat menilai tingkat Infus (Handwashing Compliance May Inhibit
kepatuhan perawat. Pernyataan tersebut sesuai Plutitis Occurrence Post-Infusion Installation
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi and Process)’, Journals of Ners Community, 8(2),
Ria, 2017) yang menyebutkan bahwa adanya pp. 123–132. Available at:
supervisi dan pengawasan dapat meningkatkan https://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/ar
kepatuhan perawat dalam melaksanakan ticle/view/407/328.
kebersihan tangan. Fattori, F. et al. (2015) ‘Authority relationship from a
societal perspective: Social representations
. of obedience and disobedience in Austrian
SIMPULAN young adults’, Europe’s Journal of
Psychology. PsychOpen, a publishing
Kesimpulan yang dapat diambil dari service by Leibniz Institute for Psychology
penelitian ini adalah 55,8% perawat di Instalasi Information (ZPID), Trier, Germany
Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro (www.zpid.de)., 11(2), pp. 197–213. doi:
Djaikoesoemo Bojonegoro tidak patuh dalam 10.5964/ejop.v11i2.883.
implementasi Standar Prosedur Operasional (SPO) Gorski, L. et al. (2016) ‘Infusion therapy standards
Kebersihan Tangan sebelum dan sesudah of practice’, Journal of Infusion Nursing,
pemasangan infus. Hasil penilaian menunjukkan 39(1S), pp. S1–S159.
bahwa sebagian besar perawat tidak melakukan Griggs, R. (2016) ‘Milgrams Obedience Study: A
langkah kebersihan tangan dengan sempurna pada Contentious Classic Reinterpreted’,
saat melakukan 6 langkah cuci tangan yaitu Teaching of Psychology, 44(1).
menggosok punggung jari-jari pada telapak yang Gupita, C. A. R. (2016) Faktor Yang Berhubungan
berlawan dengan jari-jari saling mengunci (57,7%), Dengan Kepatuhan Perawat Dalam
menggosok secara memutar pada ibu jari kiri Melaksanakan Standar Prosedur
dengan tangan kanan mengunci pada ibu jari Operasional Pemasangan Infus (Studi Di
tangan kiri dan sebaliknya (37,5%) dan menggosok Rumah Sakit Umum Haji Surabaya).
ujung kuku jari kiri secara memutar pada Universitas Airlangga. Available at:
telapak tangan kanan dan sebaliknya (25,9%). http://repository.unair.ac.id/id/eprint/46660.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square Hermawan, D., Junika, E. and Nadeak, J. (2018)
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang ‘Hubungan Kepatuhan Perawat
signifikan antara tanggung jawab personal, status Melaksanakan Standar Prosedur
figur otoritas dan kedekatan figur otoritas dengan Operasional (SPO) Cuci Tangan Terhadap
kepatuhan perawat dalam implementasi Standar Kejadian Phlebitis Di Rumah Sakit Graha
Prosedur Operasional (SPO) kebersihan tangan Husada Bandar Lampung Tahun 2018’,
sebelum dan sesudah pemasangan infus di Holistik Jurnal Kesehatan, 12(3), pp. 196–
Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. R. Sosodoro 204. Available at:
Djatikoesoemo Bojonegoro, sedangkan variabel http://ejurnal.malahayati.ac.id/index.php?jour
status lokasi dan legitimasi figur otoritas tidak nal=hlstk&page=article&op=view&path%5B
memiliki hubungan yang signifikan dengan %5D=1230&path%5B%5D=1110.
kepatuhan perawat dalam implementasi SPO Jeli, M. M. and Ulfa, M. (2014) ‘Kepatuhan Perawat
kebersihan tangan sebelum dan sesudah dalam Melaksanakan Standar Prosedur
pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Operasional Pemasangan Infus di Rumah
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Sakit PKU Muhammadiyah Gombong’,
Mutiara Medika, 14(1), pp. 51–62. Available
at:
DAFTAR PUSTAKA http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/
view/2471/2451.
Asiye D. Akyol (2007) ‘Hand hygiene among nurses Mahfudhoh, S. and Rohmah, T. N. (2015) ‘Faktor
in Turkey: opinions and practices’, Journal of Yang Mempengaruhi Kepatuhan Penulisan
Clinical Nursing, 16(3), pp. 431–7. Available Resep Sesuai Formularium’, Jurnal
at: Administrasi Kesehatan Indonesia, 3(1), pp.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17335 21–30. Available at: https://e-
518. journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/1486/114
Cialdini, R. B. and Martin, S. (2004) The science of 6.
compliance, British Cardiovascular Society. McLeod, S. (2007) Obedience to Authority, Simply
doi: 10.1007/978-90-481-2350-6. Psychology. Available at:
Dewi, R. R. K. (2017) ‘Faktordeterminan Kepatuhan https://www.simplypsychology.org/obedience

Gambaran Figur Otoritas… 171 Putri


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.164-172

.html (Accessed: 8 June 2018).


Nursalam (2011) Manajemen Keperawatan :
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. 3rd edn. Surabaya: Salemba
Medika. Available at:
https://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-
MANAJEMEN-2011.pdf.
Sumaningrum, N. D. (2015) Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat
Mencuci Tangan Handrub Pada Saat
Pemasangan Infus Di Rumah Sakit X Di
Jawa Timur, Repository Universitas
Airlangga. Universitas Airlangga. Available
at: http://repository.unair.ac.id/29493/.
Ulum, M. M. and Wulandari, R. D. (2013) ‘Faktor
Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Teori Kepatuhan’, Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 1(3), pp.
252–262.

Gambaran Figur Otoritas… 172 Putri

S-ar putea să vă placă și