Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
9. Hasil pengelasan
10. Coat Zn
12. Tembaga
BAB III
Analisis Data
Pada percobaan ini terdapat 12 buah sampel material yang akan dilihat
struktur mikronya. Pada percobaan ini, struktur mikro dilihat menggunakan
mikroskop optik. Gambar struktur mikro yang didapat dengan menggunakan
mikroskop optik, diamati dan dibandingkan dengan literatur, ada beberapa gambar
struktur mikro hasil percobaan yang tidak sama. Hal-hal yang menyebabkan
perbedaan bentuk struktur mikro hasil percobaan dengan struktur mikro pada
literatur, antara lain :
Untuk baja karbon rendah, hasil pengamatan berbeda dari literatur. Hal ini
disebabkan karena besarnya skala pada saat penggambaran berbeda dengan skala
yang ada di literatur. Hal ini mengakibatkan tampilan gambar yang diperoleh
terlalu terfokus pada satu daerah. Selain itu kemungkinan besar pada specimen
yang diamati banyak terdapat pengotor yang menempel sehingga mempengaruhi
gambar yang ditampilkan. Baja karbon rendah memiliki kadar karbon kurang dari
0.25%. Struktur mikronya mengandung perlit (α + Fe3C ,hitam) dan ferit (α
,sebagai matriks). Paduan baja karbon rendah relatif lunak tetapi memiliki
keuletan dan ketangguhan yang tinggi. Baja karbon rendah sangat sulit untuk
dibentuk menjadi martensit
Pada baja karbon medium, hasil pengamatan hampir sama dengan yang ada di
literatur.. Baja karbon medium memiliki kadar karbon 0,3%-0,5%. Pada hasil
pengamatan struktur ferit terlihat berwarna kelabu sedangkan perlit berwarna
hitam. Jika dibandingkan dengan literature pelit yang terlihat dari gambar hasil
pengamatan kurang banyak, hal ini mungkin disebabkan pada saat pengambilan
gambar dengan mikroskop tidak begitu tepat. Terdapat juga fasa 1 yang sempat
menginti dan tumbuh.. Baja karbon medium memiliki mampu keras yang rendah.
Biasanya digunakan untuk profil.
3. Baja Karbon Tinggi
Pada baja karbon tinggi, hasil pengamatan hampir sama walaupun terlihat ada
perbedaan skala dengan literatur. Struktur perlit (hitam) terlihat semakin banyak
dan jelas. Baja carbon tinggi memiliki persen carbon diatas 0,8 % sampai sekitar
1,7 %. Pada gambar hasil pengamatan terlihat baja carbon ini mengandung paduan
crom. Crom merupakan penstabil ferit. Struktur crom pada hasil pengamatan
berwarna kelabu yang membulat. Pada baja carbon tinggi semua gamma telah
berubah menjadi perlit. Sehingga struktur yang terbentuk adalah Fe3C dan perlit.
Struktur perlit terlihat semakin banyak dan jelas. Karena kadar karbonnya tinggi,
kekerasan baja karbon tinggi melebihi baja karbon lainnya (diasumsikan laju
pendinginan berlangsung lambat). Biasanya digunakan untuk baja perkakas rel
kereta api.
4. Besi Cor Kelabu
Besi cor kelabu memiliki grafit berwarna hitam dan berbentuk serpih. Grafit
terbentuk diakibatkan karena atom C sempat keluar pada saat didinginkan.
Bentuk grafit yang seperti ini ( berbentuk serpih ) Bentuk serpih ini memiliki
konsentrasi tegagan pada ujung-ujung grafitnya yang mengakibatkan internal
strength naik sehingga kekerasan dan kekuatan meningkat. Apabila dikenai beban
tarik besi cor ini akan cepat patah. Permukaan patahan berwarna kelabu. Pada
gambar, dapat terlihat struktur grafit yang berwarna hitam dengan matriks ferit.
Besi cor malleable adalah besi cor putih yang telah mengalami perlakuan panas
0
dengan suhu berkisar antara 800-900 C, menyebabkan penguraian sementit
menjadi grafit. Pada gambar dari literatur ataupun hasil pengamatan, terlihat jelas
struktur grafitnya yang berwarna hitam. Pada gambar juga terlihat bahwa
matriksnya adalah ferit.
7. Besi cor putih
Besi cor putih memiliki kekerasan yang tinggi dibandingkan besi cor lainnya.
Pada besi cor putih, atom C dalam bentuk grafit tidak sempat keluar sehingga
matriksnya berupa Fe3C yang ditunjukkan dengan warna abu. Untuk besi cor putih
ini sifatnya sangat getas sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk material
yang membutuhkan sifat ketahanan aus yang tinggi. Oleh karena itu, biasanya besi
cor putih ini dipanaskan kembali untuk mengeluarkan atom C nya agar dihasilkan
sifat mekanik yang lebih baik. Untuk hasil pemanasan kembali pada besi cor putih
akan dihasilkan besi cor mamputempa ( besi cor malleable ). Permukaan
patahannya akan berwarna putih seperti pada gambar. Pada diagram fasa struktur
dari besi cor putih dapat terlihat dari proses pendinginan dimana disebelah kanan
persen carbon 4,3 % (100 % ledeburit ) membentuk struktur ledeburit + Fe3C yang
berasal dari + Fe3C, seluruh gama berubah menjadi ledeburit. Besi cor putih
memiliki kekerasan yang tinggi dibandingkan besi cor lainnya. Namun, besi cor
putih ini sifatnya sangat getas sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk
material yang membutuhkan sifat ketahanan aus yang tinggi. Oleh karena itu,
biasanya besi cor putih ini dipanaskan kembali untuk mengeluarkan atom C nya
agar dihasilkan sifat mekanik yang lebih baik
8. Baja tahan karat Austenitik
Untuk specimen ini sedikit sulit untuk membedakan antara hasil pengamatan dan
literature. Hal ini disebabkan karena pada literature struktur mikro yang dihasilkan
berwarna sedangkan pada hasil pengamatan hitam putih. Baja tahan karat
austenitik memiliki paduan Cr sekitar 11%, hal ini mengakibatkan adanya bagian
warna kuning seperti pada literatur, yang merupakan pengaruh dari unsur krom.
Baja tahan karat austenitik bersifat non magnetik dan memiliki ketahanan korosi
yang tinggi. Baja ini jika ingin diperkuat atau diperkeras menggunakan proses
pengerjaan dingin karena tidak dapat melalui proses pengerjaan panas.
9. Hasil pengelasan
10. Coat Zn
Disini terlihat adanya pesamaan antara hasil pengamatan dengan literature. Pada
literature pun terlihat bahwa diantara permukaan yang telah dilapisi Zn dengan
base metalnya (Fe) terdapat fasa yang terdiri dari Fe dan Zn.
11. Aluminium 2024
Pada Aluminium 2024, hasil penggambaran sebagai data mirip dengan yang
ada di literatur. Daerah terang merupakan larutan padat Aluminium. Daerah
gelapnya merupakan unsur paduan lainnya. Aluminium dan paduannya memiliki
ketahanan korosi yang sangat baik. Paduan yang terdapat pada aluminium ini
adalah tembaga.
12. Tembaga
Ringkasan Praktikum
Struktur mikro dari suatu logam dapat diketahui melalui diagram fasany.
Dari diagram fasa ini dapat dihitung komposisi dari struktur mikro yang
menyusun material ( logam ) tersebut dengan cara menggunakan teori “Lever arm
rule” dan menghubungkannya dengan teori “tie line”. Teori “Tie-Line” digunakan
untuk menentukan jenis-jenis komposisi yang ada pada keadaan ( misal
temperature) tertentu digunakan.
Pada komposisi 0,45 % (hypoeutectoid) terjadi dua hal utama pada daerah
dibawah garis eutectic :
1. Setelah pendinginan memasuki daerah dua fase (diatas garis eutectoid)
γ ⇒α +γ
γ ⇒ α + Fe3C (pearlite)
% berat α
X +U +V
Wα=
X + U +V +T
6,7−C ' 0 6,7−0.45
Wα= = =0.94 %
6,7−0,022 6,7−0,022
% berat α – proeutectoid
U
Wα=
U +T
% berat Fe3C
T
Wα=
U +T
% berat perlit
T
W perlit =
U +T
Pada komposisi 1 % (hyper - eutectoid) terjadi dua hal utama pada daerah
dibawah garis eutectic :
1. Setelah pendinginan memasuki daerah dua fase (diatas garis eutectoid)
γ α +γ
2. Di bawah garis eutectoid (727 °C) fasa sementit (Fe3C) pro-eutektoid mulai
terbentuk sepanjang batas butir
Dengan menggunakan teori rule of arm pada hubungannya dengan teori
“tie line, komposisi hypereutectoid dengan C'1 adalah 1 % :
% berat α
X
Wα=
X + U +V +T
% berat Fe3C
U +V +T
Wα=
U +T
% berat perlit
X
W perlit =
X +V
Columnar
Epitaksial
Daerah HAZ
Base metal
Struktur mikro daerah pengelasan pada daerah weld metal memiliki tiga
struktur, yaitu :
1. Struktur equaksial
Struktur equaksial ini terbentuk akibat adanya panas yang tinggi dari proses
pengelasan.
2. Struktur epitaksial
Struktur epitaksial ini memiliki orientasi yang sama dengan daerah HAZ
(heat affected zone).
3. Struktur columnar
Struktur ini terjadi karena adanya heat flow yang menyebabkan pertumbuhan
butir memanjang.
Sedangkan pada daerah HAZ, struktur mikronya memiliki ukuran yang lebih
besar dari base metal. Hal ini disebabkan adnya pengaruh panas dari proses
pengelasan.
Proses pembekuan logam cair dimulai dari bagian logam cair yang
bersentuhan dengan dinding cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil
oleh cetakan sehingga bagian logam yang berrsentuhan dengan cetakan itu
mendingin sampai titik beku. Selama proses pembekuan berlangsung, inti-inti
kristal tumbuh. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada bagian
luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam
coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom
(columnar). Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradien temperatur yang
besar terjadi pada permukaan coran besar. Akibat adanya perbedaan kecepatan
pembekuan, terbentuklah arah pembekuan yang disebut dendritik.
Chill
columnar
equaksial
Besi cor adalah paduan berbasis besi dengan kadar karbon tinggi, yaitu 2%
- 4%C dengan kadar Si 0,5%-3%. Besi cor memiliki aplikasi di bidang rekayasa
yang cukup luas terutama karena kemampuannya untuk langsung dibentuk
menjadi bentuk akhir (net shape) atau mendekati bentuk akhir (near net shape)
melalui proses solidifikasi (solidification) atau pengecoran (casting). Besi cor
mudah untuk dicor karena beberapa hal. Pertama, besi tuang mudah dilebur dan
memiliki fluiditas yang sangat baik pada keadaan cairnya. Kedua, ketika dituang
besi tidak membentuk lapisan film pada permukaannya. Selain itu, besi tuang
tidak mengalami penyusutan volume (shrinkage) yang terlalu tinggi pada saat
solidifikasi.
Gambar Diagram Fase Fe-Fe3C menunjukkan Daerah Besi cor
Kemampuan besi cor untuk dapat dicetak menjadi bentuk yang diinginkan
terutama berhubungan dengan adanya reaksi Eutectic pada diagram
kesetimbangan Fe-Fe3C pada rentang kandungan karbon tersebut. Pada reaksi
tersebut titik lebur paduan besi turun hingga sekitar 1130oC dengan rentang
temperatur liquidus dan solidus yang sangat kecil, atau membeku seperti logam
murni dengan satu titik beku.
Biasanya memiliki kadar karbon 2,5- 4%. Jumlah silicon yang relatif
tinggi (1- 3%) diperlukan untuk mempromosikan pembentukan grafit.
Kecepatan pembekuan sangat penting untuk mengatur jumlah grafit yang
terbentuk (biasanya lambat hingga sedang). Laju solidfikasi berperan pula di
dalam menentukan matriks yang terbentuk.
2. Besi cor atau ulet nodular (Ductile Iron / Nodular Cast Iron),
Nama jenis ini mengacu pada sifat dan bentuk grafit-nya. Partikel-partikel
grafit berbentuk bola (speroid). Memiliki sifat-sifat yang hampir sama dengan
malleable cast iron. Memiliki mampu mesin sangat baik dan ketahanan aus
baik. Memiliki sifat-sifat yang mirip dengan baja (kekuatan, ketangguhan,
keuletan, mampu bentuk panas, dan kemampukerasan).
Bahan baku yang digunakan adalah besi tuang putih. Perlakuan panas
untuk menghasilkan besi tuang mampu tempa terdiri atas: grafitisasi dan
pendinginan. Pembentukan grafit dilakukan pada temperature di atas
temperature eutectoid. Karbida akan berubah menjadi gafit (tempered carbon)
dan austenite. Selanjutnya austenite dapat didekomposisi menjadi ferrite,
pearlite, atau martensite