Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh:
Putri Nurmalitasari (1401460002)
Ellysa Nur Fitria Alif (1401460006)
Aliqul Safiq (1401460007)
Maria Anindyta Widiasti (1401460010)
Nadhifah Rahmawati (1401460014)
Iga Kurnia Rohmah (1401460023)
Agung Hadi Prabowo (1401460041)
Lutfiatul Rohmah (1401460043)
Agni Ayu Murbarani (1401460047)
Ardika Sulisetiyani (1401460048)
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari BBLR ?
2. Bagaimana kriteria bayi BBLR?
3. Apa saja macam-macam BBLR?
4. Apa etiologi dari BBLR?
5. Bagaimana patofisiologi dari BBLR?
6. Apa sari saja komplikasi dari BBLR?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari BBLR?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari BBLR?
9. Bagaimana pemantauan (monitoring) BBLR?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar BBLR dan discharge planning untuk orang tua
yang memiliki anak dengan BBLR.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR ?
b. Untuk mengetahui kriteria bayi BBLR?
c. Untuk mengetahui macam-macam BBLR?
d. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR?
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari BBLR?
f. Untuk mengetahui komplikasi dari BBLR?
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari BBLR?
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari BBLR?
i. Untuk mengetahui pemantauan (monitoring) BBLR?
j. Untui mengetahui pengertian discharge planning?
k. Untuk mengetahui pemberi layanan discharge planning?
l. Untuk mengetahui penerima discharge planning?
m. Untuk mengetahui tujuan discharge planning?
n. Untuk mengetahui manfaat dari discharge planning?
o. Untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi discharge planning?
p. Untuk mengetahui prinsip dari discharge planning?
q. Untuk mengetahui komponen/unsur dari discharge planning?
r. Untuk mengetahui pelaksanaan discharge planning dan proses keperawatan?
s. Untuk mengetahui dari discharge planning?
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini dapat dijadikan sebagai peningkatan dalam pelayanan discharge
planning agar lebih optimal.
b. Bagi Perawat
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dapat digunakan sebagai acuan
dalam memberikan discharge planning kepada keluarga pasien BBLR.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terutama dibidang perinatologi dan sebagai bahan kepustakaan yang
berkaitan dengan discharge planning dan perawatan BBLR.
d. Bagi Masyarakat
Bagi orang tua dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dalam
memberikan nutrisi dan memberikan perawatan yang tepat bagi BBLR agar tumbuh
kembang menjadi optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir yang berat badannya 2500
gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi – bayi dengan berat badan
kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman Santosa, 1989). Berat badan lahir rendah adalah bayi
baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah
( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
D. Etiologi
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan) mungkin juga cukup bulan
(dismatur).
1. Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus
preterm / BBLR.
Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau BBLR adalah:
a. Faktor Ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Gizi saat hamil kurang
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion.
Faktor pekerja terlalu berat
Primigravida
Ibu muda (<20 tahun)
b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti
preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini
c. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali kongenital
d. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
Kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus.
Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar.
Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana.
Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu.
Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis
dahi dan lengan.
Lemak subkutan kurang.
Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena
itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
dengan prematuritas (BBLR)
2. Dismatur
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan .
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa
gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi
pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus
dan lebih panjang.
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur adalah:
1. Faktor ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang
berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit
paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alkohol
2. Faktor utery dan plasenta
Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus
bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian
plasenta lepas.
3. Faktor janin
Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis,
rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).
4. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah
E. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin
hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini
akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Medicine and linux.com)
F. KOMPLIKASI
Penyakit yang terdapat pada bayi BBLR antara lain :
1. Sindrom distest pernafasan, disebut juga penyakit membran hialin yang melapisi
alveolus perut.
2. Aspirasi pnemunia, keadaan ini disebabkan karena repleks menelan dan batuk pada
bayi prematur belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler, adalah perdarahan spontan pada ventrikel atau lateral,
biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin di paru – paru.
4. Fibroplasia retrolintal, keadaan ini disebabkan oleh gangguan oksigen yang
berlebihan.
5. Hiperbillirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi prematur belum
matang.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
H. Penatalaksanaan BBLR
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh.
Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50o C s/d
37,0o C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000
gram.
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi
O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg
adalah 35°C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator,
pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat
yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam
inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan
umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali
sedini mungkin.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap
infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi.
Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan
dengan bayi.
Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara
perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau
mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik
dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang
dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya
koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi
dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500
gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian
ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
I. Pemantauan (Monitoring)
1. Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari. Bayi akan kehilangan berat
selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir >1500 gram dapat kehilangan BB sampai 10%
dari berat lahir. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi
komplikasi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan
seharusnya:
150-200 gram seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 gram/hari)
200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 gram/hari) Bila
bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia
lebih dari 7 hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180ml/kg/hari.
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah
pemberian ASI tetap 180ml/kg/hari.
Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai
200ml/kg/hari.
2. Tanda kecukupan pemberian ASI
Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam.
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
BB bayi naik
3. Pemulangan penderita
Bayi suhu stabil Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak
bisa diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternative cara
pemberian minum yang lain. Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
3. Rencana Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru
INTERVENSI RASIONAL
Kumpulkan data yang berkaitan dengan Riwayat ibu atas penggunaan obat atau
kegawatan nafas kondisi tidak normal selama kehamilan dan
proses persalinan
Waspada episode apnea yang berlangsung deteksi dini dalam menentukan tindakan
lebih dari 20 detik selanjutnya
Memberi bantuan pernafasan seperti oksigen membantu mencukupi supplai oksigen
Pantau kajian gas darah untuk mengetahui deteksi dini untuk mencegah hipoksia
asidosis pernafasan metabolik
b. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.
Tujuan : tidak terjadi hipotermia/hyperthermia
INTERVENSI RASIONAL
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
immaturitas organ tubuh.
Tujuan : Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan statusnya gizi bayi
INTERVENSI RASIONAL
Awasi reflek menghisap bayi dan kemampuan menghisap dan menelan yang
kemampuan menelan lemah dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi
tidak terpenuhi
Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi mengetahui kebutuhan kalori yang
dibutuhkan bayi.
Kebutuhan ASI 60/kg BB/24 jam dengan ASI mengandung zat gizi yang diperlukan
kenaikan 30 cc/hari,di pertahankan pada hari tubuh
ke-7 sampai 1 bulan
Timbang bayi setiap hari,bandingkan berat Mengetahui perkembangan dan
badan dengan asupan kalori yang diberikan kemungkinan terjadinya penurunan BB yang
pathologis
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan berat badan
extreme (premature, dibawah 2.500 grm).
INTERVENSI RASIONAL
Timbang berat badan tiap hari Berat badan adalah indicator paling sensitive
dari keseimbangan cairan
Bandingkan masukan dan haluaran caiaran Berat badan adalah indicator paling sensitive
setiap sip dan keseimbangan kumulatif dari keseimbangan cairan
setiap periode 24 jam
Evaluasi turgor kulit, membrane mukosa, Cadangan cairan dibatasi pada bayi praterm
keadaan fontanel anterior
Berikan ASI/PASI tiap 2 jam sebanyak 35 cc Pemberian ASI/PASI tiap 2 jam dapat
lewat sonde memenuhi kebutuhan caiarn dalam tubuh
bayi
A. Discharge Planning
1. Pengertian Discharge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan aktivitas-
aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan
terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,
2005:1106).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar
suatu agen pelayanan kesehatan umum.
National Council of Social Service (2006) dalam Wulandari (2011:9), mendefinisikan bahwa
“discharge planning is aprocess used to decide what client needs to maintain his present
level of well-being or move to the next level of care”.
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan bahwa discharge
planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan
ke lingkungan lain.
Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang dipersiapkan bagi pasien
untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi
dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerjasama dengan
pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah/pulang
(Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54).
Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan kesehatan di rumah
sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek (Sommerfeld, 2001
dalam Rahmi, 2011:10). Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien
yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier,
2004). Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program
pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi
nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit
pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128). Informasi diberikan kepada
pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum
pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen
pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah
fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah
kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya
komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006). Program yang dilakukan oleh
perawat ini, tidak Selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini
bisa terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan
sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat bertanggung
jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu, mulai dari mereka
masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005:96).
National Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011:9) menyatakan bahwa
“discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana perawatan, dengan tujuan untuk
memberdayakan klien untuk membuat keputusan, untuk memaksimalkan potensi klien untuk
hidup secara mandiri, atau agar klien dapat memanfaatkan dukungan dan sumber daya dalam
keluarga maupun masyarakatnya”.
……………., …………………………20….
Keluarga Perawat
(………….…………………………) (………….…………………………)
BAB III
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DX CATATAN PERKEMBANGAN
S:-
O:
P : Intervensi dilanjutkan
S:-
O:
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
A. Kesimpulan
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan. Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien. Discharge planning pada BBLR
harus meliputi; penanganan bayi, pemeliharaan suhu tubuh, pencegahan infeksi,
pemberian makanan yang seusai dengan kemampuan, dan keadaan-keadaan yang
harus diwaspadai pada bayi (bayi tidak mau minum, kelihatan lemas, menangis tidak
kuat, diare, suhu tubuh bayi tinggi).
B. Saran
Penulis menyarankan pemberian discharge planning ini dilakukan oleh
perawat dirumah sakit karena discharge planning ini jarang dilakukan. Dan oleh
karena pemberian discharge planning sifatnya spesifik kepada pasien dengan
kemampuan dan kondisi yang berbeda, semisal pada bayi BBLR, tidak semua bayi
pulang dengan kemampuan yang sama, maka pemberian discharge planning ini
dilakukan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Jitowiyono, Sugeng. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta. Nuha
Medika.
Yayan Pieter. Laporan Pendahuluan Bayi Berat Lahir Rendah 4 November 2013 di 08:30.
http://yayannerz.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-bayi-berat-lahir.html.
Yongki putra. Asuhan Keperawatan Bayi Dengan BBLR. 28 Oktober 2013 di 01:39.
http://yongke-putra.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-bayi-dengan-bblr.html