Sunteți pe pagina 1din 18

ENERGI DAN LINGKUNGAN & KAITAN ENERGI

DAN LINGKUNGAN TERHADAP PEMANASAN


GLOBAL

DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1

NAMA : RIZKI ARIA PUTRI (061740411849)

VALENCIA TARA SITUMORANG (061740411852)

KELAS : 4EGD

DOSEN : IDA FEBRIANA , S.Si, M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Energi dan Lingkungan Hidup adalah dua hal yang saling berkaitan. Dimana
keterkaitan ini menjadi suatu kunci untuk kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini.
Bagaimana energi yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan hidup serta bagaimana
lingkungan hidup dapat menghasilkan energi yang baik yang nantinya dapat berguna
untuk kehidupan kita sehari-hari.

Energi merupakan suatu kekuatan atau tenaga yang dihasilkan untuk


mempermudah kinerja bukan waktu yang mana energi selalu dibutuhkan oleh setiap
makhluk hidup untuk membantu kinerjanya untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan Lingkungan Hidup merupakan suatu lingkup lingkungan yang


didalamnya terdapat makhluk hidup maupun makhluk tidak hidup yang berasal dari alam.
Lingkungan hidup menjadi tempat berkembangnya para makhluk hidup dan manusia
sebagai makhluk hidup yang paling unggul memnafaatkan lingkungan hidup sebagai
tempat mencari berbagai kebutuhan manusia sendiri.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan energi dan lingkungan?
2) Apa saja kaitan energi dan lingkungan terhadap pemanasan global?

3. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan energi dan lingkungan
2) Mengetahui kaitan energi dan lingkungan terhadap pemanasan global
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Energi Dan Lingkungan


Ketika kita menghubungkan antara energi dan lingkungan hidup maka kita dapat
memanfaatkan dua hal tersebut untuk membantu kita mendapatkan manfaat dari
lingkungan dan energi yang ada. Sebagai contoh kita sebagai makhluk hidup yang
konsumtif dan ketergantungan dengan yang namanya energi dan lingkungan
memanfaatkan mata air untuk minum.

Energi yang disebutkan diatas adalah energi yang berasal dari alam. Jika kita
menggunakannya dengan benar dan bijaksana maka kelangsungan lingkungan hidup di
sekitar kita juga dapat terjaga dengan baik.

Untuk itu antara energi dan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan untuk
kepentingan masing-masing. Dua hal ini harus saling keterkaitan dan kita sebagai
manusia, harus menjaga kedua keterkaitan tersebut agar ekosistem di bumi ini dapat
terjaga dengan baik.

1. Energi
Energi sangat dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan. Menurut
goldemberg dan lucon (2010), “energy may be defined as then capacity to
produce work.work,in turn, is the result of the action of a force on the
displacement of a body”. Berdasarkan kutipan ini dapat kita ketahui bahwa energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Oleh karena itu, energi
setara dengan usaha,satuannya pun sama dengan usaha. Dalam sistem satuan
internasional,satuan energi adalah joule (J). Satuan energi lainnya adalah
erg,kalori, dan kWh (kilowatt hours). Satuan kWh adalah satuan yang lebih besar
biasanya digunakan untuk menyatakan besar energi listrik,sedangkan satuan kalori
biasanya digunakan untuk energi kimia.

Macam- Macam Energi :

1. Energi Konvensional

Sumber energi konvensional merupakan sumber energi yang belum


ditersentuh oleh teknologi yang ada atau belum diubah menjadi energi yang praktis,
energi ini merupakan energi dalam bumi yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat di
perbaruhi lagi. Sumber energi ini cepat atau lambat akan habis dan berbahaya bagi
lingkungan. Disebutkan bahwa energi ini tidak dapat diperbaruhi maksudnya adalah
energi ini tidak dapat di regenerasi dalam waktu yang singkat. Lalu berbahaya bagi
lingkungan karena menimbulkan polusi udara,air dan tanah yang berdampak pada
kelangsungan makluk hidup. Indonesia sendiri memiliki sumber energi konvensional
berupa, dalam bentuk cairan (minyak), gas (gas alam) dan padat (batubara dan
uranium). Saat ini ketersedian sumber energi konvesional berupa minyak sudah
terbatas, gas alam yang cukup dan batubara yang masih sangat melimpah.

2. Energi Non-Konvensional

Sumber energi non konvensional jelas sekali berbeda dengan energi


konvensional, energi nonkonvensional sendiri merupakan energi yang dapat
diperbarui dalam waktu singkat atau secara umum dikenal sebagai sumber energi
yang dapat dengan cepat diperbaruhi secara alami. Selain waktu regenerasinya juga
pada energi konvensional tidak tersentuh oleh teknologi sedangkan pada energi non
konvensional melalui teknologi contohnya pembuatan aki, baterai, solar cell dan
sejenisnya. Memang pada dasarnya energi non-konvensional merupakan energi yang
berasal dari alam, hanya saja energi ini diolah kembali sehingga menjadi energi yang
lebih praktis dan siap digunakan. Beberapa alternatif pengembangan sumber energi
non-konvensional yang tujuannya digunakan untuk mengganti sumber energi
konvensional.

1. Energi matahari

Cahaya matahari dapat diubah menjadi energi listrik dengan cara


menangkap cahaya matahari dengan beribu-ribu fotosel

2. Energi Panas Bumi

Panas bumi yang pada daerah pegunungan merupakan panas yang


bersumber dari magma. Bila didekat magma akan terdapat cadangan air, maka air
itu akan panas dan menjadi sumber air panas

3. Energi Angin

Energi ini dapat menjadi energi listrik dengan menggunakan kincir angin
yang dihubungkan ke generator listrik

Konvensional berdampak buruk bagi udara, air dan tanah sedangkan


energi non-konvensional dibuat agar ramah terhadap lingkungan.

a). Tenaga Listrik

Salah satu bentuk energi sebagai sumber cahaya ialah energi listrik. Energi
listrik adalah energi utama yang dibutuhkan oleh peralatan listrik,di mana energi ini
tersimpan dalam arus listrik satuan amper (A), dan tegangan listrik dengan satuan volt
(v) dengan ketentuan kebutuhan konsumsi daya listrik satuan Watt (w).

Energi listrik banyak digunakan untuk lampu penerangan,memanaskan dan


menghangatkan makanan. Selain itu energi listrik juga digunakan untuk
menggerakkan peralatan mekanik untuk menghasilkan bentuk energi yang lain.
Energi listrik yang di hasilkan bisa dari berbagai sumber seperti batu bara, minyak,
matahari, panas bumi, angin, gelombang dan nuklir. Berikut adalah penjelasan
mengenai sumber energi listik yang biasa kita manfaatkan sehari-hari:

1. Minyak

Diesel menggunakan minyak sebagai bahan bakar untuk menghasilkan tenaga


listrik. Minyak dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia karena kaya akan dengan
sumber daya. Generator diesel atau genset banyak digunakan di Indonesia yang masih
kekurangan akan pasokan listrik, terutama di daerah-daerah. Minyak adalah salah satu
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui mengingat butuh jutaan tahun untuk
memprosesnya, alternative lainnya adalah mencari alternative energi lain.

2. Angin

Angin adalah salah satu sumber energi listrik yang didapatkan secara gratis,
namun dalam perakteknya kita memerlukan pembangkit listrik/ turbin yang cukup
besar untuk dapat energi dari angin tersebut. Pembangkit ini memerlukan tempat yang
lapang dan memiliki kualitas angin yang kencang. Energi angin banyak di manfaatkan
didaerah pegununggan.

3. Matahari

Energi matahari adalah energi terbaharukan yang sangat di manfaatkan


sebagai pengganti energi minyak. Energi matahari menggunakan panel surya sebagai
media. Energi matahari sangat tidak terbatas, namun butuh biaya yang cukup besar
untuk membangun reaktornya. Energi ini tidak bias digunakan ketika cuaca sedang
mendung= atau berawan.

4. Gelombang

Energi ini memanfaatkan gelombang laut atau ombak yang ada di laut untuk
menghasilkan energy listrik. Energy ini sangat baik untuk lingkungan karena tidak
menimbulkan polusi. Hal yang dibutuhkan untuk mengambil energi ini adalah sebuah
reactor. Energi yang di hasilkan tergantung kekuatan ombak, energi ini hampir sama
dengan energi angin.

5. Nuklir

Nuklir merupakan salah satu sumber energi yang maha dasyat. Selain sebagai
pembangkit listrik nuklir juga digunakan pada senjata-senjata modern saat ini. Hal
baik pada energy nuklir adalah dengan menggunakan sedikit bahan dapat dapat
menghasilkan energy yang cukup besar. Kelemahan nuklir adalah tidak boleh terjadi
kesalahan atau kecelakaan kerja karena bias menjad bencana yang cukup besar.
Nuklir harus ditangani oleh orang-orang yang sudah mempunyai kualifikasi
dibidangnya. Perlu perhatian lebih jika suatu Negara ingin menggunakan energi
tersebut.

6. Batu Bara

Batu baru sangat mudah di temukan, banyak sekali Negara penghasil batu bara
yang akhirnya memanfaatkannya sebagai energy listrik. Batu bara sebenarnya sangat
tidak ramah lingkungan, mengingat asap yang dihasilkan pada saat proses ini sangat
berbahaya bagi kesehataan ozon dan lingkungan disekitarnya.

pembangkit energi listrik ini mengkonsumsi energi primer untuk selanjutnya


ditransformasikan menjadi energi final (listrik) yang antara lain dikonsumsi oleh
sektor industri dan rumah tangga serta komersial. Diversifikasi energi di sektor ini
cukup baik. BBM berkontribusi sebesar 26,2% dari pasokan energi primer; batubara
mendominasi dengan 40,4%, sedangkan sisanya disumbang oleh tenaga air (13,3%),
gas alam (11,2%), panas bumi (8,9%), dan biomassa (0,02%) [Ariati, 2008].
Maksimalisasi gas alam, tenaga panas bumi, dan biomassa (BBN dan limbah/sampah
organik) akan semakin menurunkan peran BBM dalam pembangkitan listrik; yang
berdampak pula pada penurunan emisi GRK.

Peningkatan efisiensi pada pembangkit listrik bisa dilakukan, salah satunya


melalui penerapan siklus kombinasi (combined cycle) antara PLTU (Pembangkit
Listrik Tenaga Uap) dan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas). Pemanfaatan gas
buang dari PLTG yang masih memiliki temperatur tinggi untuk menguapkan air di
siklus PLTU akan menghasilkan efisiensi siklus gabungan yang sangat tinggi. Opsi
lain untuk maksimalisasi energi PLTG adalah melaui kombinasi dengan siklus
refrigerasi absorbsi. Teknik semacam ini telah diterapkan di Shinjuku Jepang; dari
satu sumber energi (gas alam) dihasilkanlah listrik, air panas, dan air dingin untuk
refrigerasi (pendingin dan pengkondisian udara).

b). Energi Transportasi

Minyak Bumi merupakan sumber energi fosil yang dimanfaatkan sebagai


bahan baku kilang di dalam negeri dan untuk diekspor sebagai sumber devisa. Hasil
kilang adalah BBM yang antara lain terdiri atas premium, minyak tanah, minyak solar
(ADO), minyak diesel, dan minyak bakar yang dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi pada sektor pembangkit listrik, transportasi, industri, dan rumah
tangga.

Untuk Bahan Bakar Minyak pada sektor transportasi, pemakaian jenis BBM
yang terbesar adalah Minyak Diesel. sehingga program diversifikasi energi pada
sektor transportasi diharapkan dapat dioptimalkan untuk mengurangi beban energy
dan ketersediaan Minyak Diesel melalui pemanfaatan biodiesel. Pemanfaatan
biodiesel tersebut akan lebih diutamakan untuk sektor transportasi, walaupun
pemakaian biodiesel untuk sektor pembangkit listrik dan industri juga tidak diabaikan.
Sejak tahun 2000 biodiesel dari kelapa sawit sudah dipergunakan sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor seperti kendaraan dinas dan traktor di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan dan terbukti tidak mempunyai masalah baik pada mesin maupun pada
kinerjanya. Secara teknis pilihan biodiesel dari kelapa sawit sebagai bahan bakar
untuk sektor transportasi tidak mengalami kendala mengingat biodiesel mempunyai
karakteristik yang sama dengan diesel, sehingga pemanfaatan biodiesel juga dapat
sebagai bahan bakar penunjang diesel di sektor pembangkit listrik asalkan secara
ekonomi bisa bersaing dengan diesel.

Dari segi dampak lingkungan, biodiesel juga diketahui relatif bersih dari emisi
bahan pencemar. Pemanfaatan biodiesel diharapkan bukan saja dapat mengurangi
besarnya kebutuhan diesel yang dapat berdampak terhadap berkurangnya beban
pemerintah atas subsidi, tetapi juga dapat mendukung program pemanfaatan energi
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Peluang pemanfaatan biodiesel
sebagai sumber energi di masa datang akan dianalisis berdasarkan proyeksi kebutuhan
energi dan memproyeksikan kebutuhan biodiesel termasuk biaya pokok dari biodiesel
di Indonesia di masa datang. Berdasarkan hasil tersebut dapat dianalisis kebutuhan
luas perkebunan kelapa sawit serta produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO)
sebagai bahan baku biodiesel di masa datang.

Crude Palm Oil (CPO) yang diolah menjadi biodiesel dirasakan belum cukup
memadai untuk memenuhi permintaan energy. Olehnya itu dalam memenuhi
permintaan energi tersebut, pemerintah mencoba mengoptimalkan pohon jarak pagar
(Jatropha curcas) sebagai program nasional yang dapat diolah menjadi biodiesel.
Tanaman jarak pagar ini akan diproduksi oleh petani di pedesaan tidak hanya untuk
memenhui persediaan energy tapi diharapkan juga mampu menampung pengangguran
dan mengurangi kemiskinan dan menjadi energy yang bebas polutan.

c). Energi Sebagai Komoditas

energi juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangan atau


diekspor,sehingga dapat berperan pula sebagai sumber devisa dan penerimaan negara
yang penting. Dengan kata lain,potensial energi sebagai komoditas berperan dalam
menambah devisa nasional.

Pembangunan energi sebagai komoditas telah banyak dikembangkan. Salah


satunya yang terlihat pada gambar diatas. Pembangunan energi didukung dengan
sumber energi yang potensial,baik sumber energi konvensional maupun yang non
konvensional. Namun dalam pengembangannya tetap berpegang pada prinsip
menguntungkan secara ekonomis,layak secara teknis, diterima secara sosial budaya,
dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup serta terjangkau oleh daya beli
masyarakat luas.

2. Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah,air,energi surya,mineral,serta flora dan fauna yang
tumbuh yang diatas tanah maupun di dalam lautan,dan hubungannya dengan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala
yang tidak bernyawa seperti tanah,udara,air,iklim,kelembaban,cahaya,bunyi. Sedangkan
komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,hewan,manusia
dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu
lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.

a). Pengolahan Limbah Industri

limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Bila ditinjau secara kimiawi,limbag terdiri dari
senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu,kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia,sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah. Limbah banyak terdapat didaerah pemukiman penduduk.

Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Pabrik yang telah


mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah menghasilkan limbah yang tidak
perlu diolah lagi. Sebagai contoh sebuah pabrik di Cheshire, Ohio seperti yang
ditunjukkan pada gambar di atas . Selain itu, buangan pabrik berbeda satu dengan yang
lain. Perbedaan ini menyangkut perbedaan bahan baku dan perbedaan proses. Meskipun
pabrik sama sama mengeluarkan limbah air namun terdapat senyawa kimia yang berbeda.
Dengan banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak
pula sistem pengolahan dengan berbagai tingkatan proses juga. Limbah memerlukan
penanganan awal hingga pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan
menentukan pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan menentukan
pengolahan kedua,ketiga,dan seterusnya. Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan
akan mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan
limbah seharusnya sudah diketahui sebelumnya.

Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan lingkungan juga


harus ditetapkan. Sebagai contoh, terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2mg/liter,
phosphat 30mg/liter dan seterusnya. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter didalam
maka dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Jika telah
ditetapkan metode pengolahan dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah
menentukan samapi tingkat mana penghilangan atau pengurangan senyawa pencemarnya.
Penetapan efisiensi peralatan,dan standar buangan yang diinginkan akan mempengaruhi
ketelitian alat,volume air limbah,sistem pemipaan,pemasangan pipa, pilihan bahan kimia
dan lain-lain. Dalam mendesain peralatn,variabel tersebut harus dapat dihitung secara
tepat. Belum ada suatu jaminan bahwa satu unit peralatan dapat mengendalikan limbah
sesuai dengan yang dikehendaki, sebab didalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai
macam kegiatan mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir.

Di bawah ditunjukkan skema limbah dimana industri akan menghasilkan limbah


sebagai bahan buangan. Kemudian limbah yang beracun dan berbahaya harus diolah
terlebih dahulu. Pengolahan ini dapat berupa daur ulang sehingga mengasilkan produk
lain. Bila sudah cukup aman,limbah baru dikeluarkan (pembuangan).

Pengolahan limbah industri:


B. Keterkaitan Energi dan Lingkungan Terhadap Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18
°C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,
termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario
berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada
periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus
berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah
stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Proses terjadinya pemanasan global


Ketika sinar matahari memasuki atmosfir bumi, sinar matahari tersebut harus
melalui lapisan gas rumah kaca. Setelah mencapai seluruh permukaan bumi, tumbuhan,
tanah, air, dan komponen ekosistem lainnya menyerap energi dari sinar matahari tersebut.
Sisanya akan dipantulkan kembali ke atmosfir. Sebagian energi dikembalikan ke angkasa,
tetapi sebagian lagi terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfir dan dikembalikan ke
bumi sehingga dikenal dengan nama efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah
kaca dapat mengakibatkan mencairnya bongkah-bongkah es di kutub. Bila dibiarkan
terus-menerus permukaan air laut akan naik yang menyebabkan tenggelamnya pulau-
pulau kecil dan daerah tepi pantai.

Dari efek rumah kaca tersebut juga terjadinya penipisan lapisan ozon.Penipisan lapisan ozon
tidak disebabkan oleh waktu, namun disebabkan oleh berbagai gas yang bisa menyebabkan
penipisan pada lapsan ozon tersebut. Beberapa gas yang menyebabkan terjadinya penipisan
lapisan ozon antara lain:

 Chlorofluorocarbon atau CFC


 Halons
 Karbon tetraklorida
 Bromida
 Senyawa klorin yang mengandung metil kloroform, dan lain sebagainya yang
melepaskan klorin atau bromin ketika pecah.

Penyebab terjadinya Pemanasan Global


Pemansan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan
gas rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan
manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama
adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak
bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan
disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak
lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi
sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan,
asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak
panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2,
kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa
setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan
itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler.
Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal
dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan
sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu,
jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air,
khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan
keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan
emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus
hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.

Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat ilustrasi dibawah ini


Penyebab efek rumah kaca terjadi yaitu karena penggunaan kendaraan yang kurang bijaksana
yang mengakibatkan polusi udara semakin meningkat secara drastis, menimbulkan karbon
dioksida yang berlebihan sehingga cahaya matahari yang masuk ke bumi dan dipantulkan lagi
tidak dapat menembus atmosfer bumi karena terhalang oleh karbon dioksida yang
ditimbulkan dari polusi udara tersebut sehingga akan terasa lebih hangat.
Kenaikan suhu bumi ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim bumi. Beberapa tahun
terakhir ini bumi mengalami musim kemarau yang lebih panjang dari musim hujan. Namun
ketika musim hujan tiba, intensitas curah hujan semakin tinggi dan terjadi banjir di beberapa
daerah nusantara.

Dampak pemanasan global


Di bawah ini adalah beberapa dampak dari pemanasan global:
a. Kekeringan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ahli iklim Inggris menemukan
bahwa pemanasan global akan mengakibatkan kekeringan besar dalam 100 tahun ke
depan. Skala kekeringan begitu besar hingga mencakup setengah dari total lahan yang
kita miliki saat ini. Palmer Drought Severity Index (PDSI) menyatakan bahwa
persentase global daerah kering telah meningkat sebesar 1,74% antara tahun 1950 dan
2008. Kekeringan tentu saja akan memicu kegagalan panen yang akan berdampak
fatal bagi populasi dunia.

b. Wabah
Menyebabkan lonjakan epidemi sejumlah penyakit. Berbagai virus umumnya
tidak dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Namun, dengan kenaikan suhu akibat
perubahan iklim, virus yang tadinya hanya mampu berkembang dalam iklim tropis
kemudian menyebar ke daerah lain. Korea Institite of Health and Social Affairs
(KIHASA) menyatakan bahwa “Dalam kasus ekstrim, 1 derajat kenaikan suhu akan
mengakibatkan kenaikan 6 persen dalam penyebaran penyakit.

c. Banjir
Pemanasan global yang mampu memicu banjir tampaknya berlawanan dengan
logika. Namun kenyataannya perubahan iklim menyebabkan perubahan pola cuaca di
seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir kita telah melihat fenomena banjir besar
yang menimpa berbagai belahan dunia. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) memperingatkan bahwa frekuensi banjir bandang akan meningkat dalam abad
ini.

d. Pencairan es di kutub
Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di Kutub Utara dan daerah
Antartika (Kutub Selatan).Suhu di daerah ini telah meningkat sekitar dua sampai tiga
kali lipat. Es di kutub memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
lingkungan. Jika es mencair, pulau-pulau yang berada di bawah permukaan laut akan
terancam bahaya. Kota-kota seperti Shanghai dan negara kepulauan Maladewa adalah
beberapa tempat yang akan terpapar risiko tertinggi dalam skenario seperti itu.
Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, hal
ini menyebabkan volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga mengakibatkan mencairnya es di kutub, terutama sekitar Greenland.
Perubahan tinggi permukaan laut akan sangat berpengaruh pada kehidupan di
daerah pantai. Beberapa daerah akan tenggelam. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit
pasir akan meningkat. Bahkan sedikit saja kenaikan permukaan laut akan sangat
berpengaruh pada ekosistem pantai, contohnya akan menenggelamkan separuh rawa-
rawa pantai.

e. Kabut asap (smog)


Peningkatan suhu akibat pemanasan global akan membuat konsentrasi kabut asap
di atmosfer mengalami peningkatan. Peningkatan kabut asap pada akhirnya akan
menyebabkan penyakit dan kematian.Kabut asap juga mengintensifkan gelombang
panas yang tentu saja dapat berdampak buruk bagi kehidupan.

f. Kebakaran hutan
Selama dekade terakhir ini, banyak penelitian telah dilakukan untuk memastikan
apakah pemanasan global menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas
kebakaran hutan. Kebakaran hutan menyebabkan kerusakan ekosistem dan
infrastruktur. Akibat kebakaran hutan, jumlah pelepasan karbon dioksida yang
merupakan gas rumah kaca juga akan meningkat yang pada akhirnya memperparah
pemanasan global (global warming).

g. Iklim Mulai Tidak Stabil


Telah diperkirakan oleh para ilmuwan, daerah bagian utara dari belahan Bumi
Utara akan memanas lebih dari daerah-daerah lainnya di Bumi. Hal ini berakibat akan
mencairnya gunung-gunung es dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang
terapung di perairan tersebut. . Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin
dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata,
sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang
dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

h. Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan
yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.

Contoh Dari Penyebab dan Dampak Global Warming.

1. Penyebab global warming: Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar
fosil pembangkit listrik.
Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari pembangkit listrik
berbahan bakar batubara batubara yang melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke
atmosfer. 40% emisi CO2 dihasilkan oleh produksi listrik AS, dan 93 persen diantaranya
berasal dari emisi pembakaran batubara pada industri utilitas. Setiap hari, pasar semakin
banyak dibanjiri gadget penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak
didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan semakintergantung pada
pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan listrik di seluruh dunia.
2. Penyebab Global Warming: Emisi karbon dioksida dari pembakaran bensin pada
kendaraan.
Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33% yang berdampak
terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang tumbuh pada
tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan meningkatkan permintaan akan kendaraan
yang lebih banyak lagi, yang berarti penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan
pabrik yang semakin besar. Konsumsi terhadap bahan bakar fosil jauh melampaui
penemuan terhadap cara untuk mengurangi dampak emisi. Sudah saatnya kita
meninggalkan budaya konsumtif.

3. Penyebab Global Warming: Emisi metana dari peternakan dan dasar laut Kutub
Utara.
Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat setelah CO2. Bila bahan organik
diurai oleh bakteri pada kondisi kekurangan oksigen (dekomposisi anaerobik) maka
metana akan dihasilkan. Proses ini juga terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan
meningkatnya jumlah produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke
atmosfer akan meningkat. Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, suatu senyawa
yang mengandung sejumlah besar metana yang terperangkap dalam struktur bongkahan
es. Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka tingkat pemanasan global
akan meningkat secara signifikan.
3. Penyebab Global Warming: Deforestasi, terutama hutan tropis untuk kayu,
pulp, dan lahan pertanian.
Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah satu
penyebab deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan kertas semakin
meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat untuk pemasok daging
dan susu, dan penggunaan lahan hutan tropis untuk komoditas seperti perkebunan
kelapa sawit menjadi penyebab utama terhadap deforestasi dunia. Penebangan hutan
akan mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir.

4. Penyebab Global Warming: Peningkatan penggunaan pupuk kimia pada lahan


pertanian.
Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia (yang sebelumnya
penggunaan pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis. Tingginya tingkat
penggunaan pupuk yang kaya nitrogen memiliki efek pada penyimpanan panas dari
lahan pertanian (oksida nitrogen memiliki kapasitas 300 kali lebih panas- per unit
volume dari karbon dioksida) dan kelebihan limpasan pupuk menciptakan 'zona-mati
'di laut. Selain efek ini, tingkat nitrat yang tinggi dalam air tanah karena pemupukan
yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan manusia yang cukup memprihatinkan.
6. Dampak Global Warming: Kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia.
Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia karena
mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland, terutama di pantai timur
AS. Namun, banyak negara di seluruh dunia akan mengalami dampak naiknya permukaan
air laut, yang bisa memaksa jutaan orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa
adalah salah satu negara yang perlu mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut

7. Dampak Global Warming : Korban akibat topan badai yang semakin meningkat.
Tingkat keparahan badai seperti angin topan dan badai semakin meningkat, dan penelitian
yang dipublikasikan dalam Nature mengatakan:
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara signifikan
akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh dunia. Kecepatan
angin maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara signifikan sejak tahun
1981.Hal tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air laut yang semakin meningkat,
tidak mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat. "
8. Dampak Global Warming: Gagal panen besar-besaran.
Menurut penelitian terbaru, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia harus memilih untuk
pindah ke wilayah beriklim sedang karena kemungkinan adanya ancaman kelaparan
akibat perubahan iklim dalam 100 tahun.
"Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air.
"Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan,
mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal
ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan."
Menurut Guardian,…pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.

9. Dampak global warming: Kepunahan sejumlah besar spesies.


Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Nature, peningkatan suhu dapat
menyebabkan kepunahan lebih dari satu juta spesies. Dan karena kita tidak bisa hidup
sendirian tanpa ragam populasi spesies di Bumi, ini akan membawa dampak buruk bagi
manusia.
"Perubahan iklim sekarang ini setidaknya sama besarnya dengan ancaman terhadap
jumlah spesies yang masih hidup di Bumi akibat penghancuran dan perubahan habitat."
Demikian pendapat Chris Thomas, konservasi biologi dari University of Leeds.
10. Dampak global warming: Hilangnya terumbu karang.
Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan bahwa dalam skenario
terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun 2100 karena suhu dan keasaman laut
meningkat. 'Pemutihan' karang akibat kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat
berbahaya bagi ekosistem laut, dan banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada
terumbu karang untuk kelangsungan hidup mereka.
"Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata
hampir 4 km - ada indikasi bahwa hal ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang,
pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan
upaya yang besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.

Dampak positif dari pemanasan global :

1. Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada
posisi lintang tengah.

2. Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan
benar.

3. Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang


relatif kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.

4. Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang
tengah dan lintang tinggi.

5. Pengurangan permintaan energi untuk pemanas ruangan akibat suhu udara


pada musim dingin tidak terlalu dingin.
Pada ringkasan tulisan penelitian yang dimuat dalam publikasi jurnal Proceedings of
the National Academy of Sciences baru-baru ini, dikatakan bahwa menghangatnya
iklim telah merangsang penangkapan juga penyimpanan karbondioksida pada bagian
tanaman dalam jumlah lebih besar. Menurut para peneliti, makin banyaknya karbon
yang terserap saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis itu disebabkan lebih
banyak nitrogen yang memungkinkan untuk dapat dibuat dalam kondisi suhu tanah
hangat.

S-ar putea să vă placă și