Sunteți pe pagina 1din 5

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN KEMARAHAN

A. PENGERTIAN
Kemarahan (anger ) adalah suatu emosi yang terentang mulai dari iritabilitas
sampai agretivitas yang dialami oleh semua orang. Biasanya, kemarahan adalah reaksi
terhadap stimulus yang tidak menyenangkan atau mengancam (widya Kusuma,
199;2423), kemarahan menurut stuart dan sunden (1987:363) adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap respon kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman (Budi ana Keliat, 1996;5).

B. Peran Perawat pada klien Marah


1. Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua aspek, yaitu
biopsikososial-kultural-spiritual.
a. Aspek Biologi
Aspek fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhi kardi,
wajah merah, pupil melebar, dan frekuensi pengeluaran urine meningkat. Ada
gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatkan kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek
cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyama, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati,
menyalah gunakan dan menuntut. Prilaku menarik perhatian, dan timbulnya
konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah,
mencuri, menimbulkan kebakaran dan penyimpangan seksual.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar penalaman kehidupan individu didapatkan melalui
prosesintelektual.Peran pansa indrasangat penting untuk beradaptasi pada
lingkungan yang selanjutnya diolah dengan proses intelektual sebagai suatu
pengalaman.
d. Aspek social
Meliputi interaksi social,budsys,konsep rasa percaya dan
ketergantungan.Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang
lain.dan menimbulkan penolakan dari orang lain. Sebagian klien menyalurkan
kemarahan dengan nilaidan mengkritik tingkah laku orang lain,sehingga orang
lain merasa sakit hati.Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri
menjauhkan diri dari orang lain
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah
individu. Aspek trrsebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan
hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Individu yang percaya kepada tuhan Yang Maha Esa,slalu meminta kebutuhan
dan bimbingan kepadaNya.

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan:
1. Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain, sehubungan
dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima , dimanifestasikan
dengan marah disertai suara keras pada orang sekitar.
2. Gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah terhadap dan
pelayanan yang diterimanya yang dimanifestasikan dengan menghina atau
menyalahkan perawat, seperti, “ anda seharusnya disini sejak satu jam yang
lalu”.
3. Penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu
mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan mengucapkan kata-
kata kasar berlebihan.

3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan


a. Kesadaran Diri Perawat
Perawat sering menganggap bahwa klien merupakan sumber masalah baginya
bila klien marah. Bagi perawat yang mempunyai pengetahuan tentang kemarahan akan
dapat membantu klien untuk mngatasi kemarahan.
b. Batasan ungkapan marah
Loomis (1970), dikutipkan dari Stuart dan Sundeen (1987:579) menetapkan 3 batasan
ungkapan marah;
1. Menyatakan harapan pada klien dengan cara yang positif
2. Membantu klien menggali alasan dan maksud tingkah laku klien
3. Bersama klien menetapkan alternative cara mengungkapkan marah
c. Control terhadap kekerasan
Perawat perlu mengembangkan kemampuannya mengatasi tingkah laku klien
yang tidak terkontrol. Dengan empati dan pengamatan yang cermat dan tingkah laku
klien, perawat dapat mengantisipasi ledakan kemarahan klien.
1. Aspek Biologi
Memberikan cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang
konstruktif melalui aktivitas fisik, seperti; lari pagi, angkat berat, dan aktivitas yang
lain yang membantu relaksasi otot seperti olah raga. Dirumah sakit dapat
dimodifikasi dengan mobilitas baik pasif maupun aktif misalnya dengan jalan-jalan
ditaman, latihan pergerakan tungkai, mendorong kursi roda.
2. Aspek Emosional
Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya
dengan menyatakan seperti “Bapak tidak tenang atau ibu marah”. Ini membantu
klien mengenal kemarahannya.
3. Aspek Intelektual
Ketika seseorag tiba-tiba marah, ia perlu diarahkan pada batas orientasi
“kini dan disini”, pada situasi seperti ini perawat dapat;
1. Menghadapi intensitas kemarahan klien
2. Mendorong ungkapan rasa marah klien
3. Membuat kontak fisik dengan klien
4. Menyertakan klen dalam kelompok
5. Memeriksa keadaan fisik klien
6. Kalau perlu menjaga jarak untuk melindungi diri
7. Memberikan laporan pada perawat yang dinas berikutnya.
4. Aspek Sosial
Bermain peran memungkinkan klien mengeksplorasi perasaan marah
dengan melakukan;
1. Mengkaji pengalaman marah masa lalu
2. Bermain peran dalam mengungkapkan marah
3. Mengembangkan cara pengungkapkan marah yang konstruktif
4. Mempelajari cara mengintegrasikan pengalaman
5. Membagi perasaan dengan anggota kelompok bermain’
5. Aspek Spiritual
Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena yakin
bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan, maka perawat menberi
dorongan agar klien mengungkapkan perasaannya atau memanggil pemimpin
agama bila perawat merasa tidak adekuat.
4. Evaluasi
Evaluasi pada klien marah harus berdasarkan observasi perubahan tingkat
laku dan respon subjektif klien. Maynard dan Vhitty, 1979 (dikutip dari Stuart dan
Sundeen, 1987;582) mengajukan beberapa pertanyaan pada evaluasi:
1. Bagaimana perasaan tentang pengalamannya?
2. Bagaimana respon orang lain terhadapnya?
3. Apakah ada kesempatan konfrontasi dengannya?
5. Respon Perawat Terhadap Kemarahan Klien
Respon perawat terhadap kasus seperti ini umumnya dipengaruhi latar
belakang social budaya. Perawat dengan pengalaman yang memiliki kasus serupa
dengan keluarganyadapat menimbulkan dendam akibat trauma yang dialaminya atau
malah tidak memperhatikan kebutuhan klien.
7. Respon perawat terhadap keluarga
Perawat dapat juga memberi respon sama terhadapkeluarga seperti terhadap klien,
beberapa hal perlu dikaji:
1. Warisan keluarga dari generasi kegenarasi
2. Pola hubungan keuarga yang memudahkan klien berprilaku menyimpang
3. Kurannya perhatian dan pendidikan keluarga
4. Terlalu overprotektif

S-ar putea să vă placă și