Sunteți pe pagina 1din 9

JURNAL HUTAN LESTARI (2017)

Vol. 5 (3) : 644 - 652

IDENTIFIKASI MORFOLOGI SERANGGA BERPOTENSI SEBAGAI HAMA


DAN TINGKAT KERUSAKAN PADA BIBIT MERANTI MERAH (Shorea
leprosula)
DI PERSEMAIAN PT. SARI BUMI KUSUMA
(The Identification of The Morphology of Insects That Have Potential as Pests and The
Level of Damage on Red Timber Tree (Shorea Leprosula) seedings in PT. Sari Bumi
Kusuma)

Abi, H. Oramahi, Reine Suci Wulandari


Forestry Faculty of Tanjungpura University, Imam Bonjol Street, Pontianak 78124
Email: abieabraham@rocketmail.com

Abstract
The development of plantations frequently faces technical obstacles, such as the the threat of insect
pests. Therefore, pest control is very essential to support the success of development. The
investigation is aimed to identify and toget the types of insects that have potential as pests and the
level of damage to red timber seed (Shorea Lepsrosula Mig). The study was conducted for 3
months, starting from August to October in the seedbed of PT. Sari Bumi Kusuma, West
Kalimantan. The research was conducted through survey on bedside observation. The
determination of the beds was employed by purposive sampling i.e the first bed was +6 months old,
the second bed was +11 months old, the third bed was +4 months and the fourth bed was +10
months old. The total number of plants observed was 1957 plants. The identification resulted in
types of insect pests; 2 orders consisting of 5 families and 5 types of pest insects namely Gryllus
mitratus (Cricket), Valanga nigricornis (Grasshoper), Lymantria marginalis (Caterpillar),
Spodoptera litura (Taro caterpillar), Pteroma plagiophlps (Bagworm). The symptoms of pest-
attacked plants are hollowed leaves, bite marks ranging from the leaf edge to the leaf bone and
there is a truncated stem part of the plant. The percentage of plants affected by pest attacks ranged
between 10.19% - 56.15% with the average percentage of 23.93% for crop damage categorized as
light. The average damage rate ranged from 4.44% to 27.12%. The average rate of crop damage
was 10.95% categorized as light damage. Although the level of damage is considered mild but
controlling and handling efforts need to be performed in the form of pest eradication that is both
mechanically and chemically conducted.
Keywords: Morphology Identification, Pest insect, Seeding, Shorea leprosula

PENDAHULUAN peningkatan intensitas kerusakan (Wahyuni


Jenis kayu komersil dari keluarga dan Indriyanti, 2015).
Dipterokarpa merupakan kelompok jenis Jenis tanaman di areal persemain PT.
pohon penghasil kayu yang telah menjadi Sari Bumi Kusuma terdiri dari meranti,
komoditi penting dan primadona hasil hutan. durian, karet, kemiri, belian, gaharu,
Hingga kini sumber kayu komersil kelampai, sungkai, dan lain sebagainya.
Dipterokarpa masih mengandalkan dari Meranti merah sebagai salah satu jenis kayu
hutan alam, yang saat ini terus mengalami primadona dari hutan tropika ini mulai sulit

644
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

dicari di pasaran, eksploitasi terhadap jenis METODE PENELITIAN


ini dimasa ekspor log maupun dimasa kini Penelitian ini dilakukan di PT. Sari
begitu besar sejalan dengan kebutuhan kayu Bumi Kusuma Kalimantan Barat Camp
konstruksi yang meningkat. Oleh karena Tontang, Kabupaten Sintang pada Agustus
jenis tanaman meranti sangat banyak sampai dengan Oktober 2016. Alat yang
diminati dipasaran PT. Sari Bumi Kesuma digunakan dalam penelitian ini adalah buku
mengengembangkan jenis tanaman ini Kunci Determinasi Serangga, pinset,
dengan jumlah yang cukup besar. kantong plastik, jaring serangga, perangkap
Pengembangan jenis ini dilakukan dengan serangga, termometer, higrometer, kamera
sistem cabutan yang di ambil dari dan alat tulis. Adapun bahan yang
alam,selain itu juga dilakukan dengan stek digunakan dalam penelitian ini adalah bibit
pucuk yang diambil dari kebun pangkas. tanaman meranti merah (Shorea leprosula
Beberapa jenis tanaman yang ada di Mig.) yang berumur 4-11bulan, serangga
areal persemain tersebut mendapat dan alkohol 70 %.
gangguan hama yang dapat merusak Penelitian dilakukan dengan metode
tanaman. Kerusakan tanaman dapat survei pada bedeng pengamatan yang terdiri
disebabkan oleh beberapa hama seperti dari 1957 tanaman meranti merah.
belalang, ulat kantong, uret, dan ulat grayak. Parameter yang diamati adalah jenis
Menurut Surachman dkk. (2014) jenis serangga hama yang menyerang tanaman
serangga hama yang menyerang bibit dan bentuk kerusakan yang tampak pada
tanaman jabon, sengon laut, dan kayu afrika tanaman yang terserang. Pengamatan
adalah Daphnis hypothous, belalang, dilakukan terhadap bibit yang berumur 4-11
ngengat, kepik pengisap, ulat kantong, ulat bulan pada bedeng persemaian. Jumlah
daun, dompolan atau kutu berlilin, kupu bedeng yang diamati dalam penelitian ini
kuning. Oleh karena itu kegiatan adalah 4 bedeng. Penentuan bedeng
pengendalian hama sangat penting dilakukan secara purposive sampling yaitu
dilakukan untuk mendukung keberhasilan bedeng pertama berumur ±6 bulan, bedeng
pembangunan (Asmaliyah dan Darwiati, kedua berumur ±11 bulan, bedeng ketiga
2012). berumur ±4 bulan dan bedeng keempat
Tujuan penelitian ini adalah berumur ±10 bulan, bedeng yang diamati
mendapatkan jenis-jenis serangga hama dan adalah bedeng-bedeng yang terserang hama.
mendeskripsikan tingkat kerusakan yang Penangkapan jenis-jenis serangga hama
disebabkan oleh serangga hama pada bibit yang terdapat di areal persemaian dilakukan
meranti merahyang berada di areal dengan mengunakan perangkap serangga
persemaian PT. Sari Bumi Kusuma dan penangkapan langsung dengan
Kalimantan Barat Camp Tontang Kabupaten menggunakan jaring serangga atau tangan.
Sintang. Penangkapan dilakukan pada pagi hari

645
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

(06.00-08.00 WIB), siang (11.00-13.00 serangga yang menjadi hama, pengamatan


WIB) dan sore hari (16.00-18.00 WIB). gejala yang ditimbulkan, tingkat kerusakan
Serangga yang telah ditangkap dilakukan pada bibit di persemaian yang berumur 4-11
pengawetan dengan alkohol 70%. Selain itu bulan dan keadaan umum lokasi penelitian
juga dilakukan pengamatan gejala yang yang meliputi letak topografi, tanah, iklim
tampak akibat serangan serangga hama, (suhu, kelembapan, curah hujan), denah
perhitungan terhadap tingkat kerusakan, lokasi persemaian, jumlah bibit yang ada di
persentase tanaman yang terserang, dan persemaian, dan hasil wawancara dengan
frekuensi ditemukannya serangga. pengelola persemaian. Kriteria dan kategori
Data yang dikumpulkan meliputi data tanaman akibat serangga hama dapat dilihat
primer dan data sekunder yaitu berupa jenis pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria dan kategori penilaian tanaman akibat serangan serangga hama
berdasarkan tipe kerusakan yang tampak (The criteria and category of plant
assessment due to insect pests attack based on the type of damage that appears)
Skor Tanda Kerusakan Katagori
0 Pertumbuhan baik, daun hijau, sehat dan segar, beberapa daun
Sehat
hilang dari pangkal batang.
1 Bagian tanaman daun berlubang, menggulung, melipat, batang
Ringan
berlubang dan mengelupas 1-25%
2 Daunnya mengulung melipat, mengulung berlubang, dan
kerusakan tersebut sampai kebagian pucuk serta bagian akar Sedang
muda digigit sehingga daun menguning 25%-50%
3 Tanaman rusak berat, dimana lebih dari setengah tanaman patah,
gundul, leher akar terpotong, sehingga tumbang hampir mati Berat
50%-100%
Sumber : Modifikasi Dari Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta Tahun 2000
Jenis-jenis serangga hama yang telah N = Jumlah tanaman yang diamati
diambil dari lapangan kemudian dilakukan 2. Tingkat kerusakan pada tiap bedeng
identifikasi dengan pedoman buku kunci pengamatan
pengenalan serangga. Analisis data ∑(x1 y1 )
𝐼= x 100%
dilakukan menggunakan rumus sebagai ZN
berikut. Dimana :
1. Perhitungan persentase tanaman I = Tingkat kerusakan pada setiap bedeng
pengamatan.
terserang tiap-tiap bedeng N = Jumlah bibit pada setiap bedeng
𝑋 pengamatan.
𝑃= 𝑥100%
𝑁 X1 = Jumlah bibit berdasarkan kriteria
Dimana : serangan.
P = Persentase tanaman terserang. Y1 = Nilai kriteria untuk serangan hama.
X = Jumlah tanaman yang terserang. Z = Nilai tertinggi kriteria serangan hama.

646
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

3. Tingkat kerusakan seluruh bedeng HASIL DAN PEMBAHASAN


pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan di
∑𝑖 lapangan terhadap tanaman meranti merah
𝑌̅ =
𝑛 bahwa kerusakan yang terjadi disebabkan
Dimana : oleh serangga hama. Hasil identifikasi jenis
Ȳ = Tingkat kerusakan seluruh bedeng serangga hama dari pengamatan langsung di
I = Tingkat kerusakan tiap bedeng pengamatan lapangan, diperoleh 2 ordo yang terdiri dari
N = Jumlah bedeng
5 famili dan 5 jenis serangga hama yaitu G.
4. Perhitungan frekuensi ditemukannya mitratus (jangkrik), V. nigricornis
serangga pada bedeng pengamatan
(Belalang), L. marginalis (ulat bulu), S.
Frekuensi (F)
litura (ulat gerayak), P. plagiophlps (ulat
Jumlah bedeng dimana suatu spesies terdapat kantong). Secara lebih lengkap hasil
x100%
Jumlah seluruh bedeng identifikasi serangga hama yang ditemukan
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis serangga hama yang menyerang tanaman meranti di persemaian (The
type of insect pests that attack the timber tree in the nursery)
No Ordo Famili Jenis Hama
1 Orthoptera Gryllidae G. mitratus (Jangkrik)
Acrididae V. nigricornis (Belalang)
2 Lepidoptera Lymantriidae L. marginalis (Ulat bulu)
Noctuidae S. litura (Ulat gerayak)
Psychidae P. plagiophlps (Ulat kantong)
Morfologi jangkrik berwarna hitam bagian kepala yang jauh lebih pendek dari
kecoklatan,mempunyai rangka luar. bentuk tubuh. Belalang ini juga memiliki
Jangkrik bersayap dua pasang, sepasang femor belakang yang panjang dan kuat
sayap depan dan sepasang sayap belakang. sehingga dapat melompat dengan baik.
Pada kepala jangkrik terdapat sepasang Belalang ini bewarna kecoklatan seperti
antena, mata majemuk, mata oseli. Pada saat kulit kayu. Belalang menyebabkan daun
pengamatan jangkrik ditemukan pada berlubang-lubang, bentuknya agak bulat.
permukaan daun. Kerusakan yang Kadang tepi daun terdapat bekas gigitan.
diakibatkan oleh jangkrik menyebakan Ciri morfologi L. marginalis memiliki
daun-daun tanaman meranti berlubang dan penanda berlian di punggung bagian tengah,
kemungkinan besar jankrik juga memotong bulu bewarna coklat perak. Pada saat
batang tanaman karena di lapangan pengamatan ulat ini memakan daun yang
ditemukan ada bekas tanaman yang muda terutama dibagian pucuk tanaman
terpotong. Belalang memiliki dua antena di merati sehingga mengakibatkan daun

647
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

tanaman berlubang mulai dari tepi daun selain memakan daun muda juga menyukai
sampai pada tulang daun. Ulat bulu ini aktif daun tua dan kerusakan yang terjadi terdapat
makan dipagi hari dan malam hari. Pada pada bagian tepi daun sampai pada tulang
waktu siang hari ulat ini ditemukan dibagian daun. Ulat kantong memiliki pembungkus
belakang daun dan bersembunyi disekitar yang bewarna hitam kelabu yang terbuat
polybag. Morfologi ulat gerayak yang masih dari kulit batang tanaman. Saat pengamatan
muda bewarna kehijauan dan mempunyai ulat ini ditemui bergantungan dibawah
bintik-bintik hitam. Ulat yang telah tua permukaan daun dan pada bagian batang
bewarna abu-abu gelap atau coklat, dintara tanaman. Larva ini memakan daging daun
ruas keempat dan kesepuluh terdapat lima yang menyebabkan lubang pada daun.
garis hitam dengan batas kuning. Pada saat Akibatnya tanaman menjadi kerdil.
pengamatan ulat ini membuat sarang Persentase tanaman yang terserang akibat
mengabungkan beberapa daun tanaman serangan hama dilihat pada Tabel 3.
mengunakan benang-benangnya. Ulat ini
Tabel 3. Persentase tanaman terserang (Percentage of affected plants)
Bedeng Jumlah Tanaman Jumlah Tanaman yang Presentase Tanaman
pe+ngamatan yang Diamati Rusak Terserang (%)
1 488 274 56,15
2 481 49 10,19
3 468 79 16,88
4 520 65 12,50
Jumlah 95,71
Rata-rata 23,93
Dari hasil analisa dengan menghitung pengamatan adalah 23,93 % dan termasuk
jumlah tanaman yang rusak akibat kedalam kategori ringan. Berdasarkan
serangan serangga hama dalam suatu kategori kerusakan yang terjadi pada
bedeng pengamatan memiliki tingkat setiap bedeng pengamatan berkisar antara
persentase tanaman terserang tertinggi 4,44% sampai dengan 27,12%. Dimana
pada bedeng pengamatan pertama yaitu tingkat kerusakan dalam kategori sedang
56,15 % dan tingkat persentase tanaman terdapat pada bedeng pengamatan
terserang terendah terdapat pada bedeng pertama yaitu tingkat kerusakannya 27,12
pengamatan dua yaitu 10,19 %. Rata-rata % dan tingkat kerusakan tanaman rata-
keseluruhan tanaman yang terserang rata 10,95% termasuk dalam kategori
akibat serangan hama pada bedeng ringan (Tabel 4).

648
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

Tabel 4. Jumlah tanaman meranti merah yang rusak dan tingkat kerusakan akibat
serangan serangga hama (The number of red timber tree damaged and the
extent of damage caused by insect pests)
Bedeng Jumlah Tanaman yang Tingkat Kerusakan Kategori Tingkat Rusak
pengamatan Diamati (%)
1 488 27,12 Sedang
2 481 4,44 Ringan
3 468 6,98 Ringan
4 520 5,26 Ringan
Jumlah 43,79
Ringan
Rata-rata 10,95
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kategori kerusakan tanaman meranti merah yang
terserang hama, terlihat pada Gambar 1.

a. b.

c. d.
Gambar 1.Kategori kerusakan tanaman meranti yang terserang serangga hama
(a) Kategori sehat (daun hijau, sehat dan segar) (b) Kategori rusak ringan (bagian tepi daun rusak sebagian)
(c) Kategori rusak sedang (daunnya mengulung melipat, mengulung berlubang) (d) Kategori rusak berat
(tanaman rusak berat, dimana lebih dari setengah tanaman patah, gundul)

649
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

Frekuensi jenis serangga hama pada ditemukan tertinggi adalah ulat bulu yaitu
bedeng pengamatan berkisar antara 25% 50 % dan frekuensi jenis hama yang
sampai dengan 50%. Sehingga dapat lainnya 25%dapat dilihat pada Tabel 5.
diketahui bahwa frekuensi hama yang
Tabel 5. Hasil pengamatan frekuensi jenis serangga hama pada bedeng pengamatan
(The observation of the frequency of insect pests in the observation beds)
Jumlah Bedeng Jumlah Bedeng Frekuensi
No Jenis Hama
Pengamatan Terserang (%)
1 Jangkrik 4 1 25
2 Belalang 4 1 25
3 Ulat bulu 4 2 50
4 Ulat gerayak 4 1 25
5 Ulat kantong 4 1 25
Sumber: Hasil perhitungan 2016

Jangkrik dapat terlihat dipersemaian Ulat grayak menyerang tanaman tidak


disaat tidak ada aktivitas atau dalam jauh dari sarangnya sebab pegerakan ulat
keadaan sunyi. Ardiyati dkk. (2015) grayak sangat lambat. Menurut Marwoto
mengatakan gejala serangan jangkrik dan Suharsono (2008) larva yang masih
ditandai terpotongnya tanaman pada muda merusak daun dengan
pangkal batang. Jangkrik mencari meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian
makanan pada waktu malam hari dan atas (transparan) dantulangdaun larva
pada keadaan sunyi dan sepi. Kerusakan instar lanjut merusak tulang daun. Ulat
tanaman yang diakibatkan oleh belalang kantong selain merusak daun tanaman
banyak terjadi pada bagian daun. Hidayat juga dapat merusak kulit batang tanaman
dkk. (2014) mengatakan belalang, yang yang dipakai untuk membuat sarangnya.
masih muda maupun yang sudah dewasa Indriati dan Khaerati (2013) mengatakan
menyerang dengan memakan daun-daun daun yang diserang menunjukan gejala
sehingga mengurangi luas permukaan berlubang-lubang, sehingga proses
daun. Ulat bulu menyerang tanaman fotosintesis tidak optimal.
secara mengelompok oleh sebab itu Berdasarkan pengamatan di lokasi
tanaman yang diserang cepat gudul atau penelitian jumlah tanaman meranti merah
tersisa tulang-tulang daun setelah yang diamati sebanyak 1957 tanaman
tanaman habis dimakan barulah ulat bulu termasuk kedalam kategori rusak ringan
berpindah ketanaman lainnya. L. (Tabel 4). Dari hasil analisa tanaman
marginalis memiliki penanda berlian di yang rusak adalah daun dan batang.
punggung bagian tengah, setelah menjadi Kerusakan terjadi berupa daun berlubang
ngegat morfologi sayap memiliki pola dari bagian atas sampai bawah, gigitan
warna berbatik (Baliadi dan Bedjo, 2011). pada bagian tepi daun sampai tengah,

650
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

setengah daun hilang dan yang tinggal yang diamati sebanyak 1957 tanaman
hanya tulang daun saja, dan bagian kulit dengan presentase tanaman terserang rata-
batang digerek sampai terkelupas. rata yaitu 23,93 % termasuk kedalam
Berdasarkan faktor suhu dan kelembapan kategori ringan. Sebagian besar tanaman
di lapangan rata-rata suhu pada pagi hari yang rusak adalah daun dan batang.
24,83oC, siang hari 30,93oC, sore hari Tingkat kerusakan rata-rata tanaman
30,40oC sedangkan kelembapan rata-rata meranti merah di persemaian pada bedeng
pada pagi hari 67,78%, siang hari pengamatan adalah 10,95 % dengan
47,65%, dan sore hari 55,02 %. Kondisi kategori kerusakan ringan.
seperti ini masih berpotensi bagi serangga Kegiatan pengendalian hama perlu
hama untuk bertahan hidup. dipertahankan supaya tidak ada
Perkembangan serangga yang normal kesempatan bagi serangga hama untuk
kelembapan udara paling sesuai berkembangbiak dengan baik sehingga
mendekati titik kelembapan maksimun populasinya tetap terkendali. Perlu
berkisar 73-100% (Rukmana dan Saputra, dilakukan kegiatan pemantauan secara
1997). Menurut Michael (1995) suhu berkala guna mengetahui jenis serangga
±26oC dimana serangga dapat hidup hama yang menyerang tanaman meranti,
dengan normal. Meskipun suhu dan sehingga tidak terjadi serangan serangga
kelembapan mendukung bagi serangga hama dengan tingkat kerusakan yang
hama untuk bertahan hidup namun hasil lebih tinggi.
dari pengumpulan jenis serangga hama
beserta tingkat kerusakannya masih DAFTAR PUSTAKA
dalam kategori ringan hal ini terjadi ArdiyatiA. T., Mudjiono, G. dan
dikarenakan di areal persemain ditemukan Himawan T. 2015. Uji Patogenisitas
jenis serangga yang menjadi predator bagi Jamur Entomopatogen Beauveria
serangga hama. Selain itu juga dilakukan bassiana (Balsamo) Vuillemin pada
kegiatan pengendalian terhadap hama. Jangkrik (Gryllus sp.) (Orthoptera:
KESIMPULAN DAN SARAN Gryllidae)Jurnal HPT, Vol. 3: 43-
Hasil pengamatan yang dilakukan di 51.
areal persemaian PT. Sari Bumi Kusuma
pada tanaman meranti merah terdapat 2 Asmaliyah A. I. dan Darwiati W. 2012.
Ordo serangga hama yang terdiri dari 5 Identifikasi dan Potensi Kerusakan
famili dan 5 jenis serangga hama yaitu: Rayap Pada Tanaman Tembesu di
jangkrik (G. mitratus), belalang (V. Kebun Percobaanway Hanakau,
nigricornis), ulat bulu (L. marginalis), Lampung Utara. Jurnal Penelitian
ulat gerayak (S. litura), ulat kantong (P. hutan Tanaman, Vol. 9.:187-194.
plagiophlps). Tanaman meranti merah

651
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 644 - 652

Baliadi Y. dan Bedjo. 2011. Empat Jenis (Spodoptera litura Fabricius) Pada
Ulat Bulu (Arctorni s sub Tanaman Kedelai.Jurnal Litbang
marginata, Lymantria marginalis, Pertanian, Vol. 27: 131 - 136.
Lymantria atemeles dan Dasychira Michael P. 1995. Ekologi untuk
inclusa) Menyerang Tanaman Penyelidikan Ladang dan
Mangga di Probolinggo. Laporan Laboratorium. UI-Press. Jakarta.
Penelitian dari Balitkabi. Jakarta.
Rukmana R. dan Saputra. 1997. Hama
Hidayat R., Yusran dan Sari, I. 2014. Tanaman dan Teknik pengendalian.
Hama Pada Tegakan Jati ( Tectona Kanisius, Yogyakarta.
grandis L.f ) di Desa Talaga
Kecamatan Dampelas Kabupaten Surachman I. F., Indriyanto, dan Hariri A.
Donggala. Jurnal Penelitian Warta M. 2014.Inventarisasi Hama
Rimba, Vol 2 : 24 - 34. Persemaian di Hutan Tanaman
Rakyat Desa Ngambur Kecamatan
Indriati G. dan Khaerati. 2013. Ulat Bengkunat Belimbing Kabupaten
Kantung (Lepidoptera: Psychidae) Lampung Barat. Jurnal Sylva
Sebagai Hama Potensial Jambu
Lestari, Vol. 2: 7 - 16.
Mente dan UpayaPengendaliannya.
Warta penelitian dan Wahyuni T. dan Indriyanti S. Y. .2015.
pengembangan tanaman industri . Analisis Finansial Usaha
Vol. 19: 43 - 51. Pengembangan Jenis Dipterokarpa
Dengan Sistem Tebang Pilih Tanam
Marwoto dan Suharsono . 2008. Strategi
Indonesia. Jurnal Penelitian
dan Komponen Teknologi Dipterokarpa, Vol. 9 : 41 - 54.
Pengendalian Ulat Grayak

652

S-ar putea să vă placă și