Sunteți pe pagina 1din 14

ISSN 2442-5419 Vol. 4, No.

1 (2015) 78-91

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
SISWA KELAS VII SMPN 2 BUMIRATU NUBAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Nur Basuki
SMPN 2 Bumiratu Nuban
E-mail: nurbasuki67@gmail.com

Abstract

Based on preliminary observations obtained activity data and student learning


outcomes are still low, especially subjects of mathematics, as many as 6 students or
28.23% of the students completed and 15 students or 71.78% of students have not
been completed. Based on the above facts applied learning model of Jigsaw
Cooperative type that aims to improve the activity and student learning outcomes in
mathematics in comparison material and scale. The study involved 21 students of
class VII SMPN 2 BUMIRATU Nuban in semester 1 Academic Year 2014 /
2015.This research used a Class Action Research (PTK) by using two cycles. Each
cycle consists of four stages: planning, implementation, observation and
reflection. Data collected by the observation sheet and test student learning
outcomes in each cycle. From the analysis of the data shows that the use of
cooperative learning model Jigsaw Type in the learning process of Mathematics
students can increase the activity and student learning outcomes. It can be seen
from the average percentage of the activity of students in the first cycle was 55.5
and increased in the second cycle to 70.5. While the average value of student
learning outcomes in the first cycle was 58.75 and increased in the second cycle
into 72.50.

Keywords: Activity and student learning outcomes, cooperative learning model


Jigsaw Type

PENDAHULUAN nasional adalah pendidikan yang


Undang-undang No. 20 berdasarkan Pancasila dan
tahun 2003 pasal 1 ayat 2 tentang Undang-undang Dasar Negara
Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tahun 1945
menjelaskan bahwa pendidikan yang berakar pada nilai-nilai

78 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

agama, kebudayaan nasional mental siswa SMP, sehingga yang


Indonesia dan tanggap terhadap dianggap logis dan jelas oleh
tuntutan perubahan zaman. orang dewasa pada matematika
Guna mewujudkan tujuan masih merupakan hal yang tidak
Undang-undang No. 20 tahun masuk akal dan menyulitkan
2003 tentang Sistem Pendidikan siswa. Sebagaimana yang terjadi
Nasional tersebut di atas, bahwa matematika dianggap
diperlukan suatu pembelajaran pelajaran yang paling sulit dan
bagi siswa dan guru yang menakutkan bagi siswa diantara
mengacu pada kurikulum. Adapun pelajaran-pelajaran yang lain
kurikulum yang berlaku saat ini sehingga siswa tidak begitu
adalah Kurikulum Tingkat Satuan berminat untuk belajar
Pendidikan (KTSP), ketentuan matematika, siswa hanya
dalam Undang-undang No. 20 mengikuti pembelajarannya saja
tahun 2003 pasal 37 ayat 1 yang tetapi tidak menanamkan dan
mengatur tentang KTSP memuat mempelajarinya dengan sungguh-
12 mata pelajaran yang harus sungguh sehingga aktivitas siswa
diajarkan di Sekolah Menengah tidak nampak dalam proses
Pertama, salah satunya yaitu pembelajaran dan hasil belajarnya
Matematika. pun relatif rendah.
Matematika merupakan ilmu Berdasarkan hasil observasi
dengan objek abstrak dan dengan dan dokumen tentang
pengembangan melalui penalaran pembelajaran Matematika di kelas
deduktif telah mampu VII SMPN 2 Bumiratu Nuban
mengembangkan model yang tahun pelajaran 2014/2015,
menerapkan contoh dari sistem itu diperoleh data bahwa dalam
sendiri yang pada akhirnya telah pembelajaran Matematika masih
digunakan untuk memecahkan banyak hasil belajar siswa yang
persoalan dalam kehidupan sehari- belum mencapai nilai Kriteria
hari. Matematika juga dapat Ketuntasan Minimal (KKM) yang
mengubah pola pikir seseorang telah ditetapkan yaitu 60, terbukti
menjadi pola pikir yang dari nilai rata-rata kelas yang
matematis, sistematis, logis, kritis, hanya mencapai 52. Sementara itu
dan cermat. Tetapi sistim dilihat dari ketuntasan nilai
matematika ini tidak sejalan individu berdasarkan KKM,
dengan tahap perkembangan diperoleh hasil bahwa dari 21

Aksioma | 79
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

siswa hanya 6siswa (28,23%) Pembelajaran Kooperatif Tipe


yang telah mencapai KKM, Jigsaw (Cooperative learning tipe
sedangkan 15 siswa (71,87%) Jigsaw)
belum tuntas atau belum mencapai Cooperative mengandung
KKM. Aktivitas belajar siswa juga pengertian bekerja bersama dalam
masih rendah terlihat dari siswa mencapai tujuan bersama (Hasan
yang cenderung ribut, banyak dalam Solihatin dan Raharjo,
mengobrol dan tidak menyimak 2007: 4). Belajar kooperatif adalah
materi yang disampaikan oleh belajar dengan memanfaatkan
guru, serta proses timbal balik kelompok kecil dalam
antara guru dengan siswa kurang pembelajaran yang
terlihat. memungkinkan peserta didik
Rendahnya aktivitas dan bekerja bersama untuk
hasil belajar siswa dikarenakan memaksimalkan belajar mereka
pola mengajar yang bersifat dan belajar anggota lainnya dalam
teacher centered (berpusat pada kelompok tersebut (Johnson, et
guru). Kemudian guru lebih sering al., 1994; dalam Solihatin dan
terpaku pada buku serta penyajian Raharjo, 2007: 4).
materi yang bersifat naratif dan Cooperative learning
tidak memperhatikan efisiensi adalah suatu model pembelajaran
waktunya sehingga membuat di mana peserta didik belajar dan
siswa jenuh dan tidak dapat fokus bekerja dalam kelompok-
terhadap pembelajaran yang kelompok kecil secara kolaboratif
sedang berlangsung. yang anggotanya terdiri dari 4
Berdasarkan uraian di atas, sampai 6 orang, dengan anggota
maka penulis melaksanakan kelompoknya yang bersifat
penelitian tindakan kelas dengan heterogen. Dikatakan pula,
mengambil judul “Peningkatan keberhasilan belajar dari
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa kelompok tergantung pada
Menggunakan Model kemampuan dan aktivitas anggota
Pembelajaran Kooperatif Tipe kelompok, baik secara individual
Jigsaw pada Pembelajaran maupun secara kelompok (Slavin
Matematika Kelas VII SMPN 2 dalam Solihatin dan Raharjo,
Bumiratu Nuban Tahun Pelajaran 2007: 4).
2014/2015”. Cooperative learning
merupakan salah satu model

80 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

pembelajaran yang terstruktur dan partisMatematikatorik, mengajar


sistematis, di mana kelompok- reaktif (reactive teaching), dan
kelompok kecil bekerjasama untuk pembelajaran yang menyenangkan
mencapai tujuan-tujuan bersama. (joyful learning).
Cooperative learning menekankan Cooperative learning
kerjasama antara peserta didik menekankan pada kehadiran
dalam kelompok. Hal ini dilandasi teman sebaya yang berinteraksi
oleh pemikiran bahwa peserta antar sesamanya sebagai sebuah
didik lebih mudah menemukan tim dalam menyelesaikan atau
dan memahami suatu konsep jika membahas suatu masalah.
mereka saling mendiskusikan Beberapa hal yang perlu dipenuhi
masalah tersebut dengan dalam cooperative learning agar
temannya. Kegiatan peserta didik lebih menjamin semua peserta
dalam belajar cooperative didik bekerja secara kooperatif,
learning antara lain mengikuti yaitu : 1) para peserta didik yang
penjelasan guru secara aktif, tergabung dalam suatu kelompok
menyelesaikan tugas-tugas dalam harus merasa bahwa mereka
kelompok, memberi penjelasan adalah bagian dari sebuah tim dan
kepada teman sekelompoknya, mempunyai tujuan bersama yang
mendorong teman kelompoknya harus dicapai, 2) peserta didik
untuk berpartisMatematikasi yang tergabung dalam suatu
secara aktif, dan berdiskusi kelompok harus menyadari bahwa
(Asma, 2006: 11-12). masalah yang dihadapi adalah
Selanjutnya, Asma (2006: masalah kelompok dan bahwa
12) memaparkan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok
cooperative learning bertujuan itu akan menjadi tanggung jawab
untuk pencapaian hasil belajar, bersama oleh seluruh anggota
penerimaan terhadap keragaman, kelompok, 3) untuk mencapai
dan pengembangan keterampilan hasil yang maksimum, para
sosial. Dalam pelaksanaan peserta didik yang tergabung
cooperative learning setidaknya dalam kelompok tersebut harus
terdapat lima prinsip yang dianut, saling berbicara satu sama lain
yaitu prinsip belajar peserta didik dalam mendiskusikan masalah
aktif (student active learning), yang dihadapinya, dan 4) peserta
belajar kerjasama (cooperative didik yang tergabung dalam
learning), pembelajaran kelompok harus menyadari bahwa

Aksioma | 81
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

setiap pekerjaan peserta didik semua kegiatan kelas, sedangkan


mempunyai akibat langsung di dalam model belajar tipe
terhadap keberhasilan kelompok Jigsaw, meskipun guru tetap
(Tim MKPBM UPI, 2001: 218). mengendalikan aturan, ia tidak
Berdasarkan beberapa lagi menjadi pusat kegiatan di
pendapat di atas penulis simpulkan kelas, tetapi peserta didik yang
bahwa cooperative learning menjadi pusat kegiatan di kelas.
adalah pembelajaran yang Dalam model
menekankan pada aktivitas peserta pembelajaran ini, peserta didik
didik dalam kelompok, meliputi bekerja dalam tim-tim yang
interaksi dengan teman bersifat heterogen. Peserta didik
kelompoknya, partisMatematikasi diberi bab-bab atau unit-unit lain
dalam menjawab pertanyaan untuk dibaca, dan diberi “lembar
diskusi, partisMatematikasi dalam pakar” (“expert sheets”) yang
menyelesaikan masalah kelompok, berisi topik-topik yang berbeda
dan tanggung jawab terhadap bagi masing-masing anggota tim
keberhasilan kelompok, sebagai untuk dijadikan fokus ketika
pencapaian hasil belajar yang membaca. Kemudian peserta
dilaksanakan secara sistematis. didik dari tim-tim berbeda
Cooperative learning tipe dengan topik sama bertemu
Jigsaw merupakan salah satu tipe dalam “kelompok pakar” atau
pembelajarn kooperatif yang “kelompok ahli” untuk
mendorong peserta didik aktif mendiskusikan topik mereka.
dan saling membantu dalam Para pakar tersebut kembali ke
menguasai materi pelajaran tim mereka masing-masing lalu
untuk mencapai prestasi yang bergantian mengajar teman-
maksimal. Model Jigsaw dapat teman dalam tim tentang topik
digunakan secara efektif ditiap mereka. Akhirnya, para peserta
level dimana peserta didik telah didik membuat assesmen yang
mendapatkan keterampilan mencakup semua topik dan skor
akademis dari pemahaman, kuis individu menjadi skor tim
membaca maupun keterampilan Jumlah peserta didik yang
kelompok untuk belajar bersama bekerja sama dalam masing-
(Isjoni, 2009: 54). masing kelompok harus dibatasi,
Dalam model pembelajaran agar kelompok-kelompok yang
konvensional guru menjadi pusat terbentuk dapat bekerja sama

82 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

secara efektif, karena ukuran Sudjana, mengemukakan bahwa


suatu kelompok mempengaruhi beberapa peserta didik yang
produktivitas, hal ini juga dihimpun dalam satu kelompok
dikarenakan apabila jumlah dapat terdiri dari 4 sampai 6
anggota dalam satu kelompok orang peserta didik, hal ini
makin besar dapat didukung oleh hasil penelitian
mengakibatkan makin kurangnya Slavin. Hal itu dikarenakan
efektif kerja sama antar para kelompok yang beranggotakan 4
anggota (Soejadi (2000) dalam sampai 6 orang, lebih sepaham
Isjoni, 2009: 55). Edward (dalam dalam menyelesaikan suatu
Isjoni, 2009: 55), berpendapat permasalahan dibandingkan
bahwa kelompok yang terdiri dengan kelompok yang
dari 4 (empat) orang terbukti beranggotakan 2 sampai 4 orang.
sangat efektif. Sedangkan

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.


METODE PENELITIAN (2007:1.3) mengungkapkan
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas adalah
metode Penelitian Tindakan Kelas penelitian yang dilakukan oleh
(PTK) yang difokuskan pada guru di dalam kelasnya sendiri
situasi kelas yang lazim dikenal melalui refleksi diri dengan tujuan
dengan Classroom Action untuk memperbaiki kinerjanya
research, Wardhani, dkk. sebagai guru, sehingga hasil

Aksioma | 83
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

belajar siswa menjadi meningkat. 2. Teknik Non Tes


Secara garis besar, terdapat empat Teknik ini
tahapan yang lazim dilalui, yaitu dilakukan untuk mengamati
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, aktivitas belajar siswa saat
(3) pengamatan, dan (4) refleksi mengikuti pembelajaran
(Arikunto, dkk, 2006: 16). dan saat mengikuti diskusi
Teknik Pengumpulan Data serta mengamati kinerja guru
1. Teknik Tes selama proses pembelajaran
Teknik ini dilakukan berlangsung, dengan
untuk mengetahui tingkat menggunakan lembar
ketercapaian hasil belajar siswa observasi.
terhadap materi yang telah Hasil Observasi Siklus I
diberikan oleh guru dengan 1. Aktivitas Belajar Siklus I
memberikan soal tes
Tabel .1 Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Aspek Yang Rata-rata Nilai
No Kategori
Diamati Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
1 Aktivitas siswa 39,8 52,3 46,1 Cukup aktif
dalam kelompok
2 Partisipasi siswa 46,9 62,5 54,7 Cukup aktif
3 Motivasi dan 36,7 40,6 39,1 Kurang
semangat aktif
4 Interaksi antar 46,1 50,8 48,4 Cukup aktif
sesama siswa
5 Interaksi siswa 89,1 89,1 89,1 Sangat aktif
dengan guru
Rata-rata 51,7 59,1 55,5 Cukup aktif
siswa dalam kelompok 46,1
Berdasarkan Tabel 1 kategori cukup aktif, nilai rata-
bahwa aktivitas siswa dalam rata partisipasi siswa 54,7 dengan
pembelajaran menggunakan model kategori cukup aktif, nilai rata-rata
pembelajaran kooperatf tipe motivasi dan semangat 39,1
jigsaw pada siklus I secara kategori kurang aktif, nilai rata-
keselurukan terkategori cukup rata interaksi antar sesama siswa
aktif, yaitu nilai rata-rata aktivitas 48,4 kategori cukup aktif, interaksi
siswa untuk semua aspek yang siswa dengan guru 89,1 kategori
diamati adalah 55,5. Dengan sangat aktif.
rincian nilai rata-rata aktivitas
84 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

2. Observasi Kinerja Guru Siklus I


Tabel 2 Observasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I
No Aspek yang diamati Siklus I Rata-
Pertemuan 1 Pertemuan 2 rata
1 Pra Pembelajaran 6 6 6
2 Membuka Pelajaran 4 6 5
3 Kegiatan Inti 71 79 75
Pembelajaran
4 Penutup 8 8 8
Jumlah 89 99 94
Persentase 50,85% 56,57% 53,71%
Peningkatan 5,72%

Berdasarkan tabel di atas, sebesar 5,72% dengan rata-rata


kinerja guru pada saat siklus I 53, 71%.
pertemuan 1 diperoleh nilai 3. Data Hasil Belajar Siklus I
persentase sebesar 50,85% Dari hasil pengumpulan hasil
sedangkan pada saat siklus I belajar melalui tes formatif yang
pertemuan 2 diperoleh nilai diberikan pada siklus I, diperoleh
persentase sebesar 56,57%. hasil sebagai berikut:
Sehingga terjadi peningkatan
Tabel 3 Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Skor Frekuensi (f) Persentasi (%) Kategori
1 100 - - -
2 90 - - -
3 80 3 9,38 % Tuntas
4 70 4 15,62 % Tuntas
5 60 7 37,5 % Tuntas
6 50 5 28,12 % Belum tuntas
7 40 3 9,38 % Belum tuntas
JUMLAH 21 100
RATA-RATA 58,75

Aksioma | 85
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

Dari tabel di atas terlihat sedangkan jumlah siswa yang


bahwa nilai terbanyak yang belum mencapai KKM
diperoleh siswa adalah 60 berjumlah 8 orang (37,5%).
sebanyak 7 siswa (37,5%), Hasil ini menunjukkan jumlah
nilai terendah adalah 40 siswa yang sudah mencapai
sebanyak 3 siswa (9,38%), KKM belum mencapai target
nilai tertinggi adalah 80 yaitu sebesar75%.
sebanyak 3 siswa (9,38%),
2. Siklus II
Hasil Observasi Siklus II
1. Aktivitas Belajar Siklus II
Tabel 4 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Aspek Yang Rata-rata Nilai
No Kategori
Diamati Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
Aktivitas siswa
1 61,7 83,6 72,7 Aktif
dalam kelompok
2 Partisipasi siswa 64,8 83,6 74,2 Aktif
Motivasi dan
3 64,8 83,6 74,2 Aktif
semangat
Interaksi antar
4 64,8 80,5 72,6 Aktif
sesama siswa
Interaksi siswa Sangat
5 91,4 91,4 91,4
dengan guru aktif
Rata-rata 69,5 84,5 77,0 Aktif

Berdasarkan Tabel di atas 72,7 kategori aktif, nilai rata-rata


bahwa aktivitas siswa dalam partisipasi siswa 74,2 kategori
pembelajaran menggunakan model aktif, nilai rata-rata motivasi dan
pembelajaran kooperatf tipe semangat 74,2 kategori aktif, nilai
jigsaw pada siklus II secara rata-rata interaksi antar sesama
keselurukan terkategori aktif, yaitu siswa 72,7 kategori aktif, nilai
nilai rata-rata aktivitas siswa untuk rata-rata interaksi siswa dengan
semua aspek yang diamati adalah guru 91,4 kategori sangat aktif.
77,0. Dengan rincian nilai rata-rata
aktivitas siswa dalam kelompok

86 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

2.Observasi Kinerja Guru Siklus II


Tabel 5 Kinerja Guru pada Kegiatan Pembelajaran Siklus II
No Aspek yang diamati Siklus I
Rata-rata
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Pra Pembelajaran 7 9 8
2 Membuka Pelajaran 7 9 8
3 Kegiatan Inti 98 106 101
Pembelajaran
4 Penutup 9 13 11
Jumlah 121 137 129
Persentase 69,14% 78,28% 73,71%
Peningkatan 9,14%

Berdasarkan tabel di atas, kinerja 3. Hasil Belajar Siswa


guru pada saat siklus II pertemuan Setelah melakukan rancangan
1 diperoleh nilai persentase ulang rencana tindakan, dan
sebesar 69,14% sedangkan pada pelaksanaan tindakan yang telah
saat siklus II pertemuan 2 dilakukan perbaikan serta
diperoleh nilai persentase sebesar observasi pelaksanaan tindakan
78,28%. Sehingga terjadi siklus II, diperoleh data sebagai
peningkatan sebesar 9,14% berikut:
dengan rata-rata 73, 71%,
Tabel.6 Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Skor Frekuensi (f) Persentasi (%) Kategori
1 100 - - -
2 90 2 9,38% Tuntas
3 80 6 28,12% Tuntas
4 70 7 40,62% Tuntas
5 60 5 21,86% Tuntas
6 50 - - -
7 40 - - -
JUMLAH 21 100 -
RATA-RATA 72,50

Dari tabel di atas terlihat nyak 7 siswa (40,62%), nilai


bahwa nilai terbanyak yang terendah adalah 60 sebanyak 5
diperoleh siswa adalah 70 seba siswa (21,86%), nilai tertinggi

Aksioma | 87
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

adalah 90 sebanyak 2 siswa dibandingkan dengan nilai siswa


(9,38%), untuk siklus II ini sudah pada sijkul I. Peningkatan hasil
tidak terdapat siswa yang belum belajar tersebut dapat disajikan
mencapai KKM. Hasil ini telah pada tabel berikut ini:
menunjukkan peningkatan

Tabel 7 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II


Nilai Nilai
Siklus KKM Modus Rata-rata
Terendah Tertinggi
Siklus I 60 40 80 60 58,75
Siklus II 60 60 90 70 72,50

HASIL PENELITIAN DAN diskusi antar siswa dan melatih


PEMBAHASAN siswa untuk mencari pola dan
Berdasarkan data yang makna hubungan yang logis untuk
diperoleh dalam Penelitian menarik suatu kesimpulan
Tindakan Kelas ini dapat berdasarkan percobaan yang
digambarkan beberapa hal antara mereka lakukan. Dari aspek
lain yaitu peningkatan nilai siswa psikomotor penerapan metode
yang semula hanya mencapai pembelajaran ini juga
58,75 menjadi 72,5 dan KKM meningkatkan keterampilan siswa
semula terdapat 37,5% siswa yang dalam meneliti suatu objek,
belum tuntas menjadi semua siswa mencari dan mengumpulkan data
telah melampaui standar KKM serta pengujian teori yang ada di
atau ketuntasan siswa menjadi dalam buku materi dengan
100% tuntas. Berdasarkan hasil keadaan sebenarnya yang ada
yang diperoleh melalui observer dilingkungan sekitar mereka.
maka penererapan pembelajaran Berdasarkan hal tersebut diatas
menggunakan model pembelajaran maka dapat dikatakan bahwa
kooperatf tipe jigsaw memberikan penggunaan model pembelajaran
peningkatan dalam aktivitas dan kooperatf tipe jigsaw dalam mata
hasil belajar siswa khususnya pelajaran Matematika khususnya
dalam beberapa indikator afektif materi bilangan terbukti dapat
dan psikomotor antara lain: siswa meningkatkan aktivitas dan hasil
menjadi lebih terbuka untuk belajar siswa dalam pembelajaran.
bekerjasama dengan teman lain Dari data-data di atas
serta meningkatkan aktivitas khususnya dari data aktivitas dan
88 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

nilai siswa mulai dari pra siklus, ditampilkan dalam grafik, akan
siklus I dan Siklus II apabila terlihat sebagai berikut:

100
80
60 Siklus I
40
Siklus II
20
0
1 2 3 4 5

Gambar 2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus


Keterangan Grafik: menjadi 72,7. Nilai rata-rata
1 = Aktivitas siswa dalam partisipasi siswa pada siklus I
kelompok sebesar 54,7 pada siklus II
2 = Partisipasi siswa menjadi 74,2. Nilai rata-rata
3 = Motivasi dan semangat motovasi dan semangat siswa pada
4 = Interaksi antar sesama siswa siklus I sebesar 39,1 dan pada
5 = Interaksi siswa dengan guru siklus II meningkat menjadi 74,2.
Nilai rata-rata interaksi antar
Dari grafik 4.1 di atas sesama siswa pada siklus I sebesar
diperoleh keterangan bahwa 48,4 dan pada siklus II meningkat
aktivitas siswa mengalami menjadi 72,7. Nilai rata-rata
peningkatan pada tiap siklusnya. interaksi siswa dengan guru pada
Nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I sebesar 89,1 dan pada
dalam kelompok pada siklus I siklus II mengalami peningkatan
sebesar 46,1 pada siklus II menjadi 91,4.

100
Siklus I
50 Siklus II

0
Nilai Rata-Rata

Gambar 3. Grafik Rata-rata Aktivitas Siswa Tiap Siklus

Aksioma | 89
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

Dari grafik 4.2 di atas dapat kategori cukup aktif, pada


terlihat bahwa nilai rata-rata mengalami peningkatan pada
aktivitas siswa dari semua aspek siklus II menjadi 77,0 dengan
pada siklus I sebesar 55,5 dengan kategori aktif.

100
80
60
Siklus I
40
20 Siklus II

0
Nilai Nilai Rata-rata
Tertinggi Terendah

Gambar 4 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus


Dari grafik di atas terlihat bahwa jigsaw dalam pembelajaran
hasil belajar siswa mengalami Matematika dapat
peningkatan pada tiap siklusnya. meningkatkan aktivitas
Modus paada siklus I adalah 60 belajar siswa yang
dan pada siklus II menjadi 70. ditunjukkan dari peningkatan
Nilai terendah pada siklus I adalah nilai rata-rata serta aktivitas
40 dan pada suklus II menjadi 60. siswa dalam mengikuti
Nilai tertinggi pada siklus I adalah pelajaran. Pada siklus I rata-
80 dan pada siklus II menjadi 90. rata aktivitas siswa adalah
Nilai rata-rata siswa pada siklus I 55,5 dan pada siklus II rata-
sebesar 58,75 dan meningkat pada rata aktivitas siswa meningkat
siklus II menjadi 72,50 menjadi 70,5.
2. Penggunaan model
KESIMPULAN DAN SARAN pembelajaran kooperatif tipe
Kesimpulan yang diperoleh jigsaw dalam pembelajaran
dari kegiatan perbaikan Matematika dapat
pembelajaran ini adalah: meningkatkan hasil belajar
1. Penggunaan model siswa yang ditunjukkan dari
pembelajaran kooperatif tipe peningkatan nilai rata-rata
90 | Aksioma
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
ISSN 2442-5419 Vol. 4, No. 1 (2015) 78-91

serta aktivitas siswa dalam mendukung pembelajaran guna


mengikuti pelajaran. Pada peningkatan prestasi peserta
siklus I rata-rata hasil belajar didik dan sekolah.
siswa adalah 58,75 dan pada
siklus II rata-rata hasil belajar DAFTAR PUSTAKA
siswa meningkat menjadi Arikunto, Suharsimi dkk. 2006.
72,5 Penelitian Tindakan Kelas.
Berdasarkan Kesimpulan Bumi Aksara. Jakarta.
yang diperoleh, Saran dari
Asma, Nur. 2006. Model
penelitian ini adalah: Pembelajaran Kooperatif.
1. Bagi peserta didik, agar Departemen Pendidikan
senantiasa membiasakan untuk Nasional. Jakarta
belajar dan bekerja sama
dengan peserta didik lain, guna Depdiknas. 2008. Peraturan
memperkaya ilmu pengetahuan Menteri Pendidikan Nasional.
Balitbang Diknas. Jakarta.
dan informasi yang maksimal
agar memperoleh hasil belajar Isjoni, 2009. Cooperative
yang lebih baik. Learning. Alfabeta. Bandung
2. Bagi guru, upayakan untuk
menggunakan variasi dalam Kunandar. 2010. Langkah Mudah
pembelajaran untuk mencegah Penelitian Tindakan Kelas
kejenuhan peserta didik dalam sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Rajawali Pers.
menerima ilmu, karena dengan
Jakarta.
adanya variasi atau hal baru
yang tepat maka peserta didik Wardhani, IGAK dkk. 2007.
akan lebih antusias dan Penelitian Tindakan Kelas.
terpancing untuk aktif dalam Universitas terbuka. Jakarta.
mengikuti pembelajaran. Selain
Solihatin, Etin & Raharjo. 2007.
itu, variasi dalam pembelajaran
Coopeative Learning. Bumi
membuat kita lebih kreatif dan Aksara. Jakarta.
berpikiran luas.
3. Bagi Sekolah, agar dapat Tim MKPBM UPI. 2001. Strategi
melengkapi sarana dan Pembelajaran Matematika
prasarana yang dapat Kontemporer. Bandung: UPI

Aksioma | 91
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro

S-ar putea să vă placă și