Sunteți pe pagina 1din 43

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Judul makalah “Asuha Keperawatan Diabetes Militus dan
Hyperemesi Gravida dalam Masa Kehamila “. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i dalam memenuhi tugas
,Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu.
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan
dan saran yang membangun agar makalah ini akan lebih baik dan sempurna serta
komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi segmua pihak dalam
segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu serta akan menghasilkan yang lebih baik
di masa yang akan datang.

Mojokerto 03 Maret,2019

1
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................................


1.2 Rumusan masalah...................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Assuhan keperawatan Diabetes Militus pada masa kehamilan


2.2 Asuhan keperawatan Hyperemesis Gravidarum pada masa kehamilan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................
Saran...............................................................................................................

Daftar pustaka

2
BAB 1

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang
cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan
atau gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan
mengolah karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan
transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan
perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang
tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya
diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.

Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani pemeriksaan
untuk men-screening diabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya diatas 35
tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat
menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. Ibu hamil yang sebelum masa
kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes
melitusgestasional pada masa kehamilan.

Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu
dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek
kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur mengunjungi
dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus pada ibu hamil
sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan pengaturan pola makan
guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.

Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan hingga 7-
9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan
untuk screeningpenyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28
karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan
resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang
meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes
gestasional.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus?

2. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Hyperemesis Gravidarum?

C. Tujuan

1. Untuk menegtahui Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus

2. Untu mengetahui Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Hyperemesis


Gravidarum

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Definisi

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir
(syaifuddin, 2006).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi
yang berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008).

Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).

Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya
pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.

Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya insulin
dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis
(Wahyu Purwaningsih, 2010).

Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang
ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.

B. Etiologi

Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa
melewati membran sel.

C. Patofisiologi

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang


menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi
secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir

5
menyerupai kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi
oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen.
Akibat lambatnya reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan
menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3
kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara
fisiologis telah terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak
mudah menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan
hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon
estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi
reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut
hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi tubuh seperti
meningkatkan rasa haus (polidipsi) mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar
(polifagi)

D. Klasifikasi Diabetes Melitus

Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:

1. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin


(T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak
tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam
pengendalian kadar gula darah
3. Diabetes mellitusgestasional (DMG) atau diabetes laten yaitu diabetes yang hanya
timbul dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit
saja.

Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965)

1. Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes


kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi
meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup
dioabati dengan perawatan diet.

6
2. Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama
10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama
10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
4. Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10
tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5. Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul
termasuk arteri uterus.
6. Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.

E. Faktor Risiko

Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :

1. Riwayat keluarga dengandiabetes melitus


2. Glukosuria dua kali berturut-turut
3. Obesitas
4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
5. Adanya hidramnion
6. Kelahiran anak sebelumnya besar
7. Umur mulai tua
8. Herediter

F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu
sebagai berikut :

1. Polifagia.
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Lemas
5. BB menurun
6. Kesemutan
7. Gatal.
8. Mata kabur

7
9. Pruritus vulva.
10. Ketonemia
11. Glikosuria
12. Gula darah 2 jam pp> 200 mg/dl.
13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.

Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:

1. Umur penderita makin tua.


2. Pada multiparitas
3. Penderita gemuk.
4. Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
5. Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering
mengalami lahir mati, sering mengalami keguguran.
6. Bersifat keturunan.
7. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.

Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:


a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan,
persalinan, dankala nifas.
b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma
diabetikum.
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran,
persalinan premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b. Dapat terjadi hidramnion.
c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau
terlantar.

8
b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir
mati.
d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Postpartum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hipoglisemiapostpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a. Mudah terjadi infeksi postpartum.
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a. Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim
(setelah minggu 36) dan lahir mati.
b. Bayi dengan dismaturitas.
c. Bayi dengan cacat bawaan.
d. Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e. Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.

G. Komplikasi Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan

Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.

Komplikasi ibu hamil dengan dibetesmellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi
klinik dapat bersumber dari :

a. Lamanya menderita diabetes mellitus.


b. Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
c. Hiperglikemiglukosuria.
d. Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.

Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:

Kerusakan pembuluh darah.

9
a. Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O2 ke jaringan makin
menurun.
b. Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi.

Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:

a. Diabetikaendarteritis.
b. Mikrokoagulasi.
c. Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.

H. Bentuk-bentuk Kelainan Kongenital

1. Kardiovaskuler
2. Transposisi pembuluh darah besar.
3. Defek septum ventrikuler.
4. Hipoplastik ventrikel kiri

I . Manajemen Terapeutik

Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya


komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvagefetalrate).

Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :

a. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia


b. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
c. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin

Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil
dan menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang
teratur dan asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).

J. Pemeriksaan Diagnostik Kriteria Diagnosis:

Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:

10
Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:

Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),
dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.

TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/d

GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.

K. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi Diet

timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes
yang Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

11
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :

a. J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.


b. J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
c. J 3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan
manis).

Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :

a. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,


protein 20 %.
b. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropatidiabetik dengan gangguan faal ginjal.

NO Tipe Diet Indikasi Diet

1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.

2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

a. Kurang tahan lapan dengan dietnya.


b. Mempunyai hyperkolestonemia.
c. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung
koroner.
d. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat
retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e. Telah menderita diabetes dari 15 tahun

3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi,
yaitu penderita diabetes terutama yang :

a. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip


idemia.
b. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari
90 %.

12
c. Masih muda perlu pertumbuhan.
d. Mengalami patah tulang.
e. Hamil dan menyusui.
f. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g. Menderita tuberkulosis paru.
h. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i. Menderita selulitis.
j. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama
tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.

4. Diet B1 dan Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik
B2 yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung


protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 %
protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300
kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.

Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal


ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)
Sifat diet B3

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).


2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100
kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.

Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus


dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap

13
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik

Terapi Insulin

Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap


insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh
kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah
memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan
sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-
perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis
tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl.

Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:.

a. Humulin
1. Komposisi : Humulin R Reguler soluble humaninsulin
(rekombinant DNAorigin). Humulin N isophane human insulin
(rekombinantDNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin
30% & human insulin suspensi 70% (rekombinantDNA origin).
2. Indikasi : IDDM
3. Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara
injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai
kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya kehamilan kategori 2-4 jam.
Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam.
Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8
jam.
4. Kontraindikasi : Hipoglikemik.

14
5. Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi,
diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
6. Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi
alergi local atau sistemik.
7. Faktor resiko : pada B
b. Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill

1. Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin


manusia. Rekombinan DNA asli.
2. Indikasi : DM yang memerlukan insulin
3. Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari
(SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill
harus digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
4. Kontraindikasi : Hipoglikemia.
5. Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill

1. Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia.


Rekombinan DNA asli
2. Indikasi : DM
3. Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau
lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 &
jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin.
Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi
setelah 8 jam.
4. Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa
insulin.
5. Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
6. Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
7. Interaksi obat : MAOI,alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik.
Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan
kebutuhan insulin.
8. Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
d. Humalog/Humalog Mix 25

15
1. Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin
lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
2. Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara
homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat
digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-
prandial
3. Dosis : Dosis bersifatindividual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat
ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit
sebelum makan)
4. Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian
IV.
5. Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan
emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet.
Hamil.
6. Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
7. Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid
dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat
hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
8. Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill

1. Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin &


70% isophane HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA
asli.
2. Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
3. Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2
x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill
harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
4. Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
5. Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
6. Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.

16
7. Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek
hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic
meningkatkan kebutuhan insulin.
8. Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.

3. Olahraga

Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan


untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki
toleransi glukosa. Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan
yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi
dengan pembatasan intake kalori.

17
“Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus (DM)”

A. Pengkajian
1. Identitas
Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes melitus,
karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul.
Seperti yang dijelaskan pada klasifikasi DM.
1. RKD (Riwayat Kesehatan Dahulu)
a. Riwayat diabetes melitus
b. Riwayat anak lahir besar
2. RKK (Riwayat Kesehatan Keluarga)
a. Adanya keluarga yang menderita DM
3. RKS ( Riwayat Kesehatan Sekarang)
a. Ditemui adanya tanda-tanda DM, seperti polidipsi, polifagi, poliura,
dll.
Sirkulasi
Pengsian kapiler ekstremitas menurun, denyut nadi melambat pada DM, durasi
lama, edema, peningkatan tekanan darah.
Saluran Urinarius
Dapat mengalami riwayat poliura, infeksi saluran kemih (ISK), nefropati
makanan dan cairan, polidipsia, polifagia, mual, muntah, serta penurunan berat
badan.
Makanan/cairan
Polidipsia, polifagia, mual muntah, obesitas, nyeri tekan abdomen,
hipoglikemia, glikosuria.
Keamanan
Integritas kulit lengan, paha, bokong, dan abdomen dapat berubah karena
injeksi insulin yang sering, terdapat kerusakan penglihatan/retinopati, serta riwayat
gejala-gejala infeksi atau positif terhadap infeksi perkemihan dan vagina.
Status kebidanan
Tinggi fundus lebih tinggi atau rendah dari normal terhadap gestasi
(hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin) riwayat neonatus besar terhadap
usia gestasi (LGA); hidramnion; anomalikongenital; dan kematian janin yang tidak
jelas penyebabnya.

18
Sosial Ekonomi
Masalah faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko komplikasi,
ketidakadekuatan, atau kurangnya sistem pendkung yang bertanggung jawab
B. Diagnosis keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dengan tepat.
2. Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.
3. Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubaahan kontrol
diabetik, profil darah abnormal, hipoksia jaringan, dan perubahan respons
imun.
4. Kurang pengetahuan kondisi dengan kurangnya informasi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik dari
hiperglikemia kehilangan gastrik berlebihan (mual muntah).

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna dengan tepat.
Kriteria Hasil :
 Mencerna jumlah kalori / nutrisi yang tepat.
 Menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan berat badan stabil
atau penambahan kearah rentang biasanya / yang diinginkan dengan nilai yang
normal.

Intervensi
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji masukan kalori dan pola Membantu dalam mengevaluasi
makan dalam 24 jam. pemahaman ibu tentang diet dan
atau pentingnya menaati aturan diet.
2. Tinjau ulang pentingnya makan Makan sedikit dan sering
kudapan yang teratur bila menghindari hiperglikemia
menggunakan insulin. postprandial dan ketosis

19
puasa/kelaparan.
3. Bila terjadi hipoglikemia Mual dan muntah dapat
asimtomatik, atasi dengan mengakibatkan defisiensi
segelas susu sebanyak 8 oz dan karbohidrat yang dapat
ulangi tiap 15 menit bila kadar menimbulkan metabolisme lemak
glukosa serum tetap dibawah 70 dan terjadi ketosis.
mg/dl.
Kolaborasi :
4. Diskusikan dosis, jadwal, dan Penggunaan jumlah besar
tipe insulin. karbohidrat sederhana untuk
mengatasi hipoglikemia
menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat cepat. Kombinasi
karbohidrat dengan protein
mempertahankan normo glikemia
lebih lama dan membantu
mempertahankan stabilitas glukosa
sepanjang hari.
5. Sesuaikan diet atau cara Pembagian dosis
pemberian insulin untuk mempertimbangkan kebutuhan
memenuhi kebutuhan individu. maternal dan rasio waktu makan
terhadap makanan dan
memungkinkan kebebasan dalam
penjadwalan makanan. Dosis total
setiap hari berdasarkan usia gestasi,
berat badan ibu, dan kadar glukosa
serum.
6. Rujuk pada ahli diet dan Kebutuhan metabolik pranatal
konseling pertanyaan mengenai berubah setiap trimester dan
diet yang dianjurkan. penyesuaian ditentukan oleh
penambahan berat badan dan tes
laboratorium. Diet spesifik pada
individu diperlukan untuk

20
mempertahankan normo glikemia
dan mendapatkan berat badan yang
diinginkan.
7. Tentukan hasil HbAlc 2-4 Memberikan keakuratan gambaran
minggu. rata-rata kontrol glukosa serum
selama 60 hari.

Diagnosa 2 : Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan


kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.
Kriterian Hasil :
 Cidera janin tidak terjadi.
Intervensi :
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji kontrol diabetik sebelum Kontrol tetap sebelum konsepsi
konsepsi. membeantu resiko mortalitas janin
dan anomali kongenital.
2. Kaji gerakan janin dan DJJ setiap Terjadinya insufisiensi plasenta dan
kunjungan setiap indikasi. ketosis maternal mungkin secara
Anjurkan untuk mencatatnya negatif akan memengaruhi gerakan-
mulai usia gestasi 8 minggu dan gerakan janin dan DJJ.
setiap hari mulai minggu ke-34.
3. Pantau adanya hipertensi dalam Bermanfaat untuk mengidentifikasi
kehamilan (edema, proteinuria, pola pertumbahn abnormal.
dan peningkatan TD).
4. Berikan informasi tentang efek Kira-kira 12-13 dari diabetes
diabetes yang mungkin pad menjadi gangguan hipertensi keran
apertumbuhan dan perubahan kardiovaskular berkenaan

21
perkembangan janin. dengan diabetes.
Kolaborasi :
5. Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu Pengetahuan membantu ibu
sesuai indikasi. membuat keputusan tentang
melaksanakan aturan dan dapat
meningkatkan kerjasama.
6. Dapatkan kadar serum alfa Insiden bayi malformasi secara
fetoprotein (AFP) pada gestasi kongenital meningkat pada wanita
14-16 minggu. dengan kadar tinggi pada awal
kehamilan buruk.
7. Siapkan untuk USG pada usia USG dapat bermanfaat dalam
kehamilan 8, 12, 18, 28, dan 36- memastikan tanggal gestasi dan
38 minggu sesuai indikasi. membantu dalam mengevaluasi
Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR).
8. Lakukan NST dan OCT / CST Mengkaji kesejahteraan janin dan
dengan tepat. keadekuatan perfusi plasenta.

Diagnosa 3 : Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan


kontrol diabetik, profil darah abnormal, hipoksia jaringan, dan perubahan respons
imun.
Kriteria Hasil :
 Cidera terhadap maternal tidak terjadi.
Intervensi :
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Perhatikan klasifikasi White Ibu yang diklasifikasikan memiliki
untuk diabetes, kaji derajat diabetik tipe D, E, atau F memiliki
kontrol diabetik. resiko tinggi mengalami komplikasi.
2. Kaji kondisi ibu terhadap Perubahan vaskuler yang
perdarahn vagina dan nyeri dihubungkan dengan diabetes
tekan abdomen. menetapkan ibu pada resiko abrupsio

22
plasenta.
3. Kaji adanya edema. Ibu diabetik cenderung kelebihan
retensi cairan dan hipertensi karena
kehamilan (HKK) akibat perubahan
vaskular.
4. Tentukan tinggi fundus, periksa Hidramnion terjadi dalam 6-25 %
adanya edema pada ekstremitas ibu diabetik yang hamil. Hal ini
dan dispnea. terjadi kemnungkinan berhubungan
dengan peningkatan kontribusi janin
pada cairan amnion karena
hiperglikemia meningkatkan
pengeluaran urine janin.
5. Kaji dan tinjau ulang tanda dan Deteksi awal ISK dapat mencegah
gejala infeksi salura kemih pielonefritis yang memperberat
(ISK). persalinan.
Kolaborasi :
6. Pantau kadar glukosa setiap Mendeteksi ancaman ketoasidosis.
kunjungan.
7. Kaki Hb/Ht pada setiap Anemia mungkin ada pada ibu
kunjungan awal kemudian dengan masalah vaskular.
selama trimester kedua dan
pada kehamilan aterm.
8. Instruksikan pemberian insulin Kebutuhan selama kehamilan tidak
sesuai kebutuhan. sama jumlahnya.
9. Dapatkan urinalisis dan kultur Membantu mencegah atau mengatasi
urine, berikan antibiotik sesuai pielonefritis.
indikasi.
10. Kumpulkan spesimen untuk Kemungkinan perubahan vaskular
ekskresi protein total, kreatinin dapat merusak fungsi ginjal pada ibu
nitrogen, urea darah, dan kadar dengan diabetes berat.
asam urat.
11. Siapkan ibu untuk melakukan Ibu beresiko tinggi terhaddap CPD
USG pada usia gestasi minggu dan distosia karena makrosomia.

23
ke-8, 12, 26, dan 38 kehamilan
untuk menentukan ukuran janin
ndengan mengunakan diameter
biparietal, panjang femur, dan
berat badan janin.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan kondisi dengan kurangnya informasi.


Kriteri Hasil :
 Pengetahuan meningkat.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan tentang proses tindakan terhadap penyakit, diet, latihan
kebutuhan insulin.
2. Beri informasi cara kerja dan efek dari insulin.
3. Beri informasi dampak kehamilan dengan diabetes dan harapan masa depan.
4. Diskusikan agar klien dapat mengenali tanda infeksi.
Diagnosa 5 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik dari
hiperglikemia kehilangan gastrik berlebihan (mual muntah).
Kriteria Hasil :
 Tanda vital stabil
 Nadi perifer dapat diraba
 Turgor kulit baik
 Haluaran urine tepat secara individu
 Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan.
2. Pantau tanda-tanda vital terutama pada perubahan TD ortostatik.
3. Pantau suhu, warna kulit, dan kelembabannya.
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
5. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2.500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan.

24
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasuil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
1. Nutrisi adekuat.
2. Cidera terhadap janin tidak terjadi.
3. Cidera terhadap maternal tiak terjadi.
4. Pengetahuan meningkat.

25
ASUHAN KEPERAWATAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM PADA MASA
KEHAMILAN
A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum ialah :
a. Mual-muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (
Obstetri patologi. 1984 : 84
b. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil (
Helen verney. Asuhan Kebidanan .2007,hal:608).
c. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono
Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).
d. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah dengan intensitas sedang sering
terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu.(Obstetri Willson.2006.hal:1424)
e. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20
minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti
Appendisitis, Pielitis dan sebagainya
B. Etiologi
Penyebab Hiperemesisi Gravidarum secara pasti belum diketahui. Menurut Chin
dkk,1990; Goodwin mentero, Mostman, 19920) Mengemukakan Hiperemesis
Gravidarum dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi dan hipertiroidisme,
yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia.
Beberapa faktor predisposisi sbb :
1. Primigravida, mola hidotidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab.
4. Faktor Endokrin : Hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.

26
Mual muntah disebabkan oleh masuknya bagian vilus ke dalam peredaran darah ibu,
perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex gi suprarenalis, perubahan metabolik
dan kurangnya pergerakan lambung.
C. Tanda dan Gejala
a. Muntah yang berat
b. Haus
c. Dehidrasi
d. Berat badan turun
e. Keadaan umum mundur
f. Kenaikan suhu
g. Icterus
h. Gangguan cerebral (kesadaran menurun delirium)
i. Laboratorium : protein, aseton, urobilinogen, dalam urine bertambah, silinder
D. Macam-macam Hiperemesis Gravidarum
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu
1. Tingkatan I = Ringan
Mual muntah terus sehingga penderita lemah, tidak mau makan, nadi
meningkat sampai sekitar 100 denyut permenit, tekanan darh sistolik menurun,
BB menurun, nyeri di epigastrium, turgor menurun, lidah kering, mata cekung.
2. Tingkat II = Sedang
Mual dan muntah yang hebat sehingga keadaan umum penderita lebih parah :
lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, gejala dehidrasi
semakin jelas, nadi kecil an cepat, suhu badan naik, tensi semakin menurun, mata
cekung, icterus ringan, BB menurun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi.
Aseton dapt tercium dalam hawa pernapasan, dan dapat terjadi asetonuria.
3. Tingkat III = Berat
a. Keadaan umum wanita tersebut makin menurun, tanda dehidrasi makin
tampak, muntah berkurang, tekanan darh menurun, nadi makin kecil dan cepat,
suhu badan meningkat.
b. Gangguan faal hati termanifestasi dari gejala icterus.
c. Keadaan menurun dari somnolen sampai koma, komplikasi pada susunan saraf
pusat (ensefalopati wernicke) dengan gejala : nistagmus, diplopia dan
perubahan

27
d. mental. Keadaan ini akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin
B kompleks.
Hiperemesis gravidarum ada yang kronik dan ada yang akut.
Hiperemesis gravidarum kronik yaitu kemunduran terjadi dengan lambat laun.
Hiperemesis gravidarum akut yaitu kemunduran terjadi dalam beberapa hari
misalnya 1 minggu.
E. Penatalaksanaan
Pertama-tama, bila ada keluhan hiperemesis gravidarum disingkirkan adanya
gangguan sistematik lainnya, seperti ulkus peptikum, hepatitis, pielonefritis dan tumor
otak yang dapat menimbulkan gejala muntah. Langkah yang paling baik adalah
pencegahan, sehingga emesis gravidarum yang dijumpai pada wanita hamil tidak
berkembang menjadi hiperemesis gravidarum. Peran bidan dan perawat adalah
memberi penyuluhan kepada calon ibu dalam menghadapi gangguan mual dan muntah
pada awal kehamilannya. Para calon ibu perlu diyakinkan bahwa kehamilan dan
persalinan adalah suatu proses fisiologis dan gangguan mual muntah ini akan
menghilang setelah kehamilan 4 bulan (16 minggu).
Ibu dianjurkan untuk makan lebih sering dengan porsi kecil dan menghindari
makanan berlemak, terlalu manis dan yang berbau serta berbumbu merangsang
makanan yang mengandung karbohidrat (biskuit kering, roti bakar) lebih baik dari
pada gula-gula dan coklat sebagai sumber energi. Untuk mengurangi keluhan mual
muntah. Wanita hamil tersebut dianjurkan untuk makan biskuit atau roti kering / bakar
dengan teh hangat sebelum turun dari tempat tidur dan melaksanakan aktivitas.
Apabila muntah terus berlanjut dan menganggu kehidupan sehari-hari, wanita tersebut
perlu dirawat inap di RS, dengan penatalaksanaan sebagai berikut :
1. Wanita dirawat dikamar tersendiri yang tenang, tetapi terang dengan ventilasi udara
yang baik, membatasi pengunjung, dengan perubahan suasana, pendampingan oleh
bidan / perawat dan orang terdekat serta informasi dan komunikasi yang baik saja
sering sengaja muntah sudah berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
2. Pemberian cairan pengganti Perlu diberi cairan intravena bila ada gejala dehidrasi.
Cairan yang dipakai biasanya dextrose5 % dalan larutan fisiologik sebanyak 2-3
liter perhari tergantung tingkat dehidrasi. Bila perlu diberi tambahan kalium dan
vitamin B kompleks dan C. Bila ada kekurangan protein juga dapat diberi asam
amino secara intravena.

28
3. Pendekatan Psikologik Wanita perlu diyakinkan bahwa penyakitnya dapt
disembuhkan, hilangnya rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan. Dengan
pendekatan konseling dan dan mencoba menemukan konflik serta mencari jalan
penyelesaian masalah psiko-sosial yang menjadi beban dan pencetus adanya
hiperemesis gravidarum. Kalau perlu dan memungkinkan konsultasi dengan pekerja
sosial, petugas pastoral dan psokolog.
4. Penghentian Kehamilan Pada beberapa kasus pengobatan hoperemesis gravidarum
tidak berhasil dan kondisi pasien menjadi makin memburuk. Perlu pemeriksaan
medik dan psikologis yang teliti untuk mengetahui gangguan sistemik dan beratnya
komplikasi. Adanya delirium, somnolen sampai koma, kebutaan, takikardi, ikterus,
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam kondisi
demikian secara medik perlu adanya pertimbangan untuk penghentian kehamilan.
Keputusan ini tidak mudah ditetapkan karena dengan pertimbangan moral tidak
boleh terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak menunggu sampai kondisi irreversible
pada organ vital.

29
Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan hipremesis Gravidarum
A. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a) Anamnesa
1. Identitas
Pada identitas ini yang perlu dikaji adalah umur dimana sering terjadi
pada usia produktif 20-40 tahun, pada primigravida 60¬80%,
multigravida 40-6%. Pendidikan juga berpengaruh pada pengetahuan
pasien, dengan mengetahui tingkat pendidikan akan memudahkan dalam
melakukan komunikasi terapeutik. Pada alamat untuk melihat apakah
pasien berada dalam lingkungan kumuh, karena bisa berdampak pada
mual muntah yaitu higiene nutrisi yang kurang baik sehingga bisa
memperburuk keadaan. Pada pekerjaan juga berperan, dengan tuntutan
kerja keras dapat mempengaruhi keadaan hamil dengan gangguan
Hiperemeris gravidarum. (Hanifa Wiknjosastro, 1999). Pada biodata
suami juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah suami adalah suami
yang syah, bertanggung jawab dalam masalah biaya perawatan di rumah
sakit serta peran sebagai suami siaga dengan memberikan support
sistem dan perhatian agar pasien lebih kooperatif dalam perawatan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan yaitu mual dan muntah pada pagi
hari.
3. Riwayat kesehatan
Terdiri dari :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Mual muntah dan nyeri di epigastrium.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Pernah menderita penyakit/mempunyai riwayat penyakit seperti
gastritis dan hepatitis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit menurun dan menular yang diderita keluarga seperti
DM (deabates militus) dan hipertensi.
5. Riwayat menstruasi/haid

30
Berhubungan dengan gangguan kehamilan Hiperemesis gravidarum
adalah siklus haid kadang teratur dan tidak dengan keluaran yang
jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon dan
bertambahnya aliran darah ke vagina. Keluaran itu sendiri warnanya
keputih-putihan bisa kental atau cair. Hal ini bukanlah gejala suatu
masalah karena meningkatnya keluaran vagina merupakan hal yang
normal dalam kehamilan. (Philip D Sloane M.D, 1997).
6. Riwayat perkawinan
Berhubungan dengan kasus Hiperemesis gravidarum adalah usia
perkawinan yang sering terjadi pada usia produktif yaitu 20-d0 tahun.
Pada dampak psikologis memegang peranan yang penting pada kasus
Hiperemesis gravidarum, misal takut terhadap kehamilan dan
persalinan, kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami,
takut terhadap tanggung jawab sebabai ibu dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar keengganan manjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup. (Hanifa Wiknjosastro, 1999 ).
7. Riwayat obstetri
Seperti kehamilan keberapa, sebab mual dan muntah sering terjadi pada
primigrafida. Selain itu, kehamilan direncanakan atau tidak, sebab
kehamilan yang tidak direncanakan akan menimbulkan stress sehingga
dapat meningkatkan asam lambung yang akan memperparah mual dan
muntah.
8. Riwayat kontrasepsi
Pada riwayat ini bila pasien menggunakan alat kontrasepsi pil KB pada
kasus Hiperemesis gravidarum akan menambahkan perasaan mual,
karena peningkatan hormon estrogen yang diakibatkan pemakaian
kontrasepsi itu sendiri. (Nyata. 4 Januari 2001 ).
9. Riwayat kelainan reproduksi,
Kemungkinan mempunyai riwayat canser kandungan, cystoma ovarii,
mola hidatidosa. Karena pada mola hidatidosa jumlah hormon yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis
gravidarum. (Manuaba Ida Bagus C.de, 1998).
10. Riwayat psikososial,

31
Respon keluarga terhadap masalah pasien sangat menentukan tingkat
keberhasilan perawatan pada pasien dengan kasus Hiperemesis
gravidarum. Kekhawatiran, ketakutan hinggu timbul kecemasan juga
dapat terjadi pada pasien karena ketidaktahuan akan penyakitnya.
Dimana hal yang paling berhubungan erat pada dampak psikologik
pasien, yaitu kemungkinan wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan karena harus memikirkan masalah ekonomi yang
lemah, dan keretakan hubungan dengan suami yang dapat menjadi
faktor kejadian Hiperemesis gravidarum.
11. Gaya hidup
a. Nutrisi
Frekuensi makan yang jarang , jenis makanan yang tidak baik seperti
makanan kasar dan buah-buahan yang asam (dapat mengiritasi
lambung sehingga meningkatkan asam lambung).
b. Eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK,keluhan yang berhubungan dengan eliminasi,
oliguria, konstipasi/diare, nyeri waktu BAB.
c. Personal hygiene
Pada personal higiene tingkat ketergantungan pasien meningkat
sehingga keluarga pasien selalu membantu dalam memenuhi
kebutuhan personal higienenya.
d. Factor Istirahat
Pasien dengan gangguan hiperemesis gravidarum ini mengalami
kesulitan tidur karena pasien sering mual-mual sehingga kebutuhan
istirahat (tidur) kurang.
e. Merokok
Sebab hal tersebut akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dan tidak baik juga untuk kesehatan ibu.
f. Konsumsi kafein
Misalnya kopi, kopi bersifat iritasi pada lambung sehinnga dapat
meningkatkan asam lambung.
g. Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
h. Interaksi sosial

32
Perubahan status kesehatan atau stresor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat berfariasi terhadap hospiltalisasi
dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
b) Pemeriksaan fisik
1. Pada tingkat I keadaan umum merasa lemah, terjadi penurunan BB
yang tidak signifikan, dan terjadi penurunan nafsu makan akibat mual
dan muntah yang berlebih. Pada tingkat II, keadaan umunya merasa
lebih lemah, terjadi penurunan BB yang berarti, dan kesadaran apatis.
Sedangkan untuk Tingkat III, kesadaran menurun dari samnolen
sampai koma dan berat badan turun drastis (turun kira-kira 2,5-5 kg).
Untuk TTV yaitu tekanan darah antara 110-140/60-90 mmHg, nadi
60-100 x/menit, RR 16-24 x/menit, suhu 36 o C-38 o C.
2. Riview of system
a. Wajah dan mulut
Muka terlihat pucat dan anemis konjungtiva, palpebra, kelihatan
pucat dan mata cowong. Bibir kering menunjukkan adanya
gangguan keseimbangan cairan elektrolit serta penurunan oksigen
dalam darah. Pada mulut terdapat hawa pernafasan berbau asam
karena cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi sehingga oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton, asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah yang dapat
mempengaruhi hawa pernafasan, pada lidah kering dan pecah-
pecah akibat muntah yang berlebihan. (Hanifa Wiknjosastro,
1999).
b. Dada dan thorax
Pada payudara terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae dan
payudara tegang, bentuk puting menonjol. Dan terdapat nyeri
tekan pada daerah cardia, kadang-kadang juga pada daerah hepar.
(Brata D, 1997).
c. Abdomen
 Inspeksi : pada hiperemesis gravidarum terjadi anoreksia,
mual muntah sehingga turgor kulit menurun, bentuk perut

33
terlihat cekung dan belum terlihat tanda-tanda linea alba
karena umur kehamilan yang masih muda.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, pemeriksaan pada leopold I
untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa dalam
Fundus karena dengan usia kehamilan yang masih muda.
 Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik usus menurun
diakibatkan karena kurangnya aktivitas dan masukan makanan
yang kurang.
d. Integumen dan kuku :
Turgor kulit kembali lebih 1 detik, pergerakan bebas dan lemah,
kulit yang pucat, kering dan keluar keringat dingin terutama
ujung-ujung ekstremitas.
e. Ekstremitas
Pada ekstremitas bawah dan atas biasanya lemah yang
diakibatkan muntah yang terus menerus sehingga tidak terdapat
cadangan karbohidrat dalam tubuh sehubungan dengan proses
penyakit.
f. Genetalia
Meningkatnya keluaran cairan vagina seperti keputihan
merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Keluaran yang
jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon
dan berwarna keputih-putihan, biasanya kental atau cair. Hal ini
bukanlah gejala suatu masalah. (Philip D Sloane MD, 1997).
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
a. Darah perifer lengkap
b. Urinalisis
c. Gula darah
d. Elektrolit
e. Analisis gas darah
f. Tes fungsi hati dan ginjal
g. Tes antibodi H. pylori (pemeriksaan penunjang pelengkap).
h. Pada kondisi tertentu dapat pula diperiksa amilase, lipase, TSH, FTI
3-4.
34
i. Hemoglobin
j. Hematokrit
k. Ketonuria
l. Proteinuria.
d) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
frekuensi mual dan muntah berlebihan.
c. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi
kehamilan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Rencana Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan.
Tujuan : kebutuhan cairan dapat terpenuhi dengan adekuat dalam satu kali
24 jam.
Kriteria hasil : BB mulai naik, TTV kembali normal, turgor kulit kembali
normal, mukosa bibir lembab, mata tidak cowong lagi.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya dapat mememudah proses dalam
pemberian informasi dan meningkatkan tanggung jawab individau terhadap
kesehatan.
b. Kaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan akan informasi/belajar.

35
a. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG),
perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas
gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
b. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya
Ulkus peptikum, gastritis.
Rasional : Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain
untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi
intervensi.
c. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD,
input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan
bandingkan dengan standar
Rasional : Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi
tingkat atau kebutuhan hidrasi.
d. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan
sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat
seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
Rasional : Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan
menurunkan keasaman lambung.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
frekuensi mual dan muntah berlebihan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan adekuat
dalam waktu satu kali 24 jam.
Kriteria hasil : BB mulai naik, TTV kembali normal, frekuensi mual
dan muntah berkurang.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya dapat mememudah proses
dalam pemberian informasi dan meningkatkan tanggung jawab
individau terhadap kesehatan.
b. Kaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan akan informasi/belajar.
c. Batasi intake oral hingga muntah berhenti.

36
Rasional : Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan
mencegah muntah selanjutnya.
d. Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah,
misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
Rasional : Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit
e. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
Rasional : Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan
elektrolit
f. Catat intake dan output.
Rasional : Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului
muntah.
g. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
h. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
Rasional : dapat menstimulus mual dan muntah
i. anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the
(panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum
tidur
Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari
rangsang mual muntah yang berlebih
j. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam
periode tertentu.
Rasional : Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
k. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
Rasional : Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
l. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan
pembersih mulut sesering mungkin.
Rasional : Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut
m. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
Rasional : Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan
kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 mg/dl
atau kadar Ht rendah dipertimbangkan anemi pada trimester I.
n. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa..

37
Rasional : Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan
asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi karena
kehamilan.
o. Ukur pembesaran uterus
Rasional : Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin
dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang
mengakibatkan kemunduran pcrkembangan janin dan
kcmungkinan-kemungkinan lebih lanjut
c. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan
psikologi kehamilan.
Tujuan : ansietas dapat berkurang dalam waktu satu kali 24 jam.
Kriteria hasil : TTV kembali normal, kondisi emosional kembali stabil,
mampu beradaptasi terhadap perubahan selama kehamilan.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya dapat mememudah proses
dalam pemberian informasi dan meningkatkan tanggung jawab
individau terhadap kesehatan.
b. Kaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan akaninformasi/belajar.
c. Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung
Rasional : Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
d. Kaji tingkat fungsi psikologis klien
Rasional : Untuk menjaga intergritas psikologis
e. Berikan support psikologis
Rasional : Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling
percaya
f. Berikan penguatan positif
Rasional : Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat
kehamilan
g. Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal
Rasional : Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien
d. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan.

38
Tujuan : intoleransi aktifitas dapat teratasi.
Kriteria hasil : aktifitas sehari-hari kembali normal, kebutuhan istirahat
tercukupi.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya dapat mememudah proses
dalam pemberian informasi dan meningkatkan tanggung jawab
individau terhadap kesehatan.
b. Kaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan akan informasi/belajar
c. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
Rasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga
yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan
uterus
d. Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat
Rasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak
dimodifikasi untuk wanita beresiko.
e. Bantu klien beraktifitas secara bertahap
Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita
meringankan dalam memenuhi kebutuhannya.
f. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
Rasional : Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai
indikasi.
4. Implementasi
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengkaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
c. Menentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
d. Meninjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus
peptikum, gastritis).
e. Mengkaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output
dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar

39
f. Menganjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering
mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti
kering sebelum bangun dari tidur.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan frekuensi
mual dan muntah berlebihan.
a. Berkenalan dan menjalin hububungan saling percaya.
b. Menggali tingkat pengetahuan, persiapan dan harapan yang dimiliki dalam
menerima suatu informasi.
c. Membatasi intake oral hingga muntah berhenti.
d. Memberikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah,
misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
e. Mempertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
f. Mencatat intake dan output.
g. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
h. Menganjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
i. Menganjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the
(panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
j. Mencatat intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode
tertentu.
k. Menginspeksi adanya iritasi atau lesi: Untuk mengetahui integritas inukosa
mulut.
l. Mengkaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan
pembersih mulut sesering mungkin.
m. Memantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit.
n. Melakukan test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
o. Mengukur pembesaran uterus.
3. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi
kehamilan.
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengkaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
c. Mengontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung
d. Mengkaji tingkat fungsi psikologis klien.
e. Memberikan support psikologis.
f. Memberikan penguatan positif

40
g. Memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengkaji persiapan, pengetahuan dan harapan yang dimiliki.
c. Meganjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
d. Menganjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.
e. Membantu klien beraktifitas secara bertahap.
f. Menganjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada ibu hamil dengan gangguan kehamilan Hiperemesis
Gravidarum adalah didapatkannya hasil seperti :
1. Diagnosa I : Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan.
a. BB mulai naik
b. Tanda-tanda vital baik, yaitu untuk tekanan darah antara 110-140/60-90
mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 16-24 x/menit, suhu 36 o C-38 o C
c. Turgor kulit kembali normal.
d. Mukosa bibir lembab dan mata tidak cowong lagi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan frekuensi
mual dan muntah berlebihan.
a. BB mulai naik
b. Tanda-tanda vital baik, yaitu untuk tekanan darah antara 110-140/60-90
mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 16-24 x/menit, suhu 36 o C-38 o C.
c. Frekuensi mual dan muntah berkurang.
3. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi
kehamilan.
a. Tanda-tanda vital baik, yaitu untuk tekanan darah antara 110-140/60-90
mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR 16-24 x/menit, suhu 36 o C-38 o C.
b. Kondisi emosional kembali stabil
c. Mampu beradaptasi terhadap perubahan selama kehamilan.
4. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan.
a. Aktifitas sehari-hari kembali norma

41
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang
ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena
kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk
membawa glukosa melewati membran sel.
Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga
dengandiabetes melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran
kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan), Adanya
hidramnion,Kelahiran anak sebelumnya besar,Umur mulai tua, Herediter.
Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol
kadar gula dalam darah.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan
20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari,
berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena
penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya
B. Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan
benar, menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin
berolahraga, serta selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat
peningkatan gula darah yang berlebih, segera mendapatkan penangan dari petugas
kesehatan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika

Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta:

EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007.Pemgantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC

Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jogjakarta


: Nuha Medika

Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:Salemba Medika.
Anonim. Siti Ngaisah. 2013. http://www.docstoc.com/docs/149993941/Makalah-Ibu-Hamil-
dengan-Diabetes-Melitu. Diakses tanggal 22 Mei 2014. Pukul 19.27.

43

S-ar putea să vă placă și