Sunteți pe pagina 1din 11

PENGARUH KECEPATAN ROTOR DAN KONSENTRASI KATALIS PADA

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CPO DENGAN REAKSI ESTERIFIKASI


MENGGUNAKAN SENTRIFUGAL KONTAKTOR

Gery Azhari Putera1), Idral Amri2), dan Silvia Reni Yenti2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, 2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru Kode Pos 28293

email: gery.azhari@gmail.com

ABSTRACT
Fuel needed for diesel engines in Indonesia each year increased along with the number of
industrial machinery and the amount of diesel vehicles engine. With limited oil reserves, it is
necessary to look for alternative sources of energy. Centrifugal contactor technology is one of the
alternative technology of biodiesel production is very likely to be developed. Therfore, we need a
study of biodiesel production using palm oil feedstock and methanol as reagent and sulfuric acid as
a catalyst by using the esterification reaction. And this study used centrifugal contractors as the
main equipment, which is equipped with a heater, raw material tank, product tank and pumps.
Fixed variables selected in this study is the reaction time of 120 minutes, the molar ratio of feed is
9:1, and 60 ° C operating temperature. While the manipulated variable is rotor speed (1200, 1800
and 2400 rpm), the concentration of sulfuric acid catalyst (5%, 10% and 15% v/v methanol). The
results of the research that has been done is the characteristics of biodiesel produced in this study,
the kinematic viscosity values from 2,41 to 2,51 mm2/s, density 858-863 kg/m3, and acid number
6,30 to 6,66 mg-KOH/g. The composition of the methyl ester obtained is 0,33% behenic metyl ester,
48,87% palmitic methyl ester and 50,80% oleic methyl ester. The best conversion is 56,03% at the
optimum operating conditions with a catalyst concentration of sulfuric acid 10% v/v methanol and
the rotor speed of 2400 rpm. Correlation of rotor speed on reaction rate constant is
. And the relationship of the catalyst concentration the reaction rate constant is
.

Keywords: CPO, Centrifugal Contactors, Biodiesel, Esterification Reaction

Pendahuluan terbarukan sebagai bahan baku (Haas dkk.,


Kebutuhan bahan bakar untuk mesin 2005).
diesel di Indonesia tiap tahunnya semakin Sementara itu, cadangan energi fosil
meningkat seiring dengan pertambahan Indonesia sudah sangat terbatas, cadangan
jumlah mesin industri dan jumlah kendaraan minyak hanya cukup untuk 18 tahun, gas
bermesin diesel. Dengan semakin terbatasnya untuk 60 tahun dan batu bara untuk 150 tahun
cadangan minyak bumi, maka perlu dicari (Prihandana, 2007). Berdasarkan data dari
alternatif sumber energi baru (Utami dkk., Sekretariat Panitia Teknis Sumber Energi
2007). Kemudian dengan adanya keinginan (2006), distribusi penggunaan sumber energi
untuk mendirikan kemandirian energi, maka nasional untuk Bahan Bakar Minyak (BBM)
diperlukan untuk mengembangkan alternatif sebesar 60%, gas 16%, batubara 12%, listrik
sumber daya bahan bakar fosil yang terbatas. 10% dan LPG 1% dari total 606,13 juta SBM
Pengembangan ini telah menghasilkan (setara bahan bakar minyak). Keadaan ini
teknologi bahan bakar yang didasarkan pada memacu Indonesia untuk mencari dan
penggunaan bahan berbasis pertanian

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 1


memanfaatkan potensi sumber-sumber energi biodiesel dengan menggunakan sentrifugal
alternatif. kontaktor, dimana tahapan proses bisa lebih
Indonesia sebagai salah satu Negara sederhana karena menggabungkan reaktor dan
beriklim tropis yang memiliki sumber daya pemisah di dalam satu alat proses.
alam yang sangat potensial. Usaha pertanian
merupakan usaha yang sangat potensial untuk Bahan dan Metodologi Penelitian
dikembangkan di Indonesia karena Indonesia Bahan dan Alat
memiliki potensi sumber daya lahan Pembuatan biodiesel ini menggunakan
agroklimat dan sumber daya manusia yang CPO dan metanol sebagai bahan baku. CPO
memadai. Kondisi iklim tropis dan curah diperoleh dari pabrik CPO PTPN V. Bahan-
hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang bahan lainnya yang digunakan meliputi
masih luas serta telah berkembangnya H2SO4 sebagai katalis, KOH, metanol, asam
teknologi optimalisasi produksi dapat oksalat dan indikator pp.
mendukung kelayakan pengembangan usaha Penelitian pembuatan biodiesel
agribisnis (Chumaidi, 2008) dilakukan dalam satu peralatan produksi
Ketersedian bahan baku yang biodiesel Sentrifugal Kontaktor. Peralatan ini
melimpah di Indonesia memberikan terdiri dari 2 tangki penyimpanan bahan baku,
kesempatan untuk pengembangan energi 2 tangki pemanas, 1 sentrifugal kontaktor, dan
alternatif terbarukan berbasis produk 2 tangki penyimpanan produk. Alat-alat
agrikultur. Salah satu yang baik untuk pendukung penelitian adalah gelas ukur,
dikembangkan adalah produksi Biodiesel. stopwatch, termometer, neraca digital, hot
Potensi pengembangan biodiesel Indonesia plate, pipet tetes, statip, corong pisah,
cukup besar karena disamping sebagai erlenmeyer, piknometer, viskometer, buret,
penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar oven dan seperangkat alat GC-MS.
pertama di dunia, Indonesia juga memiliki
banyak spesies tanaman yang minyaknya Persiapan Bahan Baku
dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel Dalam persiapan bahan baku,
(Soerawidjaja, dkk. 2005). dilakukan analisis bahan baku yaitu, analisis
Metode yang paling sederhana untuk asam lemak bebas, untuk mengetahui
membuat biodiesel adalah dengan kesempurnaan reaksi. Analisis asam lemak
menggunakan reaktor tangki berpengaduk bebas dilakukan berdasarkan kepada metode
secara batch, kemudian diikuti dengan titirimetri. Bahan baku CPO diambil
pemisahan ester dari campurannya dengan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
alkohol, air dan hasil samping. Untuk proses ditambahkan pelarut alkohol panas atau
secara kontinu umum digunakan reaktor Plug heksana kemudian dititrasi menggunakan
Flow (PFR) dengan waktu tinggal 6-10 menit. basa.
Dilanjutkan dengan pemurnian ester dari Bahan baku CPO yang akan
campurannya (Van Gerpen, dkk. 2004). digunakan dipanaskan terlebih dahulu dalam
Berdasarkan kepada kebutuhan energi bejana hingga suhunya mencapai 60oC, ini
alternatif pengganti bahan bakar mesin diesel. bertujuan supaya CPO mencair, dan juga
Maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk untuk menyesuaikan dengan kondisi
meningkatkan teknologi produksi biodiesel temperatur didalam reaktor. Pada tahap ini
sekaligus pemanfaatan produk turunan dilakukan dengan komposisi molar metanol
pertanian khususnya CPO (Crude Palm Oil) 9:1 dan waktu reaksi 2 jam. Variasi katalis
yang banyak dihasilkan di Indonesia. Proses yaitu H2SO4 5, 10 dan 15 % dan kecepatan
pembuatan biodiesel pada saat sekarang ini pengadukan 1200, 1800 dan 2400 rpm.
menggunakan beberapa tahapan seperti
Pembuatan Biodiesel
mereaksikan dan pemisahan. Dilihat dari
Pelaksanaan pembuatan biodiesel dari
tantangan untuk menyumbang suatu inovasi
CPO dilakukan dengan tinjauan variabel
pembuatan biodiesel, maka penulis tertarik
pengadukan, konsentrasi katalisator,
untuk mengembangkan teknologi pembuatan
temperatur, waktu reaksi, dan rasio molar

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 2


umpan. Hasil yang ingin diperoleh dari adalah konversi biodiesel yang terbentuk.
percobaan pembuatan biodiesel dari CPO
Tahap-tahap percobaan pembuatan biodiesel dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Bahan Baku CPO Metanol + Katalis

Proses Pilot Plant Produk Utama :


Uji Laboratorium Menggunakan Biodiesel
(Uji kadar ALB sampel) Sentrifugal Kontaktor

Analisis Karakteristik
Produk Samping : (densitas, viskositas, kadar
Trigliserida dan Air metil ester, dan angka asam)

Hasil Analisis
Biodiesel
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Biodiesel
Bahan baku biodiesel dipanaskan Esterifikasi adalah reaksi di mana
dalam suatu ruang pemanasan dengan bantuan bahan yang mengandung asam lemak bebas
heater hingga tercapai suhu 60oC. Metanol- direaksikan dengan alkohol membentuk ester
katalis dimasukkan ke tempat umpan dengan dan air. Esterifikasi hanya dapat dilakukan
komposisi katalis 5%, 10% dan 15% v/v jika umpan yang direaksikan dengan alkohol
metanol. Kemudian dialirkan ke dalam mengandung asam lemak bebas tinggi. Selain
reaktor dengan rasio molar metanol 9 : 1. itu, tidak diperlukan adanya tahap ekstraksi
Reaksi dibiarkan berlangsung selama 120 dalam proses ini karena pada esterifikasi in
menit hingga diperoleh produk. Produk situ, alkohol berfungsi sebagai solven
berupa ester, air, sisa metanol dan trigliserida. pengekstrak sekaligus sebagai reaktan.
Proses Esterifikasi
Asam Lemak ME, triolein dan sisa asam
Bebas lemak bebas
Esterifikasi
Metanol + H2SO4 Metanol, air, komponen
terlarut
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Esterifikasi Pembuatan Biodisel
Pemisahan Trigliserida Analisis Biodiesel
Pemisahan trigliserida dapat dilakukan Angka Asam
melalui pengendapan dan bantuan sentrifus. Angka asam yaitu banyaknya (mg) KOH
Pada penelitian ini trigliserida dapat yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-
dipisahkan menggunakan sentrifuges asam lemak bebas di dalam satu (1) gram
separation yang terdapat pada reaktor. sampel biodiesel (SNI 04-7182-2006).
Pemisahan ini berdasarkan kepada perbedaan Larutan biodiesel yang dihasilkan akan
densitas atau berat jenis dari kedua cairan menyisakan asam lemak bebas yang tidak
yang tercampur. terkonversi secara sempurna pada proses
reaksi esterifikasi. Asam lemak bebas ini akan
mempengaruhi angka asam yang diperoleh
dari analisis ini.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 3


Analisis Kromatografi Gas – Spektrometri densitas yang lebih besar tidak dapat
Massa (GC-MS) digunakan untuk mesin diesel karena akan
Metoda kromatografi yaitu suatu menyebabkan emisi karena pembakaran yang
metoda yang berdasarkan kepada kelarutan kurang sempurna, dan kerusakan lain pada
komponen larutan uji dengan suatu larutan mesin.
pelarut (fasa pembawa) yang dilewatkan Viskositas
melalui suatu medium sebagai fasa diam. Viskositas biodiesel yang dihasilkan
Perbedaan sifat kimia antara molekul- berkisar antara 2,41-2,51 mm2/s. Dimana
molekul yang berbeda dalam suatu campuran standar nasional untuk biodiesel adalah 2,3-
dipisahkan dari molekul dengan melewatkan 6,0 mm2/s. Sehingga viskositas yang
sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul didapatkan pada penelitian telah memenuhi
memerlukan jumlah waktu yang berbeda standar.
(disebut waktu retensi) untuk keluar dari Viskositas adalah pengukuran dari
kromatografi gas, dan ini memungkinkan ketahanan fluida yang diubah baik dengan
spektrometer massa untuk menangkap, tekanan maupun tegangan. Viskositas
ionisasi, mempercepat, membelokkan, dan berperan pada peninjeksian bahan bakar ke
mendeteksi molekul terionisasi secara ruang bakar mesin. Viskositas yang tinggi
terpisah. Spektrometer massa melakukan hal dapat menyebabkan kerja pompa bahan bakar
ini dengan memecah masing-masing molekul lebih besar sehingga peninjeksian bahan bakar
menjadi terionisasi mendeteksi fragmen tidak sempurna. Oleh karena spesifikasi
menggunakan massa untuk mengisi rasio pompa bahan bakar yan digunakan.
(Hites, 2007). Viskositas yang terlalu rendah dapat
menyebabkan kebocoran pada pompa injeksi
Hasil dan Pembahasan bahan bakar, dan jika terlalu tinggi dapat
Densitas mempengaruhi kerja cepat alat injeksi dan
Setelah dilakukan penelitian pembuatan mempersulit pengabutan bahan bakar
biodiesel menggunakan sentrifugal kontaktor, (Hardjono, 2001).
didapatkan biodiesel mempunyai densitas
dengan rentang 859-863 kg/m3. Densitas Angka Asam
merupakan hasil pengukuran massa setiap Angka asam yang diperoleh adalah
satuan volume benda. Semakin tinggi densitas berkisar antara 6,30-6,66 mg-KOH/g. Standar
suatu benda maka semakin besar pula massa untuk angka asam adalah < 0,8 mg-KOH/g.
setiap volumenya. Terdapat kecenderungan Sehingga biodiesel yang dihasilkan dapat
penurunan densitas terhadap peningkatan bersifat korosif terhadap pompa bahan bakar
suhu. Penurunan densitas disebabkan dan mesin diesel. Tingginya angka asam ini
terjadinya peningkatan volume dengan massa dapat mengindikasikan bahwa masih
yang konstan pada suhu yang tinggi (Renny, banyaknya asam lemak bebas di dalam hasil
2011). Densitas berkaitan dengan pembakaran biodiesel yang tidak terkonversi dan adanya
diruang bakar mesin diesel. Semakin tinggi sisa katalis asam.
densitas suatu zat, maka semakin tinggi titik Angka Asam merupakan jumlah
didih zat tersebut, dan semakin sulit menjadi milligram KOH yang digunakan untuk
uap. Tentunya menjadi semakin sulit bereaksi menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dengan oksigen. dalam 1 gram minyak atau lemak. Angka
Hasil pengukuran densitas asam yang tinggi bersifat korosif dan dapat
menunjukkan biodiesel yang diperoleh telah merusak injektor bahan bakar mesin diesel.
memenuhi standar nasional Indonesia, dimana
standar densitas mempunyai rentang 840-890 Analisis Kandungan Metil Ester
kg/m3. Jika biodiesel yang dihasilkan Setelah dianalisis menggunakan GC-
memiliki densitas yang lebih besar maka akan MS (Gas Chromatography-Mass
terjadi pembakaran yang tidak sempurna di Spectrometry) didapatkan data seperti gambar
ruang bakar mesin diesel. Biodiesel dengan dan tabel berikut :

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 4


Gambar 4.1 Hasil Analisis GC-MS

Tabel 4.4 Hasil Analisis GC-MS


Waktu
No. Nama Rumus Struktur Tinggi % Tinggi
Retensi
Metil Ester
1 CH3(CH2)20C(O)OCH3 10,258 5790 0,33
Behenate
Metil Ester
2 CH3(CH2)14C(O)OCH3 11,899 848757 48,87
Palmitat
Metil Ester CH3OC(O)(CH2)7CH:CH
3 13,089 882273 50,80
Oleat (CH2)7CH3

Analisis metil ester ini menggunakan yang dari proses esterifikasi CPO ini adalah
alat GC-MS (Gas Chromatography-Mass Metil Ester Oleat dan Metil Ester Palmitat.
Spectrometry). Metode GC-MS adalah
metode yang mengombinasikan kromatografi Pengaruh Kecepatan Rotor Terhadap
gas dan spektrometer massa untuk Konversi Biodiesel dan Konstanta
mengidentifikasi senyawa yang berbeda Kecepatan Reaksi
dalam analisis sampel (Hites, 2001). Perputaran rotor pada pembuatan
Hasil analisis GC-MS senyawa ester, biodiesel menggunakan sentrifugal kontaktor
pada penelitian ini diperoleh produk berupa yang bertujuan untuk menyempurnakan reaksi
metil ester behenat 0,33 %, metil ester yang terjadi dan memisahkan hasil reaksi
palmitat 48,87 % dan metil ester oleat 50,80 yang berupa biodiesel, air, metanol sisa dan
%. Hasil ini didapatkan dari sampel ester pada CPO sisa. Kecepatan rotor dapat memperbaiki
tangki produk hasil pemisahan sentrifugal. pencampuran yang kurang sempurna di
Dari hasil analisis didapatkan bahwa produk reaktor kolom.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 5


56,50

56,00

55,50
Konversi (%)
55,00

54,50 5%
10%
54,00
15%
53,50

53,00

52,50
1200 1800 2400
Kecepatan Rotor (rpm)
Gambar 4.2 Pengaruh Kecepatan Rotor terhadap Konversi Reaksi
Kecepatan rotor dapat membantu keaktifan tersebut menyebabkan reaksi yang
memperbaiki pencampuran yang kurang terjadi menurunkan konversi.
sempurna di outer shell dari sentrifugal Kenaikan kecepatan rotor akan
kontaktor. Dengan meningkatnya kecepatan meningkatkan frekuensi tumbukan antar
rotor maka pencampuran yang terjadi lebih molekul reaktan. Sehingga kenaikkan
sempurna sehingga dapat meningkatkan luas kecepatan rotor memberikan peningkatan nilai
kontak antar bahan baku reaksi esterifikasi konversi reaksi. Frekuensi tumbukan
ini. memperluas area permukaan kontak yang
Pada gambar di atas menunjukkan aktif hingga tercapai kondisi maksimum.
kenaikan kecepatan rotor dari 1200 rpm Semakin besar tumbukan maka
menjadi 1800 rpm dan 2400 rpm akan semakin besar pula harga konstanta kecepatan
menaikkan konversi reaksi. Pada konsentrasi reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan
katalis 5% didapatkan bahwa konversi sangat penting mengingat larutan minyak-
meningkat seiring meningkatnya keceptan katalis metanol merupakan larutan yang
rotor. Pada konsentrasi katalis 10% juga immiscible (Hikmah dan Zuliyana, 2010).
terjadi fenomena yang serupa yaitu Kemudian dilakukan perhitungan nilai
meningkatnya konversi reaksi seiring konstanta kecepatan reaksi pada saat kenaikan
peningkatan kecepatanrotor. Namun pada kecepatan rotor. Dimana diketahui bahwa
konsentrasi katalis 15% tidak terjadi kecepatan rotor akan mempengaruhi bilangan
peningkatan konversi, ini terjadi karena pada Reynold. Menurut Setyadji (2006), reaksi
konsentrasi katalis 15% reaksi samping esterifikasi pembuatan biodiesel merupakan
berupa air meningkat sehingga konsentrasi reaksi dengan orde reaksi 1. Sehingga
metanol mengalami penurunan dan didapatkan gambar hubungan antara nilai
mengurangi penurunan keaktifan. Penurunan konstanta kecepatan reaksi dengan bilangan
Reynold seperti di bawah ini.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 6


0,0069

0,0068

0,0067
k (1/menit)
0,0066

0,0065
k = 0,0002Re0,1928
0,0064
R² = 0,9978
0,0063

0,0062
100 110 120 130 140 150 160
Bilangan Reynold (x 106)

Gambar 4.3 Hubungan Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Bilangan Reynold


Pengadukan akan menambah membuktikan bahwa adanya penambahan
frekuensi tumbukan antara molekul-molekul frekuensi tumbukan antara molekul-molekul
zat pereaksi, sehingga nilai A pada persamaan zat pereaksi. Pada penelitian Setyadji (2006)
Arheinnius akan semakin besar. Semakin juga didapatkan hasil berupa kenaikan
besar harga A akan memperbesar pula harga kecepatan pengadukkan akan menaikkan
k, yang menyebabkan reaksi semakin cepat. konstanta kecepatan reaksi.
Dari hasil pengolahan data didapatkan
bahwa hubungan antara konstanta kecepatan Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap
reaksi terhadap bilangan Reynold : Konversi Biodiesel dan Konstanta
Kecepatan Reaksi
Dari penelitian yang telah dilakukan
didapatkan gambar hubungan konsentrasi
Pada gambar 4.3 diketahui bahwa katalis dengan konversi biodiesel sebagai
setiap kenaikan bilangan Reynold akan berikut :
menaikkan konstanta kecepatan reaksi. Ini
56,50

56,00

55,50
Konversi (%)

55,00
1200 rpm
54,50
1800 rpm
54,00
2400 rpm
53,50

53,00

52,50
0 5 10 15 20
Konsentrasi Katalis (%) (v/v)
Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi Katalis terhadap Konversi Reaksi
Pada kecepatan rotor 1200 rpm dan maksimum dengan nilai konversi adalah
konsentrasi katalis 10% didapatkan hasil 54,74 %. Kecepatan rotor 1800 rpm dengan
Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 7
konsentrasi katalis 10% didapatkan hasil Ketika katalis asam sulfat dinaikkan
maksimum dengan nilai konversi 55,60 %, kembali menjadi 15% terjadi penurunan
dan pada kecepatan rotor 2400 rpm dengan kereaktifitasan katalis tersebut ditandai
konsentrasi katalis 10% didapatkan hasil dengan penurunan konversi (gambar 4.3). Hal
maksimum 56,03%. Dari grafik didapatkan ini, disebabkan karena reaksi esterifikasi
bahwa terjadi peningkatan nilai konversi pada mempunyai hasil samping yang tidak
konsentrasi katalis 10%. Penambahan dikehendaki yaitu air. Air akan melarutkan
katalisator akan mengaktifkan zat-zat pereaksi metanol sehingga mengurangi konsentrasi dan
sehingga energi aktivasi (Ea) semakin kecil. keaktifan metanol. Ketika konsentrasi reaktan
Jika energi aktivasi kecil maka konstanta diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kiri
kecepatan reaksi semakin besar. Ketika (Setyadji., dkk., 2006).
konsentrasi asam sulfat dinaikkan dari 5% Kemudian dilakukan analisis
menjadi 10% terjadi kenaikan konversi asam hubungan antara konsentrasi katalis (Q) yang
lemak bebas menjadi metil ester. Menurut digunakan dengan konstanta kecepatan reaksi
Rasyid (2009), konsentrasi katalis pada reaksi (k). Dimana didapatkan hasil sebagai berikut :
esterifikasi akan meningkat dengan cara
adanya penurunan energi aktifasi.

0,00675
0,0067
0,00665
0,0066
k (1/menit)

0,00655
0,0065
0,00645
k = 0,0055Q0,089
0,0064 R² = 0,9937
0,00635
0,0063
0,00625
4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi Katalis (%)

Gambar 4.3 Hubungan Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Konsentrasi Katalis

Gambar di atas merupakan grafik hubungan dikehendaki yaitu air. Air akan melarutkan
konstanta kecepatan reaksi terhadap metanol sehingga mengurangi konsentrasi dan
konsentrasi katalis. Menurut grafik yang keaktifan metanol. Ketika konsentrasi reaktan
didapatkan, kenaikan konsentrasi katalis dari diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kiri
5% hingga 10% akan menaikkan konstanta (Setyadji., dkk., 2006).
kecepatan reaksi. Sehingga didapatkan
persamaan sebagai berikut : Pemisahan Metil Ester dari Campuran
CPO, Asam Lemak Bebas Sisa, Metanol
Sisa, Katalis dan Air
Pemisahan terjadi dengan baik dilihat
Kenaikan kecepatan reaksi adalah dari kandungan hasil pemisahan dari hasil
akibat dari penurunan Penurunan konstanta analisis GC-MS. Dimana hasil ini
reaksi pada konsentrasi katalis 15% memberikan informasi kandungan metil ester
disebabkan oleh reaksi esterifikasi produk adalah metil ester palmitat 48,87 %
mempunyai hasil samping yang tidak dan metil ester oleat 50,80 %. Menurut

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 8


Wulandari (2010), hasil esterifikasi asam Saran
lemak pada CPO adalah metil palmitat Perlu dilakukan penelitian lanjutan
15,49%, metil linoleat 45,44 %, dan metil dengan variasi temperatur dan pada selang
oleat 32,78 %. Sementara itu Hambali (2007) waktu tertentu.
memaparkan bahwa CPO mempunyai
komposisi asam lemak paling banyak berupa Ucapan Terima Kasih
asam palmitat 41,1- 47,0 % dan asam oleat Penulis mengucapkan terima kasih
38,2 – 43,6 %. kepada dosen-dosen atas bimbingannya.
Dalam ruang spinning rotor atau Orang tua atas dukungannya baik secara moril
sentrifugal terjadi suatu pemisahan yang dan materil. Terima kasih juga kepada teman-
melibatkan gaya pendorong berupa gaya teman seperjuangan yang telah banyak
gravitasi yang ditimbulkan oleh sentrifugasi. membantu penelitian ini.
Sentrifugasi ini memisahkan berdasarkan
densitas umpan yang masuk. Parameter yang Daftar Pustaka
dapat mempengaruhi kemampuan alat adalah Canakci, M dan Van Gerpen J. 2003. “A Pilot
perbedaan densitas, kecepatan rotor, rasio Plant to Reduce Biodiesel From High
umpan masuk, laju alir umpan, dan waktu Free Fatty Acid Feedstocks”. Trans.
tinggal (Meikrantz, 2005). ASAE 46, 945-954.
Canakci, M. dan Van Gerpen J. 2001.
Kesimpulan “Biodiesel From Oils and Fats With
Dari penelitian yang telah dilakukan High Free Fatty Acids”. Trans. ASAE
didapatkan kesimpulan bahwa asam lemak 44, 1429-1436.
bebas yang terkandung didalam Crude Palm Darnoko, Herawan T. dan Guritno P. 2001.
Oil dapat dikonversi menjadi biodiesel “Teknologi Produksi Biodiesel dan
dengan menggunakan sentrifugal kontaktor Prospek Pengembangan di Indonesia”.
melalui reaksi esterifikasi dengan katalis asam Warta PPKS 9(1): 17-27
sulfat, karakteristik biodiesel yang dihasilkan Destiana, M. 2007. “Intensifikasi Proses
pada penelitian ini adalah : Produksi Biodiesel”. Laporan lomba
1. Nilai viskositas kinematik 2,41-2,51 karya ilmiah mahasiswa Institut
mm2/s, densitas 859-863 kg/m3, dan Teknologi Bandung. 62 halaman
6,30-6,66 mg-KOH/g. Ernawati., Susila W. R., dan Sastrawianto H.
2. Komposisi metil ester yang didapatkan 2008. “Analisis Dampak
adalah metil ester behenat 0,33%, metil Pengembangan Bio-Diesel Kelapa
ester palmitat 48,87 % dan metil ester Sawit Terhadap Industri Kelapa Sawit
oleat 50,80 %. dan Kemiskinan”. Universitas Wijaya
3. Konversi mengalami peningkatan ketika Kusuma Surabaya bekerjasama
kecepatan rotor dinaikan dari 1200 rpm dengan Badan Penelitian dan
ke 1800 rpm dan 2400 rpm. Pengembangan Pertanian.
4. Konversi juga mengalami peningkatan Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. 1986.
ketika konsentrasi katalis asam sulfat “Kimia Organik, Edisi Ketiga”.
dinaikkan dari 5 % menjadi 10 %. Erlangga. Jakarta.
5. Konversi terbaik adalah 56,03% pada Freedman, B., Pyryde, E. H., dan Mounts
kondisi optimum operasi dengan T.H. 1984. “Variables Affecting the
konsentrasi katalis asam sulfat 10 % v/v Yields of Fatty Esters from
didalam metanol dan kecepatan rotor Transesterified Vegetable Oils”.
2400 rpm. JAOCS, 61:1638-1643.
6. Hubungan kecepatan rotor terhadap Hambali E. 2007. “Teknologi Bio Energi”.
konstanta kecepatan reaksi adalah Jakarta : Penerbit Agromedia.
. Hikmah M.N. dan Zuliyana. 2010.
7. Dan hubungan konsentrasi katalis “Pembuatan Metil Ester (Biodiesel)
terhadap konstanta kecepatan reaksi dari Minyak Dedak dan Metanol
adalah . dengan Proses Esterifikasi dan

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 9


Transesterifikasi”. Universitas Prihandana, R., dkk.. 2006. “Menghasilkan
Diponegoro. Semarang. Biodiesel Murah”. PT Agromedia
Hites, R. 1997. “Handbook of Instrumental Pustaka. Jakarta.
Technique for Analytical Chemistry: Rahayu, M. 2005. “Teknologi Proses
Gas Chromatography Mass Biodiesel (Prospek Pengembangan
Spectrometry”. School of Public and Bio-fuel Sebagai Substitusi Bahan
Enviromental Affairs and Bakar Minyak”.
Departement of Chemistry. Indiana Rasyid R. 2009. “Pengaruh Suhu dan
University Konsentrasi Katalis pada Proses
Kartika, I. K. 2010. “Transesterifikasi In Situ Esterifikasi Distilat Asam Lemak
Biji Jarak Pagar: Pengaruh Jenis Minyak Sawit (DALMS) Menjadi
Pereaksi, Kecepatan Pengadukan dan Biodiesel”. Jurusan Teknik Kimia,
Suhu Reaksi Terhadap Rendemen dan Universitas Muslim Indonesia.
Kualitas Biodiesel”. Fakultas Makassar
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Sahirman. 2009. “Perancangan Proses
Bogor. Bogor Produksi Biodiesel dari Minyak Biji
Ketaren. 1986. “Pengantar Teknologi Minyak Nyamplung (Calophyllum inophyllum
dan Lemak Pangan”. UI Press. Jakarta. L.)”. IPB. Bogor.
Luthfiyati, A., Yoeswono, Wijaya, K., dan Setyadji, Moch., Susiantini, E., dan
Tahir, Q. 2008. “Kajian Pengaruh Murniasih, S. 2006. “Pengaruh Jumlah
Temperatur dan Kecepatan Katalisator dan Kecepatan
Pengadukan Terhadap Konversi Pengadukan Terhadap Konstanta
Biodiesel dari Minyak Sawit Kecepatan Reaksi dan Hasil
Menggunakan Abu Tandan Kosong Esterifikasi Minyak Jarak Pagar”.
Sawit Sebagai Katalis”. Laboratorium Prosiding PPI - PDIPTN 2006 Pustek
Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas Akselerator dan Proses Bahan –
MIPA. Universitas Gadjah Mada. BATAN. ISSN 0216 – 3128.
Yogyakarta Yogyakarta
Ma, F., Clements, L.D., dan Hanna, M.A. Soerawidjaja, T. H. dan Tahar, H. 2003.
1999. “The Effect of Mixing on “Menggagas Kebijakan
Transesterification of Beef Tallow”. Pengembangan Biodiesel di
Bioresource Technology 69, 289± Indonesia”. Prosiding Seminar
293. Peluang Bisnis Industri Hilir Kelapa
Meikrantz, D. H. 2005. “Design Attributes Sawit. Serpong.
and Scale Up Testing of Annular Soerawidjaja, T. H. 2005. “Minyak-Lemak
Centrifugal Contractors”. Idaho dan Produk-Produk Kimia Lain dari
National Laboratory, Idaho Fall. Kelapa”. Proses Industri Kimia,
Mittelbach, M. dan Remschmidt, C. 2004. Program Studi Teknik Kimia, ITB.
“Biodiesel: The Comprehensive Bandung.
Handbook”. Martin Mittelbach Susila, W. R., Ernawati, H., dan Sastrawianto.
Publisher. Austria. 2008. “Analisis Dampak
Pakpahan, A. 2001. “Palm Biodiesel: Its Pengembangan Bio-Diesel Kelapa
Potency, Technology, Business Sawit Terhadap Industri Kelapa Sawit
Prospect, and Environmental dan Kemiskinan”. Universitas Wijaya
Implication In Indonesia”. Kusuma Surabaya bekerjasama
Proceedings of the International dengan Badan Penelitian dan
Biodiesel Workshop, Enhancing Pengembangan Pertanian.
Biodiesel Development and Use Syarfi, Nazaruddin, dan Zahrina, I. 2010.
Medan Oktober 2-4, 2001. Ministry of “Pembuatan Biodisel dari CPO Parit
Agriculture RI. Jakarta. dengan Menggunakan Reaktor

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 10


Membran”. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Van Gerpen, Shanks, dan Pruzko. 2004.
“Biodiesel Analytical Methods”.
NREL/SR-510-36420.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 11

S-ar putea să vă placă și