Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
email: gery.azhari@gmail.com
ABSTRACT
Fuel needed for diesel engines in Indonesia each year increased along with the number of
industrial machinery and the amount of diesel vehicles engine. With limited oil reserves, it is
necessary to look for alternative sources of energy. Centrifugal contactor technology is one of the
alternative technology of biodiesel production is very likely to be developed. Therfore, we need a
study of biodiesel production using palm oil feedstock and methanol as reagent and sulfuric acid as
a catalyst by using the esterification reaction. And this study used centrifugal contractors as the
main equipment, which is equipped with a heater, raw material tank, product tank and pumps.
Fixed variables selected in this study is the reaction time of 120 minutes, the molar ratio of feed is
9:1, and 60 ° C operating temperature. While the manipulated variable is rotor speed (1200, 1800
and 2400 rpm), the concentration of sulfuric acid catalyst (5%, 10% and 15% v/v methanol). The
results of the research that has been done is the characteristics of biodiesel produced in this study,
the kinematic viscosity values from 2,41 to 2,51 mm2/s, density 858-863 kg/m3, and acid number
6,30 to 6,66 mg-KOH/g. The composition of the methyl ester obtained is 0,33% behenic metyl ester,
48,87% palmitic methyl ester and 50,80% oleic methyl ester. The best conversion is 56,03% at the
optimum operating conditions with a catalyst concentration of sulfuric acid 10% v/v methanol and
the rotor speed of 2400 rpm. Correlation of rotor speed on reaction rate constant is
. And the relationship of the catalyst concentration the reaction rate constant is
.
Analisis Karakteristik
Produk Samping : (densitas, viskositas, kadar
Trigliserida dan Air metil ester, dan angka asam)
Hasil Analisis
Biodiesel
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Biodiesel
Bahan baku biodiesel dipanaskan Esterifikasi adalah reaksi di mana
dalam suatu ruang pemanasan dengan bantuan bahan yang mengandung asam lemak bebas
heater hingga tercapai suhu 60oC. Metanol- direaksikan dengan alkohol membentuk ester
katalis dimasukkan ke tempat umpan dengan dan air. Esterifikasi hanya dapat dilakukan
komposisi katalis 5%, 10% dan 15% v/v jika umpan yang direaksikan dengan alkohol
metanol. Kemudian dialirkan ke dalam mengandung asam lemak bebas tinggi. Selain
reaktor dengan rasio molar metanol 9 : 1. itu, tidak diperlukan adanya tahap ekstraksi
Reaksi dibiarkan berlangsung selama 120 dalam proses ini karena pada esterifikasi in
menit hingga diperoleh produk. Produk situ, alkohol berfungsi sebagai solven
berupa ester, air, sisa metanol dan trigliserida. pengekstrak sekaligus sebagai reaktan.
Proses Esterifikasi
Asam Lemak ME, triolein dan sisa asam
Bebas lemak bebas
Esterifikasi
Metanol + H2SO4 Metanol, air, komponen
terlarut
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Esterifikasi Pembuatan Biodisel
Pemisahan Trigliserida Analisis Biodiesel
Pemisahan trigliserida dapat dilakukan Angka Asam
melalui pengendapan dan bantuan sentrifus. Angka asam yaitu banyaknya (mg) KOH
Pada penelitian ini trigliserida dapat yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-
dipisahkan menggunakan sentrifuges asam lemak bebas di dalam satu (1) gram
separation yang terdapat pada reaktor. sampel biodiesel (SNI 04-7182-2006).
Pemisahan ini berdasarkan kepada perbedaan Larutan biodiesel yang dihasilkan akan
densitas atau berat jenis dari kedua cairan menyisakan asam lemak bebas yang tidak
yang tercampur. terkonversi secara sempurna pada proses
reaksi esterifikasi. Asam lemak bebas ini akan
mempengaruhi angka asam yang diperoleh
dari analisis ini.
Analisis metil ester ini menggunakan yang dari proses esterifikasi CPO ini adalah
alat GC-MS (Gas Chromatography-Mass Metil Ester Oleat dan Metil Ester Palmitat.
Spectrometry). Metode GC-MS adalah
metode yang mengombinasikan kromatografi Pengaruh Kecepatan Rotor Terhadap
gas dan spektrometer massa untuk Konversi Biodiesel dan Konstanta
mengidentifikasi senyawa yang berbeda Kecepatan Reaksi
dalam analisis sampel (Hites, 2001). Perputaran rotor pada pembuatan
Hasil analisis GC-MS senyawa ester, biodiesel menggunakan sentrifugal kontaktor
pada penelitian ini diperoleh produk berupa yang bertujuan untuk menyempurnakan reaksi
metil ester behenat 0,33 %, metil ester yang terjadi dan memisahkan hasil reaksi
palmitat 48,87 % dan metil ester oleat 50,80 yang berupa biodiesel, air, metanol sisa dan
%. Hasil ini didapatkan dari sampel ester pada CPO sisa. Kecepatan rotor dapat memperbaiki
tangki produk hasil pemisahan sentrifugal. pencampuran yang kurang sempurna di
Dari hasil analisis didapatkan bahwa produk reaktor kolom.
56,00
55,50
Konversi (%)
55,00
54,50 5%
10%
54,00
15%
53,50
53,00
52,50
1200 1800 2400
Kecepatan Rotor (rpm)
Gambar 4.2 Pengaruh Kecepatan Rotor terhadap Konversi Reaksi
Kecepatan rotor dapat membantu keaktifan tersebut menyebabkan reaksi yang
memperbaiki pencampuran yang kurang terjadi menurunkan konversi.
sempurna di outer shell dari sentrifugal Kenaikan kecepatan rotor akan
kontaktor. Dengan meningkatnya kecepatan meningkatkan frekuensi tumbukan antar
rotor maka pencampuran yang terjadi lebih molekul reaktan. Sehingga kenaikkan
sempurna sehingga dapat meningkatkan luas kecepatan rotor memberikan peningkatan nilai
kontak antar bahan baku reaksi esterifikasi konversi reaksi. Frekuensi tumbukan
ini. memperluas area permukaan kontak yang
Pada gambar di atas menunjukkan aktif hingga tercapai kondisi maksimum.
kenaikan kecepatan rotor dari 1200 rpm Semakin besar tumbukan maka
menjadi 1800 rpm dan 2400 rpm akan semakin besar pula harga konstanta kecepatan
menaikkan konversi reaksi. Pada konsentrasi reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan
katalis 5% didapatkan bahwa konversi sangat penting mengingat larutan minyak-
meningkat seiring meningkatnya keceptan katalis metanol merupakan larutan yang
rotor. Pada konsentrasi katalis 10% juga immiscible (Hikmah dan Zuliyana, 2010).
terjadi fenomena yang serupa yaitu Kemudian dilakukan perhitungan nilai
meningkatnya konversi reaksi seiring konstanta kecepatan reaksi pada saat kenaikan
peningkatan kecepatanrotor. Namun pada kecepatan rotor. Dimana diketahui bahwa
konsentrasi katalis 15% tidak terjadi kecepatan rotor akan mempengaruhi bilangan
peningkatan konversi, ini terjadi karena pada Reynold. Menurut Setyadji (2006), reaksi
konsentrasi katalis 15% reaksi samping esterifikasi pembuatan biodiesel merupakan
berupa air meningkat sehingga konsentrasi reaksi dengan orde reaksi 1. Sehingga
metanol mengalami penurunan dan didapatkan gambar hubungan antara nilai
mengurangi penurunan keaktifan. Penurunan konstanta kecepatan reaksi dengan bilangan
Reynold seperti di bawah ini.
0,0068
0,0067
k (1/menit)
0,0066
0,0065
k = 0,0002Re0,1928
0,0064
R² = 0,9978
0,0063
0,0062
100 110 120 130 140 150 160
Bilangan Reynold (x 106)
56,00
55,50
Konversi (%)
55,00
1200 rpm
54,50
1800 rpm
54,00
2400 rpm
53,50
53,00
52,50
0 5 10 15 20
Konsentrasi Katalis (%) (v/v)
Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi Katalis terhadap Konversi Reaksi
Pada kecepatan rotor 1200 rpm dan maksimum dengan nilai konversi adalah
konsentrasi katalis 10% didapatkan hasil 54,74 %. Kecepatan rotor 1800 rpm dengan
Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 7
konsentrasi katalis 10% didapatkan hasil Ketika katalis asam sulfat dinaikkan
maksimum dengan nilai konversi 55,60 %, kembali menjadi 15% terjadi penurunan
dan pada kecepatan rotor 2400 rpm dengan kereaktifitasan katalis tersebut ditandai
konsentrasi katalis 10% didapatkan hasil dengan penurunan konversi (gambar 4.3). Hal
maksimum 56,03%. Dari grafik didapatkan ini, disebabkan karena reaksi esterifikasi
bahwa terjadi peningkatan nilai konversi pada mempunyai hasil samping yang tidak
konsentrasi katalis 10%. Penambahan dikehendaki yaitu air. Air akan melarutkan
katalisator akan mengaktifkan zat-zat pereaksi metanol sehingga mengurangi konsentrasi dan
sehingga energi aktivasi (Ea) semakin kecil. keaktifan metanol. Ketika konsentrasi reaktan
Jika energi aktivasi kecil maka konstanta diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kiri
kecepatan reaksi semakin besar. Ketika (Setyadji., dkk., 2006).
konsentrasi asam sulfat dinaikkan dari 5% Kemudian dilakukan analisis
menjadi 10% terjadi kenaikan konversi asam hubungan antara konsentrasi katalis (Q) yang
lemak bebas menjadi metil ester. Menurut digunakan dengan konstanta kecepatan reaksi
Rasyid (2009), konsentrasi katalis pada reaksi (k). Dimana didapatkan hasil sebagai berikut :
esterifikasi akan meningkat dengan cara
adanya penurunan energi aktifasi.
0,00675
0,0067
0,00665
0,0066
k (1/menit)
0,00655
0,0065
0,00645
k = 0,0055Q0,089
0,0064 R² = 0,9937
0,00635
0,0063
0,00625
4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi Katalis (%)
Gambar di atas merupakan grafik hubungan dikehendaki yaitu air. Air akan melarutkan
konstanta kecepatan reaksi terhadap metanol sehingga mengurangi konsentrasi dan
konsentrasi katalis. Menurut grafik yang keaktifan metanol. Ketika konsentrasi reaktan
didapatkan, kenaikan konsentrasi katalis dari diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kiri
5% hingga 10% akan menaikkan konstanta (Setyadji., dkk., 2006).
kecepatan reaksi. Sehingga didapatkan
persamaan sebagai berikut : Pemisahan Metil Ester dari Campuran
CPO, Asam Lemak Bebas Sisa, Metanol
Sisa, Katalis dan Air
Pemisahan terjadi dengan baik dilihat
Kenaikan kecepatan reaksi adalah dari kandungan hasil pemisahan dari hasil
akibat dari penurunan Penurunan konstanta analisis GC-MS. Dimana hasil ini
reaksi pada konsentrasi katalis 15% memberikan informasi kandungan metil ester
disebabkan oleh reaksi esterifikasi produk adalah metil ester palmitat 48,87 %
mempunyai hasil samping yang tidak dan metil ester oleat 50,80 %. Menurut