Sunteți pe pagina 1din 22

A.

TOPIK
Risiko Perilaku Kekerasan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat
C. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua
yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak
harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah.
2. Etiologi
kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
 Frustasi: seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
 Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah
diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung, gampang marah,
dan sebagainya.
 Kebutuhan akan status dan pretise: manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin
dihargai dan diakui statusnya.
3. TANDA GEJALA
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)

a. Muka merah dan tegang


b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Jalan mondar mandir

Klien dengan perilaku kekerasan seringmenunjukan adanya (Kartika Sari,


2015: 138) :

a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam


b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-
debar, rasa tercekik dan bingung
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya

4. MEKANISME KOPING

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk


melindungi diri antara lain:

a) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti,
2012: hal 103).
b) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
c) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal
yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 103).
d) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik
pada teman suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103)
e) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan
dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 104).
5. RENTANG RESPON
a) Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman 4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku
yang masih dalam batas kewajaran
4) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan
b) Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari
hati

4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak


teratur (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).
6. AKIBAT

Akibat yang mungkin terjadi dari resiko perilaku kekerasan adalah mencederai
diri sendiri, orang lain dan juga dapat merusak lingkungan. Resiko mencederai
mer upakan suatu tindakan yang memungkinkan untuk melukai ataupun
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

7. PENATALAKSANAAN
Terapi Farmakologi

Pengobatan yang digunakan untuk pasien dengan resiko


perilaku kekerasan yaitu :
1) Antipsikotik : Clorpromazin (CPZ) dan Haloperidol (HLP), dimana
sistem kerjanya yaitu dengan menahan kerja resptor dopamin dalam
otak sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi
insomnia, sangat efektif untuk mengatasi delusi, halusinasi, ilusi
dan gangguan proses berpikir. Adapun efek sampingnya yaitu
gejala ekstrapiramidal, takikardi, apastisia, mual, muntah, diare.
Kontraindikasi : Gangguan kejang, lansia, hamil, menyusui, dan
blaukoma.
2) Bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika : Transquilizer yang
mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
3) Antianxiety dan sedative hipnotics. Atarax dan Diazepam
digunakan untuk meredakan ansietas/ketegangan yang
berhubungan dengan situasi tertentu. Benzodiazepine seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.
Namun obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
jangka waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala depresi.
Kontraindikasi : Penyakit hati, lansia, hamil, menyusui, glaukoma,
penyakit ginjal.
4) Anti Manik. Lithoid, klonopin, lamictal dengan sistem kerja
menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi sensivitas
reseptor dopamin. Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, otot
lemas, stupor. Kontraindikasi : Penyakit ginjal dan kardiovaskular,
gangguan kejang, hipotiroidisme, hamil, dan menyusui.
5) Anti Parkinson. Levodova, Trihexipenidyl (THP) dengan sistem
kerja meningkatkan reseptor dopamin, menurunkan ansietas dan
iritabilitas. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah dan
hipotensi.
6) Anti depresan, yaitu Elavil, asendin, anafranil, norpramin,
sinequan yang digunakan untuk mengurangi gejala depresi dan
penenang. Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental
organik (Kusumawati : 2010).
1. Peran Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dan selalu ada di dekat
klien. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladatif, menanggulangi perilaku
maladaptive, dan memulihkan perilaku maladaptif ke perilaku
adaptif sehingga derajat kesehatan pasien dapat ditingkatkan secara
optimal.
2. Keperawatan
Perawat dapat mencegah dan mengelola perilaku agresif melaui
rentang intervensi keperawatan.

Keterangan :

a. Strategi preventif
1) Kesadaran diri : Perawat harus terus-menerus meningkatkan
kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan
memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.
2) Pendidikan klien : Pendidikan yang diberikan mengenai cara
berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat.
3) Latihan asertif : Kemampuan dasar interpersonal yang harus
dimiliki meliputi berkomunikasi secara langsung dengan
setiap orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak
beralasan, sanggup melakukan komplain, mengekspresikan
penghargaan dengan tepat.
b. Strategi antisipatif
1) Komunikasi : Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku
agresif yaitu bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak
dengan cara mengahakimi, bicara netral dan dengan cara
konkrit, tunjukkan rasa hormat, hindari intensitas kontak mata
langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi, fasilitasi
pembicaraan klien dan dengarkan klien, jangan terburu-buru
menginterpretasikan dan jangan buat janji yang tidak bisa
ditepati.
2) Perubahan lingkungan : Unit perawatan sebaiknya
menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup
program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
3) Tindakan perilaku : Pada dasarnya membuat kontrak
dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterina dan
tidak dapat diterima serta konsekuensi yang didapat bila
kontrak dilanggar.
c. Strategi pengurungan
1) Managemen krisis
2) Seclusion : tindakan keperawatan yang terakhir dengan
menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien
tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan
dengan pasien lain.
3) Restrains : pengekangan fisik dengan menggunakan alat
manual untuk membatasi gerakan fisik pasien
menggunakan manset, sprei pengekang.
4) Psikofarmakologi : dengan menggunakan obat-obatan
(Prabowo : 2014)
D. Kriteria Pasien
Kriteria pasien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktivitas kelompok
adalah:

a. Klien dengan riwayat perilaku kekerasan


b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
amuk, dan dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak bekerjasama (kooperatif)
E. Pengorganisasian
a. Leader, bertugas:
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
b. Co-leader, bertugas:
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator, bertugas:
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi peserta dalam ekspresi kegiatan dalam kelompok
3. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
4. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
5. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
d. Observer, bertugas:
1. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
2. Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
3. Mengobservasi perilaku pasien

Tempat dan waktu pelaksanaan:

Tanggal Pelaksanaan: 18 Maret 2019

Tempat pelaksanaan: Aula RS Jiwa UIN Jakarta


Denah Kelompok

Keterangan:

: leader

: co-leader

: observer

:fasilitator
v
: anggota

Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan, yaitu:
a. Hari/Tanggal : Senin, 18 Maret 2019
b. Waktu : Pkl. 09.00 – 10.00 WIB
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Terapi kelompok (50 menit)
Penutup (5 menit)
d. Tempat : Ruang Anggur
e. Sesi yang Digunakan:
SESI I : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
SESI II : Mencegah Perilaku Kekerasan melalui kegiatan fisik

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Senin, 18 Maret 2019)


No. Kegiatan Alokasi Keterangan
waktu
1. Tahap orientasi:
 Memberi salam terapeutik:
salam dari terapis 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Evaluasi/validasi:
menanyakan perasaan
pasien saat ini
 Kontrak
2. Tahap kerja:
 Sesi I 25 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi II 25 menit Di pimpin oleh Leader

3. Tahap terminasi:
 Evaluasi 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang

F. Proses Pelaksanaan
Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
A. Tujuan:
1. Klien dapat menjelaskan penyebab kemarahannya
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah)
3. Klien dapat menyebutkan perilaku yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
5. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
6. Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan

B. Setting:
1. Terapis dan klien dapat duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang (Ruang Anggur)

C. Alat:
1. Papan tulis / flipchart/ whiteboard
2. Kasur / kantong tinju
3. Kapur/ spidol
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

D. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi

E. Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai name tag).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri name tag)
b. Evaluasi Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan dan berlatih mengontrol emosi
untuk mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan tujuan & aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 60 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
kecuali ada masalah diluar rencana
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab
(tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
(verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain,
memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yang
tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang
melakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran /simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan
dan akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yang
sehat menghadapi kemarahan.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 1, kemampun yang diharapkan adalah
mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1: TAK
Simulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis
Memberi tanggapan tentang
No Nama Klien Penyebab PK Tanda& Gejala Perilaku Akibat
PK Kekerasan PK

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilakuk kekerasan, tanda dan gejala dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klienmampu dan
tanda x jika klien tidak mampu.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


A. Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan

B. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat:
1. Kasur / kantong tinju/ gendang
2. Papan tulis/ flipchart/ witheboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

D. Pengorganisasian:
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator

E. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

F. Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada pasien
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan:
penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik napas dalam,
menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Terapis mempraktikan
2) Klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
3) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan
yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
3) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
4) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari
5) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Meyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
sosial yang asertif
2) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Sesi 2, kemampuan yang di harapkan adalah 2 kemampuan mencegah
perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 2
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

Mempraktikan cara Mempraktikan cara


No Nama Klien
fisik yang pertama fisik yang kedua
1
2

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda  jika klien
mampu dan tanda  jika klien tidak mampu.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Resiko Perilaku Kekerasan

Prolog:

Di sebuah Rumah Sakit Jiwa UIN Syahid Jakarta tepatnya di ruang


Anggur, tampak terlihat tim perawat akan melaksanakan terapi aktivitas
kelompok pada kelompok pasien dengan resiko perilaku kekerasan dengan
berbagai macam sebab. Adapun latar belakang pasien-pasien itu untuk pasien
pertama Tn. A (28 tahun), Tn. E (35 tahun) dan Ny. G (33 tahun) dengan latar
belakang pernah diselingkuhi pasangannya dan saat ini masih berstatus suami
istri. Tn. B (30 tahun) dan Tn. F (32 tahun) dengan berbagai macam tuntutan
dari sang istri. Tn. C (35 tahun) mengalami latar belakang ditinggal pergi sang
istri tanpa kejelasan. Tn D (40 tahun dan Ny. H (26 tahun) dengan latar
belakang tidak direstui hubungannya dengan orang yang ia cintai. Semua
pasien tersebut mempunyai riwayat melakukan perilaku kekerasan dengan
memecahkan barang-barang yang ada di rumah mereka masing-masing.

Perawat sudah memilah dan memilih klien yang sesuai dengan indikasi
dan kontraindikasi serta mempersiapkan materi serta alat-alat yang diperlukan
untuk melakukan terapi. Kemudian terapis memasuki ruang Anggur dan
memulai aktivitas kelompok.

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Leader : “Assalamualaikum, selamat pagi semua. Perkenalkan nama
saya suster Pipit Tina Sari, saya senang dipanggil suster Pipit. Disini
saya membawa teman-teman saya. (masing-masing terapis
memperkenalkan dirinya). Nah tadi kan saya dan teman-teman saya
sudah memperkenalkan diri, saya juga ingin tau nama kalian, bisakah
bapak-bapak dan ibu-ibu disini memperkenalkan diri kepada kami?”
b. Evaluasi validasi
Co Leader : “Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu hari ini?”
Leader : “Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu disini masih ada yang
mempunyai rasa kesal, jengkel yang masih terpendam serta masih
mengamuk?”
c. Kontrak
Leader : “Baik. Jadi bapak-bapak dan ibu-ibu merasa kesal dan
jengkel, bagaimana jika kita berbincang-bincang mengenai perasaan
kalian? Sekarang saya dan teman-teman disini akan mengajak bapak-
bapak dan ibu-ibu semua untuk melakukan terapi aktivitas kelompok
yang bertujuan untuk mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan dan berlatih mengontrol emosi dengan cara yang tidak
merugikan diri sendiri serta orang lain. Apakah kalian bersedia?”
Leader : “Berapa lama kita berdiskusi? Dimana? Baik 60 menit yaa
kita sepakati.”
Co leader : “Sebelum terapi, saya akan membacakan peraturannya.
Nanti jika bapak-bapak dan ibu-ibu mau meninggalkan ruangan
diharapkan meminta izin terlebih dahulu ke tim terapis yang ada disini,
waktu terapisnya selama 60 menit, serta bapak-bapak dan ibu-ibu
diharapkan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.”
2. Fase kerja
Leader : “Baik. Saya ingin bertanya apa penyebab bapak-bapak dan
ibu-ibu merasa marah dan jengkel? Bisakah masing-masing dari kalian,
tulis penyebabnya di papan tulis? Fasil bisa tolong dibantu ya”
Fasil : “Baik, saya bantu ya bapak-bapak dan ibu-ibu.”
Co Leader : “Bagus sekali ya kalian bisa mengutarakan penyebab
marah. Sekarang saya ingin bertanya, apa saja tanda-tanda fisik yang
muncul ketika bapak-bapak dan ibu-ibu sedang marah/ingin marah?
Ditulis di papan tulis ya.”
Co Leader : “Iya benar sekali, tanda-tanda marah seperti yang sudah
bapak-bapak dan ibu-ibu sebutkan tadi yaitu muka terasa panas, tangan
mengepal, mata melotot dan juga jantung berdebar-debar.”
Leader : “Apa yang biasaya bapak-bapak dan ibu-ibu lakukan saat
marah?” (menulis di papan tulis)
Leader : “Perilaku kekerasan apa yang paling sering bapak-bapak dan
ibu-ibu lakukan dan bisa kalian peragakan sekarang?”
Fasil : “Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu sudah menyebutkan kegiatan
apa yang sering kalian lakukan saat marah. Kalian bisa
memperagakannya dengan tim terapis yang ada disini”
(Pasien memperagakan perilaku kekerasan dengan perawat)
Fasil : “Bagus sekali ya kalian dapat memperagakannya. Apa yang
bapak-bapak dan ibu-ibu rasakan setelah memperagakannya dengan
tim terapis tadi?”
Leader : “Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu saat
memperagakan simulasi perilaku kekerasan tadi?”
Leader : “Nah, hal hal yang bapak-bapak dan ibu-ibu rasakan tadi
merupakan dampak/akibat yang ditimbulkan karena perasaan marah
yang tidak terkendali, dari Tn A merasa tenggorokan sakit karena
teriak-teriak, dari Tn.B mengatakan bahwa barang-barangnya rusak
dan tidak bisa dipakai lagi, dari Tn C tangannya sakit karena memukul
orang, apakah bapak-bapak dan ibu-ibu merasa rugi?”
Co Leader : “Bagaimana kalau sekarang kita berlatih cara mengontrol
dan mencegah marah dengan cara yang tidak merugikan diri sendiri dan
juga orang lain, apakah kalian mau?”
Co Leader : “Baik, sekarang kita memasuki cara mengatasi emosi yaitu
yang pertama dengan tarik nafas dalam. Kalian ikuti setelah saya ya.
Kalau tanda-tanda marah yang tadi kalian rasakan, maka kalian berdiri,
lalu tarik nafas melalui hidung, tahan sebentar, kemudian hembuskan
nafas melalui mulut sambil merasakan kemarahan kalian hilang
bersama hembusan angin itu. Silahkan kalian coba.”
Fasil : “Bagaimana perasaannya pak? Jadi lebih rileks ya.”
Leader : “Sekarang kita coba cara kedua ya, sebelumnya saya ingin
bertanya kepada kalian, biasanya kegiatan fisik apa yang kalian lakukan
saat dirumah?”
Leader : “Mencangkul ya pak, ibu memasak dan beres-beres kamar
mandi, karena dirumah sakit tidak mempunyai kebun. Kami akan
memberikan beberapa alternatif pilihan kegiatan yang bisa dilakukan di
RS, seperti memukul kasur, memukul bantal, main bola, senam dan
bernyanyi. Nah dari beberapa pilihan tadi kira-kira kalian ingin yang
mana?”
Leader : “Baik, ingin memukul bantal ya, silahkan fasil membimbing
dan coba peragakan memukul bantal.”
Fasil : “Wah bagus sekali ya bapak dan ibu sudah bisa melakukannya
bersama saya. Jadi nanti kalau bapak merasa kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul bantal.”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon subjektif
Co leader : “Bagaimana perasaan kalian setelah melakukan TAK
tadi?”
Leader : “Bisakah kalian jelaskan kembali apa saja yang sudah kita
latih bersama tadi?
b. Evaluasi objektif
Leader : “Wah bagus sekali ya kalian masih mengingatnya. Sekarang
bagaimana jika kalian peragakan kembali apa saja yang sudah kita latih
tadi?”
Co leader : “Bagus sekali ya kalian bisa mempraktikannya. Jadi tanda-
tanda marah yaitu muka terasa panas, tangan mengepal, mata melotot
dan juga jantung berdebar-debar. Kemudian akibat yang ditimbulkan
yaitu merasa tenggorokan sakit karena teriak-teriak, barang-barang
rusak dan tidak bisa dipakai lagi, dan tangan sakit karena memukul
orang. Jika tanda-tanda itu mulai kalian rasakan, kalian bisa melakukan
cara pencegahan perilaku kekerasan tadi dengan teknik nafas dalam dan
memukul bantal. Bagaimana jika kita masukkan ke dalam jadwal
harian?”
c. Rencana tindak lanjut klien
Fasil : “Bapak-bapak dan ibu-ibu ingin melakukan latihan tadi berapa
kali sehari? Jam berapa saja? Baik, nanti tulis di jadwal harian ini ya.”
(menjelaskan keterangan jadwal harian)
d. Rencana tindak lanjut perawat
Leader : “Baik, sesuai kesepakatan kita diawal tadi, ini sudah 60 menit.
bagaimana jika besok kita bertemu lagi untuk melihat perkembangan
dari latihan yang sudah kalian lakukan? Jam berapa kalian ingin
bertemu dan dimana tempatnya?”
Leader: “Baik, besok kita bertemu lagi jam 10 di ruang ini lagi ya.
Terima kasih atas partisipasi kalian dan kesediaannya untuk mengikuti
aturan. Kalau begitu kami pamit. Wassalamualaikum.”
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta


: Salemba Medika.
2. Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Samarinda: Refka Aditama.
3. Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Nuha Medika.
4. Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Trans Info MEdia.

S-ar putea să vă placă și