Sunteți pe pagina 1din 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar balita dan menjadi
masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia. Pneumonia
merupakan “predator” balita nomor satu di negara berkembang. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat
pneumonia diseluruh dunia sekitar 19 % atau berkisar 1,6 – 2,2 juta. Dimana
sekitar 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika
dan Asia Tenggara.
Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada balita cenderung meningkat.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian
balita akibat pneumonia meningkat, berkisar 18,5 -38,8 %. Pneumonia
tergolong penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penyakit ini
dipicu oleh berbagai mikroorganisme terutama bakteri dan virus pada saluran
pernafasan, jaringan paru dan adneksanya. Tapi etiologi pasti
mikrobiologisnya sukar didapat. Di negara maju, menurut British Thoracic
Society, 20-60 persen etiologi pneumonia tidak terindentifikasi. Pada
beberapa studi melaporkan bahwa pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
bakteri utama penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae (S.
pneumoniae), Hemophilus influenzae tipe b (Hib), dan Staphilococcus aureus
(S. aureus). Penelitian di beberapa negara berkembang menunjukan bahwa S.
pneumoniae dan Hib merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua
pertiga hasil isolasi, yaitu 73,9 % dari aspirat baru dan 69,1 % dari spesimen
darah.
Pada bayi usia kurang dari dua bulan, terutama pada masa neonatus,
pneumonia sukar dibedakan dengan sepsis dan meningitis. Sebab etiologi
bakterilogiknya berbeda dengan pneumonia anak usia di atas dua bulan. Di
negara maju penyebab terbanyak adalah Sterptococcus grup B sedangkan di
negara berkembang dilaporkan sering disebabkan oleh bakteri gram negatif
seperti Enterobacter sp, Klebsilla sp, dan E Colli sp.

1
1.2 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang ada disini kami akan menulis makalah
yang bertujuan untuk :
a. Memberikan penjelasan tentang pengertian penyakit pneumonia agar
pembaca lebih mengerti penyakit tersebut.
b. Memberikan penjelasan tentang penyebab dari penyakit pneumonia
sehingga pembaca dapat menghindarinya
c. Memberikan penjelasan tentang bahaya atau akibat dari penyakit
pneumonia.
d. Memberikan penjelasan bagaimana cara pengobatan untuk penderita
penyakit pneumonia

1.3 Rumusan Masalah


Dalam perkembangan dunia kesehatan banyak sekali permasalahan
yang sangat sulit untuk dipecahkan, apalagi yang menyangkut dengan suatu
penyakit. Berikut ini permasalahan yang sering terjadi pada penyakit
pneumonia.
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya dari penyakit
pneumonia
2. Akibat yang dapat timbul dari penyakit pneumonia.
3. Apa penyebab dari penyakit pneumonia
4. Bagaimana cara penanganan dari penyakit pneumonia

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini
adalah supaya para pembaca mengetahui tentang pengertian, akibat,
penyebab, dan cara pengobatan dari penyakit pneumonia. Selain hal itu yang
terpenting dari penulisan makalah ini adalah dapat bermanfaat bagi pembaca
dan masyarakat pada umumnya serta dapat berguna dalam meningkatkan
kesehatan di Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN MEDIS

2.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkeulus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (www.cyberwoman.cbn.net.id, 2008). Pneumonia
adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan
sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap
oksigen berkurang (www.idai.or.id, 2008).
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli (Axton &
Fugate, 1993). Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru di mana
asinus terisi dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
radang ke dalam dinding alveoli dan rongga intestinum (Amin & Al sagaff,
1989).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala
penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50
kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun,
dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5
tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia
(Suyono, 2001).
Pneumoni lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi
akut yang merupakan penyebab yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis
sering di pakai untuk proses non infeksi. Pada pemeriksaan histologis terdapat
reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat di
timbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang
bervariasi. Pneumonia nekrotikans disebabkan antara lain oleh staphilococcus

3
atau kuman gram negatif yang terbentuk jaringan parut atau fibrosis (Sudoyo,
2006)
Secara klinis diagnosis pneumonia didasarkan atas tanda-tanda
kelainan fisis dan adanya gambaran konsolidasi pada foto dada. Namun
diagnosis lengkap harus mencakup diagnosis etiologi dan anatomi.
Pendekatan diagnosis ini harus didasarkan kepeda pengertian patogenesis
penyakit hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi,
beratnya proses penyakit dan etiologi pneumonia. Cara ini akan mengarahkan
dengan baik kepada terapi empiris dan pemilihan antibiotik yang paling
sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya (Sudoyo, 2006)

2.2 Etiologi
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak, 1985). Diagnosis etiologi Pneumonia pada balita sulit
untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur
pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk
menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya biakan
spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang
dapat diandalkan untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi
pneumonia. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan
menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain
dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika terutama
jika semata untuk tujuan penelitian. Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa
bakteri penyebab pnemonia bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil
penelitian asing (melalui publikasi WHO), bahwa Streptococcus, Pneumoniae
dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada
penelitian etiologi di negara berkembang. Di negara maju pneumonia pada
balita disebabkan oleh virus. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan
paru menetap. Penyebab tersering adalah virus influenza tipe A, tipe B dan
adenovirus.

4
Pneumonia mikoplasma atau atypical jarang terjadi pada anak-anak,
umumnya menyerang orang dewasa muda. Pneumonia mikoplasma sangat
menular dan berbeda dengan pneumonia virus. Penyebab umumnya karena
Legionella pneumophilla, Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae.
Kuman penyebab pneumonia yang tersering dijumpai berbeda di suatu
negara, karena itu perlu di ketahui dengan baik epidemiologi kuman di suatu
tempat. Diagnosis kuman penyebab akan lebih cepat terarah bila diagnosis
pneumonia yang di buat di kaitkan dengan interaksi faktor-faktor terjadinya
infeksi dan cara pasien terinfeksi, misalnya infeksi melalui droplet sering
disebabkan streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh
staphilococcous aureus. Sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh
enterobakter. Klasifikasi pembagian pneumonia didasarkan pada segi
anatomis dan etiologis yaitu terdiri dari beberapa macam yaitu:
Pneumonia oleh virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-
virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama
pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang
menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru
yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan
influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan
letih lesu, selama 12 - 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan
menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi
biru.
Pneumonia oleh Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling
umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia
sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi,

5
bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh
jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat,
napas terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan
kuku mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang
eksterm, pasien akan mengigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau
batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini
masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahan vaksinnya pun sudah tersedia.
Adapun jenis-jenis dari Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri yaitu:
1. Pneumonia Pneumokokus
Pneumococcus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumococcus
dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa
lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. Angka
kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang
dengan meningkatnya umur.
2. Pneumonia stafilokokus
Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh Stapilokokus aureus, tergolong
pneumonia yang berat karena cepat menjadi progresif dan resisten
terhadap pengobatan. Pada umumnya pneumonia ini diderita bayi yaitu
30% di bawah umur 3 bulan dan 70% sebelum 1 tahun. Sering kali terjadi
abses paru , pneumatokel, tension pneumothoraks atau empiema.
Pengobatan diberikan berdasarkan uji resistensi, tetapi mengingat cepatnya
perjalanan penyakit, perlu diberikan antibiotika yang mempunyai
spektrum luas yang kiranya belum resisten. Untuk infeksi staphylococcus
yang membuat pinisilinase, dapat diberikan kloksasin atau linkomisin.
Pengobatan diteruskan sampai ada perbaikan klinis dan kira-kira sampai 3
minggu.
3. Pneumonia streptokokus
Grup A streptokokus hemolyticus biasanya menyebabkan infeksi traktus
respiratorius bagian atas, tetapi kadang-kadang dapat juga menimbulkan
pneumonia. Pneumonia streptokokus sering merupakan komplikasi

6
penyakit virus seperti influenza, campak, cacar air dan infeksi bakteri lain
seperti pertusis dan Pneumonia Pneumokokus
4. Pneumonia bacteria gram negative
Bakteri gram negative yang biasanya menyebakan pneumonia ialah
Hemophilus influenza, basil Friedlander dan Pseudomonas aeruginosa.
Angka kejadian pneumonia ini sangat rendah yaitu kurang dari 1%, akan
tetapi mulai meningkat pada beberapa tahun ini karena penggunaan
antibiotika yang sangat luas dan kontaminasi alat rumah sakit, alat oksigen
dan lain sebagainya. Secara klinis pneumonia ini sukar dibedakan dari
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain dan hanya dapat ditemukan
dengan biakan. Pneumonia ini disebabkan Hemophilus influenza, pada
bayi dan anak kecil merupakan penyakit yang berat dan sering
menimbulkan komplikasi seperti bakteremia, empiema, perikarditis,
selulitis dan meningitis. Obat yang digunakan ialah ampisilin dengan dosis
150mg/kgbb/hari dengan kloramfenikol.
Pneumonia mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila
dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia
yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga
disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ). Mikoplasma
tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat
ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi
paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit
lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa
pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.
Pneumonia Jenis Lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia
(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal
serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak

7
kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun
pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan.
Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan,
cairan, gas, debu maupun jamur. Rickettsia- juga masuk golongan antara virus
dan bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan
psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi paru, namun
pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya
kecuali dioabati sejak dini.

Berikut ini adalah faktor-faktor predisposisi Pneumonia:


1. Umur dibawah 2 bulan
2. Jenis kelamin laki-laki
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tidak mendapat ASI memadai
6. Polusi udara
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Membedong bayi
10. Defisiensi vitamin A

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia


1. Umur dibawah 2 bulan
2. Tingkat sosial ekonomi rendah
3. Gizi kurang
4. Berat badan lahir rendah
5. Tingkat pendidikan ibu rendah
6. Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
7. Kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
9. Menderita penyakit kronis .

8
2.3 Patofisiologi
Pada Pneumonia oleh bakteri (Streptococcus Pneumoniae atau
Pneumokokus, Haemophilus influenzea) umumnya bakteri dapat mencapai
alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paru paling
sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka
pneumokokus menimbulkan respon khas yang terdiri dari empat tahap
berurutan :
a. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru tampak merah seperti warna hepar dan bergranula karena sel-sel
darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
c. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari)
Paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (7 sampai 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.
Pneumonia pada bayi baru lahir berawal dari pecahnya ketuban
sebelum waktunya yang menyebabkan infeksi pada cairan ketuban. Janin
terendam dalam cairan ketuban yang terinfeksi dan menghirupnya sehingga
masuk ke dalam paru-paru.

9
Pathway

Bakteri, virus, mikroplasma lewat percikan mukus atau saliva

Inhalasi

Teraspirasi di orofaring Terjadi reaksi batuk

Alveoli

Pembuluh darah berdilatasi

proses
Eksudat & banyak bakteri, Pros demam
inflamasi
neutrofil dan makrofag dalam alveoli (stadium kongesti)

Fibrin dan
leukosit mengisi
Alveoli
Warna alveolus menjadi merah seluruh alveoli
memadat

Asma, sesak nafas Lobus dan lobules kekurangan CO2 Fagositosi


s

Makrofag hiperplasia

Leukosit menjadi nekrosis

Infeksi

Pneumonia

10
2.4 Tanda dan Gejala
Pneumonia pada bayi baru lahir berawal dari pecahnya ketuban
sebelum waktunya yang menyebabkan infeksi pada cairan ketuban. Janin
terendam dalam cairan ketuban yang terinfeksi dan menghirupnya sehingga
masuk ke dalam paru-paru.

Gejala yang dapat ditimbulkan pada anak-anak:


1. Pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun
Pneumonia Berat ditandai dengan :
a. batuk dan kesulitan bernapas,
b. napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing)
c. dahak berwarna kehijauan atau seperti karet.
Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala
batuk dan
kesukaran bernapas karena tidak ada ruang tersisa untuk oksigen di paru-
paru

2. Pada anak dibawah 2 bulan


Pneumonia berat ditandai frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih dan disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah
bawah ke dalam. Jika bayi bernapas dengan bantuan ventilator, akan
tampak bahwa jumlah lendir meningkat. Kadang bayi tiba-tiba menjadi
sakit yang disertai dengan turun naiknya suhu tubuh
Adapun tanda dan gejala lain yang dapat ditimbulkan dari pneumonia
adalah:
a. Batuk nonproduktif
b. Sesak nafas
c. Ingus (nasal discharge)
d. Suara napas lemah
e. Retraksi intercosta
f. Penggunaan otot bantu nafas

11
g. Demam
h. Ronchi
i. Cyanosis
j. Leukositosis
k. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
l. Frekuensi napas :
 umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt a/ lebih
 umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt a/ lebih
 umur < 2 bulan 60 x/mnt.
m. Mual sampai muntah, kadang-kadang perut kembung

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronkopneumonia bercak-bercak
infiltrate di dapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia
lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto
rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,
atelektasis, abses paru, pneumatokel pneumotoraks, pneumomediastinum
atau perikarditis.
b. Pemeriksaan Laboraturium
Leukositis umumnya menandai adanya infeksi bakteri ; leukosit normal
atau rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit, orang tua atau
lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia
pada infeksi kuman gram negative atau S. aureus pada pasien dengan
keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 - 40.000/mm3
dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan
tenggorokan dan 30 % dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua,
mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit
torak hialin.

12
c. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (air space disease) misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae, bronkopneumoniae (segmental disease) oleh antara lain
staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia intersisial
(intersisial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada
segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman
aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja.
Infiltrate dilobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberculosis atau
amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terdapat terjadi infiltrate akibat
Staphylococcus atau bakteriemia.
Bentuk lesi berupa kavitasi dengan air fluid level sugestif untuk
abses paru, infeksi anaerob, gram negative atau amiloidosis. Efusi pleura
dengan pneumonia sering ditimbulkan S. Pneumoniae. Dapat juga oleh
kuman anaerob, S. pyogenesis, E.Coli dan Staphylococcus (pada anak).
Kadang-kadang oleh K. pneumoniae, P. pseudomallei. Pembentukan kista
terdapat pada pneumonia nekrotikas atau supurativa, abses dan fibrosis
akibat terjadinya nekrosis jaringan paru-paru oleh kuman S. aureus, K.
pneumoniae dan kuman-kuman anaerob (Staphylococcus anaerob,
Bakteroidies, Fusobacterium). Ulangan foto perlu dilakukan untuk melihat
kemungkinan adanya infeksi sekunder atau tambahan, efusi pleura penyerta
yang terinfeksi atau pembentukan abses. Pada pasien yang mengalami
perbaikan klinis ulangan foto dada dapat ditunda karena resolusi
pneumonia berlangsung 4-12 minggu.

d. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsy. Untuk
tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus gram, Burri Gin,
Quellung test dan Z. Nellson. Kuman yang predominan pada sputum yang
disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi kultur

13
kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk
evaluasi terapi selanjutnya.

e. Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela dan mikroplasma. Nilai diagnostic
bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan
untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

2.6 Pengobatan
a. Penatalaksanaan Medis
Selanjutnya adalah diberikan pengobatan secara medis yaitu
pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
berhubung hal itu tidak selalu dapat dikerjakan dan makan waktu dan
dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi. Penisilin diberikan
50.000U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfenikol 50-
75mg/kgbb/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama
4-5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan
intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran
glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan
KCL 10 mEq/500 ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan
sebaiknya dihitung dalam menggunakan rumus darrow. Karena ternyata
sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia, dapat diberikan korelasi dengan perhitungan
kekurangan basa sebanyak -5 mEq. Pneumonia yang tidak berat, tidak
perlu dirawat di Rumah sakit.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Manajemen jalan napas untuk memaksimalkan potensial ventilasi
dengan cara membuang / mengeluarkan sekret dengan melakukan
fisioterapi dada atau suction

14
 Memonitor pernafasan
Perkusi daerah depan dan belakang pada thorax dari daerah bilateral
atas sampai bawah kemudian mengajarkan batuk efektif untuk
mendorong sekret keluar dengan nafas dalam dan batuk
 Pengelolahan jalan nafas: memfasilitasi jalan nafas
 Terapi aktifitas
Membantu pasien untuk mengidentifikasi untuk pilihan aktivitas dan
mengajarkan pada pasien dan keluarga tentang perawatan diri dan
pengaturan aktivitas untuk mencegah kelelahan
 Manajemen Gangguan Makan
Berikan dukungan ketika pasien mempunyai perilaku makan baru,
mengubah imege tubuh, dan perubahan gaya hidup. Mengajarkan
pasien untuk memonitor masukan makanan sehari-hari dan
peningkatan berat badan, sesuai kebutuhan dan memberi pengajaran
dan menguatkan konsep nutrisi yang baik dengan pasien (dan orang
lain)
 Peningkatan tidur (Istirahat yang cukup untuk kembali sehat )
 Mengurangi kecemasan (Berikan informasi yang aktual terdiri dari
diagnosa, pengobatan, dan prognosis)
 Pemantauan elektrolit (mengidentifikasi kemungkinan yang
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit)
 Aktif mendengarkan (Memberikan dorongan untuk mengungkapkan
perasaan dan memberikan perhatian dalam hal yang menyenagkan
 Pengetahuan: Perawatan bayi (Mengajarkan respon kepada orang tua
dan menjelaskan kepada mereka tentang perawatan bayi)

2.6 Komplikasi
1. Efusi pleura dan empiema
Terjadi pada sekitar 45% kasus , terutama pada infeksi bakterial akut
berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 60%, Staphilococcus
aureus 50%, S. pneumonia 40-60%, kuman anaerob 35%. Sedangkan pada

15
mycoplasma pneumonia sebesar 20%. Cairannya transudat dan steril.
Terkadang pada infeksi bacterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.
2. Komlikasi sistemik
Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriema berupa meningitis.
Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik,
peninggian ureum dan enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian
fosfatase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik.
3. Hipoksemia akibat gangguan difusi
4. Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih
dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan gram negative (-)
seperti Pseudomonas aeruginosa.
5. Bronkietaksis
Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anak-anak tetapi dapat juga
oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia, tuberculosis, atau pneumonia nekrotikans.

2.7 Prognosis
Pneumonia komunitas
Angka morbiditas dan martalitas pneumonia menurun sejak di
temukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenesis kuman, usia,
penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka kematian pneumonia
pneumococcus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat menjadi 60%
pada orang tua pada kondisi yang buruk misalnya gangguan immunologis,
serosis hepatis, penyakit paru obstruktif kronik atau kanker. Adanya
leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus paru dan komplikasi ekstra
paru merupakan pertanda prognosis yang buruk. Kuman gram negatif
menimbulkan prognosis yang lebih jelek. Prognosis pada anak dan orang tua
kurang baik, karena perlu perawatan di rumah sakit kecuali bila penyakitnya
ringan. Orang dewasa kurang dari 60 tahun dapat berobat jalan kecuali:
1. Bila penyakit paru kronik
2. Pneumonia nosokomial meliputi banyak lobi

16
3. Disertai gambaran klinik yang berkaitan dengan mortalitas yang
tinggi, yaitu usia lebih dari 60 tahun, dijumpai adanya gejala pada
saata masuk rumah sakit, misalnya frekuensi nafas lebih dari 30
x/m, diastole kurang dari 60 mmhg. Hasil pemeriksaan setelah
perawatan tensi kurang dari 60 mmhg, leukosit abnormal,PO2
menurun dan albumin serum rendah (kurang dari 3,5g%).

Pneumonia Nosokomial
Merupakan urutan kedua penyebab kematian yang di akibatkan infeksi
nosokomial. Penyebab kematian utamanya adalah infeksi pada pasien yang
berusia tua, pasca operatif dan yang menjalani ventilasi mekanis.

2.8 Insidensi
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian tertinggi di
dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas di masyarakat pneumonia (komunitas) atau
didalam rumah sakit (pneumonia nosokomial). Pneumonia yang merupakan
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius di
jumpai sekitar 15-20%. Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering daripada
pneumonia di ruangan umum yaitu 42% : 13% dan sebagian besar sejumlah
47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok
pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU
akibat pneumonia nosokomial.
Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di
Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus di antara 1.000
bayi/balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi/balita
meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau
17 anak per jam atau seorang bayi/balita tiap lima menit.

17
2.9 Diagnosis
Penegakan klinis pneumonia bergantung kepada penemuan kelainan
fisis atau bukti radiologis yang menunjukkan konsolodasi. Klasifikasi
diagnosis klinis pada masa kini dilengkapi faktor patogenesis yang berperan.
Diagnosis dan terapi pneumonia umumnya dapat ditegakkan berdasarkan
algoritma. Diagnosis ini berdasarkan kepada riwayat penyakit yang
dilengkapi, pemeriksaan fisis yang teliti dan pemeriksaan penunjang yang
terdiri dari pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
bakteriologis, dan pemeriksaan khusus.
Penegakan diagnosa dibuat dengan pengarahan kepada pemberian
terapi empiris, yaitu mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat
penyakit dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Seringkali bentuk
pneumonia mirip meskipun dapat disebabkan oleh kuman yang berbeda.
Klasifikasi tingkat ringan atau berat pneumonia pada pneumonia komunitas
atau pneumonia nosokomial dibuat berdasarkan criteria tingkat sakit yang
dihitung penjumlahan skor 10 gejala klinis objektif yang ada pada pasien.
Dugaan mikroorganisme penyebab infeksi mengarahkan kepada pemilihan
antibiotik yang tepat. Mengingat gambaran pneumonia nosokomial yang tidak
khas dan berbeda dengan pneumonia komunitas, maka untuk diagnosis
pneumonia nosokomial digunakan criteria diagnosis pneumonia nosokomial
yang diajukan oleh centers for Disease Control and Prevention, USA

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Tahap pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian yang terdiri dari
pengumpulan data, mengatur dan memvalidasi data. Pengkajian harus dilakukan
sebelum diagnosa keperawatan dibuat. Pengkajian adalah bagian dari setiap
aktifitas perawat yang dilakukan untuk dan bersama klien (Atkinson dan Murray,
1990)

Proses pengkajian yang harus dilakukan sebelum menegakkan diagnosa


keperawatan adalah meliputi:

1. Pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah proses mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien. Hal ini harus dilakukan secara sistematis dan berkesinabungan
untuk menghindari pelalaian data penting dan mencerminkan perubahan status
kesehatan klien. data dasar adalah semua informasi tentang klien: termasuk
riwayat perawatan kesehatan, pengkajian fisik, riwayat pengobatan, pemeriksaan
fisik, hasil tes laboratorium dan diagnosa dan kontribusi dari personil kesehatan
lain. Jenis data terdiri dari data subyektif dan data obyektif

Data subyektif juga disebut data gejala-gejala atau data tertutup yang
muncul hanya pada perasaan klien dan dapat dideskripsikan atau diverivikasi
hanya oleh klien. Gatal, perasaan cemas, sakit adalah contoh: dari data subyektif.
Data subyektif termasuk sensasi klien, perasaan, nilai, keyakian, pendirian, dan
persepsi atas status kesehatan personal dan kondisi kehidupan. Semua data bias
digolongkan sebagai data subyektif jika lebih didasarkan pada opini dari pada
fakta. Data ini dapat diperoleh dari hasil wawancara.

Data obyektif juga disebut data pertanda atau data terbuka yang dapat
dideteksi oleh seorang observer atau dapat diuji dengan standar umum (dapat
diterima). Data-data obyektif dapat dilihat, didengar, dirasa dan dicium dan data-

19
data tersebut diperoleh dari observasi atau pemeriksaan fisik. Contoh: warna kulit
atau tekanan darah yang terbaca adalah data obyektif

Sumber data terdiri dari sumber utama dan sumber kedua. Klien adalah
sumber data utama. Anggota keluarga, orang terdekat pekerja kesehatan lain,
catatan dan laporan analisa laboratorium dan diagnosis dan bahan bacaan yang
berhubungan merupakan sumber data kedua atau tak langsung.

Dalam pengumpulan data, metode awal yang digunakan untuk mengkaji


klien adalah observasi, wawancara dan pemeriksaan. Observasi dilakukan
kapanpun perawat berhubungan dengan klien atau orang terdekat klien. Proses
wawancara awal yang dilakukan selama pengkajian adalah untuk mendapatkan
riwayat perawatan kesehatan klien, sedangkan pemeriksaan yang merupakan
metode utama dilakukan dalam pengkajian kesehatan fisik.

a. Observasi
Mengobservasi adalah mengumpulkan data dengan menggunakan lima
indera. Observasi merupakan suatu kesadaran, keahlian mencermati yang
dikembangkan melalui upaya dan dengan suatu pendekatan terorganisir.
Pada kasus anak dengan penyakit difteri hal-hal yang perlu di observasi
adalah:
1. Tanda-tanda kesulitan klinis klien (misal: Intensitas nyeri, pucat
atau kemerahan, kesulitan bernafas, dan sikap yang
mengidentifikasikan rasa sakit atau tekanan emosi).
2. Ancaman-ancaman pada keamanan klien, nyata Maupun Resiko
(misal, pola aktifitas anak (bermain), sisi pagar ranjang anak
terlalu rendah)
3. Lingkungan terdekat(keluarga), termasuk orang-orang di dalamnya
(missal: peran keluarga terhadap keamanan dan kenyamanan anak)
4. Koping keluarga terhadap masalah anak (missal: keluarga bingung,
cemas dan panic mencari bantuan kesehatan)
5. Ketersediaan dan berfungsinya peralatan: peralatan (misal:
peralatan suntik dan tabung oksigen)
6. dll

20
b. Wawancara
wawancara adalah suatu komunikasi atau percakapan terencana dengan
suatu tujuan, yaitu mendapatkan riwayat kesehatan klien dan mengetahui
status kesehatan klien misalnya, untuk mengidentifikasi masalah-masalah,
memberikan informasi, mengevaluasi perubahan, mengajari, memberikan
dukungan atau memberikan bimbingan atau terapi.
Sebelum melakukan pengkajian fisik, maka perawat perlu mengumpulkan
data riwayat kesehatan. Data riwayat kesehatan meliputi: Riwayat
kesehatan sekarang, kesehatan dahulu, kesehatan keluarga, system
fisiologis, perkembangan, pola pemeliharaan kesehatan, serta pola
hubungan peran (Morton, 1991).

Berikut adalah urutan wawancara yang dapat dilakukan adalah meniputi:


1) Identitas pasien

Identitas pasien berisi data demografik faktual tentang klien. Data


tersebut dapat berupa nama, nama orang tua, alamat, nomor telepon,
pekerjaan orang tua, umur anak, agama, kearganegaraan dan tipe asuransi
yang di tanggung serta data klien masuk RS

2) Riwayat Kesehatan
Sebelum melakukan pengkajian fisik, maka perawat perlu
mengumpulkan data riwayat kesehatan. Data riwayat kesehatan meliputi :
keadaan kesehatan sekarang, kesehatan dahulu, kesehatan keluarga, system
fisiologis, perkembangan, pola pemeliharaan kesehatan, serta pola
hubungan peran (Morton, 1991).

Data Subyektif :
 Keluarga berkata “ dahak anak saya tidak bisa dikeluarkan ”
 Keluarga berkata “ badan anak saya terlihat letih dan lesu sekali”
 Keluarga berkata “ anak saya demam tetapi terlihat menggigil”
 Keluarga berkata “ saya bingung harus bagaimana agar anak saya
sembuh”

21
Data Obyektif :
 Klien tampak batuk kering
 Klien tampak tidak kuat untuk melakukan aktifitas
 Suhu klien 38° C
 Klien bertanya tentang jenis penyakitnya dan cara perawatannya.

3) Riwayat Dahulu
Dalam pengkajian riwayat dahulu yang perlu dikaji adalah masalah
kesehatan klien yang terjadi sebelumnya yang berkaitan dengan Pneumonia.
Hal ini merupakan data penunjang dalam menentukan diagnosis medis.
Klien memeriksakan anaknya 3 hari yang lalu ke RS Mekar Sari
dengan keluhan demam menggigil, batuk yang tidak bisa dikeluarkan
dahaknya, dan sesak napas.

4) Riwayat Sekarang
Merupakan masalah yang dialami klien saat ini ketika masuk RS.
Pada tanggal 12 Februari 2008 Nn.A masuk RS Mekar Sari pada pukul
20.30 WIB di ruang ICU dengan keluhan demam tinggi, menggigil,
berkeringat, sesak napas 23 per menit, denyut jantungnya meningkat cepat,
bibir dan kuku membiru.

5) Riwayat Keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat keluarga adalah masalah
kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga yang dapat mendukung
munculnya masalah kesehatan klien baik secara genetik maupun keadaan
lingkungan yang berada di keluarga.
Keluarga mengeluh dalam keluarag ada salah satu anggota keluarga
yang menderita TBC

22
C. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Mengkaji tanda-tanda vital (kenaikan suhu tubuh, takipnea dan
takikardia)
 Mengkaji tanda distress pernafasan (kembang kempis nares
eksterna)
 Mengkaji tanda hipoksia (bibir dan kuku biru)
Auskultasi
Dengarkan bunyi nafas (ronkhi basah dan gesekan pleura dapat
terdengar)
Perkusi
Melakukan perkusi pada bagian pleura untuk mengkaji tanda efusi
pleura (terdengar bunyi pekak)

c. Pengkajian Menurut Nanda


1. Health promotion
Pengetahuan/kesadaran untuk hidup sehat atau berfungsi normal dan
strategis untuk kontrol utama dan meningkatkan kualitas (hidup sehat)
atau normalitas fungsi.

a. Kesadaran kesehatan (pengenalan dari fungsi normal dan


kesejahteraan)
1) Persepsi klien terhadap sakitnya
2) Pengetahuan klien terhadap penyakitnya. Menanyakan tentang
tanda awal timbulnya penyakit
b. Managemen kesehatan (pengidentifikasian, pengontrolan, penampilan
dan pembagian aktivitas untuk tujuan kesehatan dan kesejahteraan)
1) Usaha pencarian pengobatan. Keluarga sering membawa klien ke
pengobatan tradisional (dukun)
2) Penatalaksanaan klien terhadap penyakitnya

23
2. Nutrisi
Kegiatan/aktivitas-aktivitas pengambilan, perpaduan/penerimaan dan
penggunaan nutrisi dalam tujuan untuk pemenuhan kebutuhan jaringan,
perbaikan jaringan dan produksi energi.

a. Ingesti.(asupan makanan/nutrisi-nutrisi ke tubuh).


1) Kaji intake nutrisi sebelum di RS. Klien tidak mau makan sehingga
berat badannya menurun.
2) Kaji pola makan (berapa kali sehari). Sehari makan 2 kali
3) Kaji porsi makan. Porsi makan sedikit
b. Digesti (aktivitas kimia dan fisika dalam mencukupi kebutuhan makan
ke dalam suatu substansi yang dapat diserap dan dipadukan).
1) Kaji kemampuan menelan
2) Kaji adanya gangguan di gigi dan mulut
3) Kaji kemampuan mengunyah
c. Penyerapan (usaha dalam mengambil nutrisi melalui jaringan tubuh).
1) Kaji gangguan saluran cerna
d. Metabolisme (proses kimia dan fisika yang terjadi pada kehidupan
organ-organ dan untuk penggunaan dan pengembangan protoplasma,
produksi kotoran dan energi, dengan pelepasan energi bagi seluruh
proses vital).
1) Kaji kemampuan dalam sekresi
e. Hidrasi (pengambilan dan penyerapan cairan dan elektrolit).
1) Kaji intake cairan (dalam sekali minum berapa liter)
2) Kaji jenis makanan

3. Eliminasi
Sekresi dan eksresi produksi kotoran dari tubuh.

a. Sistem urinari (proses sekresi dan eksresi urine).


1) Kaji pola BAK (berapa kali, kapan, ada kesulitan atau tidak). 200
cc

24
b. Sistem gastrointestinal (eksresi dan pengeluaran produksi kotoran dari
abdomen)
1) Kaji pola BAB (berapa kali, kapan, ada kesulitan atau tidak).
Sehari satu kali
c. Sistem pulmonary (pembersihan sisa-sisa/produksi metabolik, sekresi
dan material asing dari paru-paru atau bronchus).
1) Kaji adanya batuk. Klien sering terlihat batuk dan klien terlihat
sesak napas
2) Berapa jumlah produksi sputum

4. Aktivitas/istirahat
Produksi, konservasi, pengeluaran atau balance sumber energi.

a. Tidur/istirahat (tidur, berbaring, ketenangan, tidak beraktivitas)


1) Kaji pola tidur
 Frekuensi
 Lama tidur. Klien tidur selama 7 jam dalam 24 jam
 Kapan waktu tidur. Klien tidur lebih dari jadwal seharusnya
 Klien tidak dapat tidur nyenyak
 Klien mengalami sesak napas (ronkhi)
b. Aktivitas/olahraga (mobilitas tubuh, mengerjakan pekerjaan atau
penampilan tindakan kadang/tidak selalu bertentangan dengan
ketahanan)
1) Frekuensi olah raga
2) Kemampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari
3) Aktivitas yang masih bisa dilakukan selama kondisi sakit
4) Kaji apakah sesak mengganggu aktivitas klien
c. Keseimbangan energi (suatu keadaan dinamis dari keharmonisan
antara pemasukan dan pengeluaran dari sumber-sumber)
1) Kaji tenaga yang digunakan ketika tidur dan aktivitas
d. Respon kardiovascular/kardiopulmoner (mekanisme kardiopulmoner
yang mensuport aktivitas/istirahat).

25
e. Kaji kemampuan dalam beraktivitas. Klien kurang dapat melakukan
aktivitas karena klien mengalami sesak napas
f. Kaji adanya kelelahan ketika beraktivitas
g. Kaji TTV sebelum dan sesudah beraktivitas
h. Apakah aktivitas yang dilakukan menimbulkan sesak

5. Persepsi / Kognisi
Proses sistem informasi manusia tentang perhatian, orientasi, sensasi,
persepsi dan komunikasi

a. perhatian (kesiapan mental untuk mengerti /mengamati)


b. orientasi (kesadaran akan waktu, tempat dan orang)
c. sensori/persepsi (penerimaan informasi melalui indra perabaan, rasa,
bau, penglihatan, pendengaran dan kinesthesia dan pengertian dari
suatu data sensasi berupa penamaan, asosiasi atau pemahaman)
d. kognitif (penggunaan memori, belajar, berpikir memecahkan masalah,
wawasan, kapasitas intelektual dan bahasa)
e. komunikasi (mengirim dan menerima verbal dan non verbal informasi)

6. Persepsi diri
Kesadaran tentang diri sendiri.

a. konsep diri (Persepsi tentang diri secara total).


1) Kondisi klien tentang diri setelah sakit
b. harga diri (pengkajian dari suatu/salah satu yang berharga, kepentingan
dan keberhasilan)
1) Pengaruh sakit yang diderita terhadap harga diri klien
c. citra tubuh (gambaran mental terhadap dirinya sendiri)
1) Bagian tubuh klien yang paling tidak disukai
2) Pandangan klien terhadap tubuhnya

26
7. Peran hubungan
Keuntungan dan kerugian berhubungan/berasumsi antara orang/group
dan berarti oleh yang mana hubungan ini terwujud.

a. Peran pemberi perawatan (perhatian tiap-tiap orang di masyarakat


diharapkan dapat menyediakan suatu perawatan kusus)
b. hubungan keluarga(sekumpulan dari suatu masyarakat yang secara
biologis berhubungan)
c. penampilan peran (kualitas setiap fungsi pola perilaku yang diharapkan
dimasyarakat).

8. Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi.

a. identitas seksual (keadaan spesifik seseorang yang menghargai


seksualitas / gender
b. fungsi sexual (kapasitras/kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
sexual)
c. reproduksi (setiap proses yang mana menghasilkan individu baru).

9. Koping / toleransi terhadap stress.


Kemampuan untuk menyelesaikan masalah terhadap peristiwa
hidup/proses hidup.

a. respon post trauma (reaksi yang terjadi setelah trauma fisik dan
psikologis)
b. respon koping (proses mengelola stress lingkungan)
c. neurobehavioral stress (respon tingkah laku sebagai wujud refleksi dari
respon fungsi saraf dan otak)

27
10. Prinsip hidup:
Prinsip-prinsip mendasar, mencakup, pemikiran dan tingkah laku
tentang tindakan, kebiasaan atau adat yang tampak nyata atau
mempunyai nilai yang dalam.

a. nilai (identifikasi dan rangking)


b. kepercayaan (pendapat-pendapat, harapan-harapan atau penilaian dari
suatu tindakan, ragam atau institusi yang tampak sebenarnya)
c. nilai/kepercayaan/kesesuaian diri (penyelesaian atau keseimbangan
yang tercapai antara nilai, kepercayaan dan aksi).

11. Keselamatan / Perlindungan


Kebebasan dari bahaya, perlukaan total, kerusakan sistem imun,
menjaga dari suatu kehilangan, perlindungan dari kesehatan dan
keselamatan.

a. infeksi (respon host sehubungan dengan invasi patogen)


b. cedera fisik (kesakitan jasmani/luka)
c. kekerasan (penggunaan kekuatan berlebihan atau tenaga menyebabkan
suatu perlukaan atau kerusakan).
d. bahaya lingkungan ( sumber-sumber bahaya disekitarnya).
e. proses bertahan (proses dimana tubuh melindungi dirinya dari bukan
dirinya)
f. pengaturan suhu (proses fisiologi dalam pengaturan suhu dan energi
dalam tubuh untuk tujuan perlindungan dari organisme)

12. Kenyamanan
Perasaan mental, psikis, kebutuhan sosial atau kenyamanan.

a. kenyamanan fisik (rasa nyaman atau ketentraman)


b. kenyamanann lingkungan (rasa nyaman di suatu lingkungan)
c. kenyamanan sosial (rasa nyaman dalam suatu situasi sosial)

28
13. Pertumbuhan dan perkembangan
Sesuai usia, pertumbuhan dalam dimensi fisik, sistem organ atau
pencapaian perkembangan yang berarti.

a. pertumbuhan (peningkatan dimensi fisik atau kematangan sistem


organ)
b. pencapaian (kekurangan pencapaian, kehilangan perkembangan yang
berarti).

2. Validasi Data
Dalam melakukan pengkajian untuk memperoleh informasi harus
dilakukan dengan lemgkap, factual dan akurat. Validasi adalah tindakan cek
ganda atau pemverivikasian data (cue/isyarat) untuk meneguhkan data yang akurat
dan factual.

Tidak semua data memerlukan validasi. Misal, data mengenai tinggi, berat,
tanggal lahir dan sejumlah kajian laboratorium dengan skala ukuran yang tepat
dapat diterima sebagai factual. Sebagai suatu aturan, perawat memvalidasi data
jika terdapat ketidak cocokan antara data yang diperoleh dalam wawancara
keperawatan (data subyektif) dan pemeriksaan fisik (data obyektif), atau ketika
pernyataan klien berbeda pada waktu yang berlainan dalam pengkajian.

Cue (isyarat) adalah data subyektif atau data obyektif yang dapat
diobservasi secara langsung oleh perawat; hal ini adalah apa yang klien katakan
atau apa yang perawat dapat dengar, lihat, rasa, cium atau ukur

Kesimpulan adalah konklusi atau tafsiran perawat atas isyarat (cue).


Contoh, seorang perawat mengobservasi cue (isyarat) bahwa suatu luka memerah,
panas dan bengkak; perawat membuat kesimpulan bahwa luka tersebut infeksi.

29
3.Analisa data

Analisa data dibuat berdasarkan pengelompokan data subjektif dan


objektif dari data dasar, menjadi data fokus terhadap suatu masalah kesehatan
tertentu berdasarkan etiologi/penyebab masalah kesehatan yang dialami dan
kemudian dilanjutkan dengan penentuan diagnosa keperawatan yang akan
diambil. Analisa data disusun pada suatu tabel seperti berikut:

No Data Fokus Etiologi Masalah

1 DO: Obstruksi jalan nafas: Bersihan jalan nafas tidak


eksudat di alveoli efektif
1.Terdengar suara ronki
2.Sesak nafas
3.Suara napas lemah
4.Penggunaan otot bantu
nafas
2 DO: Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif
1. Penggunaan otot bantu
nafas
2. Suara napas lemah
3. terdengar suara ronki
4. Sesak nafas

3 Dst

3.2 Diagnosa

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas: eksudat di alveoli

2 Pola nafas tidak efektif b/d hipoventilasi

3 Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

4 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan yang menyeluruh

5 Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan dalam


memasukkan makanan karena faktor biolagis

6 Gangguan Pola Tidur b/d napas pendek (Dipsneu)

30
7 Cemas b/d perpishan denga orang tua

8 Resiko kekurangan volume cairan b/d umur yang ekstrem

9 Gangguan Citra Tubuh b/d adanya penyakit

10 Kurang pengetahuan b/d tidak familiar dengan sumber informasi

3.3 Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC

Tujuan Kriteria Hasil

1 Bersihan jalan nafas tidak Status respirasi  Pasien tidak Manajemen jalan
efektif b/d obstruksi jalan : kepatenan tampak demam napas:
nafas: eksudat di alveoli jalan napas  Tidak tampak
cemas  Posisikan
 Respiration Rate pasien untuk
(RR) dalam memaksimalka
batas normal n potensial
 Irama ventilasi
pernafasan  Auskultasi
dalam batas suara nafas
normal  Monitor status
 Sputum dapat respirasi dan
dikeluarkan dari oksigen
jalan napas  Buang /
 Suara napas keluarkan
normal sekret dengan
melakukan
fisioterapi dada
atau suction
 Ajarkan pasien
bagaimana cara
menggunakan
inhaler
 Anjurkan
terapi
ultrasonik
nebulizer
 Ajarkan batuk
efektif
 Anjurkan
pengguanaan
bronkodilator
 Konsultasikan

31
dengan tim
kesehatan lain
tentang
perawatan diri
menggunakan
suplai oksigen
2 Pola nafas tidak efektif Status  Nafas ringan Memonitor
b/d hiperventilasi pernapasan:  Tidak ada pernapasan:
Ventilasi tidak Dispneu pada
terganggu saat istirahat dan  Posisikan
aktivitas pasien untuk
 Gelisah, sianosis memaksimalka
dan keletihan n potensial
tidak ada ventilasi
 Tidak ada  Monitor
penggunaan otot kecepatan,
bantu ritme,
pernapasan kedalaman,
 Foto Rongen pada
dada normal pernapasan
 Ekspansi dada pasien
simetris  Monitor
kelemahan
otot-otot
diafragma
 Monitor
kebiasaan
pasien untuk
batuk efektif
 Catat jumlah,
karakteristik,
dan lamanya
batuk yang
dialami pasien
 Perkusi daerah
depan dan
belakang pada
thorax dari
daerah bilateral
atas sampai
bawah
 Ajarkan batuk
efektif
 Dorong keluar
sekret dengan
nafas dalam
dan batuk
 Konsultasikan

32
dengan tim
kesehatan lain
tentang status
pernapasan
klien saat ini
 Laporkan
perubahan
sensori, bunyi
napas, Pola
pernapasan,
Sputum, dll
sesuai dengan
kebutuhan.
3 Gangguan pertukaran gas Pasien memiliki  Status Pengelolahan
b/d ketidakseimbangan Status neurologis jalan nafas:
perfusi ventilasi pernafasan: dalam rentang memfasilitasi
Pertukaran gas yang normal jalan nafas
tidak akan  Dispnea pada
terganggu saat istirahat dan  Identifikasi
aktivitas tidak kebutuhan
ada pasien atau
 Gelisah, insersi jalan
sianosis, dan nafas aktual
keletihan tidak atau potensial
ada  Auskultasi
 PaO2, PaCO2, bunyi nafas,
PH arteri, dan tandai area
seturasi oksigen penurunan atau
dalam batas tulangnya
normal vertilasi dan
 Keseimbangan adanya bunyi
perfusi vertilasi tambahan
 Atur posisi
untuk
memaksimalka
n potensial
ventilasi
 Lakukan
fisioterapi dada
 Bersihkan
sekret dengan
menganggurka
n batuk atau
dengan
mengggunakan
pengisapan
 Dukung
dengan

33
bernafas pelan,
dalam, berbalik
dan batuk
Ajarkan
bagaimana
batuk secara
efektif
 Ajarkan pada
pasien
bagaimana
menggunakan
intracer yang
dianjurkan
sesuai yang
dibutuhkan
 Masukkan
jalan nafas
melalui mulut
atau
nasofaring,
sesuai dengan
kebutuhan
 Kolaborasikan
status
pernafasan
klien dengan
tim kesehatan
lain
 Atur posisi
untuk
mengurangi
dispnea
4 Intoleransi aktifitas b/d Pasien dapat  Menyadari Terapi aktifitas
kelemahan yang mentoleransi keterbatasan
menyeluruh aktifitas energy  Bantu pasien
 Mampu untuk
menyeimbangka mengidentifika
n aktifitas dan si untuk pilihan
istirahat aktivitas
 Daya tahan  Instruksikan
adekuat pada pasien
 Mampu dan keluarga
melakukan dalam
aktifitas sehari- penggunaan
hari dengan teknik relaksasi
beberapa selama
bantuan  Evaluasi
motivasi dan

34
 TTV dalam batas keinginan
normal pasien untuk
meningkatkan
aktivitas
 Kaji respon
emosi social
dan spiritual
terhadap
aktivitas
 Tentukan
penyebab
keletihan
 Bantu pasien
dalam
perubahan
posisi
 Ajarkan pada
pasien dan
keluarga
tentang
perawatan diri
dan pengaturan
aktivitas untuk
mencegah
kelelahan
 Rujuk pada
ahli gizi
tentang
perencanaan
makanan yang
tinggi energi
 Kolaborasikan
dengan ahli
terapi okupasi,
fisik dan
rekreasi untuk
merencanakan
dan memantau
aktivitas sesuai
kebutuhan
5 Ketidakseimbangan Pasien memiliki  intake nutrisi Manajemen
Nutrisi: kurang dari Status nutrisi cukup Gangguan Makan
kebutuhan tubuh b/d yang baik  masukan
ketidakmampuan dalam setelah tindakan makanan dan  Monitor
memasukkan makanan perawatan cairan cukup parameter
karena faktor biolagis  energi adekuat fisiologis
 masa tubuh (tingkatan
normal asam elektrolit

35
 berat badan dan tanda
normal penting),
 lain-lain sesuai
kebutuhan
 Ajarkan pasien
untuk
memonitor
masukan
makanan
sehari-hari dan
peningkatan
berat badan
 Tentukan
cakupan variasi
berat badan
yang bisa
diterima sesuai
target
 Tetapkan
besarnya
peningkatan
berat badan
yang
diinginkan.
 Berikan
dukungan
(misalnya,
relaksasi
therapy, latihan
desensitisasi,
dan
kesempatan
berbicara
tentang
perasaan)
ketika pasien
mempunyai
perilaku makan
baru,
mengubah imej
tubuh, dan
perubahan
gaya hidup,
sesuai
kebutuhan
 Beri
pengajaran dan
menguatkan

36
konsep nutrisi
yang baik
dengan pasien
(dan orang
lain)
 Berkolaborasi
dengan
anggota tim
pelayanan
kesehatan yang
lain untuk
mengembangk
an rencana
perawatan;
melibatkan
pasien dan/atau
orang lain yang
signifikan,
disesuaikan.
 Berdiskusi
dengan tim dan
pasien untuk
menetapkan
suatu target
berat badan,
jika pasien
tidak didalam
rekomendasi
batasan umur
dan tubuh

6 Gangguan pola tidur b/d Pasien  Jumlah jam tidur Peningkatan


nafas pendek menunjukakan pasien dbn tidur
tanda-tanda  Tidak ada
tidur yang masalah dalam  Ajarkan pada
tenang pola, kualitas, pasien/keluarg
dan intensitas a tentang
tidur dan pengelolaan
istirahat tidur yang baik
 Perasaan segar  Ajarkan
setelah tentang
istirahat/tidur pemilihan
 Terjaga pada makanan pada
waktu yang jam tidur yang
sesuai dapat
 TTV klien dbn mengganggu
tidur
 Pantau pola

37
tidur pasien
dan catat
faktor-faktor
fisik yang
mempengaruhi
dan
mengganggu
pola tidur
pasien
 Lakukan terapi
relaksasi
sentuhan halus
dan lembut
serta
pengaturan
posisi klien
yang nyaman
untuk tidur
 Jelaskan
pentingnya
tidur yang
adekuat
terhadap
peningkatan
status
kesehatan klien
pada keluarga
 Diskusikan
kembali
dengan dokter
tentang terapi
pengobatan
jika
berpengaruh
pada pola tidur
klien
7 Cemas b/d perpisahan Pasien mampu  Pantau intensitas Mengurangi
dengan orang tua mengontrol dari kecemasan kecemasan
cemas setelah  Menyingkirkan
dilakukan tanda dari  Ajarkan
perawatan kecemasan keluarga untuk
 Cari informasi tetap tinggal
untuk menurun dengan anak
kecemasan  Ajarkan pasien
 Menggunakan menggunakan
mekanisme teknik relaksasi
koping yang  Berikan
efektif informasi yang

38
 Mengontrol aktual terdiri
respon dari diagnose,
kecemasan pengobatan,
 Melaporkan dan prognosis
tidur yang  Mengontrol
adekuat stimulus untuk
pasien yang
membutuhkan,
jika diperlukan
 Kolaborasi
pengobatan
untuk
mengurangi
kecemasan,
jika diperlukan

8 Resiko kekurangan Pasien memiliki  Tekanan darah Pemantauan


volume cairan b/d umur keseimbangan pasien pada elektrolit
yang ekstrem cairan yang baik rentang normal
setelah sesuai harapan  Pantau tingkat
dilakukan  Tekanan arteri cairan serum
perawatan rata-rata pada  Identifikasi
rentang normal kemungkinan
sesuai yang yang
diharapkan menyebabkan
 Tekanan vena ketidakseimba
sentral pada ngan elektrolit
rentang normal  Instruksikan
 Suara nafas pada pasien
tambahan tidak dan keluarga
terdengar tentang
 Berat badan modifikasi diet
stabil  Konsultasikan
 Tidak ada kepada ahli
edema perifer obat jika
 Intake dan ditemukan
output pada 24 tanda dan
jam normal gejala
 Tidak ada asites ketidakseimba
 Nadi perifer ngan cairan
teraba jelas dan atau
elektrolit
 Pantau mual,
muntah dan
diare
 Pantau tingkat
osmolalitas
serum dan urin

39
9 Gangguan Citra Tubuh Pasien dapat  Kepercayaan Aktif
b/d adanya penyakit meningkatkan diri klien mendengarkan
penghargaan meningkat
diri  Mampu  Tunjukkan
membina kebersamaan
komunikasi dengan pasien
 Meningkatnya  Dorong untuk
gambaran harga mengungkapka
diri klien n perasaan
 Mampu  Berikan
melakukan perhatian dan
penilaian hal yang
terhadap harga menyenagkan
diri  Jelaskan pesan
 Penerimaan dan tanya
bentuk kritikan jawab
 Dengarkan
dalam hal
menyampaikan
pesan dan
perasaan
dengan konsen

10 Kurang pengetahuan b/d Pengetahuan:  Menggambarkan Pengetahuan:


tidak familiar dengan Perawatan bayi karakteristik Perawatan bayi
sumber informasi bayi yang
normal  Ajarkan respon
 Menggambarkan kepada orang
teknik relaksasi tua dan
pada bayi menjelaskan
 Menggambarkan kepada mereka
metode tentang
stimulasi pada perawatan bayi
bayi  Laporkan
 Menggambarkan kepada orang
posisi yang tua kejadian
sesuai pada bayi penting tentang
 Menggambarkan kesehatan anak
teknik yang umum
pemberian dan imunisasi
makan pada bayi  Dampingi
orang tua
untuk menilai
isyarat bayi,
isyarat
nonverbal,
nangis, dan
bersuara
 Anjurkan

40
orang tua
untuk
memperoleh,
mengasuh,
memijat, dan
batuk pada
bayi

3.4 Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif 1. Mengkaji tanda-tanda vital: RR, TD,
b/d obstruksi jalan nafas: eksudat HR.kesadaran
di alveoli 2. Memposisikan pasien semifowler atau fowler
3. Mengauskultasi adanya suara tambahan
(ronkhi)
4. Melakukan fisioterapi dada: perkusi, fibrasi,
dan postural drainase
5. Berikan terapi nebulizer pada klien
6. Mengajarkan batuk efektif
7. Apabila klien tidak dapat mengeluarkan
sekret, klien di indikasikan untuk dilakukan
suction
2 Pola nafas tidak efektif b/d 1. Mengkaji tanda-tanda vital: RR, TD, HR,
hiperventilasi kesadaran
2. Memposisikan klien semifowler atau fowler
3. Memberikan terapi oksigenasi
4. Menjaga kepatenan jalan nafas
5. mencatat jumlah, karakteristik, dan lamanya
batuk yang dialami pasien
6. Mengajarkan batuk efektif
7. Memeriksa adanya suara tambahan pada
klien

3 Gangguan pertukaran gas b/d 1. Mengkaji tanda-tanda vital


ketidakseimbangan perfusi 2. menguskultasi bunyi nafas, tandai area
ventilasi penurunan atau tulangnya vertilasi dan
adanya bunyi tambahan
3. Melakukan fisioterapi dada, dan diikuti
dengan batuk efektif
4. Menggunakan suction, jika secret tidak dapat
dikeluarkan.
5. Mengatur posisi klien fowler atau
semifowler

41
6. Memberikan terapi oksigen sesuai
indikasi.mengkaji warna dan konsistensi
sputum klien
7. Mengkaji status pernafasan klien
8. Kolaborasikan status pernafasan klien
dengan tim kesehatan lain
4 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan 1. Mengkaji rentang gerak pasien
yang menyeluruh 2. Mengajarkan pada klien ROM
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
untuk pilihan aktivitas
4. Membantu pasien dalam perubahan posisi
5. Mengevaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan aktivitas
6. Merancanakan diet yang tepat untuk pasien
bedrest
7. Mengatur jadwal dengan ahli terapi okupasi,
dan fisik sehingga aktivitas klien dapat
terpantau sesuai kebutuhan klien
5 Ketidakseimbangan Nutrisi: 1. Mengatur jadwal makan klien
kurang dari kebutuhan tubuh b/d 2. Menanyakan pada klien dan keluarga jenis
ketidakmampuan dalam makanan yang dapat menyebabkan klien
memasukkan makanan karena alergi
faktor biolagis 3. Mengajarkan pasien untuk memonitor
masukan makanan sehari-hari dan
peningkatan berat badan, sesuai kebutuhan
4. Memonitor peningkatan berat badan klien
5. Berkolaborasi dengan tim dan keluarga
untuk mengetahui peningkatan berat nadan
pasien
6 Gangguan Pola Tidur b/d nafas 1. Mengatur jadwal tidur klien
pendek 2. Memonitor penggunaan obat tidur sesuai
dengan indikasi
3. Mengecek efek samping pengobatan
terhadap pola tidur pasien
4. Mengetahui berapa jam lamanya tidur
pasien
5. Mengetahui pola nafas klien saat tidur
6. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
terhadap peningkatan status kesehatan klien
pada keluarga
7. mengajarkan cara menidurkan anak dengan
menggunakan teknik cerita yang anak sukai
7 Cemas b/d perpishan dengan 1. menanyakan pada keluarga, siapa yang
orang tua dapat dipercaya oleh anak.
2. Melakukan guided imagery untuk
mengurangi kecemasan
3. Menganjurkan orang tua untuk tidak
meninggalkan anak saat berada dalam

42
perawatan
4. Memastikan orang tua tidak meninggalkan
anak saat tidur
5. Memberikan support pada anak agar lebih
kooperatif
8 Resiko kekurangan volume cairan 1. Mengkaji adanya tingkat dehidrasi pada
b/d umur yang ekstrem klien
2. Mengecek turgor kulit pada klien
3. Memberikan redehidrasi cairan NaCl 0,9%
kepada klien sesuai kebutuhan
4. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi
cairan lebih banyak
5. Mengkonsultasikan status cairan dan
elektrolit klien pada dokter
9 Gangguan Citra Tubuh b/d adanya 1. Menjalin hubungan baik klien dengan
penyakit perawat
2. Menberikan motivasi dan dukungan pada
klien
3. Menganjurkan keluarga untuk lebih
meningkatkan perhatiannya pada klien
4. Menganjurkan klien untuk tetap percaya
diri
10 Kurang pengetahuan b/d tidak 1. Mengajarkan pada orang tua mengenai
familiar dengan sumber informasi pentingnya perawatan pada anak
2. Mengajarkan pada keluaga untuk selalu
memberikan motivasi pada anak terhadap
penyakitnya
3. Mengajarkan pada keluarga cara mengasuh
anak dengan baik

3.5 Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi keperawatan

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif S: Keluarga Mengatakan:”Anak saya sudak


b/d obstruksi jalan nafas: eksudat di terlihat tidak sesak lagi sus!.”
alveoli
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:

 Pasien tidak tampak demam suhu 37,6° C

43
 Tidak tampak cemas
 Respiration Rate(RR) dalam batas normal
18 kali per menit
 Irama pernafasan dalam batas normal.
 Sputum dapat dikeluarkan dari jalan
napas
 Suara napas normal
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

2 Pola nafas tidak efektif b/d S: Keluarga Mengatakan:”Anak saya nafasnya


hiperventilasi sudah lebih ringan sus tidak tampak gelisah
lagi.”
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Nafas ringan
 Tidak ada Dispneu pada saat istirahat dan
aktivitas
 Gelisah, sianosis dan keletihan tidak ada,
 Tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan
 Foto Rongen dada normal
 Ekspansi dada simetris
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

3 Gangguan pertukaran gas b/d S: Keluarga Mengatakan:”Putri saya sudah tidak


ketidakseimbangan perfusi ventilasi gelisah sus dari tadi sudah tidak rewel.”
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Status neurologis dalam rentang yang
normal
 Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas
tidak ada
 Gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada
 PaO2, PaCO2, PH arteri, dan seturasi
oksigen dalam batas normal
 Keseimbangan perfusi vertilasi
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

4 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan S: Keluarga Menanyakan:”Putri saya ko masih


yang menyeluruh lemas ya sus, masih tidak lincah seperti
dulu?”

44
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Menyadari keterbatasan energi
 Mampu menyeimbangkan aktifitas dan
istirahat
 Daya tahan adekuat
 Mampu melakukan aktifitas sehari-hari
dengan beberapa bantuan
 TTV dalam batas normal, TD :
120/80mmHg, RR : 18,suhu : 37,6°C,
Nadi 70kali per menit
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

5 Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang S: Keluarga Mengatakan:”Anak saya nafsu


dari kebutuhan tubuh b/d makannya masih agak kurang sus tapi kalau
ketidakmampuan dalam sedikit-sedikit masih agak mau tetapi masih
memasukkan makanan karena faktor dipaksa.”
biolagis
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Intake nutrisi cukup sesuai kebutuhan
tubuh
 masukan makanan dan cairan cukup
 Energi adekuat
 Masa tubuh normal
 Berat badan meningkat 2 kg menjadi 15
kg
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

6 Gangguan Pola Tidur b/d nafas S: Keluarga Mengatakan:”Tidur anak saya sudah
pendek lebih nyenyak sus, sudah tidak pernah bangun
malam lagi dan nangis.”
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Jumlah jam tidur pasien dalam batas
normal 10 jam per 24 jam
 Tidak ada masalah dalam pola, kualitas,
dan intensitas tidur dan istirahat
 Perasaan segar setelah istirahat/tidur
 Terjaga pada waktu yang sesuai
 TTV dalam batas normal, TD :
120/80mmHg,RR : 18,suhu : 37,6°C,
Nadi 70kali per menit

45
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan pada tindakan perawatan
lanjutan

7 Cemas b/d perpishan denga orang S: Keluarga Mengatakan:”Putri saya sudah tidak
tua pernah terlihat cemas sus, dan sudah jarang
menangis untuk minta selalu ditemani.”
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Memantau intensitas dari kecemasan
 Menyingkirkan tanda dari kecemasan
 Cari informasi untuk menurun kecemasan
 Menggunakan mekanisme koping yang
efektif
 Mengontrol respon kecemasan
A: Tujuan tercapai sebagian
P: Melakukan reimplementasi dan reevaluasi
untuk mencapai tujuan yang diharapkan

8 Resiko kekurangan volume cairan S: Keluarga Mengatakan:”Putri saya sudah sudah


b/d umur yang ekstrem banyak lagi minumnya dan minum susu nya
juga sudah tidak sulit lagi.”
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Tekanan darah pasien pada rentang
normal sesuai harapan 120/80 mmHg
 Tekanan arteri rata-rata pada rentang
normal sesuai yang diharapkan
 Tekanan vena sentral pada rentang
normal
 Suara nafas tambahan tidak terdengar
 Berat badan stabil 15 kg
 Tidak ada edema perifer
 Intake dan output pada 24 jam normal
 Tidak ada asites
 Nadi perifer teraba jelas
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

9 Gangguan Citra Tubuh b/d adanya S: Keluarga Mengatakan:”Putri saya sudah mau
penyakit bermain sus, dengan teman sekamarnya,
sudah tidak terlihat malu lagi.”

46
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Kepercayaan diri klien meningkat
 Mampu membina komunikasi
 Meningkatnya gambaran harga diri klien
 Mampu melakukan penilaian terhadap harga
diri
 Penerimaan bentuk kritikan
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

10 Kurang pengetahuan b/d tidak S: Keluarga Mengatakan:”saya sudah banyak


familiar dengan sumber informasi mengerti sus mengenai penyakit yang dialami
anak saya, saya akan berusaha menjaga
kesehatan anak saya dengan baik.”
O: Hasil dari kriteria yang direncanakan adalah
sbb:
 Menggambarkan karakteristik bayi yang
normal
 Menggambarkan teknik relaksasi pada bayi
 Menggambarkan metode stimulasi pada bayi
 Menggambarkan posisi yang sesuai pada bayi
 Menggambarkan teknik pemberian makan
pada bayi dengan benar
A: Tujuan tercapai
P: Melanjutkan intervensi selanjutnya

47
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan bentuk utama infeksi saluran napas bawah
akut( ISNBA) yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi
serta kerugian produktivitas kerja. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau
merupakan tahap lanjut manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai
perluasan bronkietaksis yang terinfeksi.
Pneumonia dapat berupa pneumonia komunitas yang terjadi di
masyarakat dan pneumonia nosokomial yang terjadi di rumah sakit. Penyakit
ini dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi di antara pasien terutama
yang terinfeksi di ICU. Sedangkan Pneumonia pada bayi baru lahir berawal
dari pecahnya ketuban sebelum waktunya yang menyebabkan infeksi pada

48
cairan ketuban. Janin terendam dalam cairan ketuban yang terinfeksi dan
menghirupnya sehingga masuk ke dalam paru-paru. Berbagai aspek penyakit
ini perlu dipahami untuk dapat mengatasinya dengan baik. Terapi empirik
perlu segera diberikan dengan pemilihan antibiotik yang tepat dan selanjutnya
dilakukan penyesuaian pemberian antibiotik untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, hingga biaya obat dapat ditekan seoptimal mungkin dengan resiko
angka mortalitas yang sekecil-kecilnya. Tindakan pencegahan perlu diambil
untuk mengurangi angka morbiditas penyakit, khususnya dengan mengurangi
faktor resiko untuk terjadinya pneumonia tersebut.

4.2 Saran
Makalah ini di buat dengan harapan untuk para pembaca dan
masyarakat umum dapat mengetahui bahaya dari penyakit pneumonia. Selain
itu dengan makalah ini diharapkan tingkat enyakit pneumonia dapat menurun
drastis dan dapat meningkatkan taraf kesehatan dari penduduk Indonesia
terhadap penyakit pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

Acton, Sharon Enis & Terry Fugate .1993. Pediatric Care Plans. Philadelphia :
AddisonWesley Co.
Corwin, E. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Format referensi elektronik ini di rekomendasikan oleh Error! Hyperlink
reference not valid. cbprtl/ cyber
woman/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=cyber woman 7C0%7C0%7C8%
7C46 diambil pada tanggal 16 Februari 2008.
Format referensi elektronik ini di rekomendasikan oleh http://www.idai.or.id/ bi/
view.asp?ID =355&IDEdisi=45 diambil pada tanggal 16 Februari
2008.

49
Jhonson,Marion, et all. 1999. Nursing Outcomes Clacification. United State of
Amerika: Mosby
Jhonson,Marion, et all. 1999. Nursing Intervenstion Clacification. United State of
Amerika: Mosby
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddarth, editor : Suzanne C. Smeltzer, Edisi 8 vol. 1. Jakarta : EGC.
Suyono Slamet, et all. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Sudoyo W Aru, et all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi ketiga
IV. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wilkinson,Judith.M. 2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

50

S-ar putea să vă placă și