Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
K 3 (1), 2018 29
ABSTRACT
Pendahuluan Metode
Constant -9,513
Pembahasan
Lokasi penelitian ini di Kota Timur dan Semarang Utara) terletak di
Semarang yang merupakan daerah pusat kota, dengan kasus Leptospirosis
endemis Leptospirosis yaitu pada 9 terjadi setiap tahun (2013-2016) memiliki
kecamatan (Kecamatan Candisari, area yang tidak terlalu luas namun
Gajahmungkur, Gayamsari, Genuk, kepadatan penduduknya sangat tinggi.11
Pedurungan, Semarang Selatan, Semarang Rata-rata suhu udara di Kota Semarang
tanduk pada permukaan luar dan epitel Riwayat kontak dengan sumber
berlapis gepeng sebagai barier mekanis infeksi
yang baik sekali terhadap infeksi. Jasad
renik sulit menembus barier mekanis ini, Hasil analisis statistik
namun apabila terjadi luka iris, abrasi atau menunjukkan bahwa adanya riwayat
maserasi memungkinkan agen menular kontak dengan sumber infeksi
masuk.21 Jika agen berhasil menembus berpeluang 56,98 kali lebih besar untuk
salah satu barier tubuh dan memasuki terkena Leptospirosis dibandingkan
jaringan, maka pertahanan berikutnya pekerja sektor informal tanpa riwayat
adalah reaksi , yang merupakan respon kontak dengan sumber infeksi.
imun innate, yang diperlihatkan dengan Hubungan yang signifikan ini dapat
reaksi inflamasi. Jika reaksi peradangan dijelaskan bahwa salah satu dari jalur
akut tidak sanggup mengatasi penyerang, infeksi Leptospirosis adalah adanya
infeksi menyebar lebih luas ke seluruh kontak dengan jaringan binatang yang
tubuh.21 terinfeksi bakteri Leptospira. Penularan
Apabila mikroorganisme dapat Leptospirosis juga bisa terjadi secara
melewati pertahanan nonspesifik/ innate langsung akibat adanya kontak langsung
immunity, maka tubuh akan membentuk antara manusia (host) dengan urin/
mekanisme pertahanan yang lebih jaringan binatang yang terinfeksi, dan
kompleks dan spesifik dimana imunitas secara tidak langsung akibat adanya
diperantai antibodi. Mekanisme imunitas kontak antara manusia dengan tanaman,
spesifik ini terdiri dari imunitas selluler air, tanah yang terkontaminasi urin
dan humoral. Respon imun spesifik binatang terinfeksi.18,20
selluler ini terjadi 7 hari setelah masa Apabila ditelusur, riwayat kontak
inokulasi yang terjadi berupa opsonisasi langsung responden infeksi dibagi
makrofag dan aktifasi netrofi. Sitem imun menjadi kontak langsung dan tidak
humoral yaitu produksi antibodi spesifik langsung. Riwayat kontak langsung
oleh sel limfosit B (T-dependent dan non dengan sumber infeksi dinyatakan sebesar
T-dependent) dan mekanisme Cell 13,4% kontak langsung dengan bangkai
mediated immunity (CMI). Sel limfosit T tikus (24,4% kasus, 2,4% kontrol), 4,9%
berperan pada mekanisme imunitas ini kontak langsung dengan tikus (7,3%
melalui produksi sitokin serta jaringan kasus, 2,4% kontrol). Tingginya proporsi
interaksinya dan sel sitotoksik matang di riwayat kontak langsung dengan sumber
bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan infeksi pada kasus yang lebih besar
interleukin 6 (IL-6).22 Respon imun dibandingkan kontrol mendukung
spesifik humoral pada Leptospirosis pendapat bahwa penularan Leptospirosis
ditandai dengan terbentuknya antibodi dan pada hewan ke manusia salah satunya
beberapa sitokin (IL-6, TNF-α dan melalui kontak langsung. Pada saat
transforming growth factor-β1 (TGF- manusia memegang jaringan hewan yang
β1)), nitrit oxide (NO) dan H2O2. diduga terinfeksi bakteri Leptospira maka
Berdasarkan antibodi yang diproduksi, pada saat itu pula proses masuknya bakteri
dibagi menjadi dua strain, yaitu strain Leptospira ke dalam tubuh manusia akan
Low (L) dan High (H). Strain H dimulai. Jalan masuk bakteri Leptospira
menunjukkan tendensi yang lebih tinggi melalui pori kulit manusia yang kemudian
terhadap respon Th2, dengan produksi akan masuk ke dalam aliran darah. Kontak
antibodi yang lebih besar, lesi jaringan langsung dengan tikus/bangkai
yang lebih luas serta adanya sintesis IL-4. tikus/wahana lain yang diduga telah
Strain L menunjukkan respon Th1, dengan terinfeksi Leptospira merupakan salah
produksi yang besar dari interferon (IFN), satu jalur penularan Leptospirosis dari
serta aktivasi makrofag.23 tikus ke manusia.18
dengan bekerja secara informal, baik sistem imun pada wanita dan pria adalah
dengan bekerja tanpa bayaran pada usaha sama, berkembang tanpa pengaruh
keluarga atau bekerja sebagai pekerja hormon seks.28 Kemampuan hormon-
lepas. Setelah mengumpulkan pengalaman hormon seks untuk memodulasi imunitas
dan aset, para pekerja di usia produktifnya telah diketahui dengan baik. Ada bukti
memiliki peluang lebih besar untuk yang menunjukkan bahwa estrogen
memasuki sektor formal atau menjadi memodulasi aktivitas limfosit T sementara
wiraswasta. Sedangkan pekerja diatas 50 androgen berfungsi untuk
tahun mempunyai peluang jauh lebih mempertahankan produksi interleukin-2
besar untuk memiliki usaha non-tani (IL-2) dan aktivitas sel supresor. Efek
sendiri, sebuah keadaan yang hormon seks pada sel-sel B tidak begitu
mengisyaratkan bahwa beberapa pekerja menonjol. Estrogen akan mengaktifkan
sektor informal mampu meningkatkan populasi sel B yang berkaitan dengan
kesejahteraannya sambil tetap di sektor autoimun yang mengekspresikan marker
informal.24 CD5 (marker antigenik pada sel B).
Sebanyak 64,7% responden dengan Estrogen cenderung menggalakkan
kategori umur 18-40 tahun mempunyai imunitas sementara androgen bersifat
riwayat kontak dengan sumber infeksi; imunosupresif. Umumnya penyakit
88,2% tidak memakai APD selama autoimun lebih sering dijumpai pada
bekerja; 29,4% mempunyai riwayat luka wanita ketimbang pada laki-laki.26
saat bekerja; sebanyak 41,2% memiliki Androgen yang dilepas pria bersifat
perilaku yang buruk; 70,6% terdapat imunosurpresif, dilepas selama menetap
tikus di tempat kerja; sebanyak 76,5% selama masa dewasa dan tidak
memiliki kondisi sanitasi tempat kerja berfluktuasi sampai usia lanjut. Pada
yang buruk dan sebanyak 52,9% wanita, respon imun terintegrasi dengan
memiliki kondisi sanitasi rumah yang sistem endokrin yang tujuannya agar janin
buruk. Sehingga dalam hal ini, dapat dalam kandungan tidak ditolak selama
diasumsikan bahwa kondisi pekerja usia hamil. Wanita mengalami lebih sedikit
dewasa (18-40 tahun) pada sektor infeksi selama hidupnya dibanding pria,
informal lebih banyak dan dengan yang diduga disebabkan oleh efek
kondisi minim pengalaman dan androgen. Meskipun terjadi
rendahnya pendidikan sehingga di penghambatan sel T episodik, wanita tidak
dukung dengan perilaku yang buruk serta menunjukkan infeksi yang lebih sering
kondisi lingkungan yang berpotensi dibanding pria, juga selama hamil. Hal ini
tinggi menularkan Leptospirosis, menunjukkan peran besar immunoglobulin
sehingga kasus Leptospirosis juga lebih terhadap infeksi.(28) Apabila jenis
tinggi pada kelompok umur dewasa (18- kelamin dikaitkan secara spesifik dengan
40 tahun) dibandingkan usia tua (> 40 risiko Leptospirosis dan pada kelompok
tahun). umur tertentu, maka risiko laki-laki untuk
terkena Leptospirosis pada kelompok
Jenis kelamin pekerja sektor informal umur dewasa (20-59 tahun) lebih tinggi
pada dibandingkan wanita, dan pada
Dari hasil analisis menunjukkan kelompok umur lanjut (>60 tahun) risiko
bahwa pekerja sektor informal dengan laki-laki dan wanita adalah sama. Hal ini
jenis kelamin laki-laki berpeluang 37,01 dikaitkan dengan peran dari kromosom
kali lebih besar untuk terkena “X” yang berjumlah 2 kromosom pada
Leptospirosis dibandingkan perempuan. wanita, dimana kromosom “X” ini
Apabila dikaitkan dengan sistem respon merepresentasikan beberapa gen yang
imun pada tubuh manusia, maka dapat diimplikasikan pada proses immunologi,
dijelaskan bahwa sebelum pubertas, seperti Toll-like receptors, multiple
cytokin receptors, gen pada aktivitas sel-T kemudian sampah diangkut oleh petugas
dan sel-B serta faktor pengaturan (56,1% kelompok kasus) setiap 2x
transkripsi dan translasi. Sedangkan pada seminggu (36,6% pada kelompok kasus),
kromosom “Y” berperan pada sejumlah 63,4% responden kelompok kasus terbiasa
gen pada inflammatory pathways.25 menyimpan makanan sisa pada malam
Hasil penelitian ini sejalan dengan hari. Sisa makanan dimalam hari
beberapa penelitian terdahulu yang merupakan sumber pakan tikus sehingga
menyebutkan bahwa berdasarkan jenis keberadaan sampah dan sisa makanan
kelamin, pekerja yang terpapar sebagian pada malam hari meningkatkan kontak
besar pekerja di pedesaan biasanya laki- dengan tikus.33 Hasil penelitian ini juga
laki.29 Rejeki menyebutkan jenis kelamin sejalan dengan penelitian Sarkar yang
responden pada kasus 76,2% laki-laki30 menyebutkan bahwa kondisi sanitasi
Proporsi kasus yang tinggi pada laki-laki tempat tinggal yang buruk dengan adanya
kemungkinan berhubungan dengan kumpulan sampah merupakan faktor
pekerjaan, dimana sebagian besar risiko kejadian Leptospirosis.34
penderita bekerja sebagai petani yang Berkaitan dengan keberadaan
lebih banyak dikerjakan laki-laki, dengan tikus, sebanyak 48,78% responden
perempuan membantu sewaktu-waktu menyatakan terdapat tikus didalam
(OR=9,6) serta didukung Poeppl32 yang rumahnya, serta 96,3% responden pernah
menyebutkan bahwa jenis kelamin melihat tikus didalam dan lingkungan
adalah salah satu faktor kejadian rumahnya. Tikus terutama Rattus
Leptospirosis, dimana paling banyak Norvegicus merupakan reservoir penting
pada laki-laki umur 18-57 tahun. dalam penularan Leptospirosis.35 Tikus
Dominasi ini dipengaruhi oleh rumah yang juga dikenal sebagai tikus
kecenderungan yang lebih besar untuk komensal (commensal rodent atau
berpartisipasi dalam kegiatan di luar synanthropic) seluruh aktivitas hidupnya,
ruangan sehingga risiko terpapar lebih seperti mencari makan, berlindung,
besar.31-32 bersarang, dan berkembang biak
dilakukan di dalam rumah. Adanya tikus
Sanitasi Rumah mengindikasikan lingkungan yang tidak
sehat.31 Keberadaan tikus disekitar rumah
Hasil analisis statistik
ditentukan oleh ketersediaan pakan dan
menunjukkan bahwa kondisi sanitasi
tempatberlindung/bersarang. Keberadaan
rumah yang buruk (skor <60%)
tikus dilingkungan tempat tinggal
merupakan faktor risiko kejadian
meningkatkan potensi penularan
Leptospirosis pada pekerja sektor
Leptospirosis.35
informal. Kebersihan rumah umumnya
Hasil ini sejalan dengan hasil
berhubungan dengan pengelolaan sampah
penelitian Priyanto yang menyatakan
rumah tangga atau bahan yang tidak
bahwa rumah yang didalamnya terdapat
digunakan atau terbuang, baik sampah
tikus bersiko terkena Leptospirosis
padat (refuse), sampah mudah busuk
sebesar 5,87x dibandingkan responden
(garbage), dan sampah tidak mudah busuk
yang didalamnya tidak dijumpai tikus
(rubbish). Rumah dengan penataan
serta Sarkar yang menyebutkan bahwa
perabotan yang berserakan cenderung
melihat tikus di dalam rumah berisiko 4,5
kebersihan rumahnya kurang, yang berarti
kali lebih besar untuk terjadi
banyak ditemukan sampah dan barang-
Leptospirosis. Infeksi bakteri Leptospira
barang tidak terpakai dirumahnya. Barang
sp. terjadi karena kondisi lingkungan
yang tidak tertata rapi dapat menjadi
perumahan yang banyak dijumpai tikus.
tempat persembunyian tikus.33 Sebanyak
Bakteri Leptospira sp. banyak menyerang
78% rumah responden kelompok kasus
tikus besar seperti tikus wirok (Rattus
terdapat sampah didalam rumahnya, untuk
norvegicus) dan tikus rumah (Rattus riwayat luka saat bekerja, kondisi sanitasi
diardii).31,34,35 rumah yang buruk, dan ada riwayat
Cara responden mengetahui kontak dengan sumber infeksi, sedangkan
keberadaan tikus diketahui dengan 0,058% sisanya disebabkan oleh tingkat
beberapa cara yaitu dengan melihat tikus pendidikan, perilaku, APD, lama kerja,
secara langsung (65,9% kasus, 9,8% kondisi sanitasi tempat kerja dan
kontrol), melihat tikus dilingkungan keberadaan tikus ditempat kerja.
sekitar rumah (82,9% kasus, 56,1%
kontrol), melihat bekas gigitan tikus Ucapan Terimakasih
(36% kasus, 0% kontrol), mendengar
suara tikus (56,1% kasus, 34,1% Terimakasih kepada Dinas
kontrol), mencium bau kotoran (43,9% Kesehatan Provinsi Jateng, Dinas
kasus, 7,3 kontrol) serta dengan melihat Kesehatan Kota Semarang, Dinas
kotoran dan bekas tikus (51,2% kasus, Kesbangpolinmas Kota Semarang,
12,2% kontrol). Puskesmas Pandanaran, Bandarharjo,
Berdasarkan hasil tersebut dapat Pegandan, Bangetayu, Tlogosari Wetan,
dilihat bahwa cara identifikasi responden Tlogosari Kulon, Halmahera, Candi
mengenai keberadaan tikus masih Lama, Bulu Lor, Kagok, Karangayu,
terbatas pada kehadiran (melihat tikus Sekarang, Rowosari, Miroto, Genuk,
secara langsung, mendengar), dan jarang Lebdosari dan Ngemplak Simongan, yang
mengetahui jika terdapat tanda tikus yang telah membantu dan memberikan ijin,
lain, seperti bau kotoran, kencing tikus, data dan konsultasi selama proses
bekas bekas gigitan/keratan tikus pada penelitian.
kain, perabot dan kayu. Pada kelompok
kasus, sebanyak 78% responden Daftar Pustaka
memiliki SPAL dengan sistem yang
masih terbuka, SPAL berbau (70,7%) 1. WHO, ILS. Human Leptospirosis:
dan SPAL tidak lancar (65,9%). Saluran Guidance For Diagnosis,
limbah yang terbuka dan airnya tidak Surveillance And Control. WHO
lancar sehingga tergenang dan banyak Library. 2003;45(5):P.1–109.
sampah sangat potensial sebagai tempat 2. WHO, FAO, OIE. Leptospirosis
bersarangnya tikus, terutama tikus got Surveillance Report 18. [Internet].
sebagai pembawa bakteri Leptospira Queensland; 2009 Jan-Dec:P.3-12.
sehingga memperbesar kemungkinan Available from:
penularan melalui kontak langsung http://www.health.qld.gov.au/qhcss/l
dengan air kotor/air selokan.33 ep_rep.asp
3. Wahyuni, Handayani SA, Susilastuti
Kesimpulan F, Setijowati H,Mardijanto D,
Sugihantono A. Kajian Leptospirosis
Faktor risiko kejadian di Kota Semarang. Makalah Seminar
Leptospirosis pada pekerja sektor informal Klinik Leptospirosis Dinas
adalah umur dewasa (18-40 tahun), jenis Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
kelamin laki-laki, riwayat mendapatkan Semarang; 2012:P.1-11
luka selama bekerja, sanitasi rumah yang 4. Dinkes. Leptospirosis. dalam: Buku
buruk, dan riwayat kontak dengan sumber Saku Kesehatan Triwulan I Tahun
infeksi. 2014. Semarang: Dinkesprop Jateng;
Probabilitas terjadinya 2014:P.30-31.
Leptospirosis pada pekerja sektor 5. Kementrian Kesehatan.
informal sebesar 99,942% pada pekerja Leptospirosis in Profil Kesehatan
sektor informal berusia dewasa (18-40 Indonesia 2012 [Internet]. Jakarta:
tahun), berjenis kelamin laki-laki, ada