Sunteți pe pagina 1din 24

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Mera Delima M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


1. AYUVIE PUTRI ISLAMI
2. KEVIN MARCELINO
3. CICI YULIANA FITRI
4. PURNAMA PUTRI DESMI
5. VEVIOLA FITRI
6. YULY FAZIRA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PERINTIS SUMBAR
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini dengan lancar.Kami
berharap makalah ini dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa-mahasiswi STIKes
PERINTIS untuk lebih giat mempelajarinya.

Kami juga minta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan,kesalahan atau kata-
kata tak berkenan di hati dan di sisi lain kami sangat mengharapkan ada masukan ataupun kritik
dan saran dari dosen pembimbing,sehingga kami bisa memperbaiki kekurungan kami atas
makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan makalah ini banyak manfaatnya bagi pembaca terlebih bagi
diri kami sendiri maupun masyarakat pada umumnya.

Bukittinggi, maret 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita. Proses
menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan terjadinya
pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil. Proses menstruasi umumnya terjadi
semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50 tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu
yang berbeda-beda. Siklus mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali.

Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum teratur atau di luar jangka
waktu di atas. Menstruasi terjadi selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika anda mengalami proses
menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah dengan dokter kandungan untuk

3
mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa tidak terdapat kelainan atau penyakit yang
berkaitan.

Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di keluarkan 25
sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara umum wanita sering mengalami
pening-pening, kram perut, lemas dan pegal pada area paha dan pinggang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit dari disminore?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawaatan pada pasien disminore?

C. Tujuan
Tujuan Umum : Untuk memenihi tuga dari sistem reproduksi II yang telah diberikan
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakir disminore
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan bagi pasien disminore

BAB II

Pembahasan

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit

Dismenore adalah perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada
bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada dua
bentuk yaitu dismenorre primer dan dismenorre sekunder.

Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang dan selama
mentruasi ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah (Djuanda, Adhi.dkk,
2008).

4
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebebkan karena adanya kejang
otot uterus . (Price, 2002)

2. Epidemiologi
Angka kejadian nyeri pada wanita di Indonesia mencapai angka 54,89%,
sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder, yang menyebabkan mereka tidak
mampu melakukan tindakan apapun, dan ini akan menurunkan kualitas hidup masing-
masing individu (Proverawati & Misaroh, 2009). Nyeri menstruasi menyebabkan
gangguan aktivitas sehari-hari dan harus absen dari sekolah 1 – 7 hari setiap bulannya
pada 15 % responden berusia 15 – 17 %. Remaja yang mengalami nyeri menstruasi berat
mendapat nilai yang rendah ( 6, 5 %), menurunnya konsentrasi (87,1%), dan absen dari
sekolah (80,6%).
(Tangchai, 2004)
3. Etiologi
Etiologi dapat diklasifikasikan menurut macam dari disminore itu sendiri.
a. Disminore Primer : Jumlah prostaglandin F2α yang berlebih pada darah menstruasi,
yang merangsang aktivitas uterus
b. Disminore sekunder : Timbul karena adanya masalah fisik, seperti endometriosis,
polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang panggul.

(Price, 2002)

4. Gejala Klinis
Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah

a. Dimenore primer
1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3) Sering terjadi pada nulipara
4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid

5
6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
9) Pemeriksaan pelvik normal
10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala

b. Dismenore sekunder
1) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
3) Tidak berhubngan dengan siklus paritas
4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
6) Berhubungan dengan kelainan pelvic
7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
8) Seringkali memerlukan tindakan operatif
9) Terdapat kelainan pelvic

Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan gradenya :

0 : Tidak disminore

1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat, namun jika
obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri

2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat tersebut efektif
mengurangi nyeri

3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat, tapi obat
jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri

( Reece & Barberie, 2009)

5. Patofisiologi

6
Saat fase luteal, korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan
implantasi. Maka kadar estrogen dan progesterone di sirkulasi akan menurun drastic.
Penurunan kadar hormone tersebut merangsang pengeluaran prostaglandin uterus.
Prostaglandin adalah suatu nyeawa yang berasal dari fosfolipid. Melalui enzim
fosfolipase, fosfolipid akan diubah menjadi as. Arakidonat. Asam ini akan disiklasi
menjadi prostaglandin endoperoksida siklik dalam bentuk PGG2 dengan bantuan enzim
endoperoksida isomerase dan peroksidase. Selanjutnya PGH2 diubah menjadi PGF2α
dibentuk oleh enzim PGF2α reduktase dan peroksidase. Prostaglandin yang dihasilkan
tersebut akan menginduksi terjadinya kontraksi uterus. Kontraksi uterus selama
menstruasi mulai dari tekanan basal < 10mmHg, sehingga menghasilkan tekanan
intrauterine yang lebih tinggi sapai sering mencapi 150 – 180 mmHg dan juga bisa
melebihi 400mmHg, frekuensi lebih sering yaitu <4 – 5 setiap 10 menit dan tidak beritme
atau berkoordinasi karena kontraksi dari uterus yang berkepanjangan menyebabkan aliran
darah keuterus akan menurun, sehingga uterus akan mengalami iskemia. Selama uterus
iskemia maka akan terjadi metabolisme anaerob, dimana hasilnya akan merangsang saraf
nyeri kecil tipe C yang akan memberikan kontribusi untuk terjadinya dismenore. Nyeri
tersebut dapat menyebar kearah pinggang dan paha di karenakan, pada uterus dipersarafi
oleh T12, L1, L2, L3, S2, S3 dan S4 yang memberikan penyebaran nyeri ke pinggang dan
paha (Rasjdid, 2008). Selain itu PGF2α dan PGE2 juga dapat menyebabkan timbulnya
keluhan seperti diare, mual, muntah, dll (Fritz & Speroff, 2010)

Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah


menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an,
setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by
definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah
ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid),
adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan
penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis
(2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea
sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan
dismenorea sekunder :

7
a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease

c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

l. Pelvic congestion syndrome

m. Allen-Masters syndrome

6. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi menurut etiologinya, dismenore di bagi menjadi dismenore
primer dan sekunder.
a. Primer
Dismenorea ini terasa sangat nyeri tanpa patologis pelvis yang dapat
diidentifikasi. Dapat terjadi [ada waktu menarke ata segera setelahnya. Dismenorea
ditandai dengan oleh nyeri kram yang dimulais sebelum atau segera setelah awitan
aliran menstrual dan berlanjut sampai beberapa 48 atau 72 jam. Jarang ada yang
sampau 72 jam. ( Brunner & Suddarth, 2002)

8
Gejala utama adalah nyeri, nyeri dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap. Gejala
sistemik yang menyertai adalah berupa mual, diare, sakit kepala, dan perubahan
emosional (Price, 2002)
Faktor psikologis seperti ansietas dan ketegangan juga dapat menunjang
dismenorea. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung hilang, dan akan
hilang sama sekali setelah melahirkan anak (Brunner & Suddarth, 2002)

b. Sekunder
Dismenore sekunder terjadi bila terdapat gangguan patologis pelvis, seperti
endometriosis, tumor, atau penyakit inflammatory. Biasanya mereka mengalami nyeri
sebelum haid, disertai ovulasi dan kadang kala pada saat melakukan hubungan
seksual. (Brunner & Suddarth, 2002)

Sedangkan berdasarkan klasifikasi menurut jenis nyerinya :

a. Nyeri Spasmodik
Nyeri ini terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera
setelah masa haid mulai. Biasanya perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka
yang pingsan, mereka sangat mual, bahkan ada yang benar benar muntah. Kebanyak
dari mereka adalah wanita muda, walaupun dijumpai juga pada wanita umur 40 th
keatas. Disminore spasmodic dapat diobat atau paling tidak dikurangi dengan
lahirnya bayi pertama, walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami
gejala seperti itu.

b. Nyeri Kongestif
Penderita disminore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berharihari
sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba mungkin mengalami pegal, sakit
pada buah dada, perut kembung tidak menentu, pakaian dalam terasa terlalu ketat,
sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami,
mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, dan
muncul memar dipaha dan lengan atas. Semua itu merupakan symptom pegal

9
menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses
menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sedang berlangsung.
Bahkan sekian hari pertama masa haid orang yang menderita dismonore kongesif
akan merasa lebih baik.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas nyeri,
Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa lama
5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
6) Integumen : kaji turgor kulit

8. Pemeriksaan Dignostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah :
a. Tes laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : normal.
2) Urinalisis : normal
b. Tes diagnostic tambahan
- Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.

9. Therapi
Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore. Pada nyeri primer diberikan
agen antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sistensis prostaglandin melaluo
penghambatan enzim siklooksigenase, misalnya : ibuprofen (Motrin), naproxen, alleve,
Anaprox, Naproxyn, dan as. Mefenamat (ponstel).
Dengan pemberian obat-obatan ini biasanya wanita akan mengalami efek samping
pada gastrointestinal. Kontra indikasi obat-obatan ini adalah pada wanita dengan alergi,

10
riwayat ulkus peptikum, sensitive terhadap aspirin, asma dan terjadinya kehamilan.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala menstruasi sampai gejala
berkurang.
Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi menghambat prostaglandin
endometrium oleh progesterone. Obat-obatan ini akan menurunkan jumlah menstruasi
sehingga menurunkan konsentrasi prostaglandin. (Price, 2002)
Pemberian analgesic sebelum kram mulai, juga dapat mengurangi rasa nyeri.
Aspirin, inhibitor prostaglandin ringan juga dapat di berikan sesuai dosis, biasanya
dianjurkan setiap 4 jam.
Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri sekunder adalah
mengobati penyakit yang mendasarinya.

Primer Sekunder
Gejala Kram dan disertai gejala sistemik Nyeri, yang terjadi beberapa
yang berlangsung sebelum awitan hari sebelum awitan, pada
sampai 2 – 3 hari setelah awitan ovulasi, dan pada saat
pada wanita melakukan hubungan
seksual
Penyebab Produksi prostaglandin yang berlebih Adanya penyakit patologis
yang mendasari
Penanganan Antiprostaglandin, latihan dan Evaluasi dan pengobatan
kontrasepsi oral untuk penyebab yang
spesifik (penyakitnya)
(Brunner & Suddarth, 2002)

10. Penatalaksanaan
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan pasien
ditenangkan bahwa menstruasi adalah fungsi normal dari sistem reproduktif.
Jika pasien muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus ditenangkan dan
diberikan pengetahuan mengenai hal ini.

11
Banyak anak perempuan yang menduga bahwa mereka akan mengalami periode
haid yang sangat menyakitkan apabila ibu mereka mengalaminya juga. Keram yang tidak
nyaman dapat diatasi jika kecemasan dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala
tersebut dijelaskan secara adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang
sesuai.
Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk meningkatkan
latihan fisik karena latihan memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan.
Terapi lain yang bisa dilakukan misalnya :
1. Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar memperlancar sirkulasi
darah, mengurangi rasa sakit, memperlancar pengeluaran cairan, merangsang
peristaltik usus dan memberikan rasa nyaman klien.

2. Therapy Relaksasi Progresif :


a. Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian tersebut.
Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut,
kemudian hembuskan
b. Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut dan
relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan nafas, rasakan
relaksasi dari ujung kaki ke atas.
c. Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan.
Hembuskan nafas.
d. Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan hembuskan.
e. Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan hembuskan
nafas.
f. Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan hembuskan
nafas.
g. Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang turun,
rasakan kenyamanan saat otot tersebut relaksasi. Biarkan perasaan relaksasi ini
menyebar ke otot leher, tenggorokan dan lidah, hembuskan nafas.
h. Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.

12
3. Imagery Guided

Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan gambaran


mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru yang ingin kita
bentuk. Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian tentang gambaran mental
tersebut, sehingga diharapkan akhirnya dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya
dilakukan di pagi hari dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun tidur
pagi hari, akan mengangkat semangat sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali
sehari, selama 5-15 menit. Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi
yang nyaman, boleh dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung
bersandar pada dinding atau duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan
diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin
sehingga fokus perhatian dapat dilakukan secara penuh tertuju pada gambaran mental
yang ingin diciptakan.

4. Yoga
Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk di bagian
pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan yoga sekitar 30 menit
dengan kombinasi gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif) sebagai
berikut:
a. Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki.
b. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang (lakukan selama 2
menit)
c. Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas kepala, lakukan
selama 2 menit.
d. Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan selama 1 menit.
e. Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan membungkuk dengan kedua
tangan ke arah kaki kanan sambil mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit.
Selanjutkan ganti ke posisi berlawanan.
f. Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua lutut, tangan
memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.

13
g. Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan sujud ke depan,
lakukan selama 2 menit.
h. Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada kedua lengan,
lakukan selama 2 menit.
i. Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan dipegang tangan
kiri, badan memutar kearah belakang, lakukan selama 3 menit
j. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan selama 2 menit.
k. Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas kepala
melingkar, lakukan selama 3 menit.
l. Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan diletakkan disamping
badan, posisi rileks, lakukan selama 5-10 menit.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
pasien mengenai menstruasi

14
Pekerjaan : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga mempengaruhi
terjadinya gangguan menstruasi

b. Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual
muntah, pusing dan merasakan badan lemas.

c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus
haid.

d. Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang–ulang

e. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.

Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)

a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat


Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu makan,
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan.

c. Pola Eliminasi

15
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

d. Pola Tidur dan Istirahat


Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien
menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum)

e. Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre di anjurkan
untuk istirahat.

f. Pola Hubungan dan Peran


Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien tidak harus menjalani rawat inap.

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri


Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.

h. Pola Sensori dan Kognitif


Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan pada indera
yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada perut bagian bagian bawah.
i. Pola Reproduksi Seksual
Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya gangguan
menstruasi.

j. Pola Penanggulangan Stress

16
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai
adanya kelainan pada sistem reproduksinya.

k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan


Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien.

l. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada :
Paru : peningkatan frekuensi nafas
Jantung : Peningkatan denyut jantung
3) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
4) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas
nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan berapa
lama
5) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
6) Integumen : kaji turgor kulit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan dismenorea

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan dismenorea

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

17
INTERVENSI

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

1 Nyeri akut 1. Skala nyeri 0-1 1. Beri lingkungan tenang dan


berhubungan dengan kurangi rangsangan penuh
2. Pasien tampak rileks
dismenorea stress

2. Kolaborasi dengan dokter


dalam pemberian analgesic

3. Ajarkan strategi relaksasi


(misalnya nafas berirama
lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi

4. Evaluasi dan dukung


mekanisme koping px

5. Berikan Kompres hangat

6. Lakukan pengkajian nyeri


secara komprehesif

2 Intoleran aktivitas 1. Pasien dapat 1. Beri lingkungan tenang dan


berhubungan dengan mengidentifikasi perode istirahat tanpa
dismenorea faktor – faktor yang gangguan, dorong istirahat
memperberat dan sebelum makan
memperingan
2. Observasi adanya pembatasan
intoleran aktivitas
klien dalam melakukan
2. Pasien mampu aktivitas
beraktivitas
3. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan

18
4. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan

5. Monitor pasien akan adanya


kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan

6. Monitor pola tidur dan lamanya


tidur / istirahat pasien

3 Ansietas 1. Pasien menyatakan 1. Libatkan pasien/ orang terdekat


berhubungan dengan kesadaran perasaan dalam rencana perawatan
kurangnya ansietas
2. Berikan lingkungan tenang dan
pengetahuan
2. Pasien menunjukkan istirahat
relaksasi
3. Bantu pasien untuk
3. Pasien menunjukkan mengidentifikasi/ memerlukan
perilaku untuk perilaku koping yang
menangani stres digunakan pada masa lalu

4. Bantu pasien belajar


mekanisme koping baru,
misalnya teknik mengatasi stres

IMPLEMENTASI

19
NO DIAGNOSA IMPLEMETASI

1 Nyeri akut berhubungan 1. Memberi lingkungan tenang dan kurangi


dengan dismenorea rangsangan penuh stress

2. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian


analgesic

3. Mengajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas


berirama lambat, nafas dalam, bimbingan imajinasi

4. Mengevaluasi dan dukung mekanisme koping px

5. Memberikan kompres hangat

6. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehesif

2. Intoleran aktivitas 1. Memberi lingkungan tenang dan perode istirahat


berhubungan dengan tanpa gangguan, dorong istirahat sebelum makan
dismenorea
2. Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas

3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan

4. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan


kelelahan

5. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan


emosi secara berlebihan

6. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat


pasien

3. Ansietas berhubungan 1. Melibatkan pasien/ orang terdekat dalam rencana

20
dengan kurangnya perawatan
pengetahuan
2. Memberikan lingkungan tenang dan istirahat

3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi/


memerlukan perilaku koping yang digunakan pada
masa lalu

4. Membantu pasien belajar mekanisme koping baru,


misalnya teknik mengatasi stres

3.14 EVALUASI

No Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi

1. 4 april 2017 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri berkurang


dengan dismenorea

O : Wajah pasien tampak ceria

TD = 120/70mmhg

S =36 oC

N = 80x/menit

RR =24x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 2 dan 3

1. Berkolaborasi dengan dokter dalam


pemberian analgesic

2. Mengajarkan strategi relaksasi

21
(misalnya nafas berirama lambat, nafas
dalam, bimbingan imajinasi)

2. 4 april 2017 Intoleran aktivitas S : Pasien mengatakan sudah bisa


berhubungan dengan melakukan aktivitas dan tidak
dismenorea merasa lelah saat beraktivitas terus-
menerus

O : Wajah pasien tampak bugar dan


konjungtiva merah muda

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

3. 4 april 2017 Ansietas berhubungan S : pasien mengatakan sudah merasa


dengan kurangnya tenang
pengetahuan
O : Pasen tampak sudah mengerti
tentang penyakitnya.

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dismenore adalah nyeri selama mentruasi yang disebabkan oleh kejang atau
uterus,dismenore primer apabila terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab hanya
terjadi selama siklus – siklus ovalotorik.penyebabnya adalah jumlah prostaglandin F2a
yang berlebihan pada darah mentruasi,yang meransang hiperaktivitas uterus,gejala
utamanya adalah nyeri ,terjadi pada saat awitan mentruasi,nyeri tajam ,tumpul,siklik,atau
menetap dapat berlangsung selama beberapa jam sampai 1 hari.kadang – kadang ,gejala
tersebut dapat lebih lama dari satu hari tapi jarang melebihi 72 jam.gejala-gejala sistemik
yang menyertai berupa mual,diare,sakit kepala,dan perubahan emosional.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002 Buku Ajar Medikal Bedah ed. 8, vol 2, Jakarta : EGC

Doenges, M.E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke3. Jakarta :EGC

23
Prince & Wilson. 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6,

Jakarta : EGC

Kingston, Beryl. 1991. Mengatasi Nyeri Haid. Jakarta. Arcan

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika. Jakarta

24

S-ar putea să vă placă și