Sunteți pe pagina 1din 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN MEDIA JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)


(pencampuran, pemadatan, sterisasi, inokulasi dan inkubasi)

Oleh
.................................................
NISN ..........................................
Pembimbing : ...............................

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KABUPATEN INDRAMAYU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 INDRAMAYU
2017
BAB 1
PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai di alam bebas misalnya di hutan
atau pun kebun. Jamur dapat tumbuh di mana–mana terutama pada musim hujan. Jamur
yang ada di alam ini sangat bermacam–macam dan masing–masing memiliki ciri yang
berbeda.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang banyak digemari oleh
masyarakat. Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial yang
terkandung di dalamnya, jamur tiram juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang
penting bagi aspek medis. Pada masyarakat Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat
dari jamur sudah menjadi menu yang turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang
sangat baik bagi tubuh. Di Indonesia, konsumsi jamur tiram dari tahun ke tahun diketahui
semakin meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang sehat
dan terjangkau (ganeshamicsoft.indojamur.com, 2010).
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian dalam
ganeshamicsoft.indojamur.com (2010), kandungan gizi jamur tiram terdiri atas protein rata-
rata sebanyak 3.5–4% dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
asparagus dan kubis. Bila diukur berat kering kandungan proteinnya 19-35%. Sedangkan
beras hanya 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan proteinnya 15-20 % dari berat
keringnya. Daya cernanya pun tinggi mencapai 34-89 %. Sifat nutrisi kelengkapan asam
amino yang dimiliki oleh jamur lebih menentukan mutu gizinya. Jamur segar umumnya
mengandung 85-89 % air. Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 % dari berat
kering terdiri dari asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol dan phoshpolipida
(Jamurtiramputih’s Weblog.htm.. 2008).
Sedangkan karbohidrat terbesar dalam bentuk heksosan dan pentosan polimer
karbohidrat dapat berupa glikogen, khitin dan sebuah polimer N-asetil glikosamin yang
merupakan komponen struktural sel jamur. Khitin merupakan unsur utama serat jamur titam
putih (Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin dan asam askorbat.
Vitamin A dan D jarang ditemukan pada jamur, namun dalam jamur tiram putih terdapat
ergosterol yang merupakan prekursor vitamin D. Jamur umumnya kaya akan mineral
terutama phosphor, mineral lain yang dikandung, diantaranya kalsium dan zat besi
(Jamurtiramputih’s Weblog.htm., 2008).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pembuatan media jamur tiram
2. Mengetahui proses pencampuran, pemadatan, sterisasi, inokulasi dan inkubasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pringkuning (2007), menyatakan bahwa ada teknologi yang cukup praktis untuk
budidaya jamur tiram (Pleurotus sp.), yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan
tahanan memproduksi jamur tiramnya. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10
langkah yang perlu dilakukan. Pertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau
campuran serbuk gergajian albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan
baku ini adalah yang terbaik. Langkah kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit
menggunakan pressure cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan
dengan ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks
(sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan penambahan air
sedikit dan pH 7. Langkah keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog
polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol diisi 50-60% media
bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas koran/alumunium foil. Langkah kelima, sterilisasi
dalam autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave
121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95 derajat C. Langkah
keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian. Setelah suhu media bibit
turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit asal biakan murni pada media PDA
(sebanyak 2-3 koloni miselium per botol bibit). Langkah ketujuh, inkubasi (pertumbuhan
miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28 derajat C. Langkah
kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga tiga kali. Hal ini
dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat serta media bibit tidak
menggumpal/mengeras. Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri
pertumbuhan miselium jamur kompak dan merata. Langkah terakhir, jamur tersebut
digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini
disimpan dalam lemari pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.
Prawirahardja (2010), menyatakan bahwa di antara banyak jenis jamur, jamur tiram ini
termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna
hitam lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan diameter 6-
14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan mengkilap. Demikian juga bilahnya
berwarna putih, krem atau putih gading yang tersusun agak rapat. Disini terjadi fase
perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna putih dan semakin tua jadi krem
kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3 cm. Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi
sekitar 25-30 °C. Untuk melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan.
Hanya masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya ia
lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan. Itu didukung
pula dengan tingkat kelembaban yang jadi sarat hidup mutlak. Kondisi lembab dan dingin
yang sesuai dengan karakter jamur, membuat bentuknya semakin besar. Namun tak perlu
berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di dataran rendah dan berniat melakukan budidaya
jamur tiram. Sebab, ada alternatif yang tetap bisa dilakukan, seperti membuat kondisi
lingkungan tempat tinggal jamur (minimal hampir sama) dengan habitat aslinya. Namun
penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur untuk daerah dingin.
Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk selalu dalam keadaan lembab.
Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara untuk membuat tingkat
kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya tak perlu disiram,
karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.
Nurfitriana (2010), menyatakan bahwa tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam
jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic
yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau
serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan
media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung
selulosa lignin, pentosan, zat ekstakrktif, dan abu yang merupakan bahan yang diperlukan
oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman
tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi
bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum
dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif
yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan,
selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jornur jenis lain
Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh
selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung
jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru
sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami
fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu
pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber
karbohidrat, lemak dan protein.
Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki
tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang tumbuh menyamping,
bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi
tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum
universal. Jiak tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai
bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah tubuh
buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini akan robek dan
merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah
tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella yang tersusun radial, dapat juga
himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh
buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian
itu disebut angiokarp.
Menurut Kistinnah (2010) secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua
cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu
dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan,
yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau
pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam
jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora
aseksual, di antaranya seperti berikut:

a. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada
yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium
yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang
disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
BAB 3
METODELOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di laboratorium jamur (kumbung jamur) produksi pertanian,
politeknik negeri jember,pencampuran media, pembuatan baglog, pemadatan, pada tanggal
5 November 2016. Inokulasi pada tanggal 10 November 2016. Inkubasi pada tanggal 17
November 2016.

3.2 Alat Dan Bahan


A. Alat
 Alat yang digunakan untuk pencampuran media adalah sekop, corong, ember,
timbangan, dan pengayak.
 Alat yang digunakan dalam pemadatan adalah plastik baglog, cincin jamur, karet gelang,
plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.
 Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum, kompor minyak,
thermometer, selang karburator, dan pompa.
 Alat yang digunakan untuk inokulasi adalah spatula, ember
 Alat yang digunakan untuk inkubasi adalah rak pada kumbung jamur
B. Bahan
  Bahan yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah minyak tanah dan air
  Bahan yang digunakan untuk pembuatan baglog diantaranya adalah bekatul (12 %/12 kg),
serbuk gergaajii (87 %/87 kg ), kapur (1 %/ 1 kg)
  Bahan yang digunakan untuk inokulasi adalah bibit

3.3 Pelaksanaan praktikum


- Tahap 1 pencampuran bahan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang bahan dengan komposi: bekatul (12 kg), serbuk gergaji (87 kg), kapur (1 kg)
3. Mencampur dan Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak
menggumpal.
4. Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan. sampai
kandungan air sama media 50%
- Tahap 2 pemadatan baglog
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik baglog, kira-kira ¾ dari plasti atau 1-1,5
kg
3. Memadatkan bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang kosong.
4. Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.

5. Menyumbat cincin jamur dengan kapas.

- Tahap 3 sterilisasi
1. Memasukkan log pada drum steam
2. Menyalakan kompor

3. Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.

4. Mendinginkan log pada tempat yang steril atau ruang inokulasi

- Tahap 4 inokulsi
1. Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
2. Membuka plastik yang menutup cincin jamur pada baglog.
3. Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
4. Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam baglog dengan tingkat inokulasi dan
selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember.
5. Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log
menggunakan tongkat inokulasi.
6. Menutup kembali cicncin log dengan kapas.

- Tahap 5 inkubasi
1. Menginkubasikan log pada ruang pembibitan
2. Menata pada rak ruang pembibitan
3. Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.
5.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Pencampuran media

B. Pemadatan media pada baglog


C. Sterilsasi

D. Inokulasi

E. Inkubasi

F. Analisa usaha tani 10 baglog


No Nama barang Jumlah Status Harga satuan (Rp)
1. Kapur 1% (1 karung ) Beli 50
2. Serbuk kayu 1 kg Beli 6000
3. Bekatul 1 kg Beli 3500
4. Cincin 10 biji Beli 1250
5. Tutup 10 biji Beli 2000
6. Tempat produksi - Sewa 200
7. Kapas - Beli 300
8. Bibit 1 botol (25 baglog) Beli 3200
9. Plastik 10 lembar Beli 500
10. Alkohol - Beli 200
11. Tenaga kerja - - 2000
12. Gas - Beli 500
Total 19700

4.2 Pembahasan
(Wikipedia.org) Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk
dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang
keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur
dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat
habis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam
adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk
dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan
tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih
agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.
Dalam praktikum saya menggunakan serbuk gergaji, bekatul dan kapur kandungan
dan fumgsinya yaitu: Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai
penyedia nutrisi bagi jamur, Dedak/bekatul berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori
untuk pertumbuhan jamur dan Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan
pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan
meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
(Wikipedia. Org). Boiler merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap
panas bertekanan tinggi yang kemudian dialirkan ke tabung steamer.
Boiler dan steamer merupakan satu kesatuan alat yang dipergunakan untuk proses
sterilisasi baglog jamur tiram putih.
Metode ini dipergunakan dengan cara mengukus atau memberi uap panas hingga suhu
mencapai 100° C. dimana suhu tersebut dapat membunuh bakteri ataupun jamur lain yang
terdapat pada media, dan hendaknya suhu tersebut dipertahankan selama kurang lebih 4 jam
dari mulai tercapainya suhu 100° C.
Keuntungan dari Penggunaan Boiler Jamur
1. Tekanan yang dihasilkan cukup tinggi
2. Keberhasilan dalam proses sterilisasi tinggi
3. Efektif dan efisien dalam penggunaan bahan bakar
4. Pemanasan ruangan di dalam steamer lebih cepat
Setiap hasil usaha tani 10 baglog pengeluarannya yaitu 19700 jadi perbaglog yaitu 1970
keperluannya yaitu diantaranya alat, bahan, sewa tempat dan tenaga kerja.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Media yang digunakan yaitu :serbuk gergaji, bekatul dan kapur kandungan dan fumgsinya
yaitu: Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi
bagi jamur, Dedak/bekatul berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk
pertumbuhan jamur dan Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH.
Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang
juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
2. Metode boiler ini dipergunakan dengan cara mengukus atau memberi uap panas hingga suhu
mencapai 100° C. dimana suhu tersebut dapat membunuh bakteri ataupun jamur lain yang
terdapat pada media, dan hendaknya suhu tersebut dipertahankan selama kurang lebih 4 jam
dari mulai tercapainya suhu 100° C.
3. Proses pembuatan media yaitu pencampuran, pemadatan, sterilisasi, inokulsai dan
inkubasiyaitu harus sesuai sop agar tidak terjadikontaminasi
4. analisis usaha tani jamur per 10 baglog yaitu 19700 jadi perbaglog dibutuhkan 1970

5.2 Saran
Mencampur dan Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak
menggumpal agar plastik tidak sobek waktu pemasukan media pada platik baglog
DAFTAR PUSTAKA

http://savaimud.blogspot.co.id/2011/01/laporan-budidaya-jamur-tiram.html. Diakses
pada 24 Desember 2016
https://kubunghortikultura.wordpress.com/2011/09/02/budidaya-jamur-tiram-laporan-
pkl/. Diakses pada 24 Desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram. Diakses pada 24 desember 2016
http://www.satujam.com/sebelum-terjun-ke-bisnis-jamur-tiram-ketahui-hal-hal-
berikut-ini/. Diakses pada 24 Desember 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Boiler_jamur. Diakses pada 24 Desember 2016
Lampiran-Lampiran
Tahap 1 pencampuran media

Tahap 2 pemadatan baglog


Tahap 3 sterilisasi

Tahap 4 inokulasi

Tahap 5 inkubasi
Diposkan oleh citra helda Anggia di 04.47
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

citra helda Anggia


Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ▼ 2016 (99)
o ▼ Desember (11)
 Jangan berharap dunia yang berubah
 MAKALAH TEKNIK DAN APLIKASI PESTISIDA “PEMBUATA...
 LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN
SAYUR...
 laporan vegetatif nanas dan buah naga
 makalah hidroponik
 makalah budidaya jeruk
 LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT, BAHAN,
RUANG D...
 LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN MEDIA JAMUR TIRAM
(Pl...
 MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN PENYANDRAAN
TANAMAN
 laporan praktikum hibridisasi kacang panjang (F1)
 laporan praktikum hibridisasi jagung (jagung merah...
o ► November (9)
o ► Oktober (37)
o ► September (13)
o ► Juni (4)
o ► Mei (6)
o ► April (19)

Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

S-ar putea să vă placă și