Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1. Skor Thrive
THRIVE (The Total Health Risk In Vascular Events) score telah
divalidasi dan digunakan sebagai prediktor luaran pasien stroke iskemik akut yang
akan menjalani prosedur endovaskular maupun recombinant-tissue Plasminogen
Activator (r-tPA) intravena.
Beberapa skor prediktor telah dipublikasikan beberapa tahun terakhir
guna memprediksi luaran stroke iskemik (luaran fungsional, mortalitas, dan
risiko perdarahan setelah pemberian r-tPA).
Instrumen THRIVE score pada awalnya dikembangkan dan
divalidasi dalam konteks Endovascular Stroke Treatment (EST), namun
dalam perkembangannya juga memiliki manfaat yang sama dalam
memprediksi luaran pasien-pasien yang diberikan r-tPA ataupun yang tidak
diberikan
Pasien dengan THRIVE score sedang dan tinggi memiliki skor luaran yang
buruk pada saat pulang yang diukur dengan modified Rankin Scale (mR S) dan
Analisis THRIVE score menunjukkan kemampuan prediksi yang baik
dalam menilai luaran jangka panjang (6 dan 12 bulan) dan mortalitas pasien
dengan stroke iskemik diCina
Skor THRIVE dapat membantu dokter memprediksi beberapa hasil utama
pada pasien yang menderita stroke iskemik.
Skor THRIVE menggunakan skor NIHSS, usia, dan penyakit kronis untuk
memprediksi hasil neurologis jangka panjang pada pasien stroke.
pada skala 0-9 poin, lebih rendah lebih baik.
o Skor 0 memprediksi kemungkinan 79-88% hasil neurologis yang baik
dan 0-2% memprediksi kematian pada 90 hari.
o Skor 9 memprediksi kemungkinan 7-16% dari hasil neurologis yang baik
dan mortalitas 38-58% pada 90 hari.
o Catatan: Ukuran hasil yang lebih baru sekarang dilakukan dengan
menggunakan perhitungan THRIVE-c, yang menggunakan usia berkelanjutan dan
NIHSS untuk lebih akurat menentukan probabilitas hasil.
• Risiko konversi hemoragik meningkat secara proporsional untuk setiap titik
tambahan dalam skor THRIVE.
• Skor THRIVE berkinerja baik ketika diterapkan pada pasien stroke yang
menerima IV tPA serta pasien yang tidak menerima trombolisis atau intervensi
endovaskular.
Referensi :
https://www.mdcalc.com/thrive-score-stroke-outcome#creator-insights
Plan Y, et al. 2018. THRIVE‐c score predicts clinical outcomes in Chinese patients after
thrombolysis. NCBI. 2018 Feb; 8(2): e00927.
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pernberian cairan hipotonik
seperti glukosa).
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan tujuan untuk
memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan
nutrisi.
Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistolik Bila
f) Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti oleh
fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat
1) Cairan
a) Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga euvolemi.
Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg.
b) Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun
enteral).
c) Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari
ditambah 500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan ditambah
lagi 300 ml per derajat Celcius pada penderita panas).
d) Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa
dan diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal.
e) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah.
f) Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali
pada keadaan hipoglikemia.
2) Nutrisi
a) Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral
hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
b) Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisi
diberikan melalui pipa nasogastrik.
c) Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %);
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari
d) Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik diperkirakan >6 minggu,
pertimbangkan untuk gastrostomi.
e) Pada keadaan tertentu yaitu pemberian nutrisi enteral tidak memungkinkan,
dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral.
f) Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang
diberikan. Contohnya, hindarkan makanan yang banyak mengandung vitamin K
pada pasien yang mendapat warfarin.
Referensi : GUIDELINE STROKE 2011. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia PERDOSSI
Referensi :