Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertent, baik harta,
kewajiban, modal, maupun hasil ussaha yang telah dicapai untuk beberapa periode
2. Untuk mengetahui kelamahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan
3. Untuk mengetahui kekuatan-keuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
2.3 Liquidity Ratio
Rasio likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan-dalam membayar semua
kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar
yang tersedia. Likuiditas tidak hanya menyangkut keadaan keseluruhan keuangan perusahaan,
tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang
kas.
Kasmir (2012:130) menyatakan bahwa rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan
nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
suatu perusahaan. Rasio likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva
lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga
terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal
kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas
berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan
dengan harga saham perusahaan. Berikut rumus untuk menghitung rasio lancar dan rasio cepat:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑎. 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
3.2. Pembahasan
1. Liquidity Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Current Ratio 3,77 2,79
Quick Ratio 3,62 2,56
- Semakin tinggi current ratio maka semakin baik kemampuan aktiva lancar perusahaan
untuk menutupi utang jangka pendeknya. Pada tahun 2016, rasio ini mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya, namun baik pada tahun 2015 dan 2016 masih relatif sedikit di bawah rata-rata
industri. Hal ini berarti bahwa kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam menutupi utang
jangka pendeknya kurang baik.
- Semakin tinggi quick ratio maka semakin baik kemampuan aktiva lancar perusahaan
yang paling likuid dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Pada tahun 2016, rasio ini
mengalami peningkatan ysng tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya, namun rasio ini
masih di bawah industri. Hal ini berarti bahwa kemampuan aktiva lancar perusahaan yang paling
liquid dalam menutupi utang jangka pendeknya masih kurang dibandingkan industri.
2. Asset Management Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Inventory Turnover
Ratio 44,96 21,83
Days Sales Outstanding 74,10 92,57
Fixed Assets Turnover
Ratio 2,21 2,03
Total Assets Turnover
Ratio 1,02 0,96
- Jika rasio inventory turnover tinggi maka menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
mengelola persediaannya. Pada tahun 2015, jika di bandingkan dengan rata-rata industrinya maka
pengelolaan persediaannya masih sangat lemah, hal ini mungkin terjadi karena di akibatkan
perusahaan memproduksi barang lebih cepat daripada yang bisa dijualnya sehingga
mengakibatkan persediaan hilang atau cacat dan dapat mengurangi nilai persediaannya. Pada tahun
2016, rasio perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya walaupun tidak terlalu signifikan, namun
masih jauh di bawah rata-rata industri ini berarti pengawasan perusahaan pada persediaan masih
lemah.
- Days Sales Outstanding (DSO) memberikan gambaran seberapa baik sebuah perusahaan
dalam menagih piutang, semakin lama jangka waktu pelunasannya, maka semakin besar resiko
tidak tertagihnya piutang. Pada tahun 2016, terdapat pengurangan hari pada penagihan piutang
dari tahun 2015, yaitu dari 44,6 atau 44 hari menjadi 32,3 atau 32 hari serta jika di bandingkan
dengan rata-rata industrinya rasio ini di bawah rata-rata sehingga kemampuan perusahaan dalam
menagih piutang lebih baik. Pengurangan hari ini cukup signifikan, juga sudah menunjukan bahwa
perusahaan mempunyai pengendalian pada perputaran piutang yang cukup baik namun masih
harus lebih di efektifkan lagi.
- Semakin tinggi rasio fixed assets turnover maka semakin efektif penggunaan aktiva tetap
dalam menghasilkan penjualan. Pada tahun 2016, perusahaan mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya serta pada tahun 2015 dan 2016 rasio ini jauh lebih rendah daripada rata-rata
industrinya. Hal ini berarti perusahaan belum terlalu efektif dalam menggunakan aktiva tetapnya
untuk menghasilkan penjualan.
- Semakin tinggi rasio total assets turnover maka semakin efektif penggunaan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Dari tahun 2015 ke 2016 terjadi penurunan pada rasio
ini serta pada kedua tahun ini rasionya relatif sedikit kurang dari rata-rata industri. Hal ini berarti
perusahaan sedikit kurang efektif dalam menggunakan seluruh aktivanya. Nilai yang lebih rendah
ini juga menjadi tanda bahwa ada yang tidak beres dalam manajemen dan operasi perusahaan ini.
3. Debt Management Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Total Debt to Total
44.12% 51.99%
Assets
Timed Interest Earn
Ratio 26,73 44,74
- Debt ratio menunjukkan sejauh mana kewajiban perusahaan dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin
rendah rasionya maka semakin baik tingkat keamanan dananya. Pada tahun 2015 dan 2016
menunjukkan semakin tinggi debt ratio, namun rasionya di bawah rata-rata industri. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin rendah rasio maka semakin sedikit hutang yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya akan lebih baik.
Kreditor lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah karena memiliki tingkat keamanan dana
yang lebih baik. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industri baik pada tahun 2015 dan 2016
debt ratio relatih rendah menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai rasio hutang yang sedikit
lebih rendah dari industri.
- Times Interest Earned (TIE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan laba
sebelum bunga dan pajak dapat mendanai biaya bunga perusahaan atau dengan kata lain
mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga. Semakin tinggi rasio TIE
maka semakin baik atau positif tanggapan dari kreditur. Kreditur menyukai resiko TIE yang
tinggi karena dapat mengindikasi kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Pada tahun
2016 terjadi penurunan dari tahun 2015, selain itu jika dibandingkan dengan rata-rata industri
rasio yang dimiliki perusahaan sedikit lebih rendah, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
perusahan tidak memiliki jaminan yang besar untuk setiap biaya bunganya.
4.Profitability Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Operating Margin 35.96% 31.22%
Profit Margin 8.97% 0.72%
Return on Total Assets
8.95% 0.69%
(ROA)
Basic Earning Power 36.59% 29.82%
Return on Equity
30.83% 2.79%
(ROE)
- Semakin tinggi Operating margin ratio berarti perusahaan mampu memaksimalkan penjualan
sehingga dapat meningkatkan laba operasi perusahaan. selain itu, kenaikan pada rasio ini berarti
perusahaan dapat menekan biaya operasional dan meningkatkan laba operasional. Pada tahun
2015, rasio ini kurang dari rata-rata industrinya. Namun pada tahun 2016 perusahaan tidak dapat
meningkatkan rasio ini dan masih dibawah rata-rata industrinya. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan belum optimal dalam menekan biaya operasional dan belum optimal dalam
meningkatkan laba operasi.
- Profit Margin menunjukkan seberapa besar persentase laba bersih yang didapatkan dari setiap
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba yang tinggi. Pada tahun 2015, rasio ini berada sedikit di bawah rata-rata
industrinya. Pada tahun 2016 perusahaan bisa menurunkan rasio ini dari tahun sebelumnya dan
dapat tetap berada di bawah rata-rata industri. Hal ini berarti, perusahaan belum memiliki
persentase yang efektif dibandingkan industri lainnya.
- Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka semakin efektif perusahaan dalam menggunakan
asetnya untuk menghasilkan laba bersih. Pada tahun 2015, rasio ini kurang dari rata-rata industri
yang mengindikasikan bahwa belum efektif perusahaan dalam mengunakan assetnya. Namun
pada tahun 2016, rasio ini menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi dari
rata-rata industrinya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah efektif dalam menggunakan
asetnya untuk mendapatkan laba bersih.
- Semakin tinggi Basic Earning Power (BEP) maka semakin efektif perusahaan dalam
menggunakan asetnya untuk mendapatkan laba operasional. Baik pada tahun 2015 dan 2016,
rasio ini lebih kecil dibandingkan rata-rata industrinya yang berarti kurang efektifnya kinerja
perusahaan yang mungkin terjadi karena perputarannyayang rendah atau karena margin laba atas
penjualannya buruk.
- Return on Equity (ROE) mengindikasikan pengembalian yang akan di dapatkan oleh pemegang
saham berdasarkan modal yang telah ditanamnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi
pengembalian modal yang di dapatkan oleh pemegang saham dan semakin efektif perusahaan
dalam mengelola modalnya. Pada tahun 2015, rasio ini lebih rendah dari rata-rata industrinya.
Namun pada tahun 2016 terjadi penurunan rasio di dalam perusahaan juga masih di bawah rata-
rata industri. Hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimilikinya
masih kurang efektif.
5. Market Value
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Price / Earning Ratio 28,89 423,24
Market / Book Ratio 9,09 9,28
- Semakin rendah nilai Price/Earnings (P/E) berarti harga saham perusahaan tersebut semakin
murah. Pada tahun 2015 ke 2016 terjadi peningkatan rasio yang berarti semakin tinggi harga
saham perusahaan. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya, perusahaan memiliki
nilai PER yang sama dan relatif lebih tinggi dari industri. Hal ini menunjukkan perusahaan yang
dinilai minim resiko daripada perusahaan lain dan memiliki prospek pertumbuhan yang baik.
- Market/Book (M/B) digunakan untuk mengetahui pandangan investor atas perusahaan.
Perusahaan yang di pandang baik oleh investor memiliki nilai M/B yang tinggi. Semakin tinggi
nilai M/B maka perusahaan semakin memiliki laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami
pertumbuhan. Pada tahun 2015, rasio ini lebih rendah dari rata-rata industrinya. Dan pada tahun
2016, rasio ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya namun tetap dibawah rata-rata
industri. Hal ini berarti nilai pasar perusahaan jauh dibawah nilai bukunya dan pandangan
investor terhadap perusahaan kurang baik dibandingkan industri lain yang sejenis.
BAB IV. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa rasio dapat kita simpulkan bahwa performa keuangan perusahaan PT.
Intiland Development Tbk mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan
keputusan investasi di tahun 2016. Hasil dari keputusan investasi tersebut baru akan terlihat di
tahun-tahun yang akan datang. Meskipun begitu, performa keuangan perusahaan secara
keseluruhan masih relatif lebih bagus dibandingkan dengan performa rata-rata industri. Apabila
perusahaan mampu memanfaatkan investasi tersebut dengan maksimal maka diharapkan kinerja
keuangan perusahaan di tahun-tahun yang akan datang akan jauh lebih bagus.
Berdasarkan analisa di atas dapat juga kita tarik kesimpulan bahwa perusahaan PT.
Intiland Development Tbk masih menjanjikan untuk investasi. Prospek perusahaan ke depan masih
akan bagus dengan adanya sentimen positif dari masyarakat dan kemampuan finansial yang sehat.
Selain itu juga dikarenakan adanya peningkatan M/B di tahun 2016 yang mana di pandang baik
oleh investor memiliki nilai M/B yang tinggi. Semakin tinggi nilai M/B maka perusahaan semakin
memiliki laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan Akan tetapi perusahaan
harus bisa memanfaatkan aset yang baru untuk meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Jika
perusahaan gagal melaksanakan hal tersebut akan berakibat pada menurunnya kepercayaan
masyarakat yang berakibat pada menurunya harga saham dan nilai dari perusahaan.
Daftar Pustaka
https://cdn.indonesia-investments.com/bedrijfsprofiel/556/Intiland-Development-Annual-
Report-2016-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf., Laporan Tahunan 2016.
Diakses pada 10 November 2017.
Arthur J. Keown dkk. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat.
Riyanto, Bambang (2008). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
Penerbit GPFE.
S. Munawir. (2010). Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4. Yogyakarta : Liberty.
Syafri Harahap, Sofyan (2008). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan.