Sunteți pe pagina 1din 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Golden Energy Mines Tbk bergerak di bidang perdagangan hasil tambang dan jasa
pertambangan. Pada tanggal 13 Maret 1997 Perseroan didirikan dengan nama PT Bumi
Kencana Eka Sakti yang kemudian berubah nama menjadi PT Golden Energy Mines Tbk pada
tanggal 16 November 2010. Pada tanggal 17 November 2011, Perseroan menjadi perusahaan
publik dan tercatat di papan utama BEI. Melalui Penawaran Umum Saham Perdana (“IPO”)
tersebut, Perseroan memperoleh dana sebesar Rp 2,205 triliun. Dalam IPO tersebut, GMR Coal
Resources Pte. Ltd. (sebelumnya bernama GMR Infrastructure Investments (Singapore) Pte.
Ltd.) (“GMR”), yang merupakan Anak Perusahaan GMR Group, sebuah kelompok usaha
infrastruktur terkemuka di India menjadi investor strategis Perseroan dengan
memegang/memiliki 30% (tiga puluh persen) saham dari seluruh modal yang disetor dan
ditempatkan oleh Perseroan.
Perseroan dan GMR sebelumnya telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Batubara pada
tanggal 11 Agustus 2011 untuk jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun sejak pengiriman
batubara pertama kali. Perjanjian Jual Beli Batubara tersebut juga didukung dengan Perjanjian
Penunjang Jual Beli Batubara antara Anak Perusahaan Perseroan dengan Perseroan dan GMR
yang mengatur dukungan ketersediaan batubara dari Anak Perusahaan Perseroan kepada
Perseroan dan GMR serta Perjanjian Jasa Manajemen dan Teknikal dimana GMR memberikan
jasa manajemen dan teknikal kepada Perseroan dan/atau Anak Perusahaan Perseroan.
Pada tanggal 20 April 2015, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (”DSS”) telah mengalihkan
66,9998% saham yang dimilikinya dalam Perseroan kepada Golden Energy and Resources
Limited (dahulu United Fiber System Limited) (”GEAR”), perusahaan berkedudukan di
Singapura. GEAR memiliki kegiatan usaha utama di bidang eksplorasi, pertambangan,
penjualan batubara dan sebagai pemegang beberapa hak konsesi kehutanan di Kalimantan
Selatan. GEAR merupakan anak perusahaan dari DSS yang tercatat di BEI, merupakan induk
usaha Sinar Mas di bidang energi.Dimulai dari akhir tahun 2000an, perusahaan ini
mengintensifikasikan usaha-usaha untuk mengaplikasikan prisip-prinsip bangunan hijau di
semua proyek-proyek propertinya.
Perseroan memiliki hak penambangan atas area konsesi di Kalimantan Selatan, Jambi,
Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Kalimantan Tengah dengan luas area 42.904 ha dengan
total sumber daya dan cadangan sekitar 2,183 miliar ton dan 783,1 juta ton, sesuai dengan
pengungkapan dalam bagian cadangan batubara dalam Laporan Keuangan Perseroan periode
31 Desember 2016. Pada tahun 2016, Tiongkok, India, Thailand, Korea, Filipina dan Indonesia
merupakan pelanggan Perseroan. Selain itu, Perseroan juga mulai menjajaki pasar baru ke
Taiwan serta Spanyol pada 2016. Perseroan memiliki kontrak jangka panjang dengan GMR
Goal Resources Pte. Ltd, dan juga kontrak dagang yang lain dengan periode kontrak bervariasi
antara 6 hingga 12 bulan tanpa ada wanprestasi dalam perjanjian. Lebih lanjut, Perseroan juga
memiliki kontrak proyek konsorsium dengan PT PLN (Persero). Kontrak pengadaan batubara
untuk PT PLN (Persero) memiliki jangka waktu bervariasi antara 10 – 20 tahun . Perseroan
juga terus berusaha untuk menemukan pelanggan baru serta mencari peluang bisnis dari
rencana proyek pembangkit listrik 35.000 MW yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Keunggulan Perseroan ada pada harga batubara serta biaya pengiriman yang lebih rendah
untuk pelanggan di wilayah Asia, dibandingkan dengan perusahaan penyedia batubara sejenis
dari Afrika Selatan atau Australia. Hal ini disebabkan oleh letak tambang batubara di Indonesia
yang memberikan keuntungan strategis secara geografis bagi Perseroan. Selama 2016,
Perseroan memproduksi 9,5 juta ton batubara dengan volume penjualan mencapai 11,0 juta
ton. 55% dari batubara Perseroan dipasarkan untuk konsumsi dalam negeri sementara sisanya
diekspor. Hal tersebut menunjukkan komitmen Perseroan dalam mendukung pasar dalam
negeri Indonesia.
Berdasarkan profil perusahaan PT. Golden Energ Mines Tbk, maka penulis sangat tertarik
untuk membuat makalah ini yang bertemakan “Analisis Keuangan PT. Golden Energy Mines
Tbk dengan perbandingan perusahaan sejenis di industri yang sama”.

1.2 Rumusan Masalah


a. Menghitung rasio keuangan PT. Golden Energy Mines Tbk. (GEMS)
b. Menemukan kelemahan dan kelebihan kinerja keuangan PT. Golden Energy Mines
Tbk. (GEMS)
c. Memberikan rekomendasi penilaian investasi terhadap PT. Golden Energy Mines Tbk.
(GEMS)
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Makalah ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode pengumpulan data
sesuai dengan keadaaan sebenarnya, menyajikan dan menganalisanya sehingga dapat
memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik
suatu kesimpulan.Penulis menggunakan taknik pengumpulan data dengan cara penelitian
lapangan yang bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan yang sedang diteliti untuk
kemudian dipelajari, diolah dan dianalisis.
Penulis melakukan penelitian di perusahaan pertambangan PT. Golden Energy Mines Tbk
yang nantinya akan dibandingkan dengan beberapa perusahaan yang bergerak di industri yang
sama. Rentang waktu yang diteliti dari perusahaan tersebut adalah dari tahun 2015 hingga
tahun 2016. Agar dapat megetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan
maka dapat dilakukan analisa laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan adalah
salah satu informasi penting bagi para stakeholders. Hasil dari analisa laporan keuangan
tersebut akan mampu menginterpretasikan berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat
memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan dimasa depan. Untuk membantu
mengevaluasi laporan keuangan tersebut diperlukan suatu tolak ukur. Tolak ukur yang sering
digunakan adalah berbentuk rasio atau indeks. Rasio keuangan merupakan suatu tolak ukur
yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis rasio
keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi dan lainnya dapat
memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat ini.
Dalam analisa laporan keuangan terdapat dua jenis perbandingan rasio keuangan. Pertama,
membandingkan rasio sekarang dengan sebelumnya dan yang akan datang untuk perusahaan
yang sama. Kedua, perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan
lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan
tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan. Dengan analisa laporan keuangan ini dapat membantu manajemen
dalam mengidentifikasi kekurangan dan menemukan tindakan untuk memperbaiki kinerja
perusahaan, dan mebuat keputusan yang rasional dalam hal perencanaan perusahaan sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.

2.2 Analisis Rasio


Analisa laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis
antara akun-akun yang ada dalam satu laporan keuangan. Dalam menganalisis dapat dilakukan
antara satu laporan dengan laporan lainnya, hal ini dilakukan dalam ketepatan menilai kinerja
manajemen dari periode ke periode selanjutnya. Menurut Munawir (2004:37) Analisis rasio
adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam nerasa atau
laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Menurut Kasmir (2012:104) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu
laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Secara umum
tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2012:68) adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertent, baik harta,
kewajiban, modal, maupun hasil ussaha yang telah dicapai untuk beberapa periode
2. Untuk mengetahui kelamahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan
3. Untuk mengetahui kekuatan-keuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
2.3 Liquidity Ratio
Rasio likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan-dalam membayar semua
kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar
yang tersedia. Likuiditas tidak hanya menyangkut keadaan keseluruhan keuangan perusahaan,
tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang
kas.
Kasmir (2012:130) menyatakan bahwa rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan
nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
suatu perusahaan. Rasio likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva
lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga
terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal
kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas
berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan
dengan harga saham perusahaan. Berikut rumus untuk menghitung rasio lancar dan rasio cepat:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑎. 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠


𝑏. 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

2.4 Asset Management Ratio


Rasio Aset Manajemen dalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aset manajemen ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.
Rasio-rasio aset manajemen menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak
antara penjualan dan berbagai unsur aktiva misalnya persediaa, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik
bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Yang termasuk ke dalam rasio aset
manajemen sebagai berikut:
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑎. 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠
𝑏. 𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 =
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠/365
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑐. 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑁𝑒𝑡 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑑. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

2.5 Debt Management Ratio


Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial baik
jangka pendek atau panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang
solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup
untuk membayat semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak
mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan
yang insolvable. Rasio hutang terdiri dari:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑎. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑏. 𝑇𝑖𝑚𝑒𝑑 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒𝑠

2.6 Profitability Ratio


Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran
tentang eingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas
menajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan. Rasio ini juga disebut dengan rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan
rasio yang mengaambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karywan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304). Rasio yang termasuk rasio
profitabilitas antara lain:
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑎. 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑏. 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑐. 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑑. 𝐵𝑎𝑠𝑖𝑐 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑒. 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) =
𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

2.7 Market Value Ratio


Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba
dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan
investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi,
2006:75). Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para
pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan
dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43), Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif
terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasat pada sudut pandan
investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan. Rasio pasar
ini sendiri terdiri dari:
𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝑎. 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝑏. 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
BAB III
ANALISIS RASIO KEUANGAN

3.1. Hasil Analisis Rasio Keuangan


Berikut adalah tabel hasil perhitungan Analisis Rasio untuk PT. Intiland Development Tbk.
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Liquidity Ratio
Current Ratio 3,77 2,79
Quick Ratio 3,62 2,56
Asset Management
Ratio
Inventory Turnover
Ratio 44,96 21,83
Days Sales Outstanding 74,10 92,57
Fixed Assets Turnover
Ratio 2,21 2,03
Total Assets Turnover
Ratio 1,02 0,96
Debt Management
Ratio
Total Debt to Total
44.12% 51.99%
Assets
Timed Interest Earn
Ratio 26,73 44,74
Profitability Ratio
Operating Margin 35.96% 31.22%
Profit Margin 8.97% 0.72%
Return on Total Assets
8.95% 0.69%
(ROA)
Basic Earning Power 36.59% 29.82%
Return on Equity
30.83% 2.79%
(ROE)
Market Value Ratio
Price / Earning Ratio 28,89 423,24
Market / Book Ratio 9,09 9,28
Sumber : Laporan Keuangan PT. Intiland Development Tbk tahun 2015/2015

3.2. Pembahasan
1. Liquidity Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Current Ratio 3,77 2,79
Quick Ratio 3,62 2,56

- Semakin tinggi current ratio maka semakin baik kemampuan aktiva lancar perusahaan
untuk menutupi utang jangka pendeknya. Pada tahun 2016, rasio ini mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya, namun baik pada tahun 2015 dan 2016 masih relatif sedikit di bawah rata-rata
industri. Hal ini berarti bahwa kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam menutupi utang
jangka pendeknya kurang baik.
- Semakin tinggi quick ratio maka semakin baik kemampuan aktiva lancar perusahaan
yang paling likuid dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Pada tahun 2016, rasio ini
mengalami peningkatan ysng tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya, namun rasio ini
masih di bawah industri. Hal ini berarti bahwa kemampuan aktiva lancar perusahaan yang paling
liquid dalam menutupi utang jangka pendeknya masih kurang dibandingkan industri.
2. Asset Management Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Inventory Turnover
Ratio 44,96 21,83
Days Sales Outstanding 74,10 92,57
Fixed Assets Turnover
Ratio 2,21 2,03
Total Assets Turnover
Ratio 1,02 0,96

- Jika rasio inventory turnover tinggi maka menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
mengelola persediaannya. Pada tahun 2015, jika di bandingkan dengan rata-rata industrinya maka
pengelolaan persediaannya masih sangat lemah, hal ini mungkin terjadi karena di akibatkan
perusahaan memproduksi barang lebih cepat daripada yang bisa dijualnya sehingga
mengakibatkan persediaan hilang atau cacat dan dapat mengurangi nilai persediaannya. Pada tahun
2016, rasio perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya walaupun tidak terlalu signifikan, namun
masih jauh di bawah rata-rata industri ini berarti pengawasan perusahaan pada persediaan masih
lemah.
- Days Sales Outstanding (DSO) memberikan gambaran seberapa baik sebuah perusahaan
dalam menagih piutang, semakin lama jangka waktu pelunasannya, maka semakin besar resiko
tidak tertagihnya piutang. Pada tahun 2016, terdapat pengurangan hari pada penagihan piutang
dari tahun 2015, yaitu dari 44,6 atau 44 hari menjadi 32,3 atau 32 hari serta jika di bandingkan
dengan rata-rata industrinya rasio ini di bawah rata-rata sehingga kemampuan perusahaan dalam
menagih piutang lebih baik. Pengurangan hari ini cukup signifikan, juga sudah menunjukan bahwa
perusahaan mempunyai pengendalian pada perputaran piutang yang cukup baik namun masih
harus lebih di efektifkan lagi.
- Semakin tinggi rasio fixed assets turnover maka semakin efektif penggunaan aktiva tetap
dalam menghasilkan penjualan. Pada tahun 2016, perusahaan mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya serta pada tahun 2015 dan 2016 rasio ini jauh lebih rendah daripada rata-rata
industrinya. Hal ini berarti perusahaan belum terlalu efektif dalam menggunakan aktiva tetapnya
untuk menghasilkan penjualan.
- Semakin tinggi rasio total assets turnover maka semakin efektif penggunaan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Dari tahun 2015 ke 2016 terjadi penurunan pada rasio
ini serta pada kedua tahun ini rasionya relatif sedikit kurang dari rata-rata industri. Hal ini berarti
perusahaan sedikit kurang efektif dalam menggunakan seluruh aktivanya. Nilai yang lebih rendah
ini juga menjadi tanda bahwa ada yang tidak beres dalam manajemen dan operasi perusahaan ini.
3. Debt Management Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Total Debt to Total
44.12% 51.99%
Assets
Timed Interest Earn
Ratio 26,73 44,74

- Debt ratio menunjukkan sejauh mana kewajiban perusahaan dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin
rendah rasionya maka semakin baik tingkat keamanan dananya. Pada tahun 2015 dan 2016
menunjukkan semakin tinggi debt ratio, namun rasionya di bawah rata-rata industri. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin rendah rasio maka semakin sedikit hutang yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya akan lebih baik.
Kreditor lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah karena memiliki tingkat keamanan dana
yang lebih baik. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industri baik pada tahun 2015 dan 2016
debt ratio relatih rendah menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai rasio hutang yang sedikit
lebih rendah dari industri.

- Times Interest Earned (TIE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan laba
sebelum bunga dan pajak dapat mendanai biaya bunga perusahaan atau dengan kata lain
mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga. Semakin tinggi rasio TIE
maka semakin baik atau positif tanggapan dari kreditur. Kreditur menyukai resiko TIE yang
tinggi karena dapat mengindikasi kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Pada tahun
2016 terjadi penurunan dari tahun 2015, selain itu jika dibandingkan dengan rata-rata industri
rasio yang dimiliki perusahaan sedikit lebih rendah, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
perusahan tidak memiliki jaminan yang besar untuk setiap biaya bunganya.
4.Profitability Ratios
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Operating Margin 35.96% 31.22%
Profit Margin 8.97% 0.72%
Return on Total Assets
8.95% 0.69%
(ROA)
Basic Earning Power 36.59% 29.82%
Return on Equity
30.83% 2.79%
(ROE)

- Semakin tinggi Operating margin ratio berarti perusahaan mampu memaksimalkan penjualan
sehingga dapat meningkatkan laba operasi perusahaan. selain itu, kenaikan pada rasio ini berarti
perusahaan dapat menekan biaya operasional dan meningkatkan laba operasional. Pada tahun
2015, rasio ini kurang dari rata-rata industrinya. Namun pada tahun 2016 perusahaan tidak dapat
meningkatkan rasio ini dan masih dibawah rata-rata industrinya. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan belum optimal dalam menekan biaya operasional dan belum optimal dalam
meningkatkan laba operasi.

- Profit Margin menunjukkan seberapa besar persentase laba bersih yang didapatkan dari setiap
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba yang tinggi. Pada tahun 2015, rasio ini berada sedikit di bawah rata-rata
industrinya. Pada tahun 2016 perusahaan bisa menurunkan rasio ini dari tahun sebelumnya dan
dapat tetap berada di bawah rata-rata industri. Hal ini berarti, perusahaan belum memiliki
persentase yang efektif dibandingkan industri lainnya.

- Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka semakin efektif perusahaan dalam menggunakan
asetnya untuk menghasilkan laba bersih. Pada tahun 2015, rasio ini kurang dari rata-rata industri
yang mengindikasikan bahwa belum efektif perusahaan dalam mengunakan assetnya. Namun
pada tahun 2016, rasio ini menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi dari
rata-rata industrinya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah efektif dalam menggunakan
asetnya untuk mendapatkan laba bersih.

- Semakin tinggi Basic Earning Power (BEP) maka semakin efektif perusahaan dalam
menggunakan asetnya untuk mendapatkan laba operasional. Baik pada tahun 2015 dan 2016,
rasio ini lebih kecil dibandingkan rata-rata industrinya yang berarti kurang efektifnya kinerja
perusahaan yang mungkin terjadi karena perputarannyayang rendah atau karena margin laba atas
penjualannya buruk.

- Return on Equity (ROE) mengindikasikan pengembalian yang akan di dapatkan oleh pemegang
saham berdasarkan modal yang telah ditanamnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi
pengembalian modal yang di dapatkan oleh pemegang saham dan semakin efektif perusahaan
dalam mengelola modalnya. Pada tahun 2015, rasio ini lebih rendah dari rata-rata industrinya.
Namun pada tahun 2016 terjadi penurunan rasio di dalam perusahaan juga masih di bawah rata-
rata industri. Hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimilikinya
masih kurang efektif.

5. Market Value
Own Market Market
Own Ratio
Ratio Analysis Ratio Ratio Ratio
2015
2016 2015 2016
Price / Earning Ratio 28,89 423,24
Market / Book Ratio 9,09 9,28

- Semakin rendah nilai Price/Earnings (P/E) berarti harga saham perusahaan tersebut semakin
murah. Pada tahun 2015 ke 2016 terjadi peningkatan rasio yang berarti semakin tinggi harga
saham perusahaan. Apabila dibandingkan dengan rata-rata industrinya, perusahaan memiliki
nilai PER yang sama dan relatif lebih tinggi dari industri. Hal ini menunjukkan perusahaan yang
dinilai minim resiko daripada perusahaan lain dan memiliki prospek pertumbuhan yang baik.
- Market/Book (M/B) digunakan untuk mengetahui pandangan investor atas perusahaan.
Perusahaan yang di pandang baik oleh investor memiliki nilai M/B yang tinggi. Semakin tinggi
nilai M/B maka perusahaan semakin memiliki laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami
pertumbuhan. Pada tahun 2015, rasio ini lebih rendah dari rata-rata industrinya. Dan pada tahun
2016, rasio ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya namun tetap dibawah rata-rata
industri. Hal ini berarti nilai pasar perusahaan jauh dibawah nilai bukunya dan pandangan
investor terhadap perusahaan kurang baik dibandingkan industri lain yang sejenis.
BAB IV. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa rasio dapat kita simpulkan bahwa performa keuangan perusahaan PT.
Intiland Development Tbk mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan
keputusan investasi di tahun 2016. Hasil dari keputusan investasi tersebut baru akan terlihat di
tahun-tahun yang akan datang. Meskipun begitu, performa keuangan perusahaan secara
keseluruhan masih relatif lebih bagus dibandingkan dengan performa rata-rata industri. Apabila
perusahaan mampu memanfaatkan investasi tersebut dengan maksimal maka diharapkan kinerja
keuangan perusahaan di tahun-tahun yang akan datang akan jauh lebih bagus.
Berdasarkan analisa di atas dapat juga kita tarik kesimpulan bahwa perusahaan PT.
Intiland Development Tbk masih menjanjikan untuk investasi. Prospek perusahaan ke depan masih
akan bagus dengan adanya sentimen positif dari masyarakat dan kemampuan finansial yang sehat.
Selain itu juga dikarenakan adanya peningkatan M/B di tahun 2016 yang mana di pandang baik
oleh investor memiliki nilai M/B yang tinggi. Semakin tinggi nilai M/B maka perusahaan semakin
memiliki laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan Akan tetapi perusahaan
harus bisa memanfaatkan aset yang baru untuk meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Jika
perusahaan gagal melaksanakan hal tersebut akan berakibat pada menurunnya kepercayaan
masyarakat yang berakibat pada menurunya harga saham dan nilai dari perusahaan.

Daftar Pustaka
https://cdn.indonesia-investments.com/bedrijfsprofiel/556/Intiland-Development-Annual-
Report-2016-Company-Profile-Indonesia-Investments.pdf., Laporan Tahunan 2016.
Diakses pada 10 November 2017.
Arthur J. Keown dkk. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat.
Riyanto, Bambang (2008). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
Penerbit GPFE.
S. Munawir. (2010). Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4. Yogyakarta : Liberty.
Syafri Harahap, Sofyan (2008). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan.

S-ar putea să vă placă și