Sunteți pe pagina 1din 13

JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No.

1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI


(HIV/AIDS) DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

Kurniawati1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
e-mail: fik@unipdu.ac.id

ABSTRACT

AIDS defined by the Center for Disease Control and Prevention as HIV infection with indicator of
accompanist disease such as (1) opportunistic infections; (2) cancer; (3) the shrinking syndrome;
(4) neurologic disease; and (5) recurrent pneumonia; or HIV infection and CD4 <200 (Valentine,
2007). AIDS is the biggest community health problem in the world. Almost in every country this
disease was alive and including in Indonesia (Irianto, 2014). Human immunodeficiency virus was
selectively infected and destroys the cell which contain CD4-lymphocyte T4 (helper / inducer) and
macrophage / monocyte cell system. The impact of HIV/AIDS was complicated and the nurses are
important to help and solve this problem among HIV/AIDS patients. The aims of this paper was to
know the nursing care of HIV / AIDS patients with ineffective of airway breathing at Cempaka
Pavilion of RSUD Jombang. In this paper, the researcher was gave nursing care to HIV/AIDS
patient who had ineffective of airway breathing. The methodology of this study used the nursing
process stages of the case with ineffective airway breathing. After giving the nursing care among
HIV / AIDS patients, the conclusions of this study are ineffective of airway breathing, inadequate of
nutrition, damage of oral mucous membrane, ineffectiveness coping, and intolerance of activities.
The success of the treatment depends on the cooperation between patient, family and nurse.

Keywords: Immunological System, airway

1. PENDAHULUAN terus meningkat sejak ditemukan pertama kali

Penyakit HIV (Human pada tahun 1987. Dasar laporan Kementrian

Immunodeficiency Virus) adalah suatu kondisi Kesehatan RI, sampai akhir Juni 2013

klinis oleh infeksi virus HIV (Human jumlah komulatif kasus HIV/AIDS di

Immunodeficiency Virus). Pada kebanyakan Indonesia telah mencapai angka 152.267,

kasus infeksi HIV menyebabkan Acquired dengan rincian HIV positif sebanyak 108.600

Immune Deficiency Syndrome (AIDS). kasus dan AIDS 43.677 kasus (Faqih, 2013).

Penyakit AIDS merupakan masalah kesehatan Human immunodeficiency virus, secara

masyarakat terbesar di dunia dewasa ini. selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-

Penyakit ini terdapat hampir di semua negara sel yang mengandung antigen CD4-limfosit

di dunia tanpa kecuali termasuk Indonesia T4 (helper/inducer) dan sel-sel dari system

(Irianto, 2014). makrofag/monosit. Setelah masuk ke dalam

Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sel genom penjamu. Sepanjang perjalanan


penyakit infeksi HIV, terjadi replikasi konstan
15
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

virus, diiringi oleh penurunan progesif individual untuk memenuhi kebutuhan


system imun, seperti diperlihatkan oleh masing-masing pasien (Smeltzer dan Bare,
berkurangnya sel-sel CD4 di darah perifer. 2002). Berdasarkan uraian di atas, maka
Selain itu, sel-sel otak-mikroglia, astrosit dan penulis ingin mengetahui lebih lanjut
mungkin neuron dapat terinfeksi oleh HIV masalah- masalah keperawatan yang timbul
dan bahkan tanpa adanya infeksi sekunder, dan dapat menerapkan proses asuhan
dapat timbul gejala-gejala neuropsikiatrik keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS.
(Glasier dan Gebbie, 2006).
Pencegahan HIV/AIDS bisa dilakukan 2. KAJIAN LITERATUR
dengan cara: mengusahakan berhubungan HIV adalah singkatan dari Human
seks dengan satu orang saja, lakukan Immunodeficiency Virus yaitu virus yang
hubungan seks yang lebih aman: dimana melemahkan system kekebalan tubuh. AIDS
kuman-kuman dalam air mani laki-laki jangan adalah singkatan dari Acquired Immune
sampai masuk ke vagina, anus, atau mulut; Deficiency Syndrom yang berarti kumpulan
hindari menusuk atau memotong kulit dengan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan
jarum atau alat apapun yang tidak tubuh yang bersifat diperoleh (bukan bawaan)
disucihamakan dulu setelah dipakai orang ( Kusmiran, 2011).
lain; hindari transfusi darah kecuali dalam Huda (2013) menjelaskan bahwa
kondisi darurat; jangan memakai silet/pisau penyebab kelainan pada AIDS adalah suatu
cukur atau sikat gigi bersama orang lain; agen viral yang disebut HIV (Human
jangan menyentuh darah/luka orang lain tanpa Immunodeficiency Virus) dari kelompok virus
alat pelindung (Burns, 2009). yang dikenal retrovirus yang disebut
Masalah yang muncul pada Lympadenopathy Associated Virus (LAV)
HIV/AIDS sangat kompleks, peran atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III
perawat diperlukan guna membantu yang juga disebut Human T-Cell
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Lymphotropic Virus (retrovirus). Ditularkan
Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit melalui:
AIDS merupakan tantangan yang besar bagi 1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal)
perawat karena setiap sistem organ berpotensi yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
untuk menjadi sasaran infeksi ataupun kanker, dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
disamping itu penyakit ini akan dipersulit 2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril
oleh komplikasi masalah emosional, sosial dan dipakai bergantian.
dan etika. Rencana keperawatan bagi 3. Mendapatkan transfusi darah yang
penderita AIDS harus disusun secara mengandung virus HIV.

16
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

4. Ibu penderita HIV positif kepada pelvic, acute necrotizing ulcerative stomatitis,
bayinya ketika dalam kandungan, gingivitis atau periodontitis anemia yang
saat melahirkan atau melalui air susu ibu penyebabkan tidak diketahui (<8 g/dl),
(ASI). neutropenia (<0,5X109/l) dan atau
Huda (2013) menjelaskan bahwa manifestasi
9
trombositopenia (<50X10 /l).
klinis HIV/AIDS adalah: Tanpa gejala :
4). Fase Klinik 4
Fase klinik 1
Gejala menjadi kurus (HIV wasting
Ringan : Fase klinik 2
syndrome), pneumocystis pneumonia
Lanjut : Fase klinik 3
(pneumonia karena pneumocytis carinii),
Parah : Fase klinik 4
pneumonia bakteri berulang, infeksi herpes
Fase Klinik HIV:
simplex kronik (orolabial, genital atau
1). Fase Klinik 1
anorektal >1 bulan). Oesophageal candidiasis,
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan
TBC ekstrapulmonal, Cytomegalivirus,
kelenjar/ pembuluh limfe) menetap dan
Taksoplasma di SSP, HIV encephalopathy,
menyeluruh.
meningitis, infection progressive
2). Fase Klinik 2
multivocal leukoencephalopathy, lymphoma,
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi
invasive cervical carcinoma.
saluran pernafasan atas (sinusitis, tonsillitis,
otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes
zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut 3. METODE
berulang, popular pruritic eruptions, Desain dalam penelitian ini
seborrhoic dermatitis, infeksi jamur pada menggunakan studi kasus dengan pendekatan
kuku. asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
3). Fase Klinik 3 diagnosa keperawatan, perencanaan,
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab diare pelaksanaan dan evaluasi.
kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam Data penelitian dikumpulakan dengan
menetap (intermiten atau tetap>1 bulan). menggunakan metode wawancara dengan
Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal subjek penelitian, menggunakan catatan
(baru), plak putih pada mulut, infeksi rekam medis, pengukuran tanda-tanda vital,
bakteri berat misalnya: dan observasi umum keadaan klien.
pneumonia, empyema (nanah dirongga Analisis data yang dilakukan pada
tubuh terutama pleura, abses pada otot skelet, studi kasus ketidakefektifan bersihan jalan
infeksi sendi atau tulang), meningitis, nafas pada klien HIV/AIDS di Paviliun
bakteremia, gangguan inflamasi berat pada Cempaka RSUD Jombang yaitu melakukan

17
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

pengkajian asuhan keperawatan pada klien Pasien dan keluarga mengganggap bahwa
kemudian menganalisis kesenjangan dengan sakitnya ini karena disantet oleh orang lain.
teori proses asuhan keperawatan mulai Karena pasien merasa kakak-kakak pasien
pengkajian keperawatan, diagnosa tidak suka dengannya dan pasien
keperawatan, perencanaan keperawatan, menganggap kakak-kakaknya iri karena
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi pasien adalah anak yang paling disayangi
keperawatan. oleh orang tuanya.
Informasi yang didapatkan bahwa
4. HASIL pasien dulunya memang pernah berganti-
Pasien Tn.C berusia 25 tahun, berjenis ganti pasangan, bekerja sebagai sopir di
kelamin laki-laki, beragama Islam, lulusan Aceh dan pemasang CCTV di berbagai
SMP, yang sekarang bekerja sebagai daerah yaitu Jawa Tengah, Sulawesi,
pedagang es degan, mempunyai istri Kalimantan, Bali. Apabila pasien ditanya
bernama Ny.K yang berumur 29 tahun, tentang masalalu pekerjaannya sebagai sopir
lulusan SMA, beragam Islam, bekerja dan pemasang CCTV pasien tidak mau
sebagai pedagang, namun Ny.K berdagang menjawab.
batagor. Pasien datang ke RSUD Jombang Hasil pengkajian didapatkan pasien
diantar oleh keluarganya untuk mendapatkan batuk terus menerus dan mengeluarkan sekret
perawatan yang lebih intensif karena pada berwarna kuning kental dan tenggorokannya
tanggal 9 Juni 2015 pukul 06:00 WIB sakit jika dibuat untuk menelan. BB 70 kg
pasien panas. Kemudian pukul 09:00 WIB (tiga bulan yang lalu) dan sekarang BB
semakin panas dan menggigil. 40kg. Terdapat kandidiasis oral, plak putih
Pasien pernah MRS 1 bulan yang lalu pada mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning
di Unipdu Medika Jombang dengan tipes. dan kotor. Konjungtiva pasien pucat.
Kemudian pasien di rujuk ke RSUD Terdapat bercak-bercak coklat di tangan
Jombang untuk mendapatkan perawatan yang kanan dan kiri. Ada suara tambahan ronchi di
lebih intensif. Pasien di rawat di Paviliun paru-paru kanan. Keluarga juga menjelaskan
Cempaka. Pasien didiagnosa HIV positif terdapat bisul di pantat kanan dan kiri. Pasien
tetapi pasien dan keluarga tidak menerima. mendapatkan terapi infus RL 500cc /24jam,
Istri pasien juga menjelaskan semenjak injeksi ceftriaxone 2x1 gr, levofloxacin
pacaran sebelum menikah dengan pasien, 1x500 mg, cotrimoxaxole 1x2 tablet dan
telah melakukan hubungan seksual di luar kandistatin oral drop.
pernikahan dan oral seks. Hal itu dilakukan Rangkaian dari hasil pengkajian telah
tidak hanya sekali dua kali dalam berpacaran. didapatkan masalah keperawatan sebagai

18
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

berikut: dengan cabe 10. Data obyektif: kandidiasis


1. Ketidakefektifan koping kemungkinan oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir
penyebabnya karena kronisitas kondisi dan kering, gigi kuning dan kotor.
perawatan diri yang komplek. Data 4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
subyektif: pasien mengatakan bahwa kemungkinan pensyebabnya karena
dirinya disantet orang lain. Data obyektif: peningkatan produksi sputum. Data subyektif:
pasien belum bisa menerima sakitnya pasien mengatakan batuk terus menerus dan
sekarang, hubungan pasien dan keluarga mengeluarkan riak berwarna kuning. Data
tidak baik karena pasien selalu ingin dituruti obyektif: pasien batuk terus-menerus dan
oleh keluarganya, jika keinginannya tidak mengeluarkan sekret berwarna kuning kental,
sesuai dengan apa yang diharapkan pasien, nadi:80x / menit, RR: 25 x / menit, terdapat
pasien selalu marah-marah dan membentak ronchi di paru-paru kanan.
keluarga, apabila pasien ditanya tentang 5. Intoleransi aktivitas kemungkinan
masa lalu pekerjaannya sebagai sopir dan penyebabnya karena gangguan sistem
pemasang CCTV pasien tidak mau transport oksigen sekunder akibat anemi.
menjawab, terkadang pasien tidak percaya Data subyektif: pasien mengatakan badannya
dengan perawat atau petugas lainnya. lemas. Data obyektif: pasien makan disuapi
2. Perubahan nutrisi kurang dari oleh istrinya, pasien pergi ke kamar mandi
kebutuhan tubuh kemungkinan dibantu oleh ibu dan istrinya, pasien
penyebabnya karena kesulitan untuk menelan. terbaring lemah di tempat tidur, pasien diseka
Data subyektif: pasien mengatakan oleh istrinya saat MRS, pasien dibantu
tenggorokannya sakit jika di buat menelan. istrinya saat ganti baju, HB 8,4g / dl.
Data obyektif: kandidiasis oral, plak putih Berdasarkan intervensi yang sudah
pada mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning direncanakan, maka implementasi untuk
dan kotor, makan 2x / hari, porsi sedikit (3-5 mencapai tujuan sebagai berikut:
sendok), makanan dari RSUD Jombang, 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
minum 3-4x / hari, air putih, susu putih, BB berhubungan dengan peningkatan produksi
SMRS: 70kg(tiga bulan yang lalu), BB MRS: sputum ditandai dengan pasien batuk terus
40kg. menerus dan mengeluarkan sekret berwarna
3. Kerusakan membran mukosa oral kuning kental, nadi :80x / menit, RR: 25
kemungkinan penyebabnya karena defisit x / menit, terdapat ronchi di paru-paru
imunologis dan timbulnya lesi penyebab kanan.
patogen. Data subyektif: pasien mengatakan Tindakan keperawatan: 1) membina
mulutnya sariawan setelah makan mie pedas hubungan saling percaya, 2) mengkaji

19
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

frekuensi atau kedalaman pernafasan dan sering dan camilan berkalori tinggi.
gerakan dada, 3) mengobservasi suara paru, 3. Kerusakan membran mukosa oral
mencatat area penurunan atau tak ada aliran berhubungan dengan defisit imunologis dan
udara dan bunyi nafas adventisius, mis timbulnya lesi penyebab pathogen ditandai
krekels, mengi ,4) menjelaskan dan ajarkan dengan kandidiasis oral, plak putih pada
latihan nafas dalam sering dan batuk mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning dan
efektif,5) menganjurkan pemberian minum kotor.
air hangat, dari pada dingin, 6) berkolaborasi Tindakan keperawatan: 1) mengkaji
dengan tim medis dalam pemberian cairan membran mukosa atau mencatat seluruh
RL 500cc / 24 jam, levofloxacin 1x500mg, lesi oral. Memperhatikan keluhan nyeri,
cotrimoxaxole 1x2 tablet, dan ceftriaxone bengkak, sulit mengunyah atau menelan,
2x1gr. 2) mengobservasi keadaan membran mukosa,
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 3) mendorong pasien untuk tidak merokok, 4)
tubuh berhubungan dengan kesulitan untuk menjelaskan pemberian diet yang tidak
menelan ditandai dengan kandidiasis oral, mengandung garam, pedas, menghindari
plak putih pada mulut, mukosa bibir kering, gesekan, dan makanan atau minuman asam,
gigi kuning dan kotor, makan 2x / hari, porsi 5) berkolaborasi dengan tim medis dalam
sedikit (3-5 sendok), makanan dari RSUD pemberian candistatin sesuai indikasi dan
Jombang, minum 3-4x / hari, air putih, instruksi dokter, 6) memberikan perawatan
susu putih, BB SMRS: 70kg(tiga bulan oral sesegera mungkin setelah makan.
yang lalu), BB MRS: 40kg. 4. Ketidakefektifan koping berhubungan
Tindakan keperawatan: 1) mengkaji dengan kronisitas kondisi dan perawatan diri
kesulitan untuk menelan dan merasakan, yang komplek ditandai dengan pasien
2) mengobservasi bising usus, 3) belum bisa menerima sakitnya sekarang,
memberikan fase istirahat sebelum makan. hubungan pasien dan keluarga tidak baik
menghindari prosedur yang melelahkan saat karena pasien selalu ingin dituruti oleh
mendekati waktu makan, 4) menjelaskan keluarganya, jika keinginannya tidak sesuai
pentingnya nutrisi pada keluarga dan pasien, dengan apa yang diharapkan pasien, pasien
5) berkolaborasi dengan tim ahli gizi dalam selalu marah-marah dan membentak keluarga,
pemberian diet TKTP, 6) menentukan apabila pasien ditanya tentang masa lalu
jumlah dan tipe makanan yang disukai dan pekerjaannya sebagai sopir dan pemasang
dapat ditoleransi pasien, 7) memberikan oral CCTV pasien tidak mau menjawab,
hygiene sebelum dan sesudah makan, 8) terkadang pasien tidak percaya dengan
menganjurkan makanan porsi kecil tapi perawat atau petugas lainnya.

20
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Tindakan keperawatan: 1) mengkaji Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan


sistem sosial serta adanya dukungan, persepsi nafas berhubungan dengan peningkatan
tentang kehilangan dan stresor, 2) produksi sputum ditandai dengan pasien
mengevaluasi kemampuan pasien untuk batuk terus menerus dan mengeluarkan sekret
memahami kejadian dan situasi secara berwarna kuning kental, nadi :80x / menit,
realistis, 3) mengobservasi tanda- tanda vital, RR: 25 x / menit, terdapat ronchi di
4) membantu pasien menggunakan rasa paru-paru kanan. Setelah dilakukan
humor untuk mengatasi rasa stigma dari tindakan keperawatan selama 5x24 jam,
penyakit, 5) menjelaskan pentingnya masalah teratasi, pasien mengatakan kadang-
partisipasi dalam kelompok pendukung, 6) kadang saja batuk, tidak keluar sekret, tidak
berkolaborasi dengan praktisi perawat ada suara tambahan ronchi ataupun
tentang pengetahuan HIV. wheezing.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Diagnosa 2: perubahan nutrisi kurang dari
gangguan sistem transport oksigen sekunder kebutuhan tubuh berhubungan dengan
akibat anemi ditandai dengan pasien makan kesulitan untuk menelan ditandai dengan
disuapi oleh istrinya, pasien pergi ke kamar kandidiasis oral, plak putih pada mulut,
mandi dibantu oleh ibu dan istrinya, pasien mukosa bibir kering, gigi kuning dan kotor,
terbaring lemah di tempat tidur, pasien makan 2x / hari, porsi sedikit (3-5 sendok),
diseka oleh istrinya saat MRS, pasien dibantu makanan dari RSUD Jombang, minum 3-4x /
istrinya saat ganti baju. hari, air putih, susu putih, BB SMRS:
Tindakan keperawatan: 1) mengkaji pola 70kg(tiga bulan yang lalu), BB MRS: 40kg.
tidur dan mencatat perubahan dalam proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berperilaku, 2) mengobservasi respon selama 5x24 jam, masalah teratasi, pasien
psikologis terhadap aktivitas, misal mengatakan tenggorokannya sudah tidak
perubahan tekanan darah, frekuensi sakit lagi jika di buat menelan, bising usus
pernafasan, 3) memberikan lingkungan yang kurang lebih 15x / mnt, pasien istirahat
nyaman dan tenang, 4) menjelaskan sebelum makan, pasien makan satu porsi
pentingnya istirahat bagi pasien kepada makan makanan dari RSUD, pasien
keluarga dan pasien, 5) mendorong pasien berkumur dengan air hangat setelah makan,
untuk melakukan apapun yang mungkin, pasien tidak mau gosok gigi, walaupun
mis., perawatan diri, duduk dikursi, berjalan, dengan gosok gigi lembut.
pergi makan siang. Diagnosa 3: kerusakan membran mukosa
Evaluasi sumatif dari asuhan keperawatan ini oral berhubungan dengan defisit imunologis
adalah: dan timbulnya lesi penyebab pathogen

21
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

ditandai dengan kandidiasis oral, plak putih terbaring lemah di tempat tidur, pasien
pada mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning diseka oleh istrinya saat MRS, pasien dibantu
dan kotor. Setelah dilakukan tindakan istrinya saat ganti baju. Setelah dilakukan
keperawatan selama 5x24 jam, masalah tindakan keperawatan selama 5x24 jam,
teratasi sebagian, pasien masih terdapat masalah teratasi, pasien mengatakan sudah
kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mampu melakukan kegiatan sendiri,
mukosa bibir lembab, gigi kuning dan bersih. TD :120 / 60mmHg, nadi :94 x / menit,
Diagnosa 4: ketidakefektifan koping suhu: 370C, RR:24x/menit, pasien merasa
berhubungan dengan kronisitas kondisi dan lingkungannya nyaman, pasien mampu
perawatan diri yang komplek ditandai duduk, makan sendiri, ganti baju sendiri.
dengan pasien belum bisa menerima sakitnya
sekarang, hubungan pasien dan keluarga 5. PEMBAHASAN
tidak baik karena pasien selalu ingin dituruti Pengkajian
oleh keluarganya, jika keinginannya tidak Hasil pengkajian pada pasien yang
sesuai dengan apa yang diharapkan pasien, menderita HIV / AIDS berjenis kelamin laki-
pasien selalu marah-marah dan membentak laki dan berumur 25 tahun. Distribusi
keluarga, apabila pasien ditanya tentang menurut jenis kelamin penderita AIDS di
masa lalu pekerjaannya sebagai sopir dan Afrika dan AS atau Eropa menunjukkan
pemasang CCTV pasien tidak mau menjawab, perbedaan yang jelas sesuai dengan cara
terkadang pasien tidak percaya dengan penularan yang dominan di negara-negara
perawat atau petugas lainnya. Setelah tersebut. Saat ini distribusi penderita pria
dilakukan tindakan keperawatan selama dan wanita di Afrika hampir sama (1:1),
5x24 jam, masalah belum teratasi, pasien sedangkan di AS atau Eropa bervariasi antara
masih mengatakan bahwa dirinya sakit 10 sampai 25 kali lebih banyak penderita pria.
karena di santet, TD :120 / 60mmHg, Dan kelompok terbesar adalah golongan
nadi :94x / menit, suhu: 370C, RR:24 x / umur 30-39 tahun, disusul dengan golongan
menit, pasien marah karena di anggap sakit umur 40-49 tahun dan 20-29 tahun. Mereka
hiv. ini termasuk kelompok umur yang memang
Diagnosa 5: intoleransi aktivitas aktif seksual (Irianto, 2014).
berhubungan dengan gangguan sistem Informasi yang didapatkan bahwa
transport oksigen sekunder akibat anemi pasien dulunya memang pernah berganti-
ditandai dengan pasien makan disuapi ganti pasangan. Menurut Huda (2013)
oleh istrinya, pasien pergi ke kamar mandi bahwa HIV dapat disebabkan dengan
dibantu oleh ibu dan istrinya, pasien berhubungan seksual (anal, oral, vaginal)
22
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

yang tidak terlindungi (tanpa kondom) skelet, infeksi sendi atau tulang),
dengan orang yang telah terinfeksi HIV. meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi
Dari hal tersebut penulis dapat berat pada pelvic, acute necrotizing
menyebutkan bahwa HIV memang dapat ulcerative stomatitis, gingivitis atau
ditularkan melalui berhubungan seksual. periodontitis anemia yang penyebabkan
Selain itu juga bisa disebabkan karena tidak diketahui (<8 g/dl), neutropenia (<
jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril 9 9
0,5x10 /l) dan trombositopenia (<50x10
dan dipakai bergantian, mendapatkan
/l) (Huda, 2013). Maka pasien HIV tidak
transfusi darah yang mengandung virus
mengalami semua manifestasi klinis pada
HIV, ibu penderita HIV positif kepada
fase klinik 2 dan fase klinik 3, hal ini
bayinya ketika dalam kandungan.
disebabkan karena setiap individu memiliki
Hasil pengkajian didapatkan
perbedaan antara yang satu dengan yang
kandidiasis oral, terdapat plak putih pada
lainnya.
mulut, seboroic dermatitis, pasien
Diagnosa Keperawatan
mengatakan 3 bulan yang lalu BB nya 70 kg
Data pengkajian yang diperoleh di
dan sekarang 40 kg, hasil laboratorium
analisis untukmenentukan masalah yang
pada tanggal 10-06-2015 HB 8,4 g / dl,
muncul.
dan dari hasil foto thorak menunjukkan
Berikut ini adalah diagnosa yang terjadi pada
adanya pneumonia di paru-paru kanan.
klien:
Manifestasi klinis pada HIV fase klinik 2
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
yaitu penurunan BB (<10%) tanpa sebab.
berhubungan dengan peningkatan produksi
Infeksi saluran pernafasan atas (sinusitis,
sputum. Diagnosa ini terjadi karena pasien
tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang.
mengalami batuk terus menerus dan
Herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus
mengeluarkan sekret berwarna kuning kental,
mulut berulang, popular pruritic eruptions,
nadi :80x / menit, RR: 25 x / menit,
seborrhoic dermatitis, infeksi jamur pada
terdapat ronchi di paru-paru kanan. Menurut
kuku. Dan fase klinik 3 yaitu penurunan BB
Smeltzer dan Bare (2002) bahwa infeksi
(>10%) tanpa sebab, diare kronik tanpa sebab
yang paling sering ditemukan di antara
sampai >1 bulan. Demam menetap
penderita AIDS adalah pneumoni yang
(intermiten atau tetap>1 bulan). Kandidiasis
merupakan penyakit oportunis pertama
oral menetap. TB pulmonal (baru), plak putih
yang dideskripsikan berkaitan dengan
pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya:
AIDS. Pneumonia ini merupakan
pneumonia, empiema (nanah dirongga
manifestasi pendahuluan penyakit AIDS
tubuh terutama pleura, abses pada otot
pada 60% pasien. Menurut penulis diagnosa
23
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini perlu Tanda gejala yang menyertai mencakup
diangkat karena pasien mengalami keluhan menelan yang sulit serta nyeri
pneumonia sehingga terjadi penumpukan (Smeltzer dan Bare, 2002). Sesuai data yang
sekret. telah didapatkan maka diagnosa ini perlu
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan diangkat.
tubuh berhubungan dengan kesulitan untuk 4. Ketidakefektifan koping berhubungan
menelan. Diagnosa ini terjadi karena dengan kronisitas kondisi dan perawatan diri
pasien mengalami kandidiasis oral, plak yang komplek. Diagnosa ini terjadi karena
putih pada mulut, mukosa bibir kering, gigi pasien belum bisa menerima sakitnya
kuning dan kotor, makan 2x / hari, porsi sekarang, pasien selalu mengatakan bahwa
sedikit (3-5 sendok), makanan dari RSUD dirinya di santet oleh orang lain, keluarga
Jombang, minum 3-4x / hari, air putih, susu mengatakan terdapat bisul di pantat kanan
putih, BB SMRS:70kg (tiga bulan yang lalu), dan kiri hal ini karena di santet, hubungan
BB MRS: 40kg. Manifestasi gastrointestinal pasien dan keluarga tidak baik karena pasien
penyakit AIDS mencakup hilangnya selera selalu ingin dituruti oleh keluarganya. Jika
makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta keinginannya tidak sesuai dengan apa yang
esophagus dan diare kronis (Smeltzer dan diharapkan pasien, pasien selalu marah-
Bare, 2002). Diagnosa perubahan nutrisi marah dan membentak keluarga. Menurut
kurang dari kebutuhan tubuh perlu Price dan Wilson (2012) bahwa hasil positif
diangkat karena terdapat beberapa gejala palsu dapat menimbulkan dampak psikologis
yang sesuai sebagai data penunjang. Tetapi yang besar. Diagnosa ini perlu diangkat
pasien ini tidak mengalami mual dan vomitus. karena sesuai dengan beberapa gejala yang
3. Kerusakan membran mukosa oral sama pada data penunjang.
berhubungan dengan defisit imunologis dan 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
timbulnya lesi penyebab patogen. Diagnosa gangguan sistem transport oksigen sekunder
ini terjadi karena pasien mengalami akibat anemi. Diagnosa ini terjadi karena
kandidiasis oral, plak putih pada mulut, pasien makan disuapi oleh istrinya, pasien
mukosa bibir kering, gigi kuning dan kotor. pergi ke kamar mandi dibantu oleh ibu
Kandidiasis oral adalah suatu infeksi dan istrinya, pasien terbaring lemah di
jamur, hampir terdapat secara universal tempat tidur, pasien diseka oleh istrinya saat
pada semua penderita AIDS serta keadaan MRS, pasien dibantu istrinya saat ganti baju,
yang berhubungan dengan AIDS. HB 8,4g / dl. Menurut Smeltzer dan Bare
Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak (2002) bahwa pasien mungkin tidak
putih seperti krim dalam rongga mulut. mampu mempertahankan tingkat aktivitas

24
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

yang lazim karena gangguan sistem transport menerus dan mengeluarkan sekret berwarna
oksigen sekunder akibat anemi dan keadaan kuning kental, nadi :80x / menit, RR:
mudah lemah. Sesuai data penunjang 25 x / menit, terdapat ronchi di paru-paru
diagnosa intoleransi aktivitas ini perlu kanan. Evaluasi pada diagnosa tersebut sudah
diangkat. sesuai dengan tujuan yaitu dalam waktu 5x24
Pelaksanaan Keperawatan jam masalah teratasi. Hal ini dapat
Implementasi secara umum dibuktikan secara subyekif pasien
dilakukan berdasarkan intervensi yang telah mengatakan kadang-kadang saja batuk.
dibuat sebelumnya. Tetapi pada saat Secara obyektif tidak keluar sekret, tidak ada
pengkajian tidak bisa dilaksanakan secara suara tambahan ronchi atau pun wheezing.
berurutan. Hal ini tergantung dari respon dan Karena sebelum tindakan didapatkan hasil
kondisi pasien, sarana dan prasarana dirumah pengkajian pasien mengalami batuk terus
sakit. Semua intervensi telah dilakukan menerus dan mengeluarkan sekret berwarna
meliputi membina hubungan saling percaya, kuning kental, nadi:80x/menit, RR: 25
mengkaji frekuensi atau kedalaman x/menit, terdapat ronchi di paru-paru kanan.
pernafasan dan gerakan dada, mengobservasi 6. KESIMPULAN
suara paru, mencatat area penurunan atau tak Berdasarkan pembahasan yang telah
ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, diuraikan dalam bab 4 tentang perbandingan
mis krekels, mengi, menjelaskan dan antara teori dengan kasus pada klien
ajarkan latihan nafas dalam sering dan batuk dengan HIV / AIDS di RSUD Jombang,
efektif, menganjurkan pemberian minum air maka penulis dapat mengambil kesimpulan
hangat, dari pada dingin, berkolaborasi sebagai berikut:
dengan tim medis dalam pemberian cairan 1. Pengkajian yang didapatkan dari pasien
RL 500cc / 24 jam, levofloxacin 1x500mg, HIV / AIDS di lapangan sudah sesuai dengan
cotrimoxaxole 1x2 tablet, dan ceftriaxone teori. Namun tidak semua yang ada pada
2x1gr. Semua intervensi dapat dilaksanakan teori terdapat pada kasus nyata pada klien.
karena melihat dari kondisi pasien yaitu Hal tersebut ditunjang dengan beberapa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena pengkajian fisik yang sesuai dengan teori.
pasien batuk terus menerus dan 2. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori
mengeluarkan sekret berwarna kuning kental. tidak semuanya dapat ditemukan pada kasus
Evaluasi Keperawatan nyata dan juga terdapat diagnosa tambahan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kasus nyata karena tergantung pada
berhubungan dengan peningkatan produksi kondisi dan persepsi pasien.
sputum ditandai dengan pasien batuk terus 3. Intervensi keperawatan yang ada pada

25
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

teori dapat dilaksanakan semua pada kasus . (2012). Rencana Asuhan


Keperawatan Pedoman untuk
nyata. Namun ada intervensi tambahan untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian
menyesuaikan dengan kondisi pasien. Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC
4. Implementasi pada kasus HIV / AIDS
sudah dilakukan semua dan keberhasilan dari Faqih, Miftah, dkk. (2013). Panduan
Penanggulangan AIDS Perspektif
pengobatan tergantung dari kerjasama antara
Nahdlatul
keluarga dan perawat terutama pasien. Dan Ulama. Jakarta: Pengurus pusat
lembaga kesehatan nahdlatul ulama
yang perlu diperhatikan lagi untuk pasien
HIV / AIDS dalam pemeriksaan Glasie, Anna dan Gebbie, Alisa. (2006).
Keluarga Berencana Dan Kesehatan
laboratorium perlu adanya persetujuan dari
Reproduksi. Jakarta: EGC
pasien. Sehingga tidak menimbulkan
Heffner, Linda J dan Schust, Danny J.
dampak psikologis yang besar.
(2008). At a Glance Sistem
5. Evaluasi dari masalah yang dialami pasien Reproduksi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
secara umum dapat teratasi sesuai dengan
Medical Series
rencana yang ditetapkan. Namun pasien
Huda Nurarif, Amin dan Kusuma Hardhi.
masih belum bisa menerima bahwa telah
(2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
terdiagnosis HIV positif. Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid
1.Yogyakarta: Mediaction Publising
REFERENSI
Hutapea, Ronald. (2011). AIDS dan PMS
Aditama, Y Tjandra. (2007). Pedoman
dan Perkosaan. Edisi Revisi 2011.
Nasional Terapi Antiretroviral Panduan
Jakarta: Rineka Cipta
Tatalaksana Klinis Dan Remaja. Edisi
2. Jakarta: DEPKES RI
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi
Penyakit Menular Dan Tidak Menular
Andrews, Gilly. (2009). Buku Ajar
Panduan Klinis. Bandung: ALFABET
Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan
Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta.
Burns A, August . (2009). Perempuan dan
Salemba medika
AIDS. Yogyakarta: INSISTPress
Djuanda, Adhi. (2007). Ilmu penyakit
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009).
kulit dan kelamin. Edisi 5. Jakarta:
Memahami Kesehatan Reproduksi
fakultas kedokteran universitas
Wanita. Jakarta: EGC
Indonesia
Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan
Doenges, E Marilynn. (1999). Rencana
Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Asuhan Keperawatan Pedoman
Jakarta: Salemba Medika
untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
. (2008). Konsep Dan
Edisi 3. Jakarta: EGC
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
26
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Tesis, Dan Instrument Penelitian


Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Price, Sylvia Anderson dan Wilson,


Lorraine M. (2012). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 1. Jakarta: EGC

Prodi DIII Keperawatan. (2014). Buku


Penyusunan Studi Kasus . Prodi
DIII Keperawatan, Unipdu. Jombang:
Tidak Dipublikasikan

Smeltzer dan Bare. (2002). Keperawatan


Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC

Suwijono. (2005). Pendalaman Materi


Membantu Remaja Memahami Dirinya.
Jombang: Badan Keluarga Berencana
Kabupaten Jombang

Valentine L, Brashers. (2007). Aplikasi


Klinis Patofisiologi:Pemeriksaan Dan
Manajemen edisi 2. Jakarta: EGC

Vitanata, Muhammad. (2014). Seminar


Kesehatan Nasional Penatalaksanaan
Terkini HIV-AIDS. Jombang: FK
Unair-RSU dr Soetomo

Yoga, Egi Komara, dkk. (2007). Standart


Perawatan Pasien: Perencanaan
Kolaboratif dan Intervensi Keperawatan.
Jakarta: EGC

27

S-ar putea să vă placă și