Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Ika Permatasari*)
Retno Novitasary
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 sebagaimana diamandemen oleh Peraturan No. 8/14/2006
mengenai penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada bank umum menjadi bukti pentingnya GCG
dalam dunia perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh implementasi GCG
terhadap manajemen risiko, permodalan bank, serta kinerja perbankan di Indonesia. Implementasi GCG
diukur dengan nilai komposit GCG yang merupakan hasil self assessment bank yang bersangkutan. Manajemen
risiko diukur dengan Non Performing Loan (NPL). Permodalan bank diukur dengan Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan kinerja bank diukur dengan Return on Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG
berpengaruh terhadap manajemen risiko, GCG dan manajemen risiko tidak berpengaruh terhadap permodalan
bank, GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja, namun manajemen risiko berpengaruh terhadap kinerja.
Dengan demikian manajemen risiko dapat menjadi variabel intervening antara GCG dengan kinerja bank.
Kata kunci : nilai komposit, good corporate governance, NPL, CAR, ROE
ABSTRACT
Regulation of Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 as amended by regulation No. 8/14/2006 about
implementation of corporate governance become be a proof why corporate governance important in the
management, bank capital, and bank performance in Indonesia. Implementation on corporate governance
is measured by a composit score of corporate governance which is the result of bank self assessment. Risk
management is measured by Non Performing Loans (NPL). Bank capital is measured by Capital Adequacy
Ratio (CAR) and bank performance is measured by Return On Equity (ROE). The result showed that corporate
governance affect risk management, corporate governance and risk management does not affect bank capital,
and corporate governance do not affect bank performance, but risk management affect bank performance. Thus
the risk management can be an intervening variable between corporate governance and bank performance.
* E-mail: zhafran.bila12@gmail.com
Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia..... [Ika Permatasari, Retno Novitasary]
Penilaian ini dimaksudkan agar bank-bank umum pelaksanaan GCG pada sektor perbankan yang berlaku
di Indonesia dapat bertahan dalam menghadapi secara internasional. Peraturan tersebut diterbitkan
tantangan dan risiko yang semakin kompleks. pada Oktober 2010. Menurut BIS, untuk meningkatkan
Penilaian tingkat kesehatan bank umum diatur dalam GCG dibutuhkan enam hal yang dikenal sebagai
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 prinsip GCG yang sehat bagi sektor perbankan. Enam
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. prinsip tersebut antara lain: (1) Praktik-praktik dewan
komisaris; (2) Manajemen Senior; (3) Manajemen
Good Corporate Governanve (GCG), rentabilitas, dan Risiko dan Pengendalian Internal; (4) Kompensasi;
permodalan bank. (5) Kompleks tidaknya Struktur Perusahaan; serta (6)
Pengungkapan dan Transparansi.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Selain profil risiko dan GCG, penilaian tingkat
sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank kesehatan bank umum juga didasarkan pada
Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan rentabilitas dan permodalan bank. Peraturan Bank
Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Peraturan ini Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 pasal 7 ayat (3)
dikeluarkan karena situasi lingkungan eksternal dan menyebutkan bahwa penilaian terhadap faktor
internal perbankan mengalami perkembangan pesat rentabilitas (earnings) meliputi penilaian terhadap
yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko usaha kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan
perbankan. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan sustainability earnings bank. Penilaian terhadap faktor
praktik GCG, fungsi identifikasi, pengukuran, rentabilitas dilakukan dengan mempertimbangkan
pemantauan, dan pengendalian risiko bank. aspek tingkat, struktur, dan stabilitas dengan
Pelaksanaan GCG merupakan salah satu aspek yang memperhatikan kinerja peer group serta manajemen
dinilai terkait tingkat kesehatan sektor perbankan. rentabilitas bank.
Pelaksanaan GCG tersebut dilaksanakan oleh pihak Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011
internal bank yaitu Dewan Direksi bank. GCG bank pasal 7 ayat (4) menyebutkan bahwa penilaian ter-
tidak hanya dilaksanakan, akan tetapi juga diawasi hadap faktor permodalan (capital) meliputi penilaian
oleh pihak internal bank. Pengawasan tersebut terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelo-
dilakukan oleh dewan komisaris. Dewan komisaris laan permodalan. Penilaian terhadap faktor permoda-
melakukan pengawasan apakah dewan direksi telah lan juga dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
melakukan sesuai dengan prinsip GCG yang telah tingkat, struktur, dan stabilitas dengan memperhati-
ditetapkan atau belum. Apabila dewan direksi telah kan kinerja peer group serta manajemen permodalan
melakukan pelaksanaan GCG sesuai prinsip GCG dan bank.
dewan komisaris telah melakukan pengawasan dengan Mengingat pentingnya kesehatan bank, maka
hasil yang baik, maka pelaksanaan GCG dalam suatu banyak penelitian terkait dengan kesehatan bank,
bank akan optimal (PBI/8/14/2006). baik dari segi risiko, GCG, earnings, maupun capital.
Pada Januari 2004, Komite Nasional Kebijakan Spong dan Sullivan (2007) melakukan penelitian
Corporate Governance mengeluarkan Pedoman terkait dengan GCG dan kinerja perbankan. Hasil dari
GCG Perbankan Indonesia. Dengan adanya pedoman penelitian mereka membuktikan bahwa kepemilikan
tersebut, diharapkan penerapan GCG pada sektor dengan manajer sewaan dapat meningkatkan kinerja
perbankan di Indonesia dapat sesuai dengan dunia perbankan. Mereka juga menemukan bahwa boards
internasional. Tindakan yang dilakukan oleh Komite of directors memiliki dampak positif terhadap kinerja
Nasional Kebijakan Corporate Governance tersebut perbankan ketika direksi memiliki kepentingan
ternyata direspon oleh Bank Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia menunjukkan bahwa posisi keuangan manajer dan
No. 8/14/2006 sebagai perubahan atas Peraturan direksi berpengaruh terhadap pengambilan risiko
Bank Indonesia No. 8/4/2006 tentang pelaksanaan serta risiko yang dihadapi oleh bank.
GCG bagi bank umum. Berdasarkan PBI No. 8/4/2006 Berger, et al (2005) menyatakan bahwa perubahan
sebagaimana diubah dengan PBI No. 8/14/2006, corporate governace pada bank meningkatkan
prinsip GCG yang baik antara lain: (1) Keterbukaan; kebijakan penting terkait dengan corporate
(2) Akuntabilitas; (3) Pertanggungjawaban; (4) governance. Kepemimpinan yang statis mengakibatkan
Independensi; dan (5) Kewajaran. kinerja bank memburuk dalam waktu yang lama. Hal
Selain Bank Indonesia dan Komite Nasional ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
Kebijakan Corporate Governance, Bank for 8/4/PBI/2006 pasal 6 dan pasal 21 tentang pergantian
International Settlement (BIS) juga mengatur tentang dewan komisaris dan dewan direksi.
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt'$"3*
De Haan dan Poghosyan (2011) melakukan mempertimbangkan kredit macet sebagai sumber
penelitian terkait ukuran bank, tingkat konsentrasi utama ketidakstabilan bank. Untuk manajemen
sektor perbankan, dan pergerakan earnings. Penelitian risiko likuiditas, risiko pasar, risiko operasional,
tersebut bertujuan untuk menguji ketergantungan risiko hukum, risiko strategik, risiko kepatuhan, dan
earnings volatility terhadap ukuran bank dan tingkat risiko reputasi tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal
konsentrasi sektor perbankan. Hasil yang diperoleh tersebut mengingat ketujuh risiko tersebut merupakan
menunjukkan bahwa ukuran bank menurunkan dampak dari risiko kredit.
earnings volatility. Selain itu, mereka juga menemukan Earnings merupakan salah satu indikator untuk
bahwa bank dengan segmen pasar yang terkonsentrasi melihat kinerja perbankan. Menurut Joen dan Miller
memiliki volatility yang lebih tinggi. Penelitian De
Haan dan Poghosyan tersebut difokuskan pada karena itu, kinerja earnings diwakili oleh ROE. ROE
earnings volatility karena earnings volatility bergerak menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan
secara tidak pasti pada masing-masing tingkat modal oleh bank kepada pemegang saham. Semakin tinggi
dan merupakan hasil dari memburuknya kesehatan ROE, maka semakin baik keadaan bank. Akan tetapi,
bank. Selain itu, earnings volatility juga merupakan semakin rendah ROE, maka semakin buruk bank yang
hasil dari struktur kepemilikan yang tidak stabil. bersangkutan.
Fiordelisi, et al (2011) meneliti hubungan antara Permodalan bank diwakili oleh Capital Adequacy
Ratio (CAR). CAR digunakan oleh Bank Indonesia
permodalan, dan risiko dengan menggunakan Menurut Supriyatna, et.al. (2007), CAR menunjukkan
kausalitas Granger dalam kerangka data panel. Hasil tingkat ketaatan bank terhadap peraturan yang
yang diperoleh menunjukkan bahwa bank dengan melayani dan melindungi kepentingan publik.
Selain itu, besarnya nilai CAR menunjukkan tingkat
pendapatan mengakibatkan meningkatnya risiko bank, kepekaan bank terhadap kepentingan umum. Semakin
tinggi nilai CAR, maka bank semakin peka terhadap
agar permodalan bank dapat meningkat. Mereka juga kepentingan publik. Akan tetapi, apabila nilai CAR
rendah, maka menunjukkan bahwa kepekaan bank
akan memiliki modal yang cukup, karena tingkat terhadap publik rendah.
modal yang tinggi memiliki dampak positif terhadap Melihat peluang dalam penelitian GCG pada sektor
perbankan, maka penelitian ini akan melihat hubungan
penting bagi lembaga pengawasan untuk mencapai antara nilai komposit GCG dengan manajemen risiko
keuntungan jangka panjang agar stabilitas keuangan kredit dalam sektor perbankan. Setelah melihat
tetap terjaga. hubungan antara GCG dengan manajemen risiko
Pada penelitian ini, GCG diwakili oleh nilai kredit, kemudian akan dilihat hubungan manajemen
komposit GCG perbankan yang diambil dari laporan risiko kredit dengan earnings dan permodalan bank.
tahunan yang diterbitkan oleh bank sebagai variabel Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah
independen dalam hubungannya dengan manajemen memperlihatkan pengaruh GCG terhadap manajemen
risiko. Selanjutnya manajemen risiko akan menjadi risiko yang diproksikan dengan NPL. Selain itu, juga
variabel independen dalam hubungannya dengan diharapkan memperlihatkan pengaruh manajemen
earnings dan permodalan bank, sehingga manajemen risiko terhadap eranings yang diproksikan dengan
risiko dapat dikatakan menjadi variabel intervening ROE dan permodalan bank yang diproksikan dengan
dalam penelitian ini. CAR.
Hingga saat ini, tidak ada konsensus yang me- Iannotta, et al (2007) menyatakan bahwa GCG
nyatakan secara tepat tentang pengukuran risiko berpengaruh positif terhadap manajemen risiko
perbankan. Akan tetapi dalam penelitian ini meng- kredit. GCG dalam penelitian tersebut diproksikan
gunakan Non Performing Loans (NPL) sebagai proksi dengan struktur kepemilikan. Sedangkan Laeven
dari risiko perbankan. NPL merupakan salah satu dan Levine (2009) menyatakan bahwa kepemilikan
indikator pengukuran untuk risiko kredit. Menurut manajerial berpengaruh positif terhadap pengambilan
Maartin dan Repullo (2010), banyak pinjaman yang risiko oleh bank. Kepemilikan manajerial merupakan
diberikan oleh bank yang akhirnya macet (gagal salah satu indikator penilaian GCG. Hal ini konsisten
bayar), NPL juga tidak terlalu terpengaruh oleh dengan teori bahwa pemegang modal insentif yang
perubahan terkait standar akuntansi yang berlaku. kuat meningkatkan pengambilan risiko sehingga
Selain itu, NPL juga menggunakan model teoritis yang manajemen risiko bank juga akan membaik. Dengan
Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia..... [Ika Permatasari, Retno Novitasary]
demikian hipotesis yang diuji adalah H1: GCG DATA DAN METODOLOGI
berpengaruh positif terhadap manajemen risiko
perbankan. Populasi dan Sampel
Chitan (2012) menyatakan bahwa dengan adanya Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri
suatu komite eksternal untuk GCG, maka akan perbankan yang beroperasi di Indonesia. Bank yang
meningkatkan penyediaan dana pada bank. Dengan beroperasi di Indonesia sebanyak 135 bank. Sampel
demikian dapat dikatakan bahwa GCG berpengaruh yang digunakan dalam penelitian berupa unbalanced
positif terhadap permodalan bank. Kim dan Rasiah panel data yang berjumlah 119 bank selama periode
(2010) juga meneliti hubungan antara GCG dengan 2006-2012.
permodalan bank. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa GCG berpengaruh positif Variabel dan Definisi Operasional
terhadap permodalan bank. Atas dasar inilah Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi
maka dirumuskan hipotesis kedua yaitu H2: GCG variabel dependen, variabel intervening, dan variabel
berpengaruh positif terhadap permodalan bank. independen. Variabel bebas yang digunakan dalam
Spong dan Sullivan (2007) melakukan penelitian penelitian ini adalah nilai komposit GCG. Nilai
terkait dengan GCG dan kinerja perbankan. Hasil dari komposit GCG diperoleh dari laporan tahunan yang
penelitian mereka membuktikan bahwa kepemilikan diterbitkan oleh bank yang bersangkutan. Penetapan
dengan manajer sewaan dapat meningkatkan kinerja nilai komposit GCG dilakukan berdasarkan analisis
perbankan. Mereka juga menemukan bahwa dewan atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG bank; (ii)
direksi memiliki dampak positif terhadap kinerja kecukupan tata kelola (governance) atas struktur,
perbankan ketika direksi memiliki kepentingan proses, dan hasil penerapan GCG pada bank; dan (iii)
informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang
menunjukkan bahwa posisi keuangan manajer dan didasarkan pada data dan informasi yang relevan.
direksi berpengaruh terhadap pengambilan risiko serta Variabel intervening dalam penelitian ini adalah
risiko yang dihadapi oleh bank. Sedangkan Chitan manajemen risiko. Manajemen risiko dalam penelitian
(2012) menyatakan bahwa dengan adanya komite ini diwakili oleh manajemen risiko kredit, khususnya
GCG pada bank, maka akan meningkatkan kinerja Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan salah
perbankan. Dengan demikian maka GCG berpengaruh satu komponen risiko kredit. NPL adalah kredit yang
positif terhadap kinerja bank. Pada penelitian ini, bermasalah dimana debitur tidak dapat memenuhi
GCG diukur dengan nilai komposit. Berdasarkan pembayaran pokok pinjaman dan bunga dalam jangka
penelitian tersebut maka hipotesis ketiga adalah H3: waktu yang telah ditetapkan. Kredit bermasalah
GCG berpengaruh positif terhadap kinerja bank. menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan
Athanasoglou (2011) menyatakan bahwa dengan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan,
meminimalkan risiko dan meningkatkan modal, bahkan cenderung menuju atau mengalami kerugian
maka bank dapat menjaga kelangsungan usahanya. potensial. Kerugian potensial yang dimaksud dapat
Keduanya memiliki hubungan positif. Hal ini dapat berupa penghapusan kredit sehingga menimbulkan
diartikan bahwa manajemen risiko berpengaruh beban penghapusan kredit oleh bank dan hal ini
positif terhadap permodalan bank. Jokipii dan Milne akan mengurangi laba bersih bank. Berikut ini adalah
(2010) juga memberikan bukti empiris dengan objek rumus untuk menghitung NPL:
penelitian bank di Amerika dan Eropa. Hasil yang
Kredit bermasalah
diperoleh oleh Jokippi dan Milne menyatakan bahwa NPL = x 100%
manajemen risiko dan permodalan bank memiliki Total Kredit
hubungan positif. Dengan demikian hipotesis keempat
adalah H4: Manajemen risiko berpengaruh positif Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
terhadap permodalan bank. earnings yang diwakili dengan Return on Equity
Poudel (2012) menyatakan bahwa manajemen (ROE) dan permodalan bank yang diwakili dengan
risiko kredit berdampak positif terhadap kinerja Capital Adequacy Ratio (CAR). Adapun rumus untuk
keuangan perbankan di Nepal. Bank yang menerapkan menghitung ROE dan CAR masing-masing adalah
risiko kredit terbukti dapat meningkatkan kinerja sebagai berikut:
keuangannya. Aebi et al (2011) menyatakan bahwa Laba Bersih setelah Pajak
manajemen risiko kredit berpengaruh negatif terhadap NPL = x 100%
ROE. Oleh karena itu hipotesis kelima adalah H5: Total Ekuitas
Manajemen risiko berpengaruh terhadap kinerja bank.
55
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt'$"3*
4 CAR
56
Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia..... [Ika Permatasari, Retno Novitasary]
2 = -0,046
p2 = 0,687 (ts)
CAR
91
-0,0 (ts)
4= ,430
=0
p 4
GCG NPL p5 5=
= 0,575 = 0 -0,37
1 ,00 2
p1 = 0,000 (s) 0(
s)
ROE
3 = -0,083
p3 = 0,416 (ts)
standar deviasi tersebut lebih kecil dari mean, yang Pengaruh Good Corporate Governance terha-
berarti simpangan data pada variabel NPL dapat dap Manajemen Risiko
dikatakan relatif baik. Selanjutnya rata-rata untuk Hasil Tabel 4 memberikan bukti bahwa bank
ROE adalah sebesar 13,54% dan standar deviasi untuk dengan penerapan GCG yang baik (dibuktikan dengan
ROE sebesar 15,54%. Nilai tersebut lebih rendah dari hasil self assessment) dapat meminimalkan kredit
nilai mean. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa macet yang ada pada bank. Hal ini dikarenakan dalam
simpangan data ROE kurang baik. manajemen risiko menjadi salah satu poin penilaian
dalam kertas kerja self assessment, sehingga apabila
Pengujian Hipotesis penerapan GCG pada bank baik, maka manajemen
Berdasarkan hasil analisis jalur pada jalur pertama, risiko bank juga akan baik.
kedua, dan ketiga, maka dapat digambarkan analisis Hal tersebut berarti GCG berpengaruh positif
jalur seperti pada Gambar 2. terhadap manajemen risiko. Selain itu, komitmen
Berdasarkan Gambar 2, maka diperoleh persamaan yang tinggi dari top management dan seluruh jajaran
jalur sebagai berikut: organisasi terkait implementasi GCG dapat menekan
1. NPLit = 0,575 GCGit it risiko akibat penyaluran kredit kepada masyarakat.
2. ROEit = -0,083 GCGit - 0,372 NPLit it Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Iannotta et al (2007) serta Laeven dan Levine (2009)
analisis jalur untuk pengaruh langsung maupun bahwa GCG berpengaruh positif terhadap manajemen
pengaruh tidak langsung: risiko.
57
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt'$"3*
Pengaruh Good Corporate Governance terha- diterapkan oleh pihak manajemen dalam penyaluran
dap Permodalan Bank kredit. Dengan menurunnya kredit yang disalurkan,
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa GCG tidak maka menurun pula laba yang dihasilkan oleh bank.
berpengaruh terhadap CAR. Dari statistik deskriptif Ketika laba yang dihasilkan menurun, maka ROE pun
dapat dilihat bahwa jarak (range) sangat jauh antara juga menurun. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
rata-rata (mean) dari variabel CAR. Nilai maksimum diambil kesimpulan bahwa implementasi GCG yang
variabel CAR mencapai 99,88% sedangkan nilai baik pada bank tidak menjamin dapat meningkatkan
minimumnya 9,41%. Bank dengan nilai CAR yang kinerja bank yang bersangkutan.
sangat tinggi ternyata juga kurang baik bagi bank. Hal
tersebut dapat mengindikasikan adanya suatu masalah Pengaruh Manajemen Risiko terhadap Permo-
dalam pengelolaan dana dalam bank. dalan Bank
Hasil penelitian yang tidak signifikan dengan Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa NPL tidak
arah hubungan negatif dan tidak sesuai dengan arah berpengaruh terhadap CAR. Bank Indonesia telah
hubungan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut. menetapkan bahwa nilai NPL pada bank tidak boleh
Koefisien hubungan yang bernilai negatif berarti lebih dari 5%, sedangkan nilai CAR ditetapkan
bahwa apabila nilai komposit GCG tinggi maka minimal 8%. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
bank memiliki CAR rendah, sebaliknya apabila nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bank dapat
komposit GCG rendah maka bank memiliki nilai CAR dikatakan baik apabila memiliki NPL kurang dari atau
yang tinggi. Variabel CAR merupakan variabel yang sama dengan 5%. Semakin rendah nilai NPL, maka
memiliki dua arti. CAR yang terlalu rendah dapat akan semakin baik bagi bank. Selain itu, bank juga
mengancam permodalan bank karena bank dapat dikatakan baik apabila memiliki CAR minimal 8%,
terganggu apabila bank tersebut terpapar risiko. jadi semakin tinggi nilai CAR, maka akan semakin
Sementara ketika CAR yang sangat tinggi pula, ini baik bagi bank.
juga kurang baik bagi bank karena bank tidak mampu Penjelasan terkait tidak berpengaruhnya variabel
menjalankan fungsinya untuk penyaluran kredit. NPL terhadap CAR dapat dilihat dari data Bank
Besar kecilnya nilai CAR dalam penelitian ini tidak Anglomas Internasional. Nilai NPL Bank Anglomas
dapat dipengaruhi oleh GCG bank. Internasional pada 2010 sebesar 2,88%, sedangkan
pada 2011 dan 2012 berada pada kisaran 4%.
Pengaruh Good Corporate Governance terha- Seharusnya bank yang memiliki nilai NPL yang tinggi
dap Kinerja Bank memiliki rasio kecukupan modal yang rendah. Hal ini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai komposit dikarenakan, modal yang tersedia harus digunakan
GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja bank dengan untuk menutup kredit yang bermasalah tersebut. Akan
arah hubungan negatif dan tidak sesuai arah hubungan tetapi hasil yang diperoleh justru berbeda. Dengan
hipotesis. Arah hubungan negatif dapat diartikan nilai NPL pada kisaran 2%-4%, Bank Anglomas
bahwa apabila nilai komposit GCG tinggi maka Internasional justru memiliki nilai CAR yang sangat
kinerja bank akan rendah, begitu pula sebaliknya. tinggi, yaitu mencapai 99,88%. Dengan demikian
Nilai komposit yang tinggi artinya peringkat komposit terlihat jelas bahwa dengan memiliki manajemen
bank akan besar. Peringkat komposit semakin besar risiko kredit yang baik, tidak menjamin akan dapat
memiliki makna bahwa penerapan GCG pada bank meningkatkan permodalan bank.
yang bersangkutan semakin buruk. Dengan demikian
arah hubungan negatif ini sesuai dengan teori bahwa Pengaruh Manajemen Risiko terhadap Kinerja
peringkat komposit yang semakin tinggi, maka GCG Bank
semakin buruk, dan kinerja bank juga semakin buruk. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa variabel
Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan NPL berpengaruh negatif terhadap variabel ROE.
bahwa GCG tidak memengaruhi kinerja bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
Untuk menjelaskan hal tersebut, maka akan dilihat dilakukan oleh Aebi, et al (2011) dan Poudel (2012).
berdasarkan data dari Bank Artos. Nilai komposit Dengan adanya manajemen risiko kredit ini,
GCG Bank Artos sangat baik, yaitu 1. Akan tetapi Bank maka akan meningkatkan kinerja keuangan dalam
Artos memiliki nilai ROE yang sangat kecil, bahkan perbankan. Keberadaan manajemen risiko kredit
hingga -1,02% di tahun 2010. Kecilnya nilai ROE dapat meminimalkan kredit macet yang dihadapi
disebabkan oleh kurangnya penyaluran dana sebagai oleh bank. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kredit kepada masyarakat. Penyaluran kredit menurun semakin baik manajemen risiko dalam bank, maka
diakibatkan oleh penerapan prinsip kehati-hatian yang akan semakin baik pula kinerja bank.
Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia..... [Ika Permatasari, Retno Novitasary]