Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan Glumerulonefritis Akut ”. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan
serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca sebelumnya.
Kelompok 10
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ............................................................................................................... 5
B. Etiologi ................................................................................................................... 5
C. Patofsiologi ............................................................................................................ 6
D. Manifestasi Klinis .................................................................................................. 6
E. Komplikasi ............................................................................................................. 7
F. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan Medis .......................................................................................... 8
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………………………….10
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………...19
B. Saran……………………………………………………………………………..19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini
adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit
pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien
laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun
(40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun
(kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat
berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab
kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
3
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
2) Etiologi
3) Patofisiologi
6) Pemeriksaan penunjang
1) Menjelaskan pengkajian
5) Menyebutkan evalusi
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
b. Istilah yang digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana
inflamasi terjadi di glomerulus.
c. Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut)
mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.
B. Etiologi
Faktor etiologinya banyak dan bervariasi :
5
C. Patofisiologi
Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga terdapat
suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang merupakan unsur
membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam
darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis
terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya komplomen akan terfiksasi
mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan
trombosit menuju tempat lesi, yang kemudian terbentuk jaringan parut dan kehilangan
permukaan penyaring.
Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis
glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel
endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin
meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah
dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria
dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai
nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan
berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya
glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN.
D. Gejala klinis
a. Sakit kepala
b. Malaise
c. Edema
d. Proteinuria
e. Hematuria
f. Oliguria
6
g. Anoreksia
h. Kadang-kadang demam
i. Mual
j. Muntah
k. Nyeri panggul
l. Hipertensi
E. Komplikasi
d. Edema pulmoner
f. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan
kelainan di miokardium.
7
F. Pemeriksaan diagnostik
e. Granular
f. Eritrosit(++)
g. Albumin (+)
i. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda gagal
ginjal seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia dan hipokalsemia.
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk melindungi fungsi ginjal dan menangani komplikasi
dengan tepat.
a. Medis
1) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi
beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus
yang mungkin masih, dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis
8
selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30
mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
4) Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.
b. Keperawatan
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8
minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan
terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai
timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
2) Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1
g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa
bila suhu telah normal kembali.
3) Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%.
Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan
4) Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka
jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
9
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
1. Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun
lebih sering pada pria
3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
4. Pertumbuhan dan perkembangan :
- Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah BB
umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan anak 138
cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-108/60-68 mm
Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen pertama /molar ,umur 6-7
tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10—11 tahun jumlah gigi permanen 10-11
buah.
- Perkembangan :
Psikoseksual :
5. Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit.Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh.Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
10
2]. Pola eliminasi :
eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan
jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai
bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada
inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi
terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban
sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh
darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi
ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan
kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia.keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan
yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
11
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann
yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
Pemeriksaan penunjang :
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit + dan
terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta Hemoliticus
gol A
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan terdapat
titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir semua
glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras
sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul dan sel
PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak BGM tidak
teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk oleh globulin-
gama, komplemenn dan antigen streptokokus.
b. Diagnosa keperawatan
b. Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal
c. Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun
12
e. Kurang pengetahuan b.d kurang Informasi tentang proses penyakit, Perawatan di
rumah dan instruksi Tindakan lanjut
c. Perencanaan keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan:
- Anjurkan Bedrest
b. Diagnosa keperawatan 2
Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal
Kriteria hasil :
Rencana tindakan:
13
- Ukur dan dokumentasikan intake dan output setiap 4 – 8 jam
- Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine pada
dokter
- Ketidaknormalan
c. Diagnosa keperawatan 3
Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun
Kriteria hasil :
- Kulit utuh
Rencana tindakan
14
- Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan
- Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
c. Tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/m, HR: 80 X/mt, suhu: 367o C.
6. Penkes
15
a. Instruksikan pada pasien mencakup penjelasan dan penjadwalan evaluasi tindak
lanjut terhadap tekanan darah, tindakan urinalisis untuk protein, dan kadar BUN serta
kreatinin untuk menentukan perkembangan penyakit.
b. Pasien diinstruksikan untuk member tahu dokter jika gejala gagal ginjal terjadi
(seperti: keletihan, mual, muntah, haluaran urine berkurang).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus akan menjadi
glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra
renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta
hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25
lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen dari
pada yang lain tidak di ketahui.
Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa lelah,
anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang paling sering
ditemukan adalah :hematuria, oliguria, edema, hipertensi. Tujuan utama dalam
penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan kerusakan pada
glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan fungsi ginjal.
B. Saran
17
2. Bagi perawat
a) Memberikan bimbingan dan latihan kepada mahasiswa tentang penulisan karya tulis
dalam bentuk penugasan.
4. Bagi mahasiswa
18
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L., Sowden Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed. 5. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Lumenta, Nico A., dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhanya Manajemen
Hidup Sehat.Jakarta: Gramedia
Smeltzer and Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth
edisi 8 volume 2, Jakarta: EGC
Tucker, S.M, et all .1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan
evaluasi , Edisi V. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
19
MAKALAH
Disusun Oleh
Nama Kelompok : Kelompok 10
Nama Anggota :
1. Anggie Maychia Amallia
2. Indah Tri O.
3. Inga Dwi O.
4. Kris Ilandes Berry P.
Tingkat : 2.A
Dosen Pembimbing : Jawiah S.Pd, S.Kep , M.kes