Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Mara Ipa, Endang Puji Astuti, Andri Ruliansyah, Tri Wahono, Lukman Hakim 1
Loka Litbang P2B2 Ciamis
Email: tiarmara@gmail.com
ABSTRACT
Filariasis elimination program in Indonesia set two pillars that are cutting the transmission chain with
mass drug administration for filariasis prevention ( POMP filariasis ) in endemic areas and preventing and
limiting disability due to filariasis. To prevent re-infection in an area that already perform POMP,
surveillance activities need to be performed to observe the development of new cases as well as risk factors
for transmission; therefore surveillance information that fit the facts on the ground are required. This study
was an observational study with cross-sectional research design studies. This research was conducted in
Bandung District for 6 months. Primary data were collected by in-depth interviews with filarial program
managers in district level, health centers and cadres. The results of the study illustrate the surveillance of
filariasis in Bandung District is only focused on the treatment surveillance, case finding surveillance is not
implemented optimally. Treatment surveillance activities include dissemination of information regarding
the management of filariasis cases, target population data collection, cross-sector cooperation, elimination
officers training, the declaration and implementation of POMP mass treatment.
ABSTRAK
Program eliminasi filariasis di Indonesia ditetapkan dua pilar yaitu memutuskan rantai penularan dengan
pemberian obat massal pencegahan filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis dan mencegah dan
membatasi kecacatan karena filariasis. Untuk mencegah terjadinya penularan ulang di daerah yang sudah
melakukan POMP, perlu dilakukan kegiatan surveilans yaitu pengamatan secara terus menerus untuk
mengamati perkembangan kasus baru serta faktor risiko terjadinya penularan; karena itu diperlukan
informasi surveilans yang sesuai fakta di lapangan. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan
desain penelitian cross sectional studies. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bandung yang telah
melaksanakan POMP, waktu penelitian selama 6 bulan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan In -
depth interview terhadap pengelola program filaria tingkat kabupaten, puskesmas dan kader. Hasil
penelitian menggambarkan surveilans filariasis di Kabupaten Bandung hanya terfokus pada surveilans
pengobatan, untuk surveilans "case finding" belum dilaksanakan secara optimal. Kegiatan dalam surveilans
pengobatan meliputi sosialisasi mengenai informasi tatalaksana kasus filariasis, pendataan penduduk
sasaran, melakukan kerjasama lintas sektor, pelatihan tenaga eliminasi, pencanangan pengobatan massal
dan pelaksanaan POMP.
yang melaporkan bahwa penderita filariasis yang sebenarnya terjadi, karena itu
sampai dengan tahun 2010 terpetakan di 11 diperlukan sebuah gambaran surveilans
kab/kota endemis dari 25 kab/kota, dan filariasis yang merepresentasikan kondisi di
menyebar di 266 desa 147 kecamatan dengan lapangan yang sesungguhnya.
penderita kasus kronis dan Micro filaria (Mf)
Penelitian ini untuk mengetahui
positif berjumlah 1220 orang (Dinas
gambaran surveilans pengobatan massal
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2011).
pencegahan filariasis di Kabupaten Bandung
Berdasarkan laporan tahun 2005- dengan angka cakupan pengobatan paling
2009, cakupan POMP filariasis berkisar rendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya
antara 28 %- 59,48% cakupan ini masih jauh yang sudah melakukan POMP filariasis di
dari cakupan yang diharapkan. Cakupan Jawa Barat . Diharapkan dari penelitian ini
POMP Filariasis di 11 kota/kabupaten di dapat memberi masukan bagi pengambil
Provinsi Jawa Barat tahun 2012, yaitu Kota kebijakan/program kesehatan dalam rangka
Bogor (94,02%), Kab. Bogor (90,73%), Kota pelaksanaan program surveilans Filariasis.
Depok (86,34%), Kota Bekasi (87,05%),
Kab. Karawang (99,64%), Kab. Subang
(79,84%), Kab. Bandung (78%), Kab BAHAN DAN CARA
Tasikmalaya (96,79%), dua kabupaten belum
Penelitian yang sudah dilaksanakan
melaporkan yaitu Kabupaten Bekasi dan
adalah studi kualitatif, penelitian dilakukan di
Kabupaten Kuningan (Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung yang sudah
Provinsi Jawa Barat, 2012)
melaksanakan POMP filariasis selama 6
Program eliminasi filariasis di dunia bulan mulai bulan Juni- November 2013.
dimulai berdasarkan deklarasi WHO tahun Populasi penelitian ini adalah pengelola
2000, di Indonesia program eliminasi dimulai program filariasis dari tingkat provinsi,
pada tahun 2002. Untuk mencapai eliminasi, kabupaten, puskesmas dan kader di
di Indonesia ditetapkan dua pilar yaitu Kabupaten Bandung. Sampel untuk
memutuskan rantai penularan dengan wawancara diperoleh dengan cara purposive
pemberian obat massal pencegahan filariasis sebanyak total populasi. Sampel terpilih yaitu
(POMP filariasis) di daerah endemis dan Puskesmas Cikaro dengan kasus filariasis
mencegah atau membatasi kecacatan karena tertinggi dengan tipe pemukimannya
filariasis (Depkes RI. 2002). perkampungan padat; Puskesmas Rancabali
dengan kasus filariasis negatif (tidak ada
Pengobatan massal filariasis
kasus), topografi berupa pegunungan; dan
merupakan salah satu pilar program eliminasi
Puskesmas Margahayu Selatan merupakan
filariasis yang bertujuan untuk memutuskan
puskesmas dengan kasus filariasis dengan
rantai penularan filariasis dengan mengurangi
tipe pemukiman perumahan. Pengumpulan
mikrofilaria dalam darah tepi penderita
data sekunder dilakukan dengan telaah
sehingga mengurangi potensi penularan oleh
dokumen di lokasi penelitian sedangkan
nyamuk vektor. Pengobatan massal filariasis
pengumpulan data primer dilakukan melalui
dilakukan dengan pemberian 3 jenis obat
wawancara mendalam (In - depth interview)
filariasis Diethyl Carbamazine Citrate
terkait sistem surveilans dan sumber daya
(DEC), Albendazole dan Paracetamol secara
terhadap pengelola program filariasis tingkat
cuma-cuma kepada masyarakat yang tinggal
di provinsi (Pemegang program filaria),
di daerah endemis filariasis (Subdit Filariasis
kabupaten (Kepala Seksi Pemberantasan
& Schistosomiasis Departemen Kesehatan Filariasis), puskesmas (Pelaksana kegiatan P2
RI, 2006). Filaria dan penanggungjawab surveilans)
Untuk mencegah terjadinya serta kader yang diperbantukan untuk
penularan ulang di daerah yang sudah kegiatan surveilans filariasis. Wawancara
melakukan POMP, perlu dilakukan kegiatan dilakukan dengan menggunakan pedoman
surveilans untuk mengamati perkembangan wawancara mendalam. Selain itu juga
kasus baru serta faktor risiko terjadinya ditanyakan mengenai petunjuk pelaksanaan
penularan. Sistem pencatatan dan pelaporan pengobatan massal. Data kualitatif hasil
merupakan unsur yang sangat penting dalam wawancara mendalam dianalisis dengan
menggambarkan besaran masalah kesehatan menggunakan metode analisis isi (content
Gambaran surveilans filariasis...(Mara I, ENdang PA, Andri R, Tri W & Lukman H)
analysis) dan dilakukan triangulasi informan letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’
untuk keabsahan data. – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara 107°22’
– 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah
176.239,67 Ha. Sebaran kasus kronis
HASIL filariasis di Kabupaten Bandung terdapat di
22 Puskesmas yang tersebar di 33 desa,
Gambaran Umum Filariasis di Kabupaten
tampak pada Gambar 1. Sejak ditemukannya
Bandung
kasus kronis pada tahun 2008 jumlah
Kabupaten Bandung adalah sebuah keseluruhan sampai dengan tahun 2013
kabupaten di Provinsi Jawa Barat Indonesia, ditemukan 36 kasus.
Ibu kotanya adalah Soreang. Secara geografis
Media sama Tribun Jabar. Tahun kedua kita obat siapa, ditunda atau tidak minum sama
pernah iklan juga di Republika.. sekali...
(RVAD, 8 Oktober 2013) ...Refreshingnya itu biasanya 3 bulan
sebeum pelaksanaan, kalau untuk tahun ini
dipercepat. Pelaksanaan kan bulan
Pelatihan November biasanya penyegaran bulan
Agustus/ September tapi kemaren bulan Juni
Pelatihan tenaga eliminasi filariasis,
sudah dilaksanakan refreshingnya...
kegiatan ini merupakan wajib dilakukan
sebelum pelaksanaan pengobatan massal. ...1 hariBiasanya kalau gak di
Adapun bentuk pelatihannya sebagai berikut puskesmas di balai desa Biasanya kan
sesuai penjelasan informan : kepala puskesmas, dulu kan dr. Christine,
sekarang dr. Dedy, dr Wulan, Ibu Heni, Pak
... Sudah kewajiban tauh, kan ada di
Nandang juga.. Paling intens itu dia, paling
PERDA 15 82.. 2 bulan menjelang
cerewet n gak bisa dibantah lagi...
pengobatan itu kita mengadakan refreshing
atau TPE Tenaga Pelaksana Eliminasi. Itu ( BE, In - depth Interview, 27
udah Protapnya mbak. Itu udah Protap jadi Agustus 2013)
gak boleh enggak...biasanya
melaksanakannya per desa...
Pelaksanaan POMP Filariasis
...Tentang POMPnya. Biasanya lebih
kearah POMP dan TPE ini kita serahkan ke Pelaksanaan pemberian obat massal
puskesmas. Iya kan kebayang desanya ada Pencegahan (POMP), dilakukan serentak di
berapa, kecuali tahun pertama ya, kalau seluruh wilayah Kabupaten Bandung.
tahun pertama kita yang datengnya, tahun Strategi pelaksanaan disesuaikan dengan
keduanya kita serahkan ke puskesmas. jumlah sumber daya manusia setiap
Karena kami dari dinas sudah puskesmas dan kondisi wilayahnya masing-
mendatangkan berbagai ahli... ahli masing. Pada saat pelaksanaan pemberian
epidemiologi dr Ambar, obat massal sangat terbantu oleh peran kader
mendatangkan juga dari kemenkes, di masing-masing desa. Adapun peran kader
mendatangkan juga ahli farmasi dr Trully. pada saat pelaksanaan seperti hasil In - depth
Pokoknya semua ahli-ahli kita datangkan interview berikut :
dan alhamdulillah saya juga pahamnya ya di
... Kalau saya pas pengobatan itu
tahun 2009. Karena pada saat itu
sekarang setelah menjadi ibu RW lagi itu
mendengarkan langsung penjelasan dari Dr
pegang daftar peminum obatnya, kader yang
Teguh Kavi, semua itu alhamdulillah
lain ngasih obat. Kalau sekarang diperiksa
sekarang temen-temen di puskesmas itu lebih
dulu, darahnya ditensi dulu trus ditanya
pede...(RVAD, 8 Oktober 2013)
tanya sama ibu bidannya. Sekarang dua
Pesertanya adalah para petugas bidannya, selama pengobatan massal itu
puskesmas yang semuanya terlibat dalam bidannya dua. ..
pelaksanaan POMP Filariasis untuk
...Untuk awalnya biasanya 2 hari
disampaikan kembali kepada para kader
sebelum hari H saya ngasih undangan, ada
puskesmas. Materi ini diberikan sebagai
data tempatnya dimana, tanggal berapa, jam
bekal dalam kegiatan sosialisasi pengobatan
berapa dah ada disitu di undangannya. Di
filariasis baik oleh petugas kesehatan maupun
undangan dah dikasih ultimatum tuh, jangan
kader kepada masyarakat di
makan mie instan, jangan makan makanan
wilayahnya masing-masing. Berikut pedas, asem, takutnya nanti saat minum obat
penjelasan salah satu kader di wilayah kerja pada mual atau mencret dia nyalahin lagi ke
Puskesmas Cikaro mengenai refreshing obatnya, takutnya seperti itu...
(pelatihan) tenaga eliminasi filariasis :
...Di sweeping, ada yang disweeping
...Untuk kader.. Kader..... disebutnya
karena emang tidak datang ke tempat, ada
kan apa ya.. Tim eliminasi kalau gak
yang di sweeping ada reaksi apa nggak, kan
salah...Penyegaran kembali. Apa itu
ada formatnya dari puskesmas. Yang pusing
filariasis, penyebarannya bagaimana, berapa, yang mual berapa orang, yang
sasarannya siapa aja, yang tidak dikasih
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 2, Juni 2014 : 153 – 164
orang yang berperan dalam pelaksanaan Tinggi Ilmu Kesehatan) dan Fakultas
surveilans filariasis dari tingkat provinsi Kedokteran di Kota Bandung.
sampai dengan kader puskesmas sebagai
...Akhirnya kami berdasarkan surat
berikut:
kemenkes strategi pelaksanaan POMP dari 1
....Yang dirasa kurang paling utama hari menjadi satu bulan.Jadi kita ubah
adalah dukungan dari atas ya. Maksudnya strateginya dengan salah satunya
beda dengan PIN, karena lingkupnya memperpanjang waktu POMP. Lalu yang
nasional semua turun, Pangdam turun, kedua kami meminta bantuan.. kebetulan ya
semua SKPD SKPD turun ke lapangan. disini banyak Stikes banyak juga fakultas
Padahal PIN itu kan sasarannya cuma balita kedokteran di sekitar kami, bukan di
ya. Tapi kita.., ini mungkin koreksi juga buat Kabupaten seh di Kota Bandung semua tapi
kemenkes ya..Baru tahun ini kami kewalahan alhamdulillah kami mendapat bantuan dari
masalah obat. Kalau tahun-tahun mereka... (In - depth interview, 8 Oktober
sebelumnya enggak... (In - depth Interview, 8 2013)
Oktober 2013)
Pada tahun 2009 setelah terjadi kasus
...sedangkan peralatan-peralatan kematian dan adanya expose besar-besaran
lain memang dikatakan kurang. Terutama dari media, maka pihak dinas kesehatan
sosialisasi, kita mendapatkan kertas atau melakukan sosialisasi dan pelatihan yang
spanduk itu. Minggu depan mau melibatkan berbagai ahli. Ahli yang menjadi
pelaksanaan, spanduk baru dikirim. Padahal nara sumber adalah ahli penyakit dalam,
kalau ideal ya, sosialisasi lisan lintas sektor epidemiologi, farmasi yang didatangkan ke
itu 2 bulan sebelumnya.Kita tidak lihat hasil dinas untuk memberikan materi dan
upaya orang yang sudah sampai berhasil. mengupas tuntas tentang filaria baik dari segi
Karena untuk di Indonesia mana seh yang penyakitnya, obatnya maupun pelaksanaan
sudah berhasil? Kita jadi mau berguru ke POMP. Pelatihan singkat ini ditujukan untuk
siapa? ....(In - depth Interview, 12 September menambah pengetahuan dan memantapkan
2013) pengetahuan para pemegang program di
dinas kesehatan maupun puskesmas di
Kabupaten Bandung
Sumber daya POMP filariasis
...Tahun 2009 saat heboh itu kita
1. Sumber Daya Manusia mendatangkan berbagai ahli untuk
Sumber daya manusia dirasa kurang meningkatkan kemampuan itu kita menjawab
dalam pelaksanaan Pemberian Obat Massal dengan mendatangkan ahli penyakit dalam,
kemudian ahli epidemiologi dr Ambar,
Pemberantasan (POMP) Filariasis
mendatangkan juga dari kemenkes,
dibandingkan dengan jumlah pos pengobatan.
mendatangkan juga ahli farmasi dr Trully.
Pokoknya semua ahli-ahli kita datangkan
...jumlah tenaga medisnya kalau dan alhamdulillah saya juga pahamnya ya di
dokter kita hanya punya 100an orang ya, tahun 2009. Karena pada saat itu
125 orang, 120an ya jumlah dokter. Untuk mendengarkan langsung penjelasan dari Dr
medis secara keseluruhan mungkin ada Teguh Kavi, semua itu alhamdulillah
sekitar 1000an ya. Itu sangat jomplang ya, sekarang temen-temen di puskesmas itu lebih
jauh sekali, kebayang gak.. padahal kita pede. Kursus singkat itu ya, kursus singkat
posnya kan ada 4000an kan...(RDVA, In - tentang obatnya digali, penyakitnya digali,
depth interview, 8 Oktober 2013) pelaksanaannya digali...(In - depth interview,
8 Oktober 2013)
Dengan permasalahan itu pada
pelaksanaan POMP Filariasis yang Selain melibatkan kader, dinas
mengharuskan adanya pemeriksaan kesehatan dan puskesmas juga bekerja sama
kesehatan terhadap sasaran sebelum dengan pihak kecamatan dan jajarannya
pengobatan disiasati dengan dua cara yaitu dalam pelaksanaan POMP filariasis. kader
dengan memperpanjang pelaksanaan POMP dalam program filariasis merupakan sumber
dari 1 hari menjadi 1 bulan dan meminta daya yang sangat penting dan merupakan
bantuan tenaga medis dari Stikes (Sekolah perpanjangan tangan petugas Puskesmas.
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 2, Juni 2014 : 153 – 164
tahun 2001 menjadi kurang dari 1 % pada dahulu yang dimaksudkan untuk menemukan
tahun 2009 (Supali T et al, 2002). penderita yang akan diobati tidak bermanfaat,
karena tidak semua penderita menunjukkan
Surveilans yang berjalan di
mikrofilaria positif dalam test darah
Kabupaten Bandung satu-satunya adalah
malamnya (Purwantyastuti, 2010).
surveilans pengobatan sedangkan kegiatan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) tidak Obat yang saat ini digunakan untuk
dilakukan demikian pula dengan survei pengobatan massal berdasarkan kesepakatan
lingkungan. Kondisi demikian terjadi global di bawah arahan WHO adalah
dikarenakan target yang diberikan adalah Diethylcarbamazine (DEC) ditambah
pengobatan kasus. Pengamatan lingkungan Albendazole, diberikan dalam dosis tunggal
terutama nyamuk vektor perlu dilakukan sekali setahun dan diulang sekali setiap tahun
secara integrasi antara dinas kesehatan dan selama lima tahun di daerah endemis
Puskesmas, karena nyamuk vektor filariasis. Dalam riwayat Pemberian Obat
mempunyai kapasitas sebagai penular atau Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di
terjadinya kasus baru di wilayah endemis Indonesia DEC selalu digunakan karena DEC
filariasis. Selama ini pelaporan kasus yang adalah obat pilihan untuk filariasis. Obat ini
diterima dinas kesehatan berasal dari membunuh mikrofilaria, akan tetapi efeknya
puskesmas atau rumah sakit, pelaporan kasus pada filaria dewasa masih dipertanyakan.
sering kali terlambat dilakukan, kasus Albendazole dipakai untuk membunuh
seringkali dilaporkan ketika sudah parah atau filarial dewasa. Albendazole selama ini
penemuan penderita sudah dalam kondisi merupakan obat bebas yang dipakai untuk
kronis. Hal ini dikarenakan efek dari filariasis mengobati investasi cacing dalam usus
yang menahun, sehingga kasus biasanya baru (Depkes RI, 2006).
dirasakan apabila sudah terjadi
Sumber daya dalam pemberantasan
pembengkakan yang besar.
filariasis yang masih kurang berdasarkan
Pemberian Obat Massal Pencegahan pernyataan pemegang program filaria
(POMP) Filariasis bertujuan untuk Kabupaten Bandung adalah sumber daya
mengeliminasi filariasis dengan cara manusia. Hal ini sebanding dengan hasil
menghilangkan kejadian penularan dari analisa SWOT (Strength, Weakness,
penderita kepada calon penderita filariasis. Opportunity, Threat) tingkat Pusat, sampai
Penularan akan menurun atau bahkan tidak tahun 2014 telah disusun rencana eliminasi
terjadi bila jumlah mikrofilaria yang beredar Filariasis dengan memperhatikan kekuatan
dalam masyarakat sangat rendah sehingga dan kelemahan institusi infrastruktur
meskipun ada nyamuk sebagai vektor, tetapi pendukung yang menyatakan bahwa petugas
gigitannya tidak akan mampu menularkan terlatih di daerah masih kurang, pergantian
filariasis karena rendahnya jumlah tenaga yang cepat di daerah mengakibatkan
mikrofilaria dalam darah penderita. Program pengelolaan program tidak optimal (Subdit
Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis dan Schistomiasis Direktorat P2B2,
Filariasis merupakan tindakan “public health 2010).
approach”, yang mementingkan keselamatan Kebutuhan sumber daya manusia
rakyat banyak diatas kepentingan individu. tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan
Pada kasus filariasis, hal ini dimungkinkan namun juga dibutuhkan saat sweeping dan
karena tersedia obat yang efektif dan relatif monitoring. Penduduk sasaran yang tidak
aman sehingga dapat dilakukan tindakan datang ke pos pengobatan harus didatangi
pengobatan massal secara “blanket oleh kader atau petugas, Hal ini
approach” artinya obat diberikan kepada membutuhkan waktu yang lebih lama.
setiap orang dalam satu wilayah tanpa Kegiatan sweeping ini meliputi pemberian
memeriksa satu per satu terlebih dahulu obat bagi sasaran yang belum menerima obat,
untuk menentukan apakah seseorang bagi penduduk yang menolak, mereka harus
menderita filariasis atau tidak. Setiap orang menandatangi form yang menyatakan bahwa
yang tinggal di daerah dengan kepadatan mereka menolak minum obat, serta
filaria tertentu akan diberi obat sehingga pemantauan jika ada yang bermasalah
kepadatan mikrofilaria di daerah tersebut
akan menurun. Pemeriksaan darah lebih
Gambaran surveilans filariasis...(Mara I, ENdang PA, Andri R, Tri W & Lukman H)
Supali T, Ismid IS, Rückert P, Fischer P. (2002). Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1582
Treatment of Brugia timori and Wuchereria tentang Pedoman Pengendalian Filariasis
bancrofti infections in Indonesia using DEC or (Penyakit Kaki Gajah) Tahun 2005
a combination of DEC and albendazole:
adverse reactions and short-term effects on
microfilariae. Trop Med Int Health. Oct;7(10):
894-901.