Sunteți pe pagina 1din 7

Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu, Evie Sopacua

AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU MENGGUNAKAN


PENDEKATAN REMBUG MELALUI STRATEGI SEGITIGA PENGAMAN
ACCELERATION OF MATERNAL MORTALITY RATE USING DISCUSSION APPROACH
THROUGH A SAFEGUARD TRIANGLE

Evie Sopacua
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Surabaya

ABSTRACT
The safeguard triangle with a discussion approach can be use as a strategy in the effort to accelerate maternal
mortality rate. This triangle was a recommendation of a study in Sampang and Pamekasan Districts in East Java
Province through 2003-2004. The triangle consists of the village midwife, the mentor and the pregnant woman
with her family in each of its corners. Through interaction of the triangle’s corners the process of discussion
approach was conducted. This safeguard triangle was stated as a holistic service because the pregnant
woman was involved as a subject not as an object in the discussion approach which assured woman a safe
pregnancy and birth. This safeguard triangle which was conducted at the village level should be supported by
the supra system in the role of stewards hipness. The discussion approach should be taken into consideration
of a coordination process which was formulated to achieve a self care community for a healthy living.

Keywords: safeguard triangle strategy, discussion approach, accelerate maternal mortality rate

PENDAHULUAN simplifikasi melalui mekanisme yang tepat (KISS


Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Me). Berdasarkan hasil identifikasi, dilaksanakan
Indonesia dirasakan lambat, walau sejak tahun 2000 intervensi pada bidan di desa menggunakan Panduan
Departemen Kesehatan telah mencanangkan strategi Sistem Petak Kerja dan Siaga Pamong di Kabupaten
Making Pregnancy Safer (MPS) dengan tiga pesan Sampang dan Pamekasan melalui pelatihan dan
kunci, yaitu 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga pendampingan atau kalakarya pada tahun 2004.3
kesehatan terlatih, 2) setiap komplikasi obstetri dan Salah satu rekomendasi dari evaluasi pelaksanaan
neonatal mendapat pertolongan yang adekuat dan 3) implementasi Panduan Sistem Petak Kerja dan
setiap perempuan usia subur mempunyai akses Siaga Pamong adalah perlu dikembangkan segitiga
terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pengaman ibu hamil dan bersalin guna menjamin
dan penanganan komplikasi pasca keguguran.1 keamanan ibu hamil hingga bersalin.4
Mengantisipasi strategi ini Program Safe
Motherhood Partnership Family Approach (SMPFA) Pendekatan rembug melalui strategi segitiga
melakukan identifikasi masalah pelaksanaan pengaman
programnya di Provinsi Jawa Timur dengan studi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

kasus di Kabupaten Sampang dan Pamekasan pada rembug” artinya berunding, memperbincangkan,
tahun 2003.2 Temuan dalam identifikasi ini ada tiga musyawarah.5 Musyawarah artinya pembahasan
hal utama yaitu bahwa persalinan oleh tenaga bersama dengan maksud mencapai keputusan atas
kesehatan masih rendah sehingga piket oleh penyelesaian masalah bersama atau mufakat.
pamong desa diusulkan sebagai alternatif untuk Mufakat artinya setuju, seia sekata, sepakat. Bila
menjadi perantara bidan di desa dengan pengambil disederhanakan maka rembug artinya musyawarah
keputusan dalam keluarga. Juga bahwa bidan di untuk sepakat. Dalam Surat Keputusan Menteri
desa belum memiliki pemetaan yang memadai Kesehatan (SK Menkes) No. 128/2004 tentang
tentang ibu hamil dan risiko tinggi, sedangkan Kebijakan Dasar Puskesmas, dijelaskan bahwa
pelaksanaan kegiatan SMPFA antara puskesmas musyawarah adalah pertemuan yang dihadiri oleh
dengan dinas kesehatan, rumah sakit kabupaten para pemimpin (formal maupun informal) dan anggota
serta lintas sektor terkait belum terkoordinasi dalam masyarakat untuk merumuskan prioritas masalah
proses komunikasi – integrasi – sinkronisasi - kesehatan dan upaya penanggulangannya.6

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009 l 195


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 195 - 201
Vol. 25, No. 4, Desember 2009

Pendekatan rembug merupakan upaya Untuk itu, Panduan Sistem Petak Kerja dan Siaga
pemberdayaan, sehingga ibu hamil dan keluarganya Pamong mendorong bidan di desa untuk membagi
menjadi subyek dan bukan sebagai obyek wilayah kerjanya dalam petak-petak kerja atau
sebagaimana yang terjadi selama ini. Pendekatan cluster.3,8
rembug menggunakan media musyawarah untuk Petak kerja adalah bagian dari wilayah kerja
sepakat dalam kesiap siagaan guna menjamin bidan di desa yang masih terjangkau untuk dilakukan
keamanan ibu sejak hamil sampai bersalin, pemantauan kerja dalam satu hari. Idealnya di dalam
sedangkan interaksi setiap sudut segitiga pengaman satu desa wilayah kerja bidan di desa dibagi menjadi
merupakan strategi untuk mendekatkan ibu hamil maksimal delapan petak kerja. Tujuannya, apabila
kepada pelayanan kesehatan guna meningkatkan bidan di desa melakukan kunjungan atau pemantauan
kemampuannya untuk menolong dirinya (selfcare) maka dalam satu bulan dapat dilakukan delapan kali
dalam memahami bahwa setiap kehamilan berisiko. kunjungan yaitu dua kali kunjungan dalam seminggu.
Pendekatan rembug melalui segitiga pengaman ini Ada tiga dasar pembuatan petak kerja di wilayah,
merujuk strategi Departemen Kesehatan RI yaitu yaitu berdasarkan dusun, posyandu dan kombinasi
Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat keduanya. Masing-masing dasar pembuatan petak
Untuk Hidup Sehat.7 kerja ini mempunyai kelebihan dan kekurangan,
untuk itu yang tepat bagi suatu wilayah kerja bidan
di desa tergantung karakteristik masing-masing
wilayah.
Bidan di desa dibantu oleh mitra informasi (MI)
yang diberi tugas untuk mengkoordinir data dan
informasi di petak kerja. apabila wilayah petak kerja
sangat luas, maka dapat dibagi menjadi subpetak
kerja dengan submitra informasi (SMI). Teknik
pengumpulan data di petak kerja tidak harus dari
rumah ke rumah, tetapi dapat menunjuk beberapa
MI atau SMI dengan tugas mencatat kejadian yang
Gambar 1. Pendekatan rembug melalui strategi berkaitan dengan kesehatan bayi, anak dan
segitiga pengaman
terutama Ibu hamil dan menginformasikannya
kepada bidan di desa. Mitra informasi (MI) dan SMI
Segitiga pengaman dilaksanakan secara
dapat berasal dari kader, ketua dasawisma, petugas
holistik guna menjamin keamanan ibu sejak hamil
lapangan keluarga berencana (PLKB), PPKBD,
hingga melahirkan, menggunakan pendekatan
tokoh masyarakat atau perangkat desa. Pada saat
rembug antara: 1) bidan di desa, 2) pamong, dan
kunjungan para MI atau SMI dikumpulkan di petak
3) ibu hamil serta keluarganya. Dikatakan
kerja yang bersangkutan dan pada mereka
penanganan secara holistik artinya untuk kesehatan
ditanyakan kejadian yang berkaitan dengan
ibu sejak hamil sampai bersalin bukan hanya tanggung
kesehatan bayi, anak dan ibu hamil. Apabila di dalam
jawab bidan di desa, tetapi juga ibu hamil dan
pertemuan bulanan tersebut ada MI atau SMI yang
keluarganya serta pamong desa dengan pendekatan
tidak hadir, maka bidan di desa harus mengunjungi
rembug melalui segitiga pengaman. Penanganan
petak kerja atau sub petak kerja, yang MI atau SMI-
secara holistik ini merujuk misi Departemen Kesehatan
nya tidak hadir untuk mendapatkan informasi tentang
RI yaitu Membuat Rakyat Sehat.7
kejadian dengan kesehatan bayi, anak dan terutama
Setiap simpul pada sudut segitiga pengaman
ibu hamil, pada bulan terakhir. Melalui pemantauan
mempunyai fungsi yang saling terkait dalam mewujud-
pada petak kerja diperoleh akurasi jumlah sasaran
nyatakan strategi dengan pendekatan rembug.
pelayanan dengan kesehatan bayi, anak dan
terutama ibu hamil untuk pembuatan peta ibu hamil
Bidan di desa
termasuk yang risiko tinggi. Data tentang ibu hamil
Bidan di desa diharapkan mendata ibu hamil
dalam peta ibu hamil digunakan sebagai informasi
sehingga menghasilkan peta berisi informasi jumlah
untuk pamong dicatat dalam Buku Saku Pamong.
ibu hamil yang akurat termasuk dengan risiko tinggi.

196 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009


Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu, Evie Sopacua

Pamong Ibu hamil dan keluarganya


Berdasarkan peta ibu hamil, bidan di desa Ibu hamil dan keluarganya perlu mengerti tentang
membuat perencanaan dengan pamong. Pamong kesehatan dan tanda bahaya ibu hamil sampai
dapat merupakan perangkat desa yaitu Kepala dan bersalin. Dalam pemaparan kebijakan Direktorat
Sekretaris Desa/Lurah, Kepala Dusun/ketua RW, Kesehatan Ibu disebutkan bahwa cakupan
ketua RT dan lainnya atau tokoh masyarakat yang pemeriksaan kehamilan K1 cukup tinggi, namun
peduli dengan kesehatan ibu hamil dan dikenal pengetahuan ibu tentang tanda bahaya rendah dan
masyarakat desa. Hal-hal yang perlu direncanakan ini berkaitan dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
meliputi mengkomunikasikan kondisi ibu kepada (KIA).7 Maka kebijakan Direktorat Kesehatan Ibu
suami dan keluarga, transportasi ibu dari rumah ke adalah mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan
polindes/bidan di desa atau saat bidan diperlukan bayi baru lahir berkualitas kepada masyarakat.
dan dipanggil, ketersediaan ambulan desa dan biaya Kegiatan untuk implementasi kebijakan ini dalam
persalinan yang dibutuhkan dan perlu disediakan Antenatal Care (ANC) salah satunya adalah info
atau ditabung (mulai dari jasa persalinan dan biaya perilaku sehat dari ibu hamil berdasarkan Buku KIA,
rujukan jika dirujuk). Hasil perencanaan tersebut dan implementasinya pada kegiatan pertolongan
dicatat dalam Buku Saku Pamong selain nama ibu persalinan, salah satunya adalah mengenali tanda
hamil, nama suami, alamat dan rencana persalinan komplikasi kehamilan sehingga dapat siaga
(tanggal dan tempat) juga tercatat katagori risiko menghadapi persalinan. Buku KIA berisi catatan
tinggi, keikutsertaan dalam tabungan biaya kesehatan ibu (hamil, bersalin, nifas) dan anak (bayi
persalinan (tabulin), penggunaan ’ambulans’ desa, baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai
kesiapan donor bila diperlukan. informasi cara memelihara dan merawat kesehatan
Melalui catatan dalam buku saku, pamong ibu dan anak. Setiap ibu hamil mendapat satu buku
terinformasi tentang ibu hamil yang ada di desanya. KIA dan jika ibu melahirkan kembar maka ibu
Informasi ini membuat pamong siaga dan cepat memerlukan tambahan 1 Buku KIA lagi. Buku KIA
tanggap untuk bertindak dalam membantu ibu hamil tersedia di Puskesmas, bidan dan rumah sakit
dan keluarganya pada saat melahirkan khususnya tertentu.
sehingga mencegah tiga terlambat dan diistilahkan Dalam penjelasan umum Buku KIA disebutkan
sebagai siaga pamong. Tiga terlambat dimaksud agar buku ini dibaca oleh ibu, suami dan anggota
adalah terlambat mengenal tanda bahaya dan keluarga lain karena berisi informasi yang sangat
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas berguna untuk kesehatan ibu dan anak.7 Buku ini
kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan dibawa oleh ibu dan diberikan kepada petugas
di fasilitas kesehatan.1 kesehaan setiap kali ke posyandu, polindes,
Setiap hari pamong menggunakan buku saku puskesmas, bidan/dokter praktik swasta dan rumah
tersebut untuk mengidentifikasi ibu hamil yang akan sakit. Buku ini harus disimpan oleh ibu dan jangan
melahirkan dan kondisi mereka. Pelaksanaan siaga sampai hilang karena berisi catatan kesehatan ibu
pamong lebih intensif saat perkiraan tanggal dan anak. Catatan yang ada dalam buku ini akan
persalinan minus 7 hari, dengan mengingatkan pada bermanfaat bagi ibu, anak dan petugas kesehatan.
keluarga ibu hamil agar tanda–tanda persalinan Bila buku ini dibaca oleh ibu dan difahami,maka bila
diperhatikan, demikian juga transportasi ke bidan di menemukan hal-hal yang ingin diketahui atau
desa atau polindes bahkan sampai rumah sakit (bila menjadi masalah baginya, ibu tidak ragu atau malu
ibu hamil harus dirujuk), termasuk mengenai untuk bertanya.
pembiayaan dan tokoh kunci pengambil keputusan
dalam keluarga ketika menghadapi keadaan gawat Interaksi sudut segitiga
darurat persalinan. Setelah ibu melahirkan, maka Interaksi diantara ketiga sudut menggambarkan
tugas pamong mengingatkan bidan didesa untuk strategi upaya penurunan angka kematian ibu
melaksanakan kunjungan neonatal (KN) saat bayi sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Interaksi
berusia 0 – 7 hari 2 kali periksa dan ketika bayi 8 – antara bidan di desa dan pamong dalam bentuk
28 hari untuk periksa 1 kali lagi. kegiatan update dan rekam data ibu hamil dan

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009 l 197


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 195 - 201
Vol. 25, No. 4, Desember 2009

Gambar 2. Interaksi dalam segitiga strategis


Gambar 3 . Tehnis pelaksanaan pendekatan rembug
kesiapan persalinan dari peta ibu hamil ke buku saku dalam strategi segitiga pengaman
pamong, sedangkan antara ibu hamil dan keluarga
dengan bidan di desa adalah kegiatan update dan Pada tingkat kabupaten/kota terjadi proses
rekam data ibu hamil dari Buku KIA ke kohor KIA rembug melalui koordinasi manajerial antara dinas
dan Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS KIA) kesehatan, rumah sakit, badan/bidang keluarga
serta peta ibu hamil. Interaksi antara pamong desa berencana, lintas sektor terkait dan LSM peduli
dan ibu hamil merupakan kegiatan cek dan ricek kesehatan reproduksi. Koordinasi ini mengarah pada
data di Buku Saku Pamong dengan kondisi ibu hamil penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung
yang sebenarnya sebagai Siaga Pamong. Hal ini pelaksanaan pendekatan rembug melalui segitiga
membuat ibu hamil dan keluarga, serta pamong pengaman di tingkat desa serta peran Puskesmas
paham tentang pentingnya pertolongan persalinan sebagai supra sistem diatasnya. Kebijakan dan
oleh tenaga kesehatan dalam hal ini bidan di desa regulasi merujuk pada strategi Program KIA yang
dan bersama-sama mencegah terjadinya 3 terlambat. dilaksanakan di Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai
Interaksi antara ketiga sudut segitiga sangat dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 41/2007
penting karena dilaksanakan dengan pendekatan berkaitan dengan peran dan fungsi dinas di tingkat
rembug. kabupaten/kota. Trisnantoro menegaskan bahwa
dalam aplikasinya, PP ini merubah struktur sistem
Teknis pelaksanaan kesehatan wilayah dan mempertegas peran dan
Perlu dipahami bahwa rembug yang memperkuat fungsi Dinas Kesehatan Provinsi dan
dilaksanakan di tingkat desa tidak terlepas dari Kabupaten/ Kota. Dinas Kesehatan dengan
suprasistem di atasnya. Diharapkan pelaksanaan demikian semakin didorong menjadi lembaga yang
pada suprasistem menggunakan proses koordinasi berfungsi sebagai penyusun kebijakan teknis selain
yang merupakan proses yang saling terkait yaitu sebagai regulator.11,12
komunikasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi Pada tingkat Puskesmas, kebijakan dan
dalam suatu mekanisme yang tertata.2,3 regulasi hasil koordinasi manajerial diterjemahkan
Diasumsikan akan sangat bermanfaat apabila dalam suatu prosedur kerja tetap.10 Prosedur kerja
proses rembug dalam segitiga pengaman disokong tetap ini merupakan bagian dari Program KIA yang
oleh institusi yang berada pada tingkat diatasnya dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab Puskesmas.
yaitu Puskesmas. Adapun Puskesmas memperoleh Prosedur kerja tetap ini akan menjadi standar atau
dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang ukuran normatif dari pelaksanaan kegiatan dalam
berkoordinasi dengan Rumah Sakit Kabupaten/Kota, segitiga pengaman berkaitan dengan peta ibu hamil
Badan/Bidang Keluarga Berencana, lintas sektor hasil sistem petak kerja dan siaga pamong, buku
terkait dan LSM peduli kesehatan reproduksi serta saku pamong dalam siaga pamong dan Buku KIA
pemerintah daerah kabupaten/kota. (Gambar 3) yang dipegang ibu hamil dan keluarganya.

198 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009


Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu, Evie Sopacua

Di tingkat desa, pendekatan rembug merupakan di tingkat desa ini merupakan teknis pelaksanaan
proses koordinasi yang mengandung3,10: 1) komunikasi pendekatan rembug yang diterjemahkan sebagai
melalui pertemuan rembug, 2) perencanaan kegiatan musyawarah untuk sepakat.
yang saling melibatkan ketiga sudut dari segitiga Dalam pelaksanaan pendekatan rembug melalui
pengaman yaitu bidan di desa, pamong serta ibu strategi segitiga pengaman, sangat perlu
hamil dan keluarganya, 3) keterlibatan pamong sebelumnya mempersiapkan pola pikir (mindset)
termasuk perangkat desa untuk membantu bidan di para pelakunya. Di tingkat desa adalah bidan di desa,
desa bersiaga sejak ibu hamil sampai melahirkan pamong, ibu hamil dan keluarganya sedangkan di
untuk mencegah tiga terlambat dengan menjabarkan tingkat kecamatan terutama puskesmas serta di
’siapa mengerjakan apa’ diuraikan dalam tugas pokok tingkat kabupaten/kota khususnya di dinas
dan fungsi (tupoksi) yang tertulis dan terdokumentasi kesehatan. Di sini letak inti dari pendekatan rembug
di bidan di desa, 4) laporan pelaksanaan kegiatan melalui strategi segitiga pengaman yaitu melibatkan
bidan dan pamong untuk penilaian apakah telah semua pelaku dalam pola pikir kesepahaman. Pola
sesuai dengan perencanaan. Rembug dilaksanakan pikir kesepahaman bahwa kegiatan dalam segitiga
dalam satu tim kerja yang selain terdiri dari bidan di pengaman tidak terpisah dari Program KIA karena
desa, pamong, ibu hamil dan keluarganya juga dampaknya adalah pada indikator KIA yang bermuara
melibatkan kepala desa/lurah dan bidan penanggung pada masyarakat sehat. Kesepahaman akan
jawab KIA, serta kepala Puskesmas sebagai mengalirkan rembug sebagai musyawarah untuk
pengawas kegiatan tersebut. sepakat dalam penyelesaian berbagai kendala dan
Pendekatan rembug ini terintegrasi dengan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan segitiga
Program KIA yang dilaksanakan Puskesmas, pengaman. Kondisi ini perlu disikapi dalam suatu
termasuk unsur biaya, jadi bukan suatu kegiatan tatanan manajemen yang jelas dan dapat
yang berdiri sendiri. dipertanggung jawabkan dari sisi akuntabilitas.
Kegiatan pendekatan rembug ini terfasilitasi
PEMBAHASAN salah satunya dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Implementasi sistem petak kerja dan siaga (Kepmenkes) No.564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang
pamong menemukan bahwa masih ada sebagian Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
besar ibu hamil mencari pertolongan persalinan ke Siaga. 13 Pelaksanaannya adalah melalui
dukun walau sudah dilaksanakan peta ibu hamil dan pengembangan tim di masyarakat sebagai wujud
buku saku pamong. Indepth interview menjelaskan peran serta masyarakat di tingkat desa. Pembinaan
bahwa menurut ibu hamil untuk urusan melahirkan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan
adalah tanggung jawab ibu hamil dan keluarga bukan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan,
urusan bidan di desa. 3 Rekomendasi yang berkesinambungan dan saling terkait meliputi forum
disampaikan dalam evaluasi sistem petak kerja dan masyarakat desa (FMD), survei mawas diri (SMD),
siaga pamong adalah pelaksanaan segitiga musyawarah masyarakat desa (MMD) dan pelatihan
pengaman yang sudut-sudutnya terdiri dari peta ibu kader.14 Melalui FMD sosialisasi tentang desa siaga
hamil, buku saku pamong dan Buku KIA.4 diberikan kepada perangkat desa, wakil dari
Menurut Budijanto dan Sopacua10 segitiga kecamatan, wakil dari Puskesmas, tokoh
pengaman ini merupakan segitiga strategis dengan masyarakat dan lain sebagainya. Tujuan sosialisasi
pola pemberdayaan masyarakat karena melibatkan agar pemuka masyarakat mampu melakukan SMD
ibu hamil sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. untuk desanya dengan bimbingan tenaga
Dijelaskan bahwa peta ibu hamil, Buku Saku kesehatan.14,15 Data serta temuan SMD yaitu daftar
Pamong dan Buku KIA membentuk segitiga yang masalah kesehatan, data potensi serta harapan
berinteraksi secara holistik melalui koordinasi guna masyarakat, dirembug dalam MMD untuk
menjamin keamanan ibu hamil hingga bersalin. menentukan prioritas, dukungan dan kontribusi yang
Apabila ibu hamil dan keluarganya mengerti isi Buku dapat disumbangkan oleh masing-masing individu/
KIA, maka pengetahuan ini akan berdampak pada institusi yang diwakilinya serta langkah-langkah
pemahaman pentingnya pertolongan persalinan oleh solusi untuk pembangunan Poskesdes dan
bidan di desa dibantu kesiagaan pamong. Koordinasi pengembangan desa siaga.14,15

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009 l 199


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 195 - 201
Vol. 25, No. 4, Desember 2009

Perencanaan kegiatan dan pendanaan yang terkait dalam segitiga pengaman dan supra sistem
dibutuhkan dalam pelaksanaan strategi segitiga di atasnya.
pengaman (biaya transport kunjungan ke petak kerja,
biaya transpor MI dan biaya penyelenggaraan sesuai KESIMPULAN DAN SARAN
kebutuhan dalam proses interaksi) perlu dianggarkan Segitiga pengaman dengan pendekatan rembug
melalui alokasi dana desa (ADD) dan dibicarakan merupakan strategi dalam penanganan yang holistik
bersama melalui pendekatan rembug (MMD). Alokasi terhadap ibu hamil sehingga aman sampai bersalin.
dana desa (ADD) merupakan dana tunai (cash Rembug adalah musyawarah untuk sepakat,
transfer) yang wajib dialokasikan oleh setiap merupakan wujud koordinasi teknis pelaksanaan dari
pemerintah kabupaten/kota kepada seluruh desa interaksi setiap sudut dalam segitiga. Peta ibu hamil,
sebesar 10% dari total dana perimbangan (dana Buku Saku Pamong dan Buku KIA merupakan unsur
alokasi umum dan dana bagi hasil) yang diterima yang berada pada setiap sudut segitiga pengaman
oleh kabupaten/kota dari pemerintah pusat setelah sebagai kesiagaan bidan di desa, pamong, ibu hamil
dikurangi alokasi dasar untuk belanja pegawai negeri dan keluarganya.
sipil. Kebijakan ini ditetapkan di dalam Undang – Strategi ini merupakan alternatif akselerasi
Undang (UU) No. 32/2004 tentang Pemerintahan penurunan angka kematian ibu yang lambat. Survei
Daerah dan PP No. 72/2005 tentang Desa, yang Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007)
ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri Dalam menemukan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran
Negeri kepada gubernur dan bupati/walikota seluruh hidup dicapai setelah lebih 10 tahun, dibanding SDKI
Indonesia No. 140/640/SJ tanggal 22 Maret 2005 1994: 390/100.000 kelahiran hidup.18 Pelaksana
perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah akselerasi penurunan angka kematian ibu perlu
Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa.16 mempertimbangkan penerapan segitiga pengaman
Peran Departemen Kesehatan khususnya dengan pendekatan rembug dalam penanganan yang
Direktorat Kesehatan Ibu dan direktorat lain yang holistik sebagai strategi. Dengan demikian
terkait sebagai pengarah sangat dibutuhkan, diharapkan untuk mencapai AKI pada 2010 sebesar
demikian pula Dinas Kesehatan Provinsi dan 226/100.000 kelahiran hidup19,20 dan tujuan Millenium
Kabupaten/Kota. Pengarah atau stewardship Development Goals sebesar 110/100.000 kelahiran
menurut WHO adalah suatu fungsi pemerintahan hidup tahun 2015.21
yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
penduduk, yang berkaitan dengan kepercayaan dan KEPUSTAKAAN
legitimasi penduduk terhadap aktivitas pemerintah, 1. Departemen Kesehatan RI. Rencana strategis
khususnya di bidang kesehatan.17 Salah satu peran nasional making pregnancy safer (MPS) di
pengarah adalah merumuskan dan menetapkan Indonesia 2001 – 2010. Jakarta. 2001.
kebijakan arah pembangunan kesehatan, terutama 2. Sopacua E, Budijanto D, Prajoga. Identifikasi
pada tingkat makro. masalah dalam rangka mengoptimalksan kinerja
Keberhasilan pelaksanaan segitiga pengaman kesehatan keluarga di Dinas Kesehatan dan
dengan pendekatan rembug yang merupakan Puskesmas dalam kegiatan safe motherhood
strategi akselerasi penurunan angka kematian ibu melalui kalakarya. Puslitbang Pelayanan dan
perlu diukur dengan menentukan indikator untuk Teknologi Kesehatan bekerja sama dengan
masukan, proses dan luaran sebagai suatu sistem.10 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
Dampak yang diharapkan adalah peningkatan K1 Surabaya. 2003.
dan K4 dalam ANC, persalinan oleh tenaga 3. Budijanto D, Sopacua E, Prajoga. Panduan ibu
kesehatan serta rujukan ibu hamil dan bersalin tepat hamil oleh bidan di desa melalui sistem petak
waktu mencegah 3 terlambat dan pencatatan kerja dan siaga pamong. Puslitbang Pelayanan
kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan dan dan Teknologi Kesehatan bekerja sama dengan
nifas yang akurat. Semua tadi berasal dari hasil Dinkes Propinsi Jawa Timur. Surabaya. 2004
rembug yang baik, tertata, dan komprehensif karena 4. Prajoga, Sopacua E, Budijanto D. Pelaksanaan
melibatkan semua yang terkait dalam akselerasi pola karya terpadu: evaluasi sistem petak kerja
penururnan angka kematian ibu. Mulai dari yang dan siaga pamong. Puslitbang Pelayanan dan

200 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009


Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu, Evie Sopacua

Teknologi Kesehatan bekerja sama dengan 13. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri
Dinkes Provinsi Jawa Timur Surabaya. 2005. Kesehatan RI No. 546/MENKES/SK/VIII/2006
5. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. tentang pedoman pelaksanaan pengembangan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. desa siaga. Jakarta.2006.
Jakarta. 1989. 14. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
6. Departemen Kesehatan RI. Surat Keputusan pelaksanaan pengembangan desa siaga.
Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004 Modul 1. Jakarta. 2006.
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan 15. Departemen Kesehatan RI. Penggerakkan dan
Masyarakat. Jakarta. 2004 pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan.
7. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan direktorat Modul 2. Jakarta. 2006
kesehatan ibu. Direktorat Kesehatan Ibu. 16. Departemen Dalam Negeri. Peranan
Jakarta. 2006. Departemen Dalam Negeri dalam mendukung
8. Cholis Bachroen, Agus Suprapto, Didik penyelenggaraan upaya kesehatan di desa.
Budijanto. Peningkatan akurasi pencatatan Makalah disampaikan dalam diskusi potensi
kematian ibu dan bayi melalui “sistem dan tantangan pengembangan desa siaga
clustering”. Puslitbang Pelayanan dan Teknologi menuju Indonesia Sehat. Jakarta, 24 November
Kesehatan. Surabaya. 2000. 2006. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Dan
9. Departemen Kesehatan RI. Buku KIA. Direktorat Desa, 2006.
Kesehatan Keluarga. Jakarta. 2005. 17. World Health Organization. WHO Report.
10. Budijanto D, Sopacua E. Segitiga strategis: Geneva. 2000.
sebuah pola public-private partnership dalam 18. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan
upaya penurunan angka kematian ibu. Makalah Indonesia. 2007. www.aidsindonesia.or.id.pdf
dalam Simposium 3 Badan Litbangkes 1 – 2 Diakses pada tanggal 5 Maret 2009
Desember. Jakarta. 2006. 19. Budihardja. Upaya akselerasi pencapaian
11. Trisnantoro L. Pelaksanaan desentralisasi indikator pembangunan kesehatan di Indonesia
dalam konteks reformasi sektor kesehatan (penurunan AKI, AKB, gizi buruk). Ppt.
pasca PP. No. 38/2007 dan PP. No. 41/2007. disampaikan dalam Rapat Kerja Kesehatan
Pengantar kursus desentralisasi kesehatan. Nasional Surabaya, 20-22 Oktober 2008, 2008.
2007. www.desentralisasi-kesehatan.net. 20. Ferliana H. Pemetaan perijinan RS dan
Diakses pada tanggal 7. Oktober 2007 kewenangan pembinaan RS di Jawa Timur. Ppt.
12. Trisnantoro L. Pengantar semiloka “Struktur disampaikan dalam Pertemuan Koordinasi
organisasi untuk harmonisasi fungsi Sosialisasi Perijinan RS dan Isu Strategis di
Departemen Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
Propinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 2009. 2009.
dalam era PP No. 38/2007 dan PP No. 41/2007” 21. Stalker P. Kita suarakan millenium development
Kamis, 25 Oktober 2007, di Hotel Santika goals demi pencapaiannya di Indonesia.
Jakarta. 2007. www.desentralisasi-kesehatan. Bappenas dan UNDP. Jakarta.2007.
net . Diakses pada tanggal 10 November 2007

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 4, Desember 2009 l 201

S-ar putea să vă placă și