Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Waalaikumussalam Wr Wb
Salah satu karunia Allah swt kepada kaum muslimin di malam-malam terakhir bulan Ramadhan adalah
diadakannya Lailatul Qodr, suatu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, di malam ini pula
ketetapan seorang hamba baik kehidupan, rezeki dan keberkahannya dituliskan oleh Allah swt hingga
setahun berikutnya, malam yang seluruhnya adalah kebaikan dan diliputi oleh rahmat Allah swt.
٤﴿ ﴾تننننزهل اللنمنلئإنكةه نوالرروهح إفيهناَّ بإإ إلذإن نربمإهمِ ممن هكمل أنلمرر
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,”Sesungguhnya para malaikat pada malam itu lebih banyak
turun ke bumi daripada jumlah pepasiran.” (HR. Ibnu Khuzaimah, yang sanadnya dihasankan oleh al
Albani)
Karena itu kebiasan Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah menghidupkan sepuluh malam terakhir
dari Ramadhan dengan beritikaf, memperbanyak ibadah kepada Allah swt dan menjauhkan diri mereka
dari berbagai kebisingan dan tarikan-tarikan duniawi demi menggapai kebaikan dan keberkahan
didalamnya dan untuk bisa meraih Lailatul Qodr yang disediakan Allah swt.
Imam muslim meriwayatkan dari Aisyah berkata; “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.”
Syeikh Hani Hilmi menyebutkan beberapa amalan yang dilakukan pada sepuluh malam terakhir dari
Ramadhan, diantaranya :
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghidupkan malam-malam yang sepuluh ini dengan
melakukan shalat tahajjud.
Didalam hadits Abu Dzar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat malam bersama
mereka (kaum muslimin) pada malam 23 dan 25. Disebutkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
mengajak keluarga dan istri-istrinya pada malam 27 secara khusus. Hal ini menunjukkan kesungguhan
beliau membangunkan mereka di hari-hari ganjil yang diharapkan terjadi didalamnya Lailatul Qodr
Sofyan Tsauriy mengatakan,”Aku menginginkan jika telah masuk sepuluh hari terakhir melaksanakan
shalat malam dan bertahajjud didalam serta membangunkan keluarga dan anakna untuk melaksanakan
shalat jika mereka sanggup melaksanakannya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ummul Mukminin Aisyah untuk berdoa di malam-
malam itu. Aisyah berkata; “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan malam
lailatul Qodar, apa yang harus aku ucapkan?”, beliau menjawab: “Ucapkanlah; ALLAHUMMA INNAKA
‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ANNA” (ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pema’af mencintai
kema’afan, maka ma’afkanlah daku).” (HR. Ibnu Majah, yang dishahihkan oleh Al Albani)
Sofyan Tsauriy berkata,”Berdoa di malam itu lebih aku sukai daripada melaksanakan shalat. Dan jika dia
membaca maka dia berdoa dan berharap kepada Allah didalam doanya yang barangkali Dia swt
menyetujui permintaannya. Memperbanyak doa lebih utama daripada melaksanakan shalat yang tidak
diperbanyak doa didalamnya namun jika dia membaca lalu berdoa maka itu baik.”
Para salafusshaleh dahulu menganjurkan untuk mandi di setiap malam dari malam-malam yang sepuluh
akhir Ramadhan. diantara mereka ada yang mandi dan menggunakan wangi-wangian di malam-malam
yang diharapkan terjadinya Lailatul Qodr didalamnya. Tidak sepatutnya bagi seorang yang bermunajat
kepada Sang Penguasa (Allah swt) didalam khalwatnya kecuali dia telah menghiasi keadaan lahir dan
batinnya.
Sebagian para salafusshaleh berpendapat bahwa kesungguhan di (malam) Lailatul Qodr adalah juga
seperti kesungguhan di siang harinya dengan senantiasa bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh.
Imam Syafi’i berkata,”Dianjurkan agar kesungguhnyanya di siang hari seperti kesungguhannya di
malamnya.” Hal ini menunjukkan anjuran bersungguh-sungguh di setiap waktu dari sepuluh malam
terakhir baik di siang maupun malam harinya.
6. Diantara ibadah yang paling mulia yang mendekatkan dirinya kepada Allah swt pada waktu ini adalah
tabattul (Fokus dalam beribadah kepada Allah)
Artinya : ‘Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh konsentrasi. (Dia-lah)
Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia
sebagai Pelindung.” (QS. Al Muzammil 8 – 9), artinya mengosongkan hatinya hanya untuk-Nya,
meninggalkan debat, obrolan, ikhtilath yang tercela, mematikan HP, berbagai kesibukan dan hendaklah
anda menyendiri dan berhias dengan munajat kepada Tuhanmu, berzikir dan berdoa kepada-Nya.
7. Mensensitifkan hati
Cermatilah senantiasa niatmu karena niat seseorang lebih baik daripada amalnya, maka introspeksilah.
Janganlah kamu tinggalkan satu pintu dari kebaikan kecuali kamu mengetuknya, sesungguhnya variatif
didalam amal-amal ketaatan adalah obat dari kejenuhan seseorang.
11. Ingatlah bahwa ini adalah zaman berkompetisi maka janganlah engkau ridho dengan kegagalan. Salah
seorang dari mereka mengatakan,”…. Orang-orang telah sukses dengan ampunan, rahmat, pembebasan,
pelipatgandaan amal-amal mereka dan mengharapkan surga sedangkan engkau tetap di tempatmu
dengan terbelenggu oleh berbagai kesalahan.” Tidak dan tidak mungkin engkau rela, karena itu
bersungguh-sungguhlah selalu dengan izin Allah.
Jika kamu kehilangan sesuatu maka bangunlah dan berusahalah barangkali kamu akan mendapati
penggantinya. Sesungguhnya Dia swt menahan pemberian bagi orang buruk sangka terhadap Allah swt.
seandainya kamu berbaik sangka terhadap Allah maka amalmu akan semakin baik karena kamu akan
mencintai-Nya dengan kecintaan yang dalam. Wahai Allah kami meminta cinta-Mu dan cinta orang-orang
yang mencintai-Mu serta cinta setiap amal perbuatan yang mendekatkan kami ke surgamu.”
13. Jadikan ibadahmu dalam keadaan sepi yang tidak dilihat kecuali oleh Allah sesungguhnya hal itu
dapat mengantarkannya menuju ikhlas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Shalat sunnah
seseorang yang tidak dilihat orang lain sama dengan shalat yang disaksikan orang lain dua puluh lima
(kali).”
Wallahu A’lam