Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Harry Utoyo
Pusat Survey Geologi
Jl. Diponegoro 57 Bandung 40122
E mail: harryutoyo@yahoo.com
SARI
Bijih besi yang terdapat di daerah Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ditemukan berupa bongkah-bongkah.
Bijih besi tersebut berasosiasi dengan intrusi granodiorit dan pegmatit granodiorit beserta kuarsa sebagai hasil dari
naiknya larutan magma yang mengandung bijih besi, kemudian diperkaya dengan naiknya larutan sisa magma
pembentuk granodiorit melalui rekahan-rekahan yang dikenal sebagai larutan hidrotermal. Endapan larutan sisa tersebut
kadang-kadang berupa agrerat pada zona kontak antara intrusi granodiorit dengan batugamping. Terdapatnya asosiasi
mineral garnet, kuarsa, serta mineral bijih magnetit serta hematit, mineralisasi di daerah penelitian diduga bertipe skarn.
Daerah prospek dijumpai di Dusun Tanjung dan bagian selatan daerah penelitian dengan luas 187,5 ha dengan
mineralisasi magnetit dan mempunyai kadar Fetotal = 61,98 %, serta di Dusun Pake (220,78 ha) terdapat di utara
didominasi mineralisasi hematit dengan Fetotal = 52,35 %.
Kata kunci: prospeksi bijih besi, granodiorit, pegmatit granodiorit, daerah prospek
ABSTRACT
J
The iron ore located at Bontocani, Bone Regency, South Sulawesi is found in the form of boulders. The iron ore is
associated with intrusions of granodiorite, pegmatite granodiorite and quartz as a result of moving up magmatic liquid
containing iron ore, then it is enriched by the magmatic liquid remains that form granodiorite known as hydrothermal
G
liquid through the cracks. Sometimes, the iron ore is an aggregate at the contact zone between granodiorite intrusive
and limestone. Mineral association occurred among garnet, quartz and ore mineral of magnetite and hematite, then
mineralization in the research area is assumed as skarn type.
Prospective area located at Tanjung village, in the south part of research area is 187.5 ha accompanied by magnetite
S
mineralization and the degree of Fetotal = 61,98 %, and at Pake village (220.78 ha) located at the north part and
dominated by hematite mineralization with Fetotal = 52,35 %.
TELUK TOLO
SULAWESI
berkembang di daerah penelitian adalah kelurusan,
SELAT MAKASA
SELATAN
Mamuju
sesar normal serta kekar.
SULAWESI
TENGGARA
Tektonik yang mengontrol daerah penelitian tidak
TELUK 4000’
BONE
KENDARI
terlepas dari tektonik regional Sulawesi umumnya,
SINJAI dimana Pulau Sulawesi merupakan pertemuan 3
MAKASSAR
lempeng (threeple junction) dari Lempeng Asia yang
0 200 Km
stabil, Lempeng Australia yang bergerak ke utara
6000’
KETERANGAN serta Lempeng Samudera Pasifik yang mendorong
Daerah penelitian kearah barat (Hamilton, 1979 dan Katili, 1975).
Batas Propinsi
Pertemuan ketiga lempeng tersebut mengakibatkan
timbulnya beberapa struktur geologi khususnya di
daerah penelitian, seperti adanya sesar, serta kekar-
J
penelitian.
Geologi regional daerah penelitian tidak terlepas dari
geologi daerah Sulawesi, secara umum merupakan Geomorfologi daerah penelitian merupakan daerah
bagian dari Benua Asia yang stabil (Hamilton 1979; perbukitan cukup tinggi, dengan ketinggian antara
S
Katili, 1975). Daerah ini juga merupakan bagian 50 meter hingga sekitar 658 meter di atas
selatan dari peta geologi lembar Pangkajene dan permukaan laut. Bukit-bukit (Bulu) tersebut
Watampone Bagian Barat, Sulawesi, dengan sekala memanjang dari barat daya-timur laut, di antaranya
1:250.000 (Sukamto,1982a). Sebagian lagi
yaitu: Bulu Patirolanceng (619 m), Bulu Lemo (658
M
04°56’
119°56’
120°3’45”
120°5’45”
120°1’45”
120°6’30”
Tmcv Tmcv
Tmcv Tmpw
Km
Gd
Temt
Tpv Gd Tpv
Tmc
04°59’45”
Tpv
Tpv
Km
Tpbv Gd Gd
I S
Tpv
Tpv 05°02’00”
Tpv
Tpv
05°03’00”
Tmcv
J
Tmcv
05°05’
Temt
Tpbv
G
Gd
O
N120 E
O
N125 E
Gd
Gd
400 km
S
0O
M
Bone
Makassar
5O S
Tpbv Qlv
Qlv
05°10’00”
Keterangan:
Qlv Batuan gunung api Lompobatang Km Batuan sedimen tipe flis Formasi Marada
Tmc Batuan sedimen laut Formasi Camba S Batuan malihan kontak
Tpbv Batuan gunung api Baturape-Cindako Gd Granodiorit
0
UTARA 7, 5 km
Gambar 2. Peta geologi daerah Bontocani Kabupaten Bone - Sulawesi Selatan (Sukamto, 1982b).
Bontocani dan di Sungai Patijong. Lava tersebut adalah kekar dan sesar yang diperkirakan erat
tampak diintrusi oleh batuan terobosan berupa kaitannya dengan proses tektonik di daerah Sulawesi
Selatan. Struktur geologi tersebut berarah hampir
andesit berstruktur meniang (columnar). Satuan
G
bagian dari Formasi Camba (Tmcv). Batuan breksi (tension joints) serta kekar kolom (columnar joints).
andesit dan breksi piroklastik umumnya menempati Sesar yang teramati adalah sesar mendatar, sesar
bagian tengah dan puncak perbukitan, sedangkan naik dan sesar normal. Sesar mendatar dan sesar
M
batuan piroklastik jenis tufa tampak menyebar di normal dijumpai di Sungai Patijong yang ditandai
bagian hulu Sungai Pantijong di bagian barat daerah oleh adanya zona hancuran atau breksiasi. Sesar
penelitian, membentuk bukit selebar 75 meter dan tersebut mempunyai arah timur laut - barat daya,
tinggi ± 45 meter. Komponen tufa berupa fragmen- sedangkan sesar normal dijumpai di bukit Pake
fragmen halus berukuran 3 mm - 2 cm, berkomposisi membentuk struktur graben dengan arah barat laut -
tenggara dan timur laut - barat daya.
andesitik-basaltik dengan penyemen berupa debu
gunung api dan kristal-kristal halus kuarsa, felspar,
horenblenda, piroksen, magnetit dan limonit. ENDAPAN BIJIH BESI
Satuan batugamping koral tersusun dari mineral- Endapan bijih besi yang terdapat di daerah penelitian
mineral kalsit dan sedikit fosil koral, tersebar di adalah jenis oksida, yaitu magnetit (Fe3O4) berwarna
bagian utara dan barat daerah penelitian. Satuan abu-abu dengan kilap logam, kemagnetan kuat-
batugamping koral tersebut secara regional termasuk sangat kuat dan hematit (Fe2O3) berwarna abu-abu
ke dalam Formasi Tonassa (Temt) yang menyebar terang hingga kemerahan, dengan kemagnetan
secara luas di wilayah Sulawesi Selatan. lemah-sedang. Bijih besi tersebut tersebar di
permukaan, lereng-lereng bukit serta di sungai
Batuan terobosan di daerah penelitian berupa batuan (seperti di Sungai Garuppa sepanjang kurang lebih 1
granodiorit (Gd) dengan komposisi terdiri atas km). Bijih besi tersebut berukuran bongkah-bongkah
kuarsa, K-felspar, Na-felspar, biotit, horenblenda dan bervolume ratusan meter kubik, bahkan ada yang
mineral tambahan magnetit dan ilmenit bertekstur kurang lebih 500 meter kubik seperti yang dijumpai
3 00
0
300
2 00
20
Salo Biru
300
A B
50 8 0 1 2 km
40
0
51 0 Cangahing
4 98
234
258 BATUAN VOLKANIK
546
4 36
348 Berukahu
200
GRANODIORIT
Bulu Pattirolanceng
Kampungbaru
0
60 67 9 BATUGAMPING
0
64 0 334
50
2 57
546 Bulu Sualle CEBAKAN BIJIH BESI
KECAMATAN KAHU 2 66
Ke Palatai
63 1
63 0
Pakke Patahan
Bulu Labokkang
2 96 Sa l
257
Titik ketinggian
638 187 oP
Y atio
M
ng i
62 0
300
Garis ketinggian
1’
Maccanre
60 9 Sungai
ro
Kekar meniang/berlembar
Ga
X
59 8
lo
lu k
Sa
bu
lo
Bu
lu 40
0
Urat kuarsa
Sa 30
4 57 0
Urat bijih/pegmatit
G
0 D Marara Bulu Camillong
60
C
500
6 83 Daerah penelitian
6 30 a 300
Bi l Tanjung S. Galogo S. Bulubuluk
Bulu Tinjong lo
Sa
400
J
300
700
O O
N120 E N125 E 200
KECAMATAN BONTOCANI
Kahu
0
30
80
100
0
70
59 0
0
7 00
40
0
704
3’
F E
Geo-Resources
70
900
0
0 Bulu Hatu
70
Bone
8 00
80
60 767
Lappalompo
90
0
0
Makassar
Ulubila 81 2 O
5S
10
0
11
00
40
60
300
50 0
0
1105
0
Bulu Maroangin Pattiro
ke Bontojae
Gambar 3. Peta geologi dan sebaran bijih besi daerah Tanjung dan Pake, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
314
Geo-Resources
Analisis Geokimia sebagian menyebar sebagai masadasar. KH-77
Analisis geokimia dilakukan untuk mengetahui adalah pegmatit granodiorit, dimana mineral utama
kandungan kadar besi (Fe-total) yang terdapat di penyusun batuan ini adalah ortoklas berukuran
daerah Tanjung dan Pake. Perhitungan Fe-total kasar, yaitu antara 0,5 - 6,25 mm dan mineral bijih
dengan menggunakan rumus yaitu: Fe total = 0,699 terdapat berkelompok, hitam, opak, dengan ukuran
x (% Fe2O3). Sebanyak 10 percontoh magnetit yang 0,1 - 1,0 mm, jumlah banyak dan tersebar merata.
mewakili di daerah Tanjung telah diseleksi untuk Pegmatit granodiorit (KH-77) diperkirakan terbentuk
analisis geokimia, hasilnya menunjukkan kandungan dari larutan magma akhir yang bersifat asam
besi total cukup tinggi, yaitu berkisar antara 48,52 (granitik) yang kaya akan unsur logam (magnetit).
hingga 67,89%. Hasil penghitungan statistik dengan
populasi 10 percontoh didapatkan nilai rata-rata Analisis mineral bijih
61,98%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Analisis mineral bijih dilakukan terhadap 2 percontoh
tabel 1. terseleksi yaitu KH-62 yaitu magnetit dan hematit
Hasilnya terdapat perbedaan antara daerah Tanjung yang berlokasi di Bukit Latonro, dan KH-74 yaitu
dengan Pake. Di daerah Tanjung dari pengukuran 10 magnetit dan pirit dalam urat kuarsa, berlokasi di
percontoh menunjukkan nilai rata-rata Fe-total = Bukit Kaca. Analisis bertujuan untuk mengetahui
61,98% dengan standar deviasi 6,39. Sedangkan di komposisi mineral bijih yang terdapat dalam
daerah Pake dari 18 percontoh menunjukkan hasil percontoh tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa
rata-rata Fe-total = 52,35%, dengan standar deviasi percontoh KH-62 mempunyai komposisi mineral
J
piroksen), dan KH-77 (pegmatit granodiorit). menggantikan magnetit dan tersebar tidak merata.
Tujuannya di samping untuk mengetahui penamaan
batuan, juga untuk mengetahui tekstur, komposisi DAERAH PROSPEK
M
ini mempunyai luas 220,78 ha (diasumsikan n Daerah Bontocani, Kabupaten Bone mempunyai
berbentuk elips) dan ketebalan antara 1,5 hingga potensi kandungan cebakan bijih besi dengan
26 meter. sehingga diperkirakan mempunyai kualitas baik-sangat baik, jenis magnetit (Fe3O4)
potensi sumberdaya cukup besar (Tabel 4). dan hematite (Fe2O3), dengan ketebalan
beberapa meter hingga 26 meter dan
Tabel 4. Daerah Prospek Pake penyebaran cukup luas.
n Cebakan bijih besi di daerah Bontocani adalah
tipe skarn, terdapat di daerah zona kontak antara
batuan granodiorit dengan batugamping Formasi
Tonassa
MINERALISASI n Cebakan bijih besi di Bontocani dapat dibagi
menjadi dua daerah prospek; yaitu Prospek
Mineralisasi
Tanjung dan Prospek Pake. Dengan luas
Mineralisasi di daerah Bontocani penelitian penyebaran yaitu 187,5 ha di Tanjung dan 220
ditemukan berupa bongkah-bongkah bijih besi ha di Pake.
magnetit dan hematit yang berasosiasi dengan intrusi
granodiorit dan pegmatit granodiorit serta dengan
ACUAN
Corbett, G.J. & T.M. Leach, 1995. S.W. Pacific Rim Au/Cu Systems: Structure, Alteration and Mineralization,
Short Course number 17, 6-7 April, Mineral Deposit Research Unit, Vancouver, Canada, 150 p.
Hamilton, W., 1979. Tectonic of The Indonesian Region; United State Government Office, Washington, 345 p.
Katili, J.A. 1975. Evolution of the Southeast Asian arc complex. J.Indon. Assoc. Geol. 21: 327-343.
Katili, J.A, 1980. Geology. Departemen Research Nasional, Jakarta, Bab XI hal 84-87 (855 hal).
J
Sukamto, Rab., 1975. Peta geologi Indonesia, Lembar Ujung Pandang, sekala 1:1.000.000. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Bandung.
Sukamto Rab, 1982a. Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi sekala
G
William, H, Turner F.J and Gilbert C.M, (1954). Petrography. An Introduction to the Study of Rocks in thin
Sections. W.H Freeman and Co, San Fransisco.
M