Sunteți pe pagina 1din 7

ANALISIS KUANTITAS DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA PETUGAS

RADIOLOGI DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM)


MAKASSAR

Suciyani1, Nurlia Naim2, Zulfian Armah3


1
Jurusan D.IV Analis Kesehatan Politeknik kesehatan Makassar
2Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar

ABSTRAK

The Radiology Officer is one of the groups that has a risk to the danger of radiation exposure and it caused of
the healthy in the certain level. Then, it could cause the Chronis disease until with the death. The effect of
Chronis could appear in years later. Indicator of Hematopoietic commonly used as radiation exposure. It was
differential count leukocyte, lymphocyte, absolute count, neutrophil, platelet and erythrocyte. The disturbance of
hematopoitic system is caused radiation exposure that the effecting of the amount erythrocytes decreased as
sensitivity and the life expectancy, which was the lymphocyte reacted firstly. It is followed by granulocyte,
thrombocyte, and erythrocyte. The aim of this research is to know the quantity and differential count leukocyte
with radiology officer. The kind of this research was descriptive research through quantity and differential count
leukocyte with the radiology officer. There were 7 samples on 24 of February 2017 until 4 March 2017 in Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. The quantity of the research with the radiology office in BBMK
Makassar was 85,71% normally and it increased (14,29%) while the differential count leukocyte was 100%
basofil in the amount of normal, 42,86% eosinophil increased, 14,29% neutrophil decreased, 14,29%
lymphocyte increased, 14,29% monocyte decreased and 14,29% monosit increased. It should be more
increased the effecting of dangerous radiation and the using of personal protective equipments should be
increased based on the regulation of Bapeten number 8 at 2011 and radiology officer should be more attention
to the nutritional and their healthy.

Keywords: Quantity of Leukocyte, Differential Count Leukocyte, The Radiology Officer

Latar Belakang Masalah terhadap bahaya paparan radiasi serta


Manusia dalam kehidupannya tidak dampaknya pada kesehatan yang pada
akan pernah bisa lepas dari paparan tingkat tertentu dapat menyebabkan
radiasi baik secara eksternal maupun penyakit kronis sampai dengan
internal. Paparan radiasi eksternal kematian. Efek kronis dari radiasi dapat
adalah paparan yang berasal dari timbul beberapa tahun kemudian. Misal
sumber radiasi yang ada di luar tubuh kanker kulit atau kanker darah
dan terdapat jarak antara sumber radiasi (leukemia) timbul setelah 10-20 tahun
dengan tubuh. Sedangkan paparan kemudian akibat suatu occupational
radiasi internal terjadi bila sumber expoisure (pekerja penyinaran) (Hani
radiasi berada dalam tubuh dan juga A.R, 2010).
berada atau menempel pada Kelainan biologik yang diakibatkan
permukaan luar tubuh. Berarti tidak ada oleh sinar rontgen adalah berupa
jarak antara sumber radiasi dengan kerusakan pada sel-sel hidup yang
tubuh yang disebut sebagai kontaminasi dalam tingkat dininya hanya sekedar
(Alatas Z. dkk, 2000). perubahan perubahan warna sampai
Petugas radiologi merupakan salah penghitaman kulit bahkan sampai
satu kelompok yang mempunyai resiko merontokkan rambut (Rasad S, 2015).
Setiap jaringan mempunyai sifat sel penyusunnya. Dengan
kepekaan terhadap radiasi yang demikian, jaringan yang sel-selnya aktif
berbeda-beda. Tingkat kepekaan suatu membelah mempunyai kepekaan yang
jaringan terhadap radiasi ini disebut relatif tinggi terhadap radiasi. Termasuk
radiosensitivitas. Dari hasil penelitian dalam golongan ini adalah sel-sel darah
diketahui bahwa radiosensitivitas suatu putih, sel-sel pembentuk darah dalam
jaringan berbanding terbalik dengan sumsum merah, sel-sel epitel kulit dan
derajat differensiasi dan berbanding selaput lendir serta sel-sel pembentuk
lurus dengan kapasitas reproduksi. sperma dan telur. Sedangkan yang
Radiosensitivitas organ tertentu di termasuk golongan sel dengan
dalam tubuh manusia bergantung pada radiosensitivitas rendah adalah sel-sel

59
pembentuk jaringan otot, sel pembentuk radiasi adalah hitung jenis leukosit,
tulang dan sel pembentuk jaringan hitung limfosit absolut, neutrofil, platelet
saraf. dan sel darah merah. Gangguan sistem
Sumsum tulang adalah organ hematopoitik karena paparan radiasi
sasaran dari sistem pembentukan darah mengakibatkan sejumlah sel darah
karena paparan radiasi dosis tinggi akan menurun sesuai dengan sensitivitas dan
mengakibatkan kematian dalam waktu angka harapan hidup, dimana limfosit
beberapa minggu. Dosis sekitar 0.5 yang pertama bereaksi, diikuti
Gray pada sumsum tulang sudah dapat granulosit, trombosit dan terakhir
menyebabkan penekanan proses eritositnya (Lusiyanti, 2007).
pembentukan sel-sel darah. Jumlah sel Balai paru merupakan pusat
limfosit menurun dalam waktu beberapa pelayanan kesehatan paru rujukan
jam pasca paparan radiasi, sedangkan spesialistik dan sub spesialistik,
jumlah granulosit dan trombosit juga sehingga memungkinkan banyak pasien
menurun tetapi dalam waktu yang lebih tuberkulosis. Dalam hal ini tentu
lama, beberapa hari atau minggu. membuat intensitas kerja petugas
Sementara penurunan jumlah eritrosit radiologi meningkat, sehingga resiko
terjadi lebih lambat beberapa minggu terpapar sinar-x lebih besar. Merujuk
kemudian. Penurunan jumlah absolut dari hal tersebut penulis tertarik untuk
sel limfosit dapat digunakan untuk melakukan studi terkait Kuantitas dan
memperkirakan tingkat keparahan yang Hitung Jenis Leukosit pada Petugas
mungkin diderita seseorang akibat Radiologi di Balai Besar Paru
paparan radiasi (Pusdiklat Batan, 2007). Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
Indikator hematopoetik yang umum Makassar.
digunakan sebagai indikasi paparan
Kesehatan Paru Masyarakat
Tujuan Penelitian Makassar.
1. Tujuan Umum 2. Waktu Penelitian
Untuk mengetahui kuantitas dan Penelitian dilaksanakan 24
hitung jenis leukosit pada petugas Februari 2017 sampai tanggal 04
radiologi. Maret 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menentukan kuantitas Populasi dan Sampel
leukosit pada petugas radiologi. 1. Populasi penelitian
b. Untuk menentukan hitung jenis Populasi dari penelitian ini adalah
leukosit pada petugas radiologi. petugas yang bekerja di radiologi
Balai Besar Kesehatan Paru
Metode Penelitian Masyarakat Makassar
Jenis Penelitian 2. Sampel penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Sampel dari penelitian ini adalah
deskriptif dengan melihat gambaran beberapa petugas yang bekerja di
kuantitas dan hitung jenis leukosit pada laboratorium radiologi Balai Besar
Petugas Radiologi di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar sebanyak 7 sampel.
Makassar.

Lokasi dan waktu penelitian Teknik Pengambilan Sampel


1. Lokasi Penelitian Teknik pengambilan sampel penelitian
a. Lokasi pengambilan sampel ini menggunakan teknik purposive
penelitian di laboratorium sampling atau sesuai kriteria yang
radiologi Balai Besar ditentukan yaitu : (1) Kriteria inklusi
Kesehatan Paru Masyarakat pada penelitian ini yaitu petugas
Makassar. radiologi yang berusia 18 - 60 tahun,
b. Lokasi pemeriksaan sampel di tidak dimasa menstruasi (Wanita) dan
Laboratorium Balai Besar bersersedia menjadi subjek penelitian.

60
(2) Kriteria eksklusi dalam penelitian ini n : Jumlah Sampel
yaitu petugas radiologi yang berusia di Keseluruhan
bawah 17 tahun dan diatas 60 tahun,
mempunyai infeksi lain, menyusui, pada HASIL PENELITIAN
masa menstruasi (Wanita) serta tidak Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24
bersedia menjadi subjek penelitian. Februari sampai dengan 04 Maret 2017
di Balai Besar Kesehatan Paru
Teknik Pengumpulan Data Masyarakat (BBKPM) Makassar dengan
1. Hitung Jenis Leukosit metode jumlah sampel sebanyak 7 sampel.
Romanowsky Berdasarkan pemeriksaan 7
2. Kuantitas Leukosit metode sampeldarah vena dari 7 subyek
Impedans penelitian, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Analisa dan pengolahan data Tabel 4.1 Hasil Penelitian Kuantitas dan
Data hasil pemeriksaan dianalisis Hitung Jenis
secara deskriptif dengan melihat pada Petugas Radiologi di Balai
gambaran kuantitas dan hitung jenis Besar Kesehatan
leukosit yang disajikan dalam bentuk Paru Masyarakat (BBKPM)
tabel dan berdasarkan persentase agar Makassar.
dapat diketahui bagaimana gambaran
hasil kuantitas dan hitung jenis leukosit KUANTITAS Hitung Jenis Leukosit
Kode
terhadap petugas radiologi. No Jumlah
Leukosit
Granulosit Agranulosit
Neutrof
Data yang diperoleh di sajikan mm3/µl il
Eosinofil Basofil Monosit Limfosit

dalam bentuk deskriptif berdasarkan 1. A 3.880 66.9 % 4.0 % 0.4 % 3.1 % 25.6%

persentasi dengan menggunakan rumus 2. B 8.000 65.2 % 3.9 % 0.2 % 3.4 % 27.3 %

sbb: 3. C 8.190 51.8 % 7.3 % 0.7 % 5.6 % 34.6 %


𝑡
%= 𝑥 100%
𝑛 4. D 7.950 63.6 % 2.7 % 0.2 % 3.6 % 29.9 %

5. E 6.670 51.5 % 8.9 % 0.1 % 1.8 % 37.7 %


Keterangan : 6. F 5.610 43.0 % 1.0 % 0.5 % 9.0 % 46.5 %
% : Hasil penelitian
7. G 5.950 60.4 % 2.6 % 0.2 % 5.2 % 31.6 %
t : Jumlah Sampel Normal,
Meningkat, Menurun (Sumber : Data Primer 2017)

Berdasarkan pada tabel diatas dapat Leukosit


Meningkat Normal Rendah Nilai
dibuat persentase terhadap jenis (%) (%) (%) Normal
leukosit pada 7 sampel yang diperiksa 4000-
Jumlah
0% 85.71% 14.29% 10.000
dengan menggunakan rumus %= t/n x Leukosit
mm3/µl
100% Hitung Jenis Leukosit
Keterangan ; Basofil 0% 100% 0% 0-3%
t = Jumlah sampel meningkat, Eosinofil 42.86% 57.14% 0% 1-3 %
normal, menurun
n = Jumlah sampel keseluruhan Neutrofil 0% 85.71% 14.29% 50-70%
dengan menggunakan rumus Limfosit 14.29% 85.71% 0% 20-40%
persentase diatas, dapat diperoleh hasil Monosit 14.29% 71.42% 14.29% 2-8%
sebagai berikut : (Sumber : Data Primer 2017)
Tabel 4.2 Presentasi Hasil Penelitian PEMBAHASAN
Kuantitas dan Hitung Petugas Radiologi yang ada di
Jenis Leukosit pada Petugas Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Radiologi di Balai (BBKPM) Makassar berlatar belakang
Besar Kesehatan Paru Masyarakat
PNS dan sudah memiliki SIKR. Usia
(BBKPM) Makassar.
pekerja antara 31 sampai dengan 49
tahun sudah sesuai dengan PPRI
(Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia) No.63 Tahun 2000 pekerja

61
radiasi serendah-rendahnya berusia 18 mengkuraungi rasa nyeri. Sifat anti
tahun. piretiknya disebabkan olah gugus
Sebelum dilakukan pengambilan amino benzen dan menkanismenya
darah, subjek diberi penjelasan berdasarkan efek sentral.
mengenai maksud dan tujuan Parasetomol memberikan efek
pemeriksaan dan mengisi lembar penurunan jumlah leukosit hal ini
kuisioner untuk memudahkan peneliti dapat memepengaruhi hasil
dan formulir pesetujuan sebagai tanda terhadap penurunan jumlah leukosit
penerimaan subjek. pada pasien.
Petugas Radiologi yang diambil
darahnya sebanyak 7 orang. Kemudian 2. Hitung Jenis Leukosit
dilakukan pegambilan sampel darah a. Basofil
vena, kemudian dilakukan pemeriksaan Basofil adalah jenis leukosit
Hematology Analyzer Mindray BC-3500. yang paling sedikit jumlahnya.
Kemudian dibuat apusan darah sebagai Granla pada basofil mengandung
uji konfirmasi jika terjadi hasil yang heparin (antikoagulan), histamine,
meragukan untuk memastikan jika hasil dan substansi anafilaksis. Basofil
yang di keluarkan alat adalah positif berperan dalam reaksi
sejati. Setelah itu dilakukan pewarnaan hipersensitivitas yang berhubungan
sediaan apusan dengan menggunakan dengan imunoglobulinE (IgE)
pewarnaan wright. (Kiswari R, 2014).
Berdasarkan hasil pemeriksaan Berdasarkan hasil
jenis leukosit terhadap petugas radiologi penelitian jumlah basofil yang
terdapat jumlah leukosit dan hitung jenis normal sebanyak 7 sampel
leukosit yang mengalami peningkatan (100%).
maupun penurunan dari nilai normal b. Eosinofil
dapat diketahui sebagai berikut: Fungsi utama eosinofil adalah
pertahanan melawan parasit, respon
1. Kuantitas Leukosit alergi dalam mengeluarkan fibrin
Fungsi utama leukosit adalah yang terbentuk selama peradangan.
sistem pertahanan imun tubuh untuk Peningkatan jumlah eosinofil biasa
menahan atau menyingirkan benda disebabkan karena sesudah
asing yang berpotensi merugikan. penyinaran (paparan radiasi), dan
Radiasi tubuh dengan sinar-x atau penyakit kulit (Kiswari R, 2014).
setelah terpapar dengan obat- Berdasarkan hasil penelitian
obatan dan bahan kimia yang jumlah eosinofil yang normal
mengandung inti benzene. sebanyak 4 (57.14%) sampel.
Beberapa obat umum seperti Peningkatan eosinofil sebanyak 3
kloramfenikol (antibiotik), tiourasil sampel (42.86%) belum tentu
(pengobatan tirotokosis) dan disebabkan karena akibat paparan
berbagai macam obat hipnotik radiasi di lihat dari keadaan
barbiturate, Analgesik dalam limfositnya yang normal, akan tetapi
keadaan yang sangat jarang dapat diakibatkan beberapa faktor yang
menimbulkan leucopenia (Sherwood bisa menyebabkan peningkatan
L, 2012). kadar eosinofil dalam darah adalah
Berdasarkan hasil penelitian penyakit alergi (asma, hayfever,
yang diperoleh hitung jumlah reaksi obat, vaskulitis alergika,
leukosit normal sebanyak 6 sampel serum sickness), infeksi parasite
(85.71%) . Penurunan jumlah (trikinosis, ekinokokus, cacing kait,
leukosit sebanyak 1 sampel skistosomiassis, amebiasis),
(14.29%) yaitu 3.888 mm3. penyakit kulit (beberapa psoriasis,
Berdasarkan kondisi pasien pada akzema, pemphigus,dermatis
saat itu mengalami rasa pusing herpetiformis, sindrom
(migren) dan mengkonsumsi obat- hipereosinofilil (eosinophilia
obatan yaitu parasetamol untuk sistematik disertai infiltrasi paru dan

62
kadang-kadang gangguan neutrofil yang normal sebanyak 6
kardiovaskular), penyakit neoplastic sampel (85.71%). Penurunan jumlah
(penyakit hodkin, metastasis eksten neutofil sebanyak 1 sampel
sifat aunekrosis tumor padat). (14.29%) pada umum terjadinya
c. Monosit infeksi pada daerah mukosa, mulut,
Fungsi utama monosit adalah kelamin peritektal, saluran
memproses dan mempersentasikan pernafasan dan saluran pencernaan
antigen. Berdasarkan hasil serta dapat terjadi bacteremia.
penelitian jumlah monosit yang Organisme yang paling umum
normal sebanyak 5 sampel adalah Staphylococcus aureus dan
(71.42%) . Penurunan jumlah jika menderita neutropenia yang
monosit dalam darah terjadi sebagai berkepanjagan dapat berkembang
respon terhadap adanya toksik di menjadi menderita infeksi jamur
dalam darah atau sebagai reaksi terutama spesies Candida dan
dari kemotrapi atau obat Aspergillus.
kortikoteroid (anti inflamasi) yang e. Limfosit
menekan imunitas tubuh. Fungsi utama limfosit untuk
Penurunan jumlah monosit mengenali dan menghilangkan
sebanyak 1 sampel (14.29%) ancaman bagi tubuh. Terdapat dua
berdasarkan kondisi pasien sering jenis limfosit, limfosit B dan limfosit
mengalami alergi terhadap debu T . Limfosit B menghasilkan
dan memiliki riwayat penyakit antibody, yang beredar dalam darah
sinusitis serta menkonsumsi obat- dan bertanggung jawab dalam
obatan seperti prednisone, asam imunitas humoral, atau yang
mefenamat dan cetrizines. Jenis diperantarai oleh antibodi. Suatu
obat yang sering di konsumsi pasien antibodi berikatan dengan benda
adalah prednisone obat yang asing spesifik, misalnya bakteri
digunakan untuk kondisi seperti (yang memicu produksi antibodi),
gangguan pernafasan, gangguan dan menandainya untuk
darah,dan alergi seperti rhinitis dihancurkan sel. Limfosit T tidak
alergi. Rhinitis alergi adalah memproduksi antibodi, sel ini secara
inflamasi yang terjadi pada hidung langsung menghancurkan sel
akibat reaksi alergi. Gejala awal dari sasaran spesifiknya dengan
sinusitis adalah rhinitis alergi yang mengeluarkan beragam zat kimia
berkepanjagan dimana lendir dapat yang melubangi sel korban, suatu
menumpuk pada rongga sinus proses yang dinamai imunitas
sehingga bisa menyebabkan infeksi. seluler. Sel sasaran sel T mencakup
Peningkatan monosit sebanyak sel tubuh yang dimasuki oleh virus
1 sampel (14.29%) biasanya terjadi dan sel kanker.
karena infeksi (tuberculosis, Hasil penelitian jumlah limfosit
hepatitis, sifilis), penyakit yang normal sebanyak 6 sampel
granulosiosa (sarkoid,colitis (85.71%). Peningkatan limfosit
ulserativa, enteritis regionsl), sebanyak 1 sampel (14.29%) dapat
limfoma dan gangguan disebabkan karena infeksi akut
mieloproliferatif. Dilihat dari misalnya batuk rejan dan
lingkungannya Balai Besar Mononukleosis, dan infeksi bakteri
Kesahatan Paru Masyarakat menahun.
(BBKPM) Makassar adalah pusat Dalam kasus ini penting
pemeriksaan tuberkulosis. membedakan antara limfositosis
d. Neutrofil absolut, yang merupakan
Fungsi utama neutrofil adalah peningkatan jumlah limfosit, dan
pertahankan tubuh terhadap infeksi limfosit relatif, yang merupakan
bakteri serta berperang penting peningkatan persentasi limfosit
dalam proses peradangan . karena neutropenia, tanpa
Berdasarkan hasil penelitian jumlah peningkatan absolute jumlah limfosit

63
keadaan ini dapat dijumpai pada dipengaruhi oleh beberapa faktor
aktivitas fisik, menstruasi, anestesi. antara lain jumlah radiasi yang
Setiap jaringan mempunyai mengenai dan daerah atau bagian
kepekaan terhadap radiasi yang yang terpapar radiasi, dimana
berbeda-beda. Tingkat kepekaan berkaitan dengan sensitivitas
suatu jaringan terhadap radiasi ini jaringan tubuh. Kaitannya dengan
disebut radiosensitivitas. Dari hasil radiasi yang mengenai tubuh sangat
penelitian diketahui bahwa berhubungan dengan sistem
radiosensitivitas suatu jaringan proteksi dari ruang pemeriksaannya.
berbanding terbalik dengan derajat
differensiasi dan berbanding lurus Kesimpulan
dengan kapasitas reproduksi. Berdasarkan penelitian yang telah
Radiosensitivitas organ tertentu di dilakukan pada tanggal 24 Februari
dalam tubuh manusia bergantung sampai dengan 04 Maret 2017 di Balai
pada sifat sel penyusunnya. Dengan Besar Kesehatan Paru Masyarakat
demikian, jaringan yang sel-selnya (BBKPM) Makassar dapat disimpulkan
aktif membelah mempunyai bahwa :
kepekaan yang relatif tinggi 1. Kuantitas leukosit (Hitung Jumlah
terhadap radiasi. Termasuk dalam Leukosit ) pada petugas radiologi di
golongan ini adalah sel-sel darah Balai Besar Paru Kesehatan Paru
putih, sel-sel pembentuk darah Masyarakat (BBKPM) Makassar
dalam sumsum merah, sel-sel epitel 85.71% dalam jumlah normal dan
kulit dan selaput jaringan saraf. 14.29% mengalami peningkatan.
Jumlah sel limfosit menurun dalam 2. Hitung jenis leukosit pada petugas
waktu beberapa jam pasca paparan radiologi di Balai Besar Paru
radiasi, sedangkan jumlah granulosit Kesehatan Paru Masyarakat
dan trombosit juga menurun tetapi (BBKPM) Makassar menunjukkan
dalam waktu yang lebih lama, 100% basofil dalam keadaan
beberapa hari atau minggu. normal, 42.86% eosinofil
Sementara penurunan jumlah meningkat, 14.29% neutrofil
eritrosit terjadi lebih lambat menurun, 14.29% limfosit
beberapa minggu kemudian. meningkat, 14.29% monosit
Penurunan jumlah absolut sel menurun dan 14.29% monosit
limfosit dapat digunakan untuk meningkat.
memperkirakan tingkat keparahan
yang mungkin diderita seseorang
akibat paparan radiasi (Pusdiklat DAFTAR PUSTAKA
Batan, 2007).
Faktor lain yang dapat Adiwardojo, Ruslan, Parmanto, M.E,
mempengaruhi jumlah leukosit dan 2010. Fakta Seputar Radiasi.
hitung jenis leukosit antara lain: Jakarta: BATAN
penyakit, zat-zat kimia,
toksis,asupan makanan dan lain- Akhadi M, 2000. Dasar-Dasar Proteksi
lain, selain itu kontak pekerja radiasi Radiasi. Cet.1. Jakarta : PT
yang sebagian besar lamanya 5-8 Rineka Cipta
jam sangat mendukung untuk
terjadinya perubahan jumlah dan Alatas Z, dkk, 2000. Buku Pintar Nuklir.
hitung jenis leukosit karena semakin Jakarta : BAPETEN
lama kontak semakin banyak radiasi
yang mengenai pekerja sehingga Anonim, 2013. XP-Series Quick
kemungkinan resiko yang timbul Reference.PT Sysmex Indonesia
semakin besar. Sehingga radiasi
bukan satu-satunya penyebab Bakta IM, 2013. Hematologi Klinik
perubahan jumlah leukosit yang Ringkas. Jakarta : Penerbit Buku
diterima oleh pekerja radiasi Kedokteran EGC.

64
Freund M, 2012. Atlas Hematologi. John R, 2007. Kesehatan dan
Jakarta: EGC. Keselamatan Kerja. Edisi 3.
Jakarta: Erlangga
Gandasoebrata , 2011. Penuntun
Laboratorium Klinik. Cet.15. Kiswari R, 2014. Hematologi dan
Jakarta : Dian Rakyat Transfusi. Semarang : Penerbit
Erlangga
Hall E.J dan Guyton C.A, 2008. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Lusiyanti Y, 2007. Penerapan Efek
11. Jakarta : Penerbit Buku Interaksi Radiasi dengan Sistem
Kedokteran EGC Biologi sebagai Dosimeter Biologi.
Pusat Teknologi Keselamatan
Hani A.R, 2010. Teori dan Aplikasi dan Metrologi Radiasi. Jakarta:
Fisika Kesehatan. Cet.1. BATAN
Yogyakarta : Penerbit Nuha
Medika Maskoeri J, 2008. Ilmu Alamiah Dasar.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Hoffbrand V.A dan Moss H.A.P, 2005. Persada
Kapita Selekta Hematologi. Edisi Mindray, 2010. Mindray Bio.medical
4. Jakarta : Penerbit Buku Electronik co.Ltd
Kedokteran EGC Naim N, Widarti, Hurustiaty, 2012.
Penuntun Hematologi. Makassar

Pusdiklat Batan, 2007. Petugas Proteksi Jakarta : Penerbit Buku


Radiasi. Radiodiagnostik. Pusat Kedokteran EGC
Pendidikan dan Pelatihan Badan
Tenaga Nuklir Nasional Sudiono H, Iskandar, Edward H, Halim
L.S, dan Kosasih R, 2014.
Pusdiklat Batan, 2008. Petugas Proteksi Penuntun Patologi Klinik
Radiasi. Radiodiagnostik. Pusat Hematologi. Cetakan ke 4.
Pendidikan dan Pelatihan Badan Jakarta : Bagian Patologi Klinik
Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kedokteran UKRIDA

Rasad S, 2015. Radiologi Diagnostik. Syaifuddin H, 2011. Anatomi Fisiologi :


Edisi Kedua. Cetakan ke 9. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Jakarta : Badan Penerbit FKUI untuk Keperawatan & Kebidanan.
Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku
Rashidi H.H dan Nguyen J.C, 2013. An Kedokteran EGC
Online Textbook & Atlas of
Hematology. Diakses pada 01 Umar B, 2016. Penuntun Praktik Klinik
Agustus, dari Laboratorium kesehatan untuk
http://www.hematologyoutlines.co Mahasiswa Teknologi
m/atlas.html Laboratorium Medik. Makassar.

Sacher A.R dan McPherson A.R, 2012. Widarti, 2014. Bahan Ajar Hematologi I.
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Jurusan Analis Kesehatan.
Laboratorium. Edisi 11. Jakarta : Politeknik Kesehatan Makassar.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sadikin M. 2013. Biokimia Darah.


Jakarta : Penerbit Widya Medika

Sherwood L, 2012. Fisiologi Manusia


dari Sel ke Sistem. Edisi 6.

65

S-ar putea să vă placă și