Sunteți pe pagina 1din 6

PRODUKSI ENZIM LAKASE OLEH JAMUR Trichoderma asperellum LBKURCC1

DALAM BIOREACTOR TRAY MENGGUNAKAN VARIASI UKURAN SUBSTRAT


JERAMI PADI DAN INDUSER CuSO4 PADA FERMENTASI KULTUR PADAT

Gustina1), Sri Helianty2), Andi Dahliaty3)


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia S1, 2Dosen Teknik Kimia, 3Dosen FMIPA Kimia
Laboratorium Riset Enzim, Fermentasi dan Biomolekuler
Program Studi Teknik Kimia S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Simpang Baru, Panam,
Pekanbaru 28293
E-mail: gustina3577@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Laccase is one of the ligninolityc enzymes that capable to degrade lignin. This ability can be
used for the pretreatment of lignocellulosic materials in the bioethanol production and lignin
degradation in pulp. There are diverse sources of laccase producing like fungi, plants and
bacteria. In this research, the production of lacase enzyme using Trichoderma asperellum
LBKURCC1 with bioreactor tray using solid state fermentation (SSF) method with rice straw
substrate. The purpose of this study was to determine the effect of rice straw size and the
addition of CuSO4 concentration to the highest production of lacase enzyme by Trichoderma
asperellum LBKURCC1. Fermentation is carried out with variation of time 5, 6, 7, 8, 9 and
10 days with fermentation temperature ± 30ºC, substrate size ± 0.5 cm, 1.5 cm, and 3.0 cm
with substrate thickness at tray ie 3 cm acetate buffer solution pH 5,5 and addition of CuSO4
0.5 g/l. Variations for the addition of CuSO4 concentration 0 g/l, 0.50 g/l and 1 g/l with
substrate thickness on tray were 3 cm, size of rice straw 0.5 cm and acetate buffer solution
pH 5.5. Small size can provide the highest value and the added concentration of CuSO4 given
can increase the activity of the resulting lacase enzyme. However, too high CuSO4
concentrations result in decreased lacase enzyme activity. The results showed that the highest
lacase enzyme activity was obtained on the size of rice straw ie 0.5 cm and 7 days of
fermentation time with an average of 19.27 U/L and the highest lacase enzyme activity was
obtained on CuSO4 0.50 g/l and fermentation time 7 day with an average of 19.27 U/L.

Keywords: Inducer, Laccase, Rice straw, Solid state fermentation, Trichoderma asperellum.

1. PENDAHULUAN kemandirian dalam memproduksi enzim


Kebutuhan Enzim di Indonesia 99% nasional [Kemenristekdikti, 2017].
untuk industri masih diimpor dari luar Lakase adalah enzim yang memiliki
negeri seperti Cina, India, Jepang dan potensi besar di bidang bioteknologi dan
sebagian dari Eropa. Kebutuhan enzim di pasar Internasional. Enzim ini diaplikasikan
Indonesia pada tahun 2017 sebesar 2500 dalam beberapa bidang industri seperti
ton dengan nilai impor 200 milyar dan nilai delignifikasi pulp, penyisihan warna
ini diperkirakan terus mengalami limbah, detoksifikasi air limbah,
peningkatan setiap tahunnya. Suatu nilai detoksifikasi senyawa xenobiotik dan
yang cukup besar untuk mendorong upaya transformasi antibiotik dan steroid [Octavio

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1


dkk., 2006]. Potensi lakase yang begitu khusus untuk memproduksi enzim, protein
besar mengakibatkan lakase memiliki nilai sel tunggal, dan produksi spora [Durand,
ekonomis yang tinggi. 1988]. Untuk melihat parameter
Enzim lakase ditemukan pada berpengaruh perlu dilakukan dengan
tanaman tingkat tinggi, serangga, bakteri menggunakan bioreaktor yang memiliki
dan jamur. Salah satu jamur yang dapat karakteristik tertentu. Degradasi lignin
menghasilkan enzim lakase adalah jamur secara biologi harus memperhatikan
Trichoderma asperellum. Trichoderma kondisi kultur yang ekonomis terutama
asperellum merupakan salah satu agen penggunaan mikroorganisme yang effektif
pengendali hayati yang efektif dan dapat dalam memproduksi enzim lignoselulolitik
menghasilkan enzim lakase dengan dan ukuran partikel substrat [Wulandari
menggunakan residu tanaman sebagai dkk, 2014].
substrat [Waluyo, 2004]. Umumnya lakase
dalam beberapa literatur diisolasi dari 2. METODOLOGI PENELITIAN
jamur. Jamur Trichoderma asperellum 2.1 Bahan dan Alat
untuk menghasilkan enzim lakase Bahan-bahan yang digunakan dalam
memerlukan media fermentasi yang mampu penelitian ini adalah Guaiacol produksi
Sigma-Aldrich (No. katalog 90-05-1),
menyediakan sumber nutrisi yang cukup.
Lignin merupakan salah satu kultur jamur lokal Trichoderma asperellum
komponen penyusun utama biomassa yang yang merupakan koleksi Laboratorium
dapat berperan sebagai nutrisi untuk Riset Enzim, Fermentasi dan Biomolekuler
memproduksi lakase. Jerami padi sebagai FMIPA Universitas Riau. Kultur ini
dipelihara pada media Potato Dextroe Agar
bahan lignoselulosa, mengandung lignin
berkisar 10-25%, hemiselulosa 20-35%, (PDA) dengan penambahan asam sitrat
dan selulosa 35-50% [Saha, 2009]. dalam media. Bahan lignoselulosa sebagai
substrat yaitu jerami padi diperoleh dari
Indonesia sebagai negara agraris
merupakan penghasil jerami padi yang pertanian padi Kecamatan Bungaraya,
sangat besar sekitar 80 juta ton per tahun. Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Komposisi
Selama ini pemanfaatan jerami padi hanya untuk medium Kirk termodifikasi menurut
sebagai ternak, dan belum ada pemanfaatan Hanung dkk [2013] yang digunakan adalah
yang lebih ekonomis. Jerami padi telah dextrose, CuSO4, KH2PO4, (NH4)2SO4,
MgSO4, aqua DM, larutan penyangga asetat
dilaporkan sebagai media pertumbuhan
jamur yang baik [Sulardjo, 2013]. pH 5,5, dan etanol 70 %.
Fermentasi kultur padat merupakan Sedangkan alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah Alat-alat yang
sistem fermentasi yang mampu
menghasilkan perolehan produk yang lebih digunakan dalam penelitian ini adalah unit
unggul dan lebih mudah dari pada bioreaktor tray, autoklaf (LDZX-50 FA,
China), spektrofotometer UV-Vis Thermo
fermentasi terendam. Pada saat ini, aplikasi
fermentasi kultur padat semakin meningkat Scientific Genesys 10S, kuvet, pH meter
walaupun secara umum metode fermentasi (ATC pH-2011), mikrosentrifugal
berpendingin Hitachi CT15RE, cooled
untuk produksi produk mikroorganisme
masih menggunakan fermentasi kultur incubator Gallenkamp, shaker Daihan Lab
rendam. Fermentasi padat memilki Tech LSI-1, waterbath (GRANT SUB28),
kertas saring GF/C whatman (No. Katalog
peralatan yang menarik untuk diaplikasikan

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2


1822055), double hygrometer, cawan 2.4 Pembuatan Media untuk Produksi
petridis, erlenmeyer, beaker glass, vortex Enzim Lakase
mixer H-VM-300, Corning syringe filter Pada produksi enzim, substrat berupa
0,45 µm PES filter media (No. Katalog jerami padi dikeringkan dan dicincang
6780-2504), tabung mikro, jarum ose dan terlebih dahulu (ukuran substrat ±0,5 cm).
peralatan laboratorium standar sesuai Setelah itu substrat, tray bioreaktor dan
dengan prosedur. nutrisi (glukosa, CuSO4 (Induser),
(NH4)2SO4, MgSO4, KH2PO4 dan larutan
2.2 Pembuatan Media PDA (Potato buffer dengan pH 5,5. Media disterilisasi
dextrose agar)
Pembuatan media PDA di awali pada suhu 121 oC selama 20 menit.
Bioreaktor disterilkan dengan
dengan pemotongan kentang yang sudah
dikupas, kentang dimasukkan ke dalam menggunakan alkohol 70 %. Kemudian
beaker glass yang telah berisi aqua DM substrat, tray bioreaktor dan nutrisi yang
telah disterilisasi didinginkan pada suhu
sebanyak 25 ml. Campuran dididihkan
selama 20 menit dan kemudian disaring ruang. Jamur Trichoderma asperellumm
menggunakan kain kasa. Filtrat yang LBKURCC1 yang telah diremajakan pada
cawan petridis diinokulasi secara aseptis
diperoleh dicampurkan dengan dextrose
dan agar batang, kemudian ditambahkan kedalam tray bioreaktor yang didalamnya
aqua DM hingga volume 200 mL. Larutan terdapat substrat dan nutrisi yang telah
media PDA dimasukkan kedalam disterilisasi. Selama proses produksi
erlenmeyer (yang telah ditutup dengan kelembapan dan suhu diamati
menggunakan double hygrometer.
kapas dan kasa) untuk disterilisasi pada
suhu 121 oC selama 20 menit di dalam 2.5 Ekstraksi Enzim Lakase
autoklaf. Selanjutnya larutan media PDA Uji aktivitas enzim tiap hari diawali
dimasukkan di kedalam water batch dengan ekstraksi enzim dari kultur jamur.
dengan suhu 60oC selama 30 menit. Setelah Ekstrak 5 gram sampel dilakukan dengan
itu, larutan media PDA ditambahkan asam titik sampling 5 titik dimana setiap titik
sitrat sebanyak 1 ml, tujuan penambahan diambil 1 gram kemudian menambahkan
asam sitrat adalah untuk mencegah larutan penyangga asetat pH 5,5 sebanyak
kontaminasi media PDA dari 50 ml pada recipro shaker dengan
mikroorganisme. kecepatan 150 rpm [Astina, 2016] selama
satu jam. Kemudian tabung avendrof yang
2.3 Peremajaan Isolat Jamur
Trichoderma asperellumm pada berisi larutan filtrat dan NaN3 dimasukan
Media PDA dalam tabung sentrifugasi selama 10 menit
Jamur stok Trichoderma asperellum pada suhu 10 oC dengan kecepatan 9500
LBKURCC1 diambil dengan menggunakan rpm [Astina, 2016] dan didinginkan di
jarum ose, dilakukan secara aseptis, dalam lemari es pada suhu -20oC. Volume
kemudian ditanam pada medium agar optimum larutan penyangga digunakan
miring dengan cara menggoreskan jarum untuk percobaan selanjutnya.
ose tersebut. Jamur pada media agar miring
2.6 Uji Aktivitas Enzim Lakase
diinkubasi pada temperatur kamar selama 5
Aktivitas enzim lakase diukur
hari atau hingga spora hijau tumbuh lebat.
menggunakan spektrofotometer dengan
guaiacol sebagai substrat. Penentuan

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3


aktivitas lakase Tricodherma asperellum sesuai dengan pernyataan Asmed dkk.
LBKURCC1 dilakukan pada pH 5,5. Untuk [2015] bahwa sintesis untuk enzim
menentukan aktivitas enzim siapkan blanko ekstraseluler baik dari jenis
dan campuran enzim. Sebanyak 1 mL mikroorganisme prokariotik maupun
enzim lakase ditambahkan 3 mL buffer dan eukariotik akan mengalami represi
1 mL guaiacol (2 mM) dan blanko katabolik.
ditambahkan 1 mL aqua DM sebagai Pada hari ke-6 dan hari ke-7 aktivitas
pengganti filtrat enzim. Campuran enzim lakase terus meningkat untuk hal ini
o
didiamkan pada suhu 30 C selama 30 menggambarkan bahwa pada hari ke-6 dan
menit. Aktivitas enzim diukur dengan ke-7 lignin yang tersedia pada substrat
menggunakan spektrofotometer UV/Vis mampu didegradasi oleh jamur dengan baik
pada panjang gelombang 450 nm [Liu dkk, dan akhirnya dikonversi menjadi enzim
2008]. lakase. Menurut Astina dkk. [2016] jamur
T.asperellum LBKURCC1 menghasikan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN enzim lakase pada pH 5,5 dan hasil
3.1 Pengaruh Waktu terhadap Produksi
produksi enzim lakase yang terbaik dengan
Enzim Lakase
puncak tertinggi pada hari ke-7.
Proses fermentasi diawali dengan
Pada hari ke-8 terjadi penuruan
peremajaan jamur Trichoderma asperellum
aktivitas enzim lakase walaupun tidak
LBKURCC1 yang dilakukan pada media
signifikan. Pada hari ke-9 dan ke-10 terjadi
PDA (potato dextrose agar) selama 5 hari
penuruan aktivitas enzim lakase yang
di cawan petridish. Setelah 5 hari spora
signifikan. Hal ini disebabkan karena
jamur akan tumbuh [Shuler & Kargi,
represi katabolik yang semakin besar.
2002], spora jamur T.asperellum
Selain itu, pada penelitian ini tidak adanya
LBKURCC1 (Laboratorium Biokimia
kontrol untuk parameter suhu dan
Universitas Riau Culture Collection 1)
kelembaban, hal ini membuat suhu menjadi
berwarna setelah tumbuh spora yang lebat
bertambah dan kelembaban semakin
maka dilakukan pengektrakan kasar enzim
berkurang hasil produksi enzim lakase yang
lakase dilakukan pada 6 variasi waktu yaitu
didapat rusak. Hal ini sesuai dengan
pada hari ke-5, hari ke-6, hari ke-7, hari ke-
pernyataan Ahmed dkk. [2015] bahwa suhu
8, hari ke-9 dan hari ke-10.
yang tinggi dapat membuat enzim
Pada hari ke 0-5 jamur harus
mengalami denaturasi sehingga aktivitas
menyesuaikan keadaan seperti suhu, pH
enzim menjadi menurun.
serta kelembaban. Selain itu, pada hari ke
0-5 nutrisi masih tersedia didalam media 3.2 Pengaruh Ukuran Jerami Padi
produksi, sehingga jamur memakan nutrisi terhadap Produksi Enzim Lakase
tersebut untuk dapat tumbuh setelah semua Ukuran jerami padi memiliki pengaruh
glukosa pada media habis, jamur akan dalam proses produksi enzim lakase. Pada
mengkonsumsi lignin pada substrat dan penelitian ini, aktivitas lakase yang
mensintesis enzim lakase. Namun, ketidak dihasilkan pada proses fermentasi dengan
adanya ketersediaan glukosa dapat ukuran jerami padi 0,5 cm, 1,5 cm, dan 3,0
membuat gen-gen pada jamur mengalami cm menentukan produksi enzim lakase.
inaktivasi dan rusak, sehingga sintesis Pada ukuran jerami padi 0,5 cm memiliki
protein tidak dapat dilakukan. Hal ini pengaruh dalam proses produksi enzim

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4


lakase, substrat yang berukuran lebih kecil bahwa enzim lakase merupakan enzim
menyediakan luas permukaan kontak antara induktif, dimana enzim induktif ini
substrat dan miselia jamur yang lebih luas jumlahnya didalam sel mikroba tidak tetap,
sehingga jamur dapat dengan mudah sehingga jika diinduksi dengan induser,
memakan sumber lignin pada substrat. Pada jumlahnya dapat bertambah.
penelitian ini hasil yang terbaik pada Pada konsetrasi CuSO4 0,50 g/L,
ukuran jerami padi 0,5 cm. Hal ini atom Cu+2 untuk penelitian ini, konsentrasi
menunjukkan bahwa produksi enzim lakase CuSO4 terbaik pada hari ke-7. Induser yang
oleh jamur T.asperellum dengan ditambahkan pada media dengan tujuan
menggunakan fermentasi kultur padat untuk menginduksi agar enzim lakase dapat
sangat berpengaruh untuk menghasilkan terbentuk lebih banyak, karena induser erat
enzim lakase. Menurut Hanung dkk. [2013] hubungannya dengan gen yang terdapat
telah melakukan penelitian optimalisasi didalam DNA jamur T.asperellum
aktivitas enzim lakase oleh jamur pelapuk LBKURCC1 (Laboratorium Biokimia
putih dengan fermentasi kultur terendam Universitas Riau Culture Collection 1),
terhadap ukuran substrat hasil yang didapat CuSO4 dalam hal ini bertindak sebagai
tidak ada perbedaan yang signifikan antara katalis enzim lakase untuk menghasilkan
peningkatan ukuran substrat yaitu jerami senyawa radikal, karena lakase tersusun
padi dengan aktivitas enzim lakase yang oleh multicopper (multicopper oxidase)
dihasilkan. Hal ini terjadi, karena interval yang memiliki kemampuan untuk
ukuran jerami padi yang digunakan terlalu mengoksidasi komponen fenolik dari lignin
dekat yaitu, 0,5 cm, 1 cm dan 1,5 cm menggunakan molekul oksigen sehingga
[Hanung dkk, 2013]. mampu mengkatalisis reaksi radikal. Selain
itu, lakase memiliki aktivitas phenoloxidase
3.3 Pengaruh Penambahan CuSO4 yang dapat mengkatalis melalui oksidasi
terhadap Produksi Enzim Lakase komponen fenosik radikal yang tidak
Aktivitas enzim lakase tertinggi pada bebas.
variasi CuSO4 0 g/L, 0,5 g/L dan 1 g/L Pada konsetrasi CuSO4 1 g/L, atom
yaitu yang terbaik pada 0,5 g/L yaitu 19,27 Cu , atom Cu+2 berikatan dengan setiap
+2
U/L. Induser ditambahkan pada media sisi protein represor yang dihasilkan oleh
dengan tujuan untuk menginduksi agar gen Regulator (R) sehingga protein
enzim lakase dapat terbentuk lebih banyak, represor menjadi tidak aktif (inaktif). Hal
karena induser erat hubungannya dengan ini mengakibatkan protein represor tidak
gen yang terdapat didalam DNA jamur dapat berikatan dengan gen operator (O)
Trichoderma asperellum LBKURCC1,
dan protein represor tidak dapat
pada konsetrasi CuSO4 0 g/L, atom Cu+2 menghambat transkipsi sehinggga mRNA
menampilkan bahwa perbandingan akan terus berjalan dan proses translasi
aktivitas enzim lakase dengan penambahan terus terjadi, hal ini akan membuat
CuSO4 dan tanpa CuSO4, aktivitas enzim sintesis enzim terus berjalan. Protein
lakase tanpa penambahan CuSO4 sangat represor merupakan inhibitor
sedikt didapatkan produksi enzim lakase. (penghambat) pada produksi enzim yang
Jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan tersedia tidak hanya mampu berikatan
dengan aktivitas enzim lakase dengan dengan protein represor, tetapi juga mulai
penambahan CuSO4. Hal ini membuktikan mendeaktivasi gen-gen tersebut. Hal

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5


inilah yang membuat sintesis enzim pada Laccase Producing Trichoderma
konsetrasi CuSO4 1 g/L sangat menurun. Species Isolated from Different
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanung Environmental Samples. Journal of
Biochemical Engineering, 25, 606–
dkk. [2013] bahwa konsentrasi induser
610.
yang terlalu tinggi dalam medium
fermentasi dapat berdampak negatif Astina, D. (2016). Uji Aktivitas Enzim
karena merupakan racun bagi proses Laccase Produksi Trichoderma
sintesis enzim atau mengalami denaturasi. asperellum LBKURRC1. Tesis.
Pekanbaru, Lembaga Penelitian
4. KESIMPULAN Universitas Riau.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Durand, A., de la Broise, D., & Blachère,
H. (1988). Laboratory scale bioreactor
ukuran jerami padi dan induser (CuSO4)
for solid state processes. Journal of
memiliki pengaruh dalam proses produksi Biotechnology, 8(1), 59–66.
enzim lakase yang dihasilkan oleh
Trichoderma asperellum LBKURCC1. Hanung, C.D., Osmand, R., & Hendro, R.
Ukuran jerami padi yang terbaik yaitu 0,5 (2013). Optimisasi Produksi Enzim
cm dan konsentrasi CuSO4 terbaik pada Lakase pada Fermentasi Kultur Padat
0,50 g/L. Partikel yang terlalu besar Menggunakan Jamur Pelapuk Putih
Marasmius sp. Pengaruh Ukuran
membuat menyediakan luas permukaan
Partikel, Kelembapan, dan
kontak antara substrat dan miselia jamur Konsentrasi Cu. Journal of
yang lebih kecil sehingga jamur tidak dapat Lignocellulose, 3 (2), 65-72.
dengan mudah memakan sumber lignin
pada substrat dan konsentrasi yang terlalu Kemenristekdikti. (2017). Kemandirian
Produk Enzim Indonesia.
besar membuat aktivitas enzim lakase www.ristekdikti.go.id/kemandirian-
menurun dan waktu fermentasi produk-enzim-indonesia. Diakses
berpengaruh terhadap aktivitas enzim pada tanggal 14 September 2017.
lakase yang dihasilkan, untuk jamur
Trichoderma asperellum LBKURCC1, Liu, J., Ju, M., Wu, W., Liu, B., Zhan, L.,
waktu produksi terbaik pada hari ke-7 Wu, M., … Tong, S. (2014).
Lignocellulolytic Enzyme Production
dengan aktivitas enzim 19,270 U/L.
in Solid-State Fermentation of Corn
Stalk with Ammoniation Pretreatment
UCAPAN TERIMA KASIH by Lentinus edodes L-8.
Penulis menyampaikan terima kasih BioResources, 9(1), 1430–1444.
kepada dosen pembimbing dan lainnya
yang bersangkutan yang telah memberikan Sulardjo. (2013). Pemanfaatan Limbah
masukan dan arahan serta bantuan dalam Padi Untuk Industri. Bahan Ajar
menyelesaikan penelitian ini. Prodi Teknologi Hasil Pertanian,
UNWIDHA Klaten, Magistra No. 84
Th. XXV ISSN 0215-9511.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S., Shimuda, B., & Siddiqui, H. A.
Waluyo. (2004). Mikrobiologi Umum. 1st
(2015). Screening and Assessment of
Ed. Malang: UMM Press.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 6

S-ar putea să vă placă și