Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Pemeriksaan
Diagnosis merupakan suatu tindakan mempelajari dan mengidentifikasikan
suatu penyakit agar dapat dibedakan dengan penyakit lainnya. Untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat tersebut, klinisi harus mendapatkan informasi yang tepat dan
banyak mengenai riwayat medis dan riwayat giginya dengan mengajukan pertanyaan
mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli yang menyebabkan
timbulnya rasa nyeri. Melakukan pemeriksaan visual pada wajah, jaringan keras dan
lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan intraoral; melakukan pengetesan pada
pulpa gigi, dan melakukan pemeriksaan penunjang.
2.1.1 Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Subjektif dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin
dari pasien meliputi:
1. Identitas pasien
Identitas pasien diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data
mortem (dental forensic), data identitas pasien meliputi :
a) Nama lengkap
b) Tempat dan tanggal lahir
c) Alamat tinggal
d) Golongan darah
e) Status pernikahan
f) Pekerjaan
g) Pendidikan
h) Kewarganegaraan
2. Keluhan utama (Chief Complaint CC)
Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang kedokter gigi keluhan utama
pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan tindakan
yang akan dilakuhkan kepada pasien. Contoh rasa sakit ataupun ngilu rasa tidak
nyaman, pembengkakan, perdarahan, halitosis, rasa malu karena penampilan.
3. Present illness (PI)
Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka perlu dilakuhkan
pengembangan masalah yang ada dalam keluhan utama dan lain - lain. Mencari tahu
kapan pasien merasakan sakit/ rasa tidak nyaman sejak pertama kali terasa, apakah
bersifat berselang atau terus menerus, dilihat apakah pasien merasakan sakit, dilihat
faktor pemicunya contoh lokasi, faktor pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.
4. Riwayat medik (medikal history/ PMH)
Apakah pasien pernah rawat inap dirumah sakit karena dengan gejala umum
demam, penurunan berat badan serta gejala umum lainnya. Perawatan bedah, radiologi,
alergi obat dan makanan, anestesi, dan rawat inap dirumah sakit karena penyakit riwayat
umum. Jika pasien pernah rawat inap.
5. Riwayat dental (Post Medical History PDH)
Apakah pasien pernah datang kedokter gigi karena akan mempengaruhi seorang
dokter gigi dalam meninjau tindakan perawatan pada pasien yaitu pasien rutin kedokter
gigi apa tidak, sikap pasien datang kedokter gigi saat dilakuhkan perawatan, keluhan
gigi pasien, perawatan restorasi, dan lain-lain. Riwayat penyakit dental merupakan
langkah yang penting untuk menggali informasi terkait keluhan utama pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan
riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkan
nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan menyebar, kemungkinan berasal dari
pulpa. Nyeri pada saat makan atau mengunyah dan jelas batasnya kemungkinan berasal
dari daerah periapikal. Faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri
adalah spontanitas, intensitas, dan durasinya.
6. Kebiasaan Buruk
Kebiasaan merupakan factor penting yang menjadi penyebab dan
berkembangnya penyakit dalam rongga mulut. Kebiasaan dalam rongga mulut dapat
berpengaruh pada jaringan keras seperti gigi dan tulang alveolar, jaringan pendukung
gigi ( giginva, ligament periodontal) maupun mukosa mulut lainnya (lidah, bibir, pipi,
palatum). Kebiasaan yang dimaksud seperti merokok, bernafas dari mulut, cara
menyikat gigi yang salah, dan lain lain
2.1.2 Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam yaitu
pemeriksaan ekstraoral dan pemeriksaan intra oral. Pada kasus ini, pemeriksaan objektif
yang dilakukan hanya pemeriksaan intra oral yaitu pemeriksaan gigi geligi pasien.
Pemeriksaan objektif gigi dapat dilakukan dengan pemeriksaan beberapa cara antara
lain sebagai berikut:
1. Inspeksi lokasi karies
2. Sondasi
Sondasi dengan sonde dapat menunjukkan kedalaman karies, terbukanya pulpa,
fraktur mahkota dan restorasi yang rusak. Pada beberapa keadaan seperti karies besar di
korona, sonde dapat memberikan bantuan yang memadai dalam menegakkan diagnosis.
Hasil positif menandakan pulpa gigi yang masih vital.
3. Perkusi
Perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yangpositif
menandakan adanya inflamasi periapikal. Bedakan intensitas rasa sakit dengan
melakukan perkusi gigi tetangganya yang normal atau respon positif yang disebabkan
inflamasi ligamen periapikal, karena adanya peradangan pulpa yang berlanjut ke apikal
dan meluas mengenai jaringan penyangga. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras,
dengan menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa
sakit. Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya menunjukkan
adanya periodontitis.
4. Palpasi
Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi intraoral atau
ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagianlabial dari gigi
yang biasanya sudah non vital.Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari
menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa
sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang penting.Bila ada
pembengkakan tentukan hal berikut(1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar
untuk insisi dan drainase;(2) adanya, intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan
lokasi adenopati dan(4) adanya krepitasi tulang..
5. Tes suhu
Test termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi
vitalitas pulpa atau sesnsitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es,
chloretil, dan air dingin. Penggunaan yang paling sering adalah dengan chloretil yang
disemprotkan pada cotton pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi yang
karies yang telah dilakukan eskavasi terlebih dahulu, atau pada bukal dipertengahan
mahkota. Apabila respon nyeri terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa
pulpa gigi tersebut masih vital, sedangkan apabila pasien tidak merespon menandakan
bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis.
Tes panas tidak dilakukan secara rutin, berguna jika ada keluhan pada gigi yang
sulit dilokalisir. Respon yang hebat dan menetap merupakan indikasi dari pulpitis
irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher, atau menggunakan
gutta percha yang dipanaskan, bahan dan alat diletakkan pada kavitas yang sudah
dikeringkan kemudian diangkat dan amati respon pasien.
6. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi sangat bermanfaat dalam penegakan diagnosis karies, baik karies
dentin maupun profunda. Jenis radiografi yang sering digunakan dalam menegakkan
diagnosa karies adalah radiografi periapikal. Selain untuk melihat kedalaman karies,
radiografi juga menunjukkan ketinggian tulang alveolar, patologi jaringan periapeks,
maupun gigi yang tidak erupsi.
2.2 Diagnosa
Pulpitis irreversible kronis asimptomatik merupakan respon inflamasasi dari
jaringan pulpa yang teriritasi. Pulpitis irreversibel asimptomatik berkembang dari
dengan tanpa gejala atau disebabkan iritasi ringan pada pulpa. Ada teori lain yang
mengatakan bahwa pulpitis irreversibel asimptomatik ini disebabkan oleh pulpitis
simptomatik (akut) yang tidak diobati, dimana fase akut tersebut menyerah atau dimana
rangsangan eksternalnya rinagan atau sedang, walaupun penyakit ini akan berkelanjutan
dari waktu ke waktu. Keseimbangan terjadi antara pertahanan host dan bakteri, karena
sel-sel pertahanan mampu menetralisir agregasi bakteri yang menyebabkan penyakit
untuk tetap bersifat asimptomatik. Kadang-kadang drainase ke luar terjadi oleh interaksi
antara kamar pulpa dan lesi karies. Menyebabkan drainase spontan dari eksudat serous
dan mencegah berkembangnya edema intrapulpa.
Bentuk ulserasi dari penyakit ini yang paling menonjol yaitu pada permukaan
pulpa yang terkena. Ulserasi dapat terjadi pada usia berapa pun dan mampu menolak
suatu infeksi ringan, meskipun penyakit ini dapat berkembang menjadi kronis atau lebih
parah hingga nekrosis tanpa menunjukkan gejala apapun.
Diagnosanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan objektif ataupun subjektif.
Pemeriksaan subjektif yaitu berdasarkan anamnesis yaitu meliputi riwayat sosial, dental
dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari
rencana perawatan. Pada pulpitis irreversibel kronis asimptomatik biasanya pasien
datang tanpa keluhan pada giginya akan tetapi memiliki riwayat sakit berdenyut-denyut
dan sensitif apabila terkena rangsangan panas atau dingin.
Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan ekstra-oral dan intra-oral.
Pemeriksaan ekstra-oral yakni, setiap kelainan ekstra-oral yang nampak yang dicatat
selama pencatatan riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan
berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe.
Pemeriksaan objektif intra-oral meliputi jaringan lunak : mukosa pipi, bibir,
lidah, tonsil, palatum lunak, palatum keras dan gingival. Gigi : kebersihan mulut,
keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-crowding, spasing, drifting, oklusi. Pemeriksaan
biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang meluas ke pulpa atau karies di bawah
tumpatan. Pulpa mungkin sudah terbuka. Waktu mencapai jalan masuk ke lubang
pembukaan akan terlihat suatu lapisan keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi
pulpa terbuka dan dentin sekitarnya. Probing ke dalam daerah ini tidak menyebakan
rasa sakit pada pasien hingga dicapai daerah pulpa yang lebih dalam. Pada tingkat ini
dapat terjadi sakit dan perdarahan. Bila pulpa tidak terbuka oleh proses karies, dapat
terlihat sedikit nanah jika dicapai jalan masuk ke kamar pulpa.
Pemeriksaan radiografik mungkin tidak menunjukkan sesuatu yang nyata yang
belum diketahui secara klinis, mungkin memperlihatkan suatu kavitas proksimal yang
secara visual tidak terlihat, atau mungkin memberi kesan keterlibatan suatu tanduk
pulpa. Suatu radiografi dapat juga menunjukkan pembukaan pulpa, karies di bawah
suatu tumpatan, atau suatu kavitas dalam atau tumpatan mengancam integritas pulpa.
2.3 Etiologi
Iritasi pada jaringan pulpa akan mengakibatkan inflamasi. Iritan terhadap jaringan
pulpa dapat terbagi menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan iritan kimia.
1. Iritan mikroba.
Bakteri yang terdapat dalam karies merupakan sumber utama iritasi terhadap
jaringan pulpa. Bakteri akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalampulpa
melalui tubulus dentinalis sehingga sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit,
dan sel plasma akan berinfiltrasi secara lokal pada jaringan pulpa. Jika pulpa terbuka,
leukosit polimorfonukleus berinfiltrasi dan membentuk suatu daerah nekrosis pada
lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang lama
sampai akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat menjadi nekrosis. Hal ini
bergantung pada virulensi bakteri, kemampuan mengeluarkan cairan inflamasi guna
mencegah peningkatan tekanan intra pulpa, ketahanan host, jumlah sirkulasi, dan
drainase limfe.
2. Iritan mekanik.
Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma,
trauma oklusal, kuretase periodontal yang dalam, dan gerakan ortodonsi merupakan
iritan-iritan yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa.
Preparasi kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan sehingga
jumlah dan diametertubulusdentinalis akan meningkat. Pada daerah yang mendekati
pulpa menyebabkan iritasi pulpa semakin meningkat oleh karena semakin banyak dentin
yang terbuang. Pengaruh trauma yang disertai atau tanpa fraktur mahkota dan akar juga
bisa menyebabkan kerusakan pulpa. Keparahan trauma dan derajat penutupan apeks
merupakan faktor penting dalam perbaikan jaringan pulpa. Selain itu, aplikasi gaya
yang melebihi batas toleransi fisiologis ligamentum periodontal pada perawatan
ortodonsi akan mengakibatkan gangguan pada pasokan darah dan saraf jaringan pulpa.
Scaling yang dalam dan kuretase juga bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah dan saraf di daerah apeks sehingga merusak jaringan pulpa.
3. Iritan kimia.
Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi, sterilisasi,
pembersih dentin, base, tambalan sementara dan permanen. Zat antibakteri seperti silver
nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor, dan eugenol dapat menyebabkan perubahan
inflamasi pada jaringan pulpa.
2.4 Patogenesis
Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan dapat pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri
tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam.
Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan.
Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal,
respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.
1. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa (gigi vital, nekrosis
sebagian)
2. Seluruh akar dapat diinstrumentasi
3. Adanya kelainan jaringan periapikal (<1/3 apikal) seperti abses, granuloma,
kista dll.
a. Kunjungan Pertama
1. Rontgen Foto.
2. Anastesi local.
3. Isolasi daerah kerja.
4. Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies.
5. Untuk mengangkat sisa-sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai bur
bulat dan bur fisur. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah
terangkat.
6. Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi purulent
7. Jaringan pulpa diangkat dengan file endodontic. Mulai dengan file ukuran
no. 15 dan diakhiri file ukuran no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan
hanya untuk mengangkat jaringan pulpa, bukan untuk memperluas saluran
akar.
8. Irigasi saluran akar denga bahan NaOCl 2,5-5%. Keringkan dengan
gulungan kapas kecil dan paper point. Jangan sekali-kali mengalirkan udara
langsung ke saluran akar.
9. Apabila pendarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran
akar diisi dengan Semen Zink Oxide Eugenol.
10. Gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk
memadatkan Semen Zink Oxide Eugenol.
11. Rontgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan Zink
Oxide Eugenol. Karena klasifikasi saluran akar, Zink Oxide Eugenol tidak
mencapai apeks gigi, tetapi gigi geligi sering tetap berfungsi sebelum molar
permanen pertama erupsi.
12. Pasien diminta datang kembali dalam waktu satu atau dua minggu untuk
mengevaluasi keberhasilan perawatan.
b. Kunjungan Kedua
Dilakukan setelah 1-2 minggu untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan.
Dilakukan tes vitalitas, jika gigi tidak ada keluhan maka dilanjutkan dengan
penambalan permanen.
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa
bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anastesi, kemudian
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radicular tetap
vital.
Pulpotomi vital umumnya dilakukan pada gigi desidui dan gigi permanen muda.
Pulpotomi gigi desidui umumnya menggunakan formokresol atau glutaradehid. Pada
gigi permanen muda dipakai kalsium hidroksid. Kalsium hidroksid pada pulpotomi bita
gigi desidui menyebabkan resorpsi interna.
1. Gigi desidui dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda- tanda gejala peradangan
pulpa dalam kamar pulpa.
2. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies/ dentin lunak prosedur pulp
capping indirek yang kurang hati-hat, faktor mekanis selama preparasi kavitas atau
trauma gigi dengan terbukanya pulpa.
3. Gigi masih dapat dipertahankan/ diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3
panjang akar gigi.
4. Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus
5. Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.
Kontra indikasi Pulpotomi Vital
1. Formaldehid 19%
2. Kresol 35%
3. Gliserin 15%
4. Aquadest 100
Kegunaan formokresol
1) Pulpotomi 1 kali kunjungan atau metode 5 menit. Pada pulpa yang mengalami
peradangan kronis jaringan pulpa seharusnya perdarahan akan berhenti dalam 3
Pulpotomi gigi tetap muda dengan Ca(OH)2 lebih berhasil karena apeks masih
relatif terbuka dan vaskularisasi pulpa cukup membantu. Pulpotomi Ca(OH)2 pada gigi
sulung merupakan kontra indikasi karena terjadinya resorpsi interna akibat stimulasi
yang berlebihan dari Ca(OH)2 yang mengaktifkan sel odontoklas. Keberhasilan yang
dilaporkan secara klinis 94% dan secara radiografis 64%. Resorpsi akan lebih cepat
terjadi pada gigi sulung yang telah dirawat pulpotomi.
Kunjungan pertama
1) Ro-foto.
yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah (Gambar 2-B, C dan D).
7) Sesudah itu, kapas diambil dengan hati – hati. Hindari pekerjaan kasar karena
8) Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis saluran
akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil yang dibasahi
dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan meletakkan kapas tersebut
pada kasa steril agar formokresol yang berlebihan tadi dapat diserap (Gambar 2-
E).
9) Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat warna
coklat tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh formokresol.
10) Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,
eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 (Gambar 2-F), di atasnya
tempatkan tambalan tetap (Gambar 2-G).
A B C
D E F
G
Gambar 2. Prosedur perawatan pulpotomi vital dengan formokresol satu kali kunjungan
Kunjungan kedua
1) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus ini pulpa ditekan kapas
steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup dengan
tambalan sementara.
tetap.
Pulpotomi ialah prosedur pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di dalam kamar
pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa dibagian radikular. Pulpotomi dapat dibagi 3 bagian :
a. Pulpotomi vital.
b. Pulpotomi devital / mumifikasi / devitalized pulp amputation.
c. Pulpotomi non vital / amputasi mortal.
1) Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.
2) Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena pengambilan pulpa
di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan sempit.
3) Iritasi obat – obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada.
4) Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.
a. Pulpotomi Vital
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian
koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian memberikan
medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital. Pulpotomi
vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda. Pulpotomi gigi sulung
umunya menggunakan formokresol atauglutaradehid. Pada gigi dewasa muda dipakai kalsium
hidroksid. Kalsium hidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung menyebabkan resorpsi interna.
Reaksi formokresol terhadap jaringan pulpa yaitu membentuk area yang terfiksasi dan
pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan vital. Pulpotomi vital dengan formokresol hanya
dilakukan pada gigi sulung dengan singkat dan bertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada
kamar pulpa.
Indikasi
1) Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda – tanda gejala peradangan pulpa dalam
kamar pulpa.
2) Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur pulp capping indirek
yang kurang hati – hati, faktor mekanis selama preparasi kavitas atau trauma gigi dengan
terbukanya pulpa.
3) Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3 panjang
akar gigi.
4) Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.
5) Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.
Kontra indikasi
Indikasi :
1) Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.
2) Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.
3) Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.
4) Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan pulpektomi
terutama pada gigi posterior.
5) Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan karena
kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.
Kontra indikasi
1) Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin
dilakukan.
2) Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.
3) Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.
Indikasi
1) Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.
2) Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih diperlukan
sebagai space maintainer.
3) Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.
4) Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat dahulu.
2.7.2 Pulpektomi
Pulpektomi ialah prosedur pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa
dan saluran akar. Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis
tidak memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara:
a) Pulpektomi vital.
b) Pulpektomi devital.
c) Pulpektomi non vital.
Indikasi
1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non vital.
2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
3) Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.
4) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.
Kontra indikasi
1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
2) Resorpsi akar gigi yang meluas.
3) Kesehatan umu tidak baik.
4) Pasien tidak koperatif.
5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
Pilihan kasus pulpektomi untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang pulpanya telah mengalami
infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar masih vital. Jika dibiarkan dalam keadaan ini
pulpa mengalami degenerasi / nekrose yang akan
menimbulkan tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan. Pulpektomi
masih dapat dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena degenerasi
pulpa bertambah luas.
a. Pulpektomi vital :
Pulpektomi vital merupakan prosedur pengambilan seluruh jaringan dalam ruang
pulpa dan saluran akar secara vital.
Indikasi
1) Insisivus sulung yang mengalami trauma dengan kondisi patologis.
2) Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6 tahun.
3) Tidak ada bukti – bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar yang lebih dari 2/3
b. Pulpektomi devital
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar yang lebih
dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Indikasi
Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami pulpitis atau
dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi.
Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi devital ini harus benar –benar
dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontra indikasinya.
Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung menggunakan bahan devitalisasi
yang mengandung para formaldehid seperti toxavit dan lain – lain.
Indikasi
1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik.
2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
3) Belum terlihat adanya fistel.
4) Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma pada gigi-geligi
sulung.
5) Kondisi pasien baik.
6) Keadaan sosial ekonomi pasien baik.
Kontra indikasi
1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi.
2) Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti diabetes, TBC dan
lain-lain.
3) Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan.
b. Kontra indikasi
1. Restorasi sedikit.
2. Pasien dengan alergi logam. Untuk alergi logam pasien, gigi anterior
menggunakan porselen, gigi posterior menggunakan logam.
3. Untuk gigi yang berjejal (gigi antar samping crowded, kerusakannya
parah. Berhubungan sama OHIS. Jika gigi berjejal akan dipasang SSC,
akan berpengaruh pada OHIS)
4. Hanya sisa radiks (mahkota masih ada, tapi enamel sudah rusak, sehingga
kalau sisa radiks, tambalan yang ditempel kurang kuat sehingga mudah
pecah).
1. Festooned : dengan merek Ni-Chro primary crown, keluaran ion – 3M (USA) adalah
metal crown yang sudah dibentuk menurut anatomis gigi, baik kontour oklusal, bukal /
lingual, proksimal dan tepi servikal. Penyelesaian preparasi SSC jenis festooned ini
tinggal membentuk / menggunting permukaan servikal mahkota tersebut.
2. Unfestooned : dengan merek Sun – Platinum, keluaran Sankin, Jepang adalah metal
crown yang telah dibentuk permukaan oklusal saja sedangkan bagian bukal / lingual dan
servikal harus Pedodonsia Terapan 2 dibentuk dengan tang khusus. Kedua macam
bentuk mahkota harus dimanipulasi agar tetap baik marginalnya.
a. Bentuk unfestooned, tepi servikal mahkota belum digunting.
b. Bentuk festooned tepi servikal sudah digunting dan dibentuk cembung.
c. Bentuk festooned tepi servikal sudah digunting sesuai dengan servikal gigi.
1. Keuntungan SSC
a. Kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah tersedia sesuai dengan
ukuran dan bentuk gigi.
b. Lebih tahan lama oleh karena terbuat dari logam.
c. SSC dapat diselesaikan dalam 1 kali kunjungan, hal ini sangat baik terutama
untuk anak – anak.
2. Kerugian SSC
Estetis kurang baik, karena warna mahkota SSC tidak sesuai dengan
warna gigi asli. Untuk mengatasinya maka pada bagian labial SSC tersebut
digunting dan dibuatkan jendela yang kemudian jendela tersebut diisi / ditambal
dengan bahan yang sama warnanya dengan gigi misalnya self curing acrylic,
composit resin. Mudah terjadi penumpukan plak disekeliling servikal sehingga
dapat menyebabkan inflamasi gingiva.