Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENGERTIAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan agen tersebut.
ETIOLOGI
Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) berupa Gas, Cairan, Bahan padat (Solid)
Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
nine atau rule of wallace yaitu:
Total : 100%
Parah – critical:
Sedang – moderate
Tingkat II : 15 – 30%
Tingkat III : 1 – 10%
Ringan – minor:
PENATALAKSANAAN COMBUSTIO
Penatalaksanaan kedaruratan.
Prioritas pertama dalam ruang darurat adalah ABC (airway, breathing, circulation). Untuk
cedera paru yang ringan, udara pernafasan dilembabkan dan pasien didorong supaya batuk
sehingga secret saluran nafas bisa dikeluarkan dengan penghisapan. Sesudah tercapai status
respirasi dan sirkulasi yang adequat, perhatian harus diberikan kepada luka bakarnya sendiri.
Semua pakaian dan perhiasan pasien dilepas. Perhatian yang cermat harus diberikan pada
tehnik aseptic. Sprei dan selimut yang steril atau bebas kuman diletakkan di bawah serta di
atas tubuh pasien untuk melindungi daerah luka bakar dari kontaminasi dan untuk
mengurangi rasa nyeri akibat aliran udara.
Penatalaksanaan Kehilangan cairan dan syok.
Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah
terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung berdasarkan luas luka
bakar. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan
Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar. Misalnya hidrotherapi
dengan perendaman total dengan menggunakan larutan salin atau antiseptic, seperti larutan
yodium atau bethadin yang encer.
Penggantian balutan
Balutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidrotherapi, ataupun di bagian perawatan
kurang lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik.
Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki dua
tujuan :
PENGKAJIAN
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan
nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
Integritas ego:
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
Makanan/cairan:
Neurosensori:
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat
kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi
oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas
yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering;
merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan
dengan syok listrik).
Pemeriksaan diagnostik:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pemeriksaan untuk mengkaji pertukaran gas yang adekuat dan bersihan jalan
nafas merupakan aktivitas keperawatan yang esensial. Frekuensi, kualitas dan
dalamnya respirasi harus dicatat. Tindakan perawatan pulmoner yang agresif,
termasuk tindakan membalikan tubuh pasien, mendorong pasien untuk batuk
serta bernafas dalam, memulai inspirasi kuat yang periodic dengan spirometri,
dan mengeluarkan timbunan secret melalui pengisapan trachea jika
diperlukan, semuanya ini merupakan tindakan yang penting terutama pada
pasien luka bakar dengan cedera inhalasi.
Pengaturan posisi tubuh pasien untuk mengurangi kerja pernafasan serta
meningkatkan ekspansi dada yang maksimal, dan pemberian oksigen yang
dilembabkan atau pelaksanaan ventilasi mekanis, dapat menurunkan lebih
lanjut stress metabolic dan memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
Nyeri terasa lebih hebat pada luka bakar derajat dua ketimbang pada luka
bakar derajat tiga, karena ujung-ujung sarafnya tidak rusak. Ujung-ujung saraf
yang terpajan sangat sensitive terhadap aliran udara yang dingin sehingga
diperlukan kassa penutup steril yang bisa membantu mengurangi rasa nyeri
tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas pengobatan nyeri, preparat analgetik
harus sudah diberikan sebelum nyeri terasa sangat hebat.
Intervensi keperawatan seperti mengajarkan teknik-teknik relaksasi kepada
pasien, memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol sendiri
proses perawatan lukanya serta pemakaian analgetiknya, dan terus menerus
menentramkan kekhawatiran pasien, merupakan tindakan yang sangat
membantu.
Pendekatan lainnya untuk mengurangi nyeri adalah pengalihan perhatian
melalui program video atau video games, hypnosis, biofeedback, dan
modifikasi perilaku juga berguna bagi penanganan nyeri.
Perawat harus kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet tinggi
kalori tinggi protein yang dapat diterima oleh pasien. Suplemen nutrisi seperti
ensure atau resource dapat ditawarkan pula. Asupan kalori pasien harus dicatat
Suplemen vitamin dan mineral boleh diberikan.
Lingkungan pasien sedapat mungkin harus dibuat menyenangkan pada jamjam
makan. Memesan makanan yang disukai pasien dan menawarkan kudapan
yang kaya akan protein serta vitamin merupakan cara-cara untuk mendorong
pasien agar mau meningkatkan secara bertahap asupan makanannya.
Mencegah Infeksi.
Perawat harus memeriksa Tanda-tanda Vital dan keluaran urin dengan sering
disamping menilai tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis, serta curah
jantung pada pasien luka bakar yang berat. Volume cairan yang diinfuskan
harus sebanding dengan volume haluaran urin. Kadar elektrolit serum juga
harus dipantau.
Dalam fase akut perawatan luka bakar, pasien sedanga berhadapan dengan
realitas trauma luka bakar dan berduka karena mengalami kehilangan yang
nyata. Depresi, regresi dan perilaku manipulatip merupakan mekanisme
koping yang lazim digunakan oleh pasien-pasien luka bakar. Perawat dapat
membantu pasien untuk mengembangkan strategi koping yang efektif dengan
menetapkan harapan yang spesifik terhadap perilaku, meningkatkan
komunikasi yang jujur untuk membangun hubungan saling percaya,
membantu pasien dalam mempraktikan berbagai strategi yang tepat, dan
memberikan dorongan yang positif bila diperlukan.
EVALUASI
Mempertahankan kulit yang secara umum tampak utuh dan bebas dari infeksi,
decubitus, serta cedera
Memperlihatkan daerah-daerah luka terbuka yang berwarna merah muda,
mengalami reepitelialisasi dan bebas dari infeksi
Memperlihatkan lokasi donor (tempat cangkokan kulit diambil) yang bersih
dan sedang berada dalam proses kesembuhan
Sudah memperlihatkan luka yang sembuh, teraba lunak dan halus
Memperlihatkan kulit yang licin dan elastic
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.
Brunner and suddart. (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.