Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan
triiodotironin (T3), serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme
kalsium bersama dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar
paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
2
2.3 Etiologi Struma
Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-
selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan
sekitarnya yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru.
Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama.
3
Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah
kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma
yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
A. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi
sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi
berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan
hypothyroidism dan cretinism.
B. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada
preexisting penyakit tiroid autoimun
C. Goitrogen :
a) Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone,
aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium
b) Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative
dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
c) Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis,
lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet,
singkong, dan goitrin dalam rumput liar.
D. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon
kelejar tiroid
a) Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama
masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan
maligna (Lee, 2004)
2. Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi : (Mulinda, 2005)
A. Defisiensi Iodium
B. Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
C. Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium,
dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.
4
D. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi
hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-
stimulating immunoglobulin
E. Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam
biosynthesis hormon tiroid.
F. Terpapar radiasi
G. Penyakit deposisi
H. Resistensi hormon tiroid
I. Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)
J. Silent thyroiditis
K. Agen-agen infeksi
L. Suppuratif Akut : bacterial
M. Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit
N. Keganasan Tiroid
3. Struma Toxic Nodusa
Etiologi : (Davis, 2005)
A. Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
B. Aktivasi reseptor TSH
5
2.5 Berdasarkan morfologinya :
1. Struma Hyperplastica Diffusa
3. Stuma Nodular
6
Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk
memberikan kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi,
golongan lain istirahat untuk aktif kemudian. Pada struma nodular,
kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi sehingga hanya
sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang lainnya mengalami
hiperinvolusi (involusi yang berlebihan/mengecil).
2.6 Patofisiologi
7
(DIT) dan mono iodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim peroksida
sebagai katalisator. Proses akhir adalah berupa reaksi penggabungan.
Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin tiroxin
(T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3)
untuk selanjutnya masuk kedalam plasma dan berikatan dengan protein
binding iodine. Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dan
dihambat oleh tiourasil, Tiourea, sulfonamid dan metilkaptoimidazol.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarya. Dibagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esofagus. Struma dapat mengarah
kedalam sehingga mendorong trakea, esofagus dan pita suara sehingga terjadi
kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak thdp gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. penekanan pada
pitasuara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila
pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. tentu
dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. perubahan bentuk leher
dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.
8
2.7 Pathway Terjadinya Struma
9
2.8 Manifestasi Klinis Struma
1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi
Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja
perangsangan jantung, sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik
akan meningkat. Bila akhirnya penyakit ini menghebat, bias timbul
fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung kongestif. Tekanan nadi hampir
selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer biasanya terdapat
pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas.
Pembuluh darah di perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi
glomerulus, aliran plasma ginjal, serta traspor tubulus akan meningkat di
ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid dan obat akan
dipercepat.
2. Keringat
Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan
metabolisme panas, proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh
tubuh. Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya menyebabkan
pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan mudah berkeringat.
3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang
mengakibat kurangnya atau tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa
diserap oleh usus. Maka dari itu system eliminasi pada penderita struma
terganggung.
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan
tertentu, timbul tremor halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan
hiperrefleksia saraf tepi oleh karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh
darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan sirkulasi ceberal juga terjadi
oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien lebih mudah
10
terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang
sepele.
6. Berat badan menurun
Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel
lemak tubuh) menyebabkan berat badan menurun, asam lemak bebas
dihasilkan menuju aliran darah dan bersirkulasi ke tubuh. Lipolisis juga
menyebabkan hiperlipidasidemia dan meningkatnya enzim proteolitik
sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan dengan peningkatan
pembentukan dan ekresi urea.
7. Mata membesar
Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis
yang sekunder, gejala mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak
seberapa jelas. Pada hipertiroidisme imunogenik (morbus Graves)
eksoftalmus dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan abnormal di
belakang bola mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang
berlebihan, dan peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada reaksi
imun terhadap antigen retrobulbar yang tampaknya sama dengan reseptor
TSH. Akibatnya, terjadi inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan bola
mata, infiltrasi limfosit, akumulasi asam mukopolisakarida, dan
peningkatan jaringan ikat retrobulbar.
8. Nyeri pada tenggorokan ( Karena area trakea tertekan )
Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan )
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus,
jika struma mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang
akan berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen.
9. Suara serak
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara,
sehingga terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara
menjadi serak atau parau.
11
2.9 Komplikasi
1. Suara menjadi serak/parau
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga
terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi
serak atau parau.
2. Perubahan bentuk leher
Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang
besar dapat simetris atau tidak.
3. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus,
jika struma mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan
berdampak pada gangguan pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.
4. Sulit bernapas
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus,
jika struma mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang
akan berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen.
5. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada
jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung
meningkat dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika
menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50 tahun, akan lebih
cenderung mendapat komplikasi payah jantung.
6. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia,
aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat
mengganggu kualitas hidup pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien
terganggu.
7. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas
tibia bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan
glikosaminoglikans. Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit.
12
2.10 Pemeriksaan Diagnostik
1. Palpasi, teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya
kenyal. Jika di auskultasi terdengar bunyi seperti pluit.
2. Termografi
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran
suhu kulit pada suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Tele-
Thermography. Hasilnya disebut n panas apabila perbedaan panas dengan
sekitarnya > 0,9°C dan dingin apabila <0,9°C. Pada penelitian Alves
didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Dibandingkan
dengan cara pemeriksaan yang lain ternyata termografi ini adalah paling
sensitif dan spesifik.
3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3
(triyodotironin) dalam batas normal.
Nilai normal :
13
Kelainan- kelainan yang dapat didiagnosis secar USG ialah:
14
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya.
Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang
lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu
ganas atau jinak.
6. Dilakukan foto thorak posterior anterior.
Memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal,
untuk evaluasi kondisi jalan nafas.
7. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu
technig.
8. Biopsy dan Sitologi Tiroid
Biopsy ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Biopsy aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak
menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan
dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negative palsu karena
lokasi biopsy kurang tepat, teknik biopsy kurang benar, pembuatan
preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi aleh
ahli sitologi.
2.11Penatalaksanaan
1. Struma Difus Toksik (Grave's Disease)
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
a) Obat antitiroid
Indikasi :
1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang
dan tirotoksikosis.
2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat
yodium aktif.
3. Persiapan tiroidektomi
15
4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
5. Pasien dengan krisis tiroid.
Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml,
tidak berasa dan berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran
cerna. Iodium radioaktif ini akan masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran
darah dan merusak kelenjar tiroid. Walaupun radioaktivitas ini menetap
selama beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini akan
dikeluarkan melalui bagian tubuh dalam beberapa hari.
Efek pada kelenjar tiroid akan terjadi dalam 1-3 bulan dan efek
maksimal terjadi antara 3-6 bulan. Pada sebagian kasus pengobatan
16
iodium radioaktif cukup satu kali saja, akan tetapi pada keadaan dengan
kelenjar gondok yang besar, diperlukan dosis iodium radioaktif yang
kedua untuk mengablasi/mematikan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang
diablasi lama kelamaan produksi hormon tiroid akan berkurang bahkan
tidak ada sama sekali dan dalam jangka panjang dapat terjadi hipotiroid
(kebalikan dari hipertiroid).
c) Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi :
1. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons
terhadap obat antitiroid.
2. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat
antitiroid dosis besar
3. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima
yodium radioaktif
4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih
nodul
d) Tiroidektomi
Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan
operasi pemindahan semua atau sebagian dari kelenjar tiroid.
Klasifikasi dari tiroidektomi adalah total tiroidektomi dan nyaris
total tiroidektomi. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah gondok,
kanker tiroid, hipertiroidisme, gejala obstruksi, kosmetik.
17
A. Tiroidektomi parsial atau total dapat dilaksanakan sebagai
terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme,
dan hiperparatiroidisme
a) Tiroidektomi total : kelenjar tiroid diangkata seluruhnya
b) Tiroidektomi parsial : mengangkat sebagian kelenjar tiroid
2. Struma Nodular Toksik
Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi
gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves.
Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang
rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar.
Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi
pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik,
lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah
dianjurkan (Sadler et al, 1999)
3. Struma Non Toksis
Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi
gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves.
Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang
rendah dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar.
Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi
pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik,
lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah
dianjurkan (Sadler et al, 1999)
18
BAB III
TINJAUN KASUS
Kasus 3
Step 1
1. fatigue
2. Insomia
Step 2
1. Fatigue adalah suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang
memiliki seseorang untuk pekerja dan mengurangi efisiensi persentasi, dan
biasanya hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah
2. Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan untuk tidur. Gejala
tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun
Step 3
Step 4
19
3. karena adanya peradangan atau inflamasi pada leher
Step 5
LO : STRAUMA
20
3.1 Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Umur : 35 tahun
Alamat : Bekasi
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
No. RM : 249744
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Alamat : Bekasi
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan fatigue, malas, tak bersemangat, insomia, mudah
kedinginan muka sembab, nyeri pada bagian rahang, dan sembelit.
2. Riwayat penyakit sekarang
fatigue, malas, tak bersemangat, insomia, mudah kedinginan muka
sembab, nyeri pada bagian rahang, berat badan menaik walupun nafsu
makan tetap, kulit kering, sembelit, dan menarik diri dari kehidupan diri
sosial, kondisi ini sudah sepuluh hari, menganggu aktivitas sehari- sehari.
21
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya,dan
Pasien belum pernah menjalani operasi pada daerah leher
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada satupun keluarganya yang mengalami
penyakit yang diderita pasien.
D. Fokus pengkajian fungsional menurut Virnia Handersoon
1. Kebutuhan bernafas dengan normal
Baik sebelum dan selama di rumah sakit pasien dapat bernafas
spontan, sesak nafas (-).
2. Kebutuhan nutrisi
Pasien mengatakan sebelum dan selama di rumah sakit nafsu
makannya baik, dan tidak ada anoreksia maupun vomitus, frekuensi
makan teratur.
3. Kebutuhan eliminasi
Pasien mengatakan sembelit
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sering terbangun tidurnya apabila merasakan nyeri
pada lehernya
5. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan dan perubahan pada lehernya
membuat cemas terhadap kondisi fisik tubuhnya.
E. Keadaan umum
Suhu : 36,5 C
Nadi : 65 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Berat badan : 65 kg
22
F. Pemeriksaan fisik
KU : cukup
Cepalo – caudal :
G. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorim tanggal 17 Desember 2013
23
- Trombosit /ul 150-400
4,6
- BT Menit 1-3
- CT 260 Menit 3-6
3
3
Kimia klinik
- GDS 104 mg/dl 70-120
- Ureum 25 mg/dl 15-50
- Kreatinin 0,49 mg/dl 0,4-0,9
- SGOT 17 u/l 0-35
- SGPT 18 u/l 0-35
24
DATA FOKUS
25
ANALISA DATA
2. Ds :
- Pasien mengatakan
menarik diri dari
kehidupan sosial
Do :
- Interkasi pasien dengan
lingkungan berkurang
3. Ds :
- Pasien mengatakan fatigue,
malas, tak bersemangat,
insomnia, . Ansietas Proses Penyakit
Do :
- Pasien terlihat lemas
- Pasien terlihat cemas
26
DIAGNOSA KEPERAWATAN
27
INTERVENSI
No Diagnosa Rencana
Tujuan/Kreteria Hasil Paraf
Dx Keperawatan Tindakan/Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Kaji skala, letak,
b.d agen tindakan keperawatan tipe, frekuensi dan
pecendera 3x24 jam di harapkan durasi nyeri
fisiologis masalah tindakan Atur posisi
(inflamasi) keperawatan dapat nyaman
D.0077 teratasi dengan KH : Tingkatkan
Nyeri berkurang ( istirahat
skala 6-3) Kolaborasi
pemberian obat
analgetik untuk
mengurai nyeri
2. Gangguan Setelah dilakukan Pantau pola tidur
citra b.d tindakan keperawatan Pantau koping
Perubahan 3x24 jam di harapkan individu pasien
fisiologi masalah gangguan citra Pantau
tubuh D.0083 tubuh teratasi dengan KH meningkatkan
: hubungan saling
Penerima diri percaya dengan
secara verbal pasien
Meningkatkan Pantau
rasa percaya diri meningkatkan
harga diri pasien
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan Mendengarkan
proses tindakan keperawatan penyebab
penyakit 3x24 jam di harapkan kecemasan pasien
D.0080 gangguan intoleransi dengan penuh
aktivitas teratasi dengan perhatian
KH : Observasi tanda
Ansietas verbal dan non
berkurang / verbal dari
hilang ansietas klien
Menganjurkan
keluarga untuk
tetap
mendampingi
pasien
28
IMPLEMENTASI
29
EVALUASI
30
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan
triiodotironin (T3), serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme
kalsium bersama dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar
paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran
sel-selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan
sekitarnya yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru.
31
DAFTAR PUSTAKA
WWW.ilmukeperawatan.com
32