Sunteți pe pagina 1din 25

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

PENYAKIT INFEKSI (HEPATITIS)

Disusun Oleh :

1. Dwi Anita
2. Isti Aisah
3. Kintan Dewi Ariyani
4. Yosi Yulinda Dwi A.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Penyakit Infeksi
(Hepatitis).
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Penyakit Infeksi (Hepatitis) ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Purwodadi, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. Pengertian Penyakit Infeksi ..........................................................................2
B. Penyakit Infeksi di Dunia ..............................................................................2
C. Penyakit Infeksi di Indonesia ........................................................................5
D. Rantai Infeksi ................................................................................................8
E. Pencegahan ....................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ..........................................12
A. Analisa Data .................................................................................................12
B. Penampisan Masalah ....................................................................................14
C. Prioritas Masalah ..........................................................................................15
D. Intervensi Keperawatan Komunitas .............................................................16
E. Implementasi Keperawatan Komunitas .......................................................17
F. Evaluasi ........................................................................................................18
BAB IV PENUTUP .................................................................................................20
A. Kesimpulan ..................................................................................................20
B. Saran .............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang tubuh kita, salah satunya adalah
infeksi virus atau bakteri. Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau
mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Di dunia ini banyak sekali macam penyakit infeksi, salah satu penyakit infeksi yang
mudah sekali dalam penularannya adalah infeksi hepatitis. Hepatitis adalah inflamasi dan
cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk
alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan
untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi
agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut.
(Ester Monica, 2002)
Oleh karena itu, dibutuhkan peran perawat komunitas dalam mencegah dan
menanggulangi serta penanganan dalam penyebaran virus hepatitis ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang di angkat dari makalah ini adalah tentang asuhan
keperawatan komunitas pada penyakit infeksi (hepatitis)?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui konsep asuhan keperawatan komunitas pada penyakit infeksi (hepatitis).
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit infeksi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan komunitas pada penyakit
infeksi (hepatitis)

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Infeksi


Penyakit infeksi (infectious disease) yang juga dikenal sebagai communicable disease
atau transmissible diseae merupakan penyakit yang terjadi akibat dari infeksi, keberadaan
dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme host individu. Dalam hal
tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi
meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler dan protein yang
menyimpang dikenal sebagai prion. Penularan patogen terjadi dengan berbagai cara yang
meliputi kontak fisik, makanan yang terkontaminasi, cairan tubuh, benda, inhalasi yang
ada di udara atau melalui organisma vektor. Penyakit infeksi yang sangat infektif ada
kalanya disebut menular dan dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak dengan
orang yang sakit. Penyakit infeksi dengan infeksi yang lebih khusus, seperti penularan
vektor, penularan seksual, biasanya tidak dianggap sebagai menular karenanya korban
tidak diharuskan adanya karantina medis (Mulholland, 2005).

B. Penyakit Infeksi di Dunia


Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup tinggi
meskipun terapi pengobatan dan pencegahan terhadap kejadian infeksi semakin
berkembang. Setiap tahunnya penyakit infeksi membunuh 3,5 juta orang yang sebagian
besar adalah anak-anak miskin dan anak yang tinggal di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah (WHO, 2014). Lebih dari 60-70%, dan prevalensi terbesar
ditemukan pada anak balita dan anak usia sekolah dasar (Judarwanto, 2005). Data lain
menyebutkan bahwa pada tahun 2013, terdapat 6,3 juta anak-anak di bawah 5 tahun
meninggal, di mana setiap harinya terjadi sekitar 17.000 kematian. Dari data tersebut
sekitar 83 % kematian disebabkan oleh penyakit infeksi, kelahiran dan kondisi gizi yang
didapatkan oleh anak-anak (WHO, 2015). Dinegara-negara berkembang pola
epidemiologi penyakit tampak bahwa pola prevalensi penyakit infeksi dan parasit masih
sangat tinggi, misalnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare
(Santoso L, 2010).

2
Berikut ini adalah wabah penyakit menular yang banyak menimbulkan kematian dan
mengurangi populasi penduduk dunia menurut BuzzFeed News (2017) :
1. Wabah Black Death di Madagaskar
Wabah Black Death disebabkan bakteri Yersinia pestis, yang biasanya ditularkan
dari tikus ke manusia oleh kutu yang terinfeksi. Wabah ini dapat diobati dengan
antibiotik. Namun, wabah penyakit ini dapat berakibat fatal. Sebanyak 30-100% kasus
tidak dapat diobati, menurut WHO.
Wabah ini menjadi wabah terbesar dan paling mematikan pada tahun 2017 di
Madagaskar. Sebanyak 2.417 kasus dan 209 kematian terjadi sejak Agustus 2017.
Wabah Black Death dianggap wabah yang tidak biasa karena mayoritas kasus wabah
penyakit (77%) ini bersifat pneumonia, bentuk wabah penyakit paling serius, yang
dapat menyebar dari manusia ke manusia.
2. Kolera di Yaman
Epidemi kolera menjadi masalah sepanjang sejarah. Penyakit ini disebabkan
makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Hal ini dapat
menyebabkan diare parah dan dehidrasi. Kolera dapat membunuh manusia dalam
hitungan jam bila tidak diobati. Wabah kolera terbesar tahun ini terjadi di Yaman.
Wabah dimulai pada Oktober 2017 dengan 862.858 kasus dan 2.177 kematian.
Namun, angka tersebut diperkirakan masih meningkat. Kolera di Yaman semakin
rentan terjadi karena konflik yang sedang berlangsung dan infrastruktur kesehatan
yang hancur.

Tahun ini, ada juga wabah kolera di Kenya, Zambia, dan Nigeria. WHO
menyarankan, saat bepergian ke negara-negara dengan endemik kolera atau daerah
dengan sanitasi air yang buruk, sebaiknya minum air dari botol sendiri untuk
menghindari tertularnya kolera atau virus dan parasit lainnya.

3. Ebola
Wabah Ebola tahun 2017 jauh lebih kecil daripada beberapa tahun terakhir.
Wabah Ebola tahun 2014-2016 di Afrika Barat adalah yang terbesar dalam sejarah,
yang memengaruhi banyak negara. Sejak tahun 2016, jumlah kasus Ebola menurun
drastis.

Namun, Mei 2017 terjadi wabah ebola dalam skala kecil di Republik Demokratik
Kongo (DRC). Ebola disebabkan oleh virus yang menyebar melalui darah dan cairan

3
tubuh dari manusia atau hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan
pendarahan parah, yang seringkali mengakibatkan kematian. Angka kematian rata-
rata Ebola sekitar 50%, tapi bisa mencapai 90%.

4. Difteri menyerang para pengungsi di Bangladesh


Difteri termasuk infeksi yang mengancam jiwa, yang disebabkan
bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini menyebabkan tersumbatnya
saluran pernapasan, kelumpuhan, kerusakan jantung, dan kematian.

Faktanya, wabah difteri terjadi di Bangladesh, yang menyerang para pengungsi.


Kondisi ini memicu kekhawatiran terhadap populasi pengungsi, terutama anak-anak.
Klinik Médecins Sans Frontières (MSF) di kota Cox's Bazar, Bangladesh, melaporkan
adanya 804 kasus yang diduga difteri dan 15 kasus kematian sejak 3 November 2017.

5. Virus Marburg Muncul di Uganda Timur


Penyakit virus Marburg (MVD) adalah kondisi langka dan mematikan. Secara
klinis, penyakit ini mirip dengan Ebola dan memiliki tingkat kematian hingga 88%.
Marburg menyebabkan demam, yang bisa mengakibatkan kegagalan organ, syok, dan
pendarahan hebat.

MVD biasanya ditularkan dari kelelawar buah. Pada Oktober 2017, Kementerian
Kesehatan Uganda mengkonfirmasi, wabah Marburg di Distrik Kween di Uganda
Timur.

Wabah tersebut membuat tiga orang meninggal. Sebaiknya, Anda harus berhati-
hati menghindari kelelawar atau gua tempat tinggal kelelawar.

6. MERS-CoV di Semenanjung Arab


MERS-CoV pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012. Virus ini menyebabkan
penyakit pernapasan, yang disebut Middle East respiratory syndrome (MERS).
Gejalanya meliputi demam, sesak napas, dan pneumonia.

Virus tersebut juga menyebar ke manusia dari unta yang terinfeksi. Pada tahun
2017 terjadi beberapa wabah MERS-Cov sekitar 224 kasus dan 67 kematian.
Mayoritas kasus ini dilaporkan di Arab Saudi. Ada juga kasus di Uni Emirat Arab,
Oman, Qatar, dan Lebanon. Sebagian besar wabah terjadi di lokasi yang
kebersihannya buruk.

4
7. Demam Lassa di Nigeria
Demam Lassa adalah demam yang disebabkan oleh virus Lassa. Manusia
biasanya terkena Lassa dari kontak tikus yang terinfeksi atau urin dan kotoran tikus.
Demam ini termasuk endemik di Afrika Barat.
Di tahun ini, terjadi wabah demam Lassa mematikan yang sangat besar di Nigeria.
Menurut WHO, wabah Lassa tahun 2017 ini adalah yang pertama terjadi di negara
bagian Nigeria. Jumlah korban dilaporkan ada 501 kasus dan 104 kematian sejak
Desember 2016 hingga di penghujung 2017 ini.
8. Demam Berdarah Dengue (DBD) di Afrika dan Asia
Demam berdarah dengue adalah penyakit, yang disebabkan virus dengue dan
ditularkan dari nyamuk. DBD menyebabkan gejala mirip flu dengan demam, ruam,
dan nyeri sendi.

Kejadian DBD di seluruh dunia meningkat dalam beberapa tahun terakhir.


Menurut WHO, diperkirakan ada 390 juta orang yang terinfeksi DBD per tahunnya.
Pada tahun 2017, ada beberapa wabah mematikan DBD di Afrika dan Asia. Pada Mei,
Kementerian Kesehatan di Pantai Gading mengonfirmasi, wabah DBD di ibu kota
Abidjan dengan 623 kasus dan dua kematian. Pada Juli pun, terjadi wabah DBD di Sri
Lanka dengan angka 80.732 kasus dan 215 kematian.

C. Penyakit Infeksi di Indonesia


Penyebab timbulnya penyakit infeksi di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim juga
didukung oleh beberapa faktor lain, misalnya kesadaran masyarakat akan kebersihan yang
kurang, jumlah penduduk yang padat, kurangnya pengetahuan dan implementasi dari
sebagian besar masyarakat mengenai dasar infeksi, prosedur yang tidak aman
(penggunaan antibiotik yang dipergunakan tidak tepat), serta kurangnya pedoman dan
juga kebijakan dari pemerintah mengenai pengunaan antibiotik (Nursidika et al, 2014).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) perkembangan penyakit infeksi di
Indonesia dapat dilihat dari beberapa data penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran
Pernapasan (ISPA) memiliki angka prevalensi sebesar 25 %, pneumonia memiliki insiden
1,8 % dan prevalensi 4,5 %, hepatitis memiliki angka prevalensi dua kali lebih tinggi
pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007 yakni 1,2 %, sedangkan untuk diare memiliki
insiden dan prevalensi pada semua umur di Indonesia adalah 3,5 % dan 7,0 %. Penyakit
infeksi dapat disebabkan oleh bakteri patogen yang berbahaya bagi sel inangnya

5
(Ngaisah, 2010). Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi pada
hewan dan manusia adalah Escherichia coli (Roslizawaty et al, 2013). Escherichia coli
merupakan famili enterobacteriaceae dan merupakan bakteri patogen oportunistik yang
dapat menyebabkan infeksi pada inang yang terganggu sistem imunnya (Torres et al,
2012). Escherichia coli adalah salah satu bakteri penyebab penyakit seperti diare, infeksi
saluran kemih, pneumonia, meningitis pada bayi yang baru lahir dan infeksi luka
(Ngaisah, 2010). Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif primer patogen yang
merupakan penyebab kedua penyakit infeksi setelah Streptococcus. Meningitis yang
disebabkan oleh E. coli menyebabkan kematian pada 20-40 % pada bayi yang terinfeksi
(Jafari et al, 2012). Selain meningitis, diare juga merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh Escherichia coli. Penyakit diare merupakan penyebab kedua kematian
pada anak di bawah lima tahun, dan menjadi penyebab kematian sekitar 760.000 anak
setiap tahun. Selain itu terdapat 1,7 miliar kasus diare tiap tahunnya (WHO, 2013).

Secara umum, ada beberapa jenis penyakit yang paling menular di Indonesia :

1. Tuberkulosis
Seperti halnya flu, kuman tuberkulosis (TB) menyebar di udara pada saat
penderita batuk, bersin, atau meludah. Secara sosial, penderita TB dikonotasikan
sebagai "orang berbahaya" karena penyakitnya menular ke orang lain sehingga
dikucilkan dari lingkungannya.

2. Hepatitis
Hepatitis menurut Amin H. Nur Arif (2015) merupakan peradangan pada hati
(liver) yang disebabkan oleh virus hepatotropik yang dapat menyebabkan hepatitis A
(HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E
(HEV), hepatitis F dan hepatitis G. Hepatitis dibagi menjadi 2 tahapan yaitu hepatitis
akut dan kronis.
Klasifikasi agen penyebab hepatitis virusyaitu : 1) Transmisi secara enterik (HAV
dan HEV), 2) Transmisi melalui darah (HBV, HDV, HCV). Gejala hepatitis akut
yaitu : 1) Malaise, anoreksia, mual dan muntah. 2) Gejala flu, faringitis, batuk,
fotopobia, sakit kepala dan mialgia. 3) Demam ditemukan pada infeksi HAV. 4)
Pruritus. 5) Nyeri tekan pada hati. 6) Splenomegali ringan. 7) Ikterus didahului
dengan kemunculan urin berwarna gelap. 8) Limfanodenopati.
3. Malaria

6
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan parasit plasmodium yang
hidup dalam sel darah merah manusia dan ditularkan oleh nyamuk malaria, anopheles.
Penyakit parasit ini masih menjadi wabah di sejumlah wilayah di Indonesia. Berbeda
dengan nyamuk penyebab demam berdarah, nyamuk penyebar malaria ini
berkembang biak di kubangan-kubangan air alami, seperti di sekitar sungai, sawah,
tegalan, dan hutan, termasuk di areal-areal bekas genangan banjir. Penyakit ini mudah
dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta demam
berkepanjangan.

4. Cacar air
Hampir setiap orang pernah menderita cacar air saat kecil. Ini karena virus
varicella zooster penyebab cacar air termasuk yang paling mudah menular dari orang
ke orang. Virus ini juga bisa menyebabkan herpes. Kendati bisa disembuhkan, jangan
sepelekan penyakit yang telah ratusan tahun dikenal orang ini karena bisa terjadi
komplikasi sejumlah penyakit. Bekas gelembung berisi cairan pun bisa meninggalkan
bopeng yang mengganggu penampilan.

Penularan cacar air terjadi lewat percikan ludah orang sakit atau melalui cairan
yang keluar bila gelembung-gelembung di kulit pecah. Penderita dapat menularkan
penyakit ini 24 jam sebelum kelainan di kulit timbul sampai tujuh hari kemudian.
Karena sangat mudah menular, penderita harus diisolasi sampai sembuh.

5. Influenza
Virus influenza dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lain,
seperti halnya kita berpindah dari satu situs ke situs lain. Penularan terjadi karena
kontak langsung, seperti bersin dan batuk, atau penularan tak langsung seperti
menyentuh gagang pintu yang sudah tercemar virus.

Kebanyakan virus flu menyebabkan gejala ringan berupa nyeri otot, batuk, bersih,
demam, sakit kepala, lelah, dan hidung tersumbat. Yang harus diwaspadai adalah,
virus flu sampai saat ini terus bermutasi dan menyebabkan berbagai penyakit, seperti
flu burung (swine flu).

7
D. Rantai Infeksi

Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses infeksi.
lingkaran link, masing-masing mewakili komponen dalam siklus. Setiap poin dari mata
rantai harus ada dan berada dalam posisi yang benar. Rantai Infeksi terdiri atas : agen
infeksi, reservoir, portal keluar dari reservoir, cara penularan, dan portal masuk ke dalam
host.Pemahaman karakteristik setiap poin dalam mata rantai dapat membuat perawat
merawat pasien yang rentan dengan infeksi lebih baik lagi. Sebuah kesadaran siklus ini
juga menjadikan perawat lebih berpengetahuan tentang metode perlindungan diri.

1. Infectious Agent /agen Infeksi


Sebuah organisme mikroba dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
Semakin besar virulensi organisme (kemampuan untuk tumbuh dan berkembang
biak), invasi (kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan) dan patogenisitas
(kemampuan untuk menyebabkan penyakit), semakin besar kemungkinan bahwa
organisme akan menyebabkan infeksi. Agen infeksius adalah bakteri, virus, jamur,
dan parasit.
2. Reservoir
Tempat di mana mikroorganisme dapat berkembang dan bereproduksi. Sebagai
contoh, mikroorganisme berkembang pada manusia, hewan, dan benda mati seperti
air, permukaan meja, dan gagang pintu.
3. Portal of exit/ portal keluar dari reservoir
Sebuah tempat keluar mikroorganism meninggalkan reservoir. Sebagai contoh,
mikroorganisme dapat meninggalkan reservoir melalui hidung atau mulut ketika

8
seseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme, terbawa dari tubuh oleh tinja, juga
dapat meninggalkan reservoir usus yang terinfeksi.
4. Mode of transmission/ Cara Penularan
Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat ke
tempat lain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang ke
orang lain.
5. Portal of entry
Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke dalam
host/penderita. Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit.
Portal juga hasil dari tabung yang ditempatkan dalam rongga tubuh, seperti kateter
urin, atau dari tusukan yang dihasilkan oleh prosedur invasif seperti penggantian
cairan intravena.
6. Susceptible host
Seseorang/ individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam
tubuhnya dan mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang
kekebalan atau ketahanan fisik untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme patogen.

E. Pencegahan
Secara umum, pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui langkah-
langkah :

1. Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)


Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan
dengan :
a. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus
untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b. Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk
itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
c. Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan
usaha yang penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit
menular.
d. Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan

9
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap
penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific
protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat
profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri
baksilus. Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan
pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga
merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruslah
didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi
atau hasil pengamatan. Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara
umum yakni :
a. Pencegahan primer
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor peyebab,
lingkungan serta factor penjamu.
1) Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, yang bertujun
untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit,
penyemprotan/insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina
dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularan. Selain itu
usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat dilakukan
melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya
pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang
dapat meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat.
2) Mengatasi / modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti
pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan
social seperti kepadatan rumah tangga, ubungan antar individu dan kehidupan
social masyarakat.
3) Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status
kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta

10
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis,
persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh factor keturunan, dan
peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah raga
kesehatan.
b. Pencegahan sekunder
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau
dianggap mendrita(suspek) atau yang terancam akan menderita(masa tunas).
Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk
mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah terjadinya akibat
samping atau komplikasi.
1) Pencarian penderita secara dini dan aktif mlalui peninkatan usaha surveillans
penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pmeriksaan kelompok tertentu (
calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain sebagainya ), penyaringan (
screenin) untuk pnyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta
pengobatan dan perawatan yang efektif.
2) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berda
pada proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit tertentu.
c. Pencegahan tersier
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tetentu dengan
tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mncegah kematian akibat
penaykit tersebut. Berbagi usaha dalam mencegah proses penyakit lebih lanjut
seperti pada penderita diabetes mellitus, penderita tuberculosis paru yang berat,
penderita penyakit measles agar jangan terjadi komplikasi dan lain sebagainya.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya
akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah
usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan social seoptimal mungkin yng
meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi mental/psikologis serta
rehbilitasi social.

11
BAB III

DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS KELURAHAN KURIPAN,


KECAMATAN PURWODADI JAWA TENGAH

Data yang didapat dari hasil pendataan yang dilakukan mulai tanggal 17 juli 2019,
dianalisis dan diperoleh masalah keperawatan komunitas, kemudian dilakukan penapisan
untuk menentukan prioritas masalah keperawatan.

A. Analisis Data
No Data Subjektif Data Objektif Masalah
Keperawatan
Komunitas
1 1. Beberapa warga Kelurahan 1. Beberapa warga Tingginya penyakit
Kuripan, Kecamatan Purwodadi menunjukkan hepatitis di
Jawa Tengah tidak mencuci tangan dengan Kelurahan Kuripan,
tangan sebelum makan, makanan kondisi kuku yang Kecamatan
dimasak tidak matang, tangan panjang dan kotor, Purwodadi Jawa
kotor, dan makanan tidak bersih. makanan yang Tengah
2. Beberapa warga melakukan MCK dikonsumsi tidak berhubungan
pada tempat yang sama. dalam keadaan dengan perilaku
kurang terjaga masyarakat yang
kebersihannya kurang sehat.
sehingga dihinggapi
lalat.
2. Di lingkungan
tempat tinggal
warga, segala
aktivitas rumah
tangga seperti
memasak dan
MCK,
menggunakan

12
sumber air yang
sama.
2. 1. Ibu E, warga Kelurahan Kuripan, 1. Warga terlihat tidak Resiko tinggi
Kecamatan Purwodadi Jawa peduli dan peningkatan
Tengah mengatakan jika terkena menganggap hepatitis kejadian penyakit
penyakit hepatitis dibiarkan saja. sebagai penyakit biasa hepatitis
2. Warga mengatakan tidak pernah sehingga ketika timbul berhubungan
ada penyuluhan dari petugas. gejala hepatitis, hanya dengan kurangnya
dibiarkan pengetahuan
2. Warga tidak masyarakat
mengetahui apa itu terhadap penyakit
penyakit hepatitis, hepatitis.
tanda gejala serta
penanganannya.
3. 1. Beberapa warga Kelurahan 1. Tidak Defisiensi
Kuripan, Kecamatan Purwodadi tersedianya program kesehatan
Jawa Tengah mengatakan bahwa untuk mengatasi dan komunitas
tidak ada petugas, petugas kurang mengurangi masalah berhubungan
peduli, petugas jarang penyuluhan, hepatitis di kelurahan dengan kurangnya
pernah ada penyuluhan 1 kali, tersebut. tenaga kesehatan di
petugas tidak rutin datang, tidak masyarakat
ada penyuluhan.
4. 1. Beberapa warga mengatakan 1. Warga tidak Risiko penularan
bahwa mereka menggunakan air mendapatkan sumber angka penyakit
rawa untuk semua kebutuhan air bersih sehingga hepatitis
sehari-hari termasuk untuk mereka hanya berhubungan
memasak dan MCK. menggunakan sumber dengan lingkungan
air dari rawa untuk yang kurang
kebutuhan sehari-hari. mendukung:
ditandai dengan
kurangnya sumber
air bersih.

13
B. Penampisan Masalah
Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penampisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun
penampisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
N Masalah Keperawatan Kriteria Jumlah Keterangan
o. A B C D E F
1. Tingginya penyakit hepatitis di kelurahan Kuripan, 8 9 9 9 7 8 46 A: kesadaran komunitas terhadap
kecamatan Purwodadi Jawa Tengah berhubungan dengan masalah
perilaku masyarakat yang kurang sehat. B: motivasi komunitas dalam
menyelesaikan masalah
2. Resiko tinggi peningkatan kejadian penyakit hepatitis 7 8 8 7 6 8 44 C: kemampuan perawat untuk
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mempengaruhi atau memberikan
terhadap penyakit hepatitis. solusi penyelesaian masalah
3. Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan 8 9 8 7 6 6 44 D: tersedianya keahlian untuk
kurangnya tenaga kesehatan di masyarakat. menyelesaikan masalah
4. Risiko penularan angka penyakit hepatitis berhubungan 9 8 6 8 7 7 45 E: keseriusan masalah yang
dengan lingkungan yang kurang mendukung: ditandai dihasilkan jika tidak diselesaikan
dengan kurangnya sumber air bersih. F: kecepatan masalah dapat
diselesaikan.

14
C. Prioritas Masalah Keperawatan
Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas di
Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi Jawa Tengah adalah:
N Masalah Keperawatan Jumlah
o.
1. Tingginya penyakit hepatitis di 46
Kelurahan Kuripan, Kecamatan
Purwodadi Jawa Tengah berhubungan
dengan perilaku masyarakat yang
kurang sehat.

2. Resiko tinggi peningkatan kejadian 44


penyakit hepatitis berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap penyakit hepatitis.
3. Defisiensi kesehatan komunitas 44
berhubungan dengan kurangnya tenaga
kesehatan di masyarakat.
4. Risiko penularan angka penyakit 45
hepatitis berhubungan dengan
lingkungan yang kurang mendukung:
ditandai dengan kurangnya sumber air
bersih.

15
D. Intervensi Keperawatan Komunitas
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan itndakan menetapkan
apa yang harus di lakukan untuk membatu sasaran dalam upaya promotif,
prefentif, kuratif dan rehabilitative. Langkah pertama dalam tahap perencaan
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah
yang telah di tetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada 2
faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana
tersebut yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana,
sarana, tenaga yang tersedia.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahap


sebagai berikut :

1. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan
cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerja
sama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (prokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang
dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri
mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan
kesehatan dan kesejahteraan, mengingkatkan kemampuan masyarakat
berperan serta dalam pembangungan kesehatan diwilayahnya.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan
a. Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
b. Melakukan pengkajian
c. Membantu program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan

16
d. Melatih kader
e. Keperawatan langsung pada individu, keluarga, dan masyarakat
4. Tahap formasi kepemimpinan
5. Tahap koordinasi intersektoral
6. Tahap akhir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kelompok
kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Pendidikan kesehatan tentang penyakit hepatitis
b. Melakukan deteksi dini tanda-tanda penyakit hepatitis melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
c. Bekerja sama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila streser dari lingkungan
d. Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

E. Implementasi Keperawatan Komunitas


Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :

1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hepatitis


2. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah penularan
hepatitis
3. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat


pencegahan, yaitu :

17
1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan di fokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan kusus terhadap penyakit, contoh : imunisasi, penyuluhan
gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
2. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnose dini dan
tindakan untuk menghambat proses penyakit.
3. Pencegahan tersier yaitu kegiatan yang menenkankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidak mampuan
keluarga. Contoh : membantu keluarga yang mempunyai keluarga dengan
penyakit hepatitis untuk melakukan pemerikasaan secara teratur ke
pelayanan kesehatan.

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap progam yang telah di laksanakan
dibandingakan dengan tujuan semula dan di jadikan dasar urnuk
memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Sedangkan focus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah :
1. Relefansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksaan
2. Perkembangan atau kemajuan proses : kesesuaian dengan perencanaan,
peranstaf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
3. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan progam
4. Efiktifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat
puas akan tindakan yang di laksanakan.

18
5. Dampak. Apakah status eksehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan. Apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit infeksi (infectious disease) yang juga dikenal sebagai communicable
disease atau transmissible diseae merupakan penyakit yang terjadi akibat dari
infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme
host individu. Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang
waktu.
Secara umum, ada beberapa jenis penyakit yang paling menular di Indonesia
adalah Tuberkulosis, Hepatitis, Malaria, Cacar air, dan Influenza.
Hepatitis merupakan peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus
hepatotropik yang dapat menyebabkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis F dan
hepatitis G. Hepatitis dibagi menjadi 2 tahapan yaitu hepatitis akut dan kronis.
Asuhan keperawatan komunitas pada hepatitis di awali dengan analisa data,
penampisan masalah, menentukan prioritas masalah, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat di manfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, di perlukan lebih banyak
refrensi untuk menunjang proses pembelajaran.

20
DAFTAR PUSTAKA

Andri Sanityoso. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Harsono, Fitri Haryanti. 2017.

https://www.liputan6.com/health/read/3211177/8-wabah-penyakit-yang-
gemparkan-dunia-sepanjang-2017 (diakses 5 Maret 2019)

http://www.who.int/. 2010. Program Pencegahan, Pemberantasan Dan


Pengawasan Terhadap Penyakit Menular.

Jafari A, Aslani M.M, Bouzari S., 2012. Escherichia coli: a brief review of
diarrheagenicpathotypes and their role in diarrheal diseases in Iran. Iranian
Journal of Microbiology Volume 4 Number 3. Hal. 102-117

Judarwanto, W. 2005. Perilaku Makan Anak Sekolah. Klinik Khusus Kesulitan


Makan pada Anak : Jakarta.

Mulholland, A., 2005. Bacterial Infections - A Major Cause of Death Among


Children In Africa. NEJM.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma, (eds). 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, edisi revisi, jilid 2.
Jogjakarta : Mediaction.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta : EGC.

21
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Daerah 2013. In: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, editor. Jakarta.

Santoso L., 2010. Ikhtisar Penyakit Tropik. FKM UNDIP

WHO., 2013. Antimicrobial Resistance. World Health Organisation.


http://www.who.com (Diakses maret 2019)

22

S-ar putea să vă placă și