Sunteți pe pagina 1din 15

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA MENGGUNAKAN

METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY VANIA BAKERY DI


SEMARANG

Oleh :
Ary Erlinda Setiyani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Dian Nuswantoro Semarang

ABSTRACT
A production activity is necessary to be done by sarcrificing an economic source
similiar to utility costs in order to make a product or service to be marketed. All of these
costs will be the basis in determining the cost of production. Determining the cost of
production is very important, because it also plays a role in determining the price. The cost
of production and its selling price could increased competition between one to naother
company to produce a quality product at comppetitive prices.
In this study, the Home Business Industry of Vania Bakery became the object of
activities for the calculation of cost of production and the selling price. The aim of the
present study was to analyze the calculation of production and the selling price of chocolate
banana bread calculate on the basis of the company’s method and full costing one. Data used
in this study were primary data collected from the company and conducted by doing
interviews and secondary data obtained through literature in line with the title of the study.
Method of calculating the cost of production and selling prices used in this study is to use the
full costing method.
Results of this study showed that the calculation of cost production using full costing
method was Rp 80.734.875,00 price of production cost per seed was Rp 2.070,00 and the
selling price per seen was Rp 3.300,00. While the calculation of production cost based on
company’s calculation was Rp 74.372.400,00 price of production per seed was Rp 1.907,00
and the selling price per seed was Rp 3.000,00. There was difference of the cost of
production of Rp 6.362.475,00. The difference in the cost of production per seed was Rp
163,00 and selling price difference of Rp 300,00.

Keywords: cost of production, selling prices, full costing

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia saat ini telah banyak dijumpai industri-insdustri rumahan atau yang lebih
dikenal dengan home industry. Home industry saat ini sangat membantu pemerintah dalam
menghadapi masalah perekonomian negara khususnya masalah penganguran. Biasanya
industri-industri rumahan merekrut para karyawan dari lingkungan tempat tinggal mereka
sendiri atau bisa juga karyawan di luar kota. Perusahaan-perusahaan atau industri-industri
yang telah didirikan harus mempunyai strategi ataupun metode yang tepat agar produk-
produk yang dihasilkan tetap bisa bersaing dan hendak bertujuan untuk mendapatkan laba
atau keuntungan, karena kemajuan dunia dewasa ini jauh berkembang dengan pesat, baik
dalam skala besar maupun kecil serta banyaknya industri yang terus bermumculan akan
menimbulkan persaingan industri sejenis maupun yang tidak sejenis untuk dapat menguasai
pasar akan hasil produk perusahaan tersebut (Maria, 2014).
Usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai negara termasuk di Indonesia
merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena
kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga atau
rumahan. Dengan demikian konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Selain itu, peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai
katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju
pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Semakin berkembangnya
perusahaan, semakin kompleks aktivitas-aktivitas yang dijalankan. Seringkali terdapat
beberapa kendala dalam industri rumahan, salah satunya keuangan, baik berupa modal awal
hingga perhitungan harga pokok produksi dan harga jual (Ilham, 2013). Selain itu, masalah-
masalah yang muncul dalam sektor home industry adalah laporan mengenai biaya-biaya yang
telah dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Para pelaku usaha dalam melakukan
perhitungan harga pokok produksi dan harga jual biasanya kurang terperinci.
Permasalahan harga pokok produksi dan harga jual berawal dari tidak adanya suatu
proses pencatatan yang baik yang dilakukan oleh pelaku usaha. Usaha home industry Vania
Bakery merupakan usaha kecil yang bergerak dalam bidang produksi manufaktur makanan
yang produksinya dilakukan selama enam hari dalam satu minggu. Dalam melakukan
perhitungan harga pokok produksi, usaha home industry vania bakery ini masih
menggunakan metode pencatatan yang masih sederhana yaitu biaya tenaga kerja dan biaya
overhead yang digunakan untuk memproduksi roti pisang cokelat belum dimasukkan dalam
komponen biaya produksi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi dan
harga jual roti pisang cokelat yang telah dilakukan oleh home industry vania bakery dan
perhitungan yng telah dilakukan dengan metode full costing.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Biaya

Menurut beberapa ahli, definisi biaya dapat diartikan sebagai berikut:

2
1. Daljono (2005) biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
keuntungan atau manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang.
2. Mulyadi (2012) ada dua definisi yaitu biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti
sempit. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan biaya dalam arti luas,
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah
harga pokok.
3. Hansen dan Mowen (2012) biaya adalah kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa depan
bagi organisani. Biaya dikatakan sebagai setara kas karena sumber nonkas dapat
ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang ada di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan
untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.

Obyek Biaya

Menurut Ilham (2013) pada dasarnya objek biaya adalah setiap kegiatan atau aktivitas
yang memerlukan adanya pengukuran atau penentuan biayanya secara tersediri. Maksudnya
adalah untuk mengetahui berapa besarnya biaya untuk mengukur sesuatu seorang pemakai
informasi akuntansi dapat menyebutnya sebagai objek biaya.

Penggolongan Biaya

Menurut Mulyadi (2012) biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Biaya
dapat digolongkan menurut:
1. Objek pengeluaran.
Dalam penggolongan berdasarkan obyek pengeluaran merupakan dasar dari
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan baku, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan baku disebut dengan “biaya bahan baku”
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.
Pada perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan
manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok:
a. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
bahan produk jadi yang siap dijual. Contoh biaya yang termasuk dalam biaya
produksi meliputi biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya
penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian yang langsung
maupun tidak langsung. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya
produksi dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung disebut juga dengan biaya utama (prime cost), sedangkan biaya kerja
langsung dan biaya overhead pabrik sering disebut dengan biaya konversi
(convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan
baku menjadi produk jadi.
3
b. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi; biaya
pendalaman dinas; biaya gaji manajer, biaya perjalanan dinas, dan lain-lain.
c. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi dan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya telepon,
biaya peralatan kantor, biaya gaji karyawan keuangan, administrasi, personalia dan
hubungan masyarakat, biaya fotocopy, dan lain-lainnya.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang akan dibiayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Hubungannya dengan
sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan demnjadi dua golongan:
a. Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemental
costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh
sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk
disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik
(factory overhead costs). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya
tidaklangsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya
dinikmati oeh lebih dari stu departemen.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya dapat digolongkan
menjadi:
a. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
b. Biaya Semivariabel
Biaya semivariable adalah biaya yang berubah sesuai tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semivariable mengandung unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel.
c. Biaya Semifixed
Biaya semifixed adalah biaya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu.
5. Jangka waktu manfaatnya
Atas jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
a. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran
modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan
dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
diamortisasi atau di deplesi.

4
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi yang terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran
pendapatan ini dibebankan sebagai biaya yang dipertemukan dengan pendapatan yang
diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.

Harga Pokok Produksi

Menurut Hansen dan Mowen (2013) harga pokok produksi (cost of goods
manufactured) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan.
Biaya yang hanya dibebankan terhadap barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur
dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Berdasarkan pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya, baik langsung maupun
tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selama periode tertentu.

Tujuan Harga Pokok Produksi


Tujuan harga pokok produksi menurut Mulyadi (2012) adalah:
a. Biaya produksi merupakan salah satu data yang dipertimbangkan selain data non
produksi dalam penentuan harga jual produk yang dipasarkan.
b. Untuk memantau realisasi biaya produksi.
c. Menghitung laba rugi bruto perusahaan pada periode tertentu.
d. Menentukan harga produk dalam proses dan produk selesai yang disajikam dalam
neraca.

Metode Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang


memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2012).
Penjelasan mengenai elemen biaya yang dibebankan ke produk, Hansen dan Mowen (2013):
a. Bahan Langsung
Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau
jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk
karena pengamatan secara fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas yang
dikonsumsi setiap produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan
yang digunakan dalam penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan
langsung.
b. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada
barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan
secara fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang terlibat dalam
memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi
produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja
langsung.
c. Overhead
Semua biaya produksi – selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung –
dikelompokkan dalam satu kategori yang disebut overhead. Pada perusahaan
manufaktur, overhead juga dikenal sebagai bahan pabrik (factory burden) atau
overhead manufaktur (manufacturing overhead). Kategori biaya overhead memuat
5
berbagai hal. Selain bahan langsung, banyak masukan diperlukan untuk membuat
produk.

Pengertian Harga Jual

Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada
pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan (Supriyono, 2001).
Penentuan harga jual menurut Supriyono (2001):
1. Kebijakan penentuan harga jual (pricing policies)
Kebijakan penentuan harga jual adalah pernyataan sikap manajemen terhadap penentuan
harga jual produk atau jasa. Kebijakan tersebut tidak menentukan harga jual, namun
menetapkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dan aturan dasar yang perlu diikuti
dalam penentuan harga jual.
2. Keputusan penentuan harga jual (pricing decesion)
Keputusan penentuan harga jual adalah penentuan harga jual produk atau jasa suatu
organisasi yang umumnya dibuat untuk jangka pendek. Keputusan ini dipengaruhi oleh
kebijakan penentuan harga jual, pemnafaatan kapasitas, dan tujuan organisasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual


Banyak faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan penentuan harga jual baik
dari lingkungan internal maupun dari lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
Faktor Bukan Biaya
Faktor bukan biaya ini meskipun sulit diukur dan diramalkan namun harus juga
dipertimbangakan dalam penentuan harga jual. Faktor bukan biaya biasanya merupakan
faktor yang berasal dari luar perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan
manajemen dalam menentukan harga jual. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
1. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.
Perubahan kondisi perekonomian dalam keadaan inflasi, yaitu turunnya daya beli
uang maka akan menyebabkan harga jual barang atau jasa naik. Sebaliknya apabila
perekonomian dalam keadaan deflasi, yaitu naiknya daya beli uang maka harga jual
barang atau jasa akan menjadi lebih rendah.
2. Elastisitas Permintaan
Berubah tidaknya harga produk tergantung pada elastisitas permintaan produk.
Karakteristik elastisitas permintaan adalah (Supriyono, 2001):
a. Jika permintaan elastis, peningkatan harga berakibat penurunan permintaan
sehingga total pendapatan menurun.
b. Jika permintaan produk tidak elastik, peningkatan harga berakibat penurunan
permintaan, namun total pendapatan meningkat.
c. Elastisitas permintaan diukur berdasar preentase perubahan kuantitas dibagi
presentase perubahan harga.
d. Jika elastisitas kurang dari 1, permintaan tersebut tidak elastik. Jika elastisitas
permintaan lebih besar dari 1, permintaan disebut elastik.
e. Elastisitas saling mengukur pengaruh harga barang substitusi terhadap permintaan
produk tertentu.
Elastisitas permintaan dan penawaran mempengaruhi keputusan manajemen untuk
menaikkan atau menurunkan harga jual produk. Jika permintaan suatu produk
6
bersifat elastik maka keputusan untuk menurunkan harga jual berakibat dapat
meningkatkan volume penjualan dan jumlah relatif besar. Sebaliknya, jika
permintaan suatu produk tidak elastik, maka keputusan menurunkan harga jual
berakibat hanya dapat menungkatkan volume penjualan yang relatif kecil.
3. Tipe Pasar
Pada model ekonomi, harga jual disusun berdasarkan tipe pasar yang dihadapi oleh
perusahaan. Beberapa tipe pasar yang penting adalah sebagai berikut (Supriyono,
2001):
a. Persaingan sempurna
b. Persaingan monopolistik
c. Oligopoli
d. Monopoli
4. Penawaran dan Permintaan
Penawaran adalah berbagai jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu
tingkat harga tertentu yang menganggap hal-hal lain sama. Permintaan adalah
jumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat harga tertentu dengan asumsi
hal-hal lainnya sama. Pertemuan antara kurva penawaran dan permintaan
menghasilkan suatu keseimbangan yang menunjukkan besarnya harga (harga jual).
Bentuk pasar yang dihadapi produsen dan konsumen juga sangat mempengaruhi
keseimbangan harga kurva penawaran dan permintaan.
5. Tindakan atau Reaksi Pesaing
Tindakan atau reaksi pesaing juga dapat mempengaruhi tingkat harga yang
ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan yang sejenis akan berusaha menarik minat
konsumen dengan cara menjual barang atau jasanya dengan tingkat harga yang lebih
rendah apabila dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh pesaingnya.
6. Pengaruh Pemerintah
Pengaruh pemerintah yang dimaksudkan dalam penentuan harga jual khususnya
adalah undang-undang, keputusan, peraturan, dan kebijakan pemerintah yang ada
(Supriyono, 2001). Penentuan harga jual barang atau jasa yang menyangkut hajat
hidup orang banyak sangat dipengaruhi oleh kebijakan atau aturan pemerintah.
Pengawasan pemerintah berpengaruh dalam penentuan harga maksimum dan
minimum bagi produk atau jasa yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
7. Ciri atau Kesan Masyarakat
Citra atau kesan masyarakat terhadap suatu barang tau jasa dapat mempengaruhi
harga. Barang atau jasa yang telah dikenal masyarakat mempunyai harga jual yang
lebih tinggi dibanding dengan barang atau jasa yang masih baru dipasar.
8. Tujuan Nonlaba (Nirlaba)
Perusahaan non laba mempunyai tujuan melayani masyarakat, misalnya membantu
pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendirikan
sekolah. Pada umumnya, perusahaan non laba bergerak di bidang jasa. Harga jual
produknya ditentukan sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Biaya total dapat
mencakup keseluruhan dana operasi perusahaan, beban bunga yang ditanggung,
dana untuk meningkatkan jasa pelayanan serta perluasan operasi.
9. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sebuah perusahaan didirikan bukan sekedar untuk mencari laba, tetapi juga untuk
melayani masyarakat. Rasa tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dapat mempengaruhi penentuan harga jual. Harga jual ditentukan berdasarkan
tingkat ekonomi masyarakat yang dilayani.

7
Faktor Biaya
Faktor yang menjadi perhatian khusus bagi manajemen dalam penentuan harga jual
adalah biaya. Dalam penentuan harga jual, faktor biaya digunakan sebagai batas bawah
karena dalam kondisi wajar harga jual harus dapat menutup semua biaya yang
bersangkutan dengan produk atau jasa dan dapat menghasilkan laba yang diharapkan.
Maka dapat diasumsikan bahwa harga jual yang ditetapkan haarus lebih tinggi dari total
biaya yang telah dikeluarkan supaya menguntungkan bagi perusahaan. Manajemen harus
mampu menekan dan mengendalikan biaya agar sruktur biaya tetap rendah sehingga
harga jual produk yang ditawarkan dapat ditekan.

METODE PENELITIAN

Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Vania Bakery sebuah industri rumahan yang beralamat
di Jalan Sawunggaling Timur Nomor 57, Semarang.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yang merupakan penelitian dengan
karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek
yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Subjek yang diteliti dapat berupa
individu, kelompok, lembaga, atau komunitas tertentu. Tujuan studi kasus adalah menentukan
penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberikan gambaran yang
lengkap mengenai subjek tertentu. Lingkup penelitian kemungkinan berkaitan dengan suatu
siklus kehidupan atau hanya mencakup bagian tertentu yang difokuskan pada faktor-faktor
tertentu atau unsur-unsur dan kejadian secara keseluruhan (Indriantoro dan Supomo, 2014).
Penelitian yang dilakukan pada Vania Bakery Semarang merupakan studi kasus untuk
mengungkapkan penerapan akuntansi biaya sebagai penentuan harga pokok produksi.
Sehinga dapat diketahui efisiensi penetapan harga pokok penjualan yang telah dilakukan oleh
pemilik usaha.

Jenis dan Sumber Data

Menurut Indriantoro dan Supomo (2014) sumber data penelitian merupakan faktor
penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh ssecara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat beruoa opini subyek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik) kejadian atau kegiatan
dan hasil pengujian. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
primer, yaitu: metode survei dan metode observasi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dengan melakukan survei dan
observasi secara langsung dari sumber asli, dalam penelitian ini sumber asli adalah Vania
Bakery.

Metode Pengumpulan Data

1. Observasi
8
Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda)
atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan
individu-individu yang diteliti (Indriantoro dan Sumpomo, 2014). Observasi
dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan akuntansi biaya dalam
penetapan harga pokok produksi pada Vania Bakery
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Data yang
dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau
kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan teknik kuisioner akan
kurang memperoleh tanggapan responden (Indriantoro dan Supomo, 2014).
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih banyak dan lengkap
untuk mengolah data penetapan harga pokok produksi.
3. Studi Kepustakaan
Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk membekali
diri dengan teori akuntansi biaya agar dapat diterapkan pada penentuan harga pokok
produksi, serta teori-teori lain yang dapat membantu peneliti dalam menjawab
pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya. Maka dilakukan studi kepustakaan
dengan cara membaca literatur-literatur tentang akuntansi biaya.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif, yaitu dengan merekomendasikan penyususnan harga pokok produksi yang
seharusnya dimana metode ini dinyatakan dengan angka-angka.

Tahapan Penelitian

1. Indentifikasi perusahaan, bidang yang dijalani oleh perusahaan dan tata kelola
perusahaan.
2. Mengumpulkan data mengenai biaya bahan baku, biaya tenega kerja langsung, dan biaya
overhead untuk menghitung biaya produksi.
3. Memasukkan semua elemen yang dibutuhkan dalam perhitungan harga pokok produksi,
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead.
Rumus Harga Pokok Produksi menggunakan metode full costing:
Biaya Bahan Baku Rp. xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
Biaya Overhead pabrik Rp. xxx
Harga Pokok Produksi Rp. xxx
4. Menghitung harga pokok produksi menggunakan metode perusahaan.
Rumus Harga Pokok Produksi menggunakan metode perusahaan:
HPP= Biaya Bahan Baku x 180%
5. Mengevaluasi perbedaan harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan dengan
harga pokok produksi menggunakan metode full costing.
6. Menentukan harga jual sesuai keinginan pemilik perusahaan, dengan memasukkan mark
up atau keuntungan yang diingan ke dalam masing-masing perhitungan (metode
perhitungan perusahaan dan metode perhitungan full costing) kemudian di masukkan ke
dalam rumus dengan mark up 57,3%.
Menurut Slamet Sugiri (1994):
9
Harga jual = Cost + (% Mark up x Cost)
7. Memberikan informasi berupa saran dan kesimpulan kepada pemilik perusahaan tentang
hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Usaha home industry Vania Bakery sudah melakukan perhitungan harga pokok
produksi dengan metode yang masih sederhana. Usaha home industry ini hanya menghitung
dan biaya bahan baku dan dikalikan 180% untuk menghitung biaya produksi. Proses produksi
di Vania Bakery sebanyak 26 hari kerja. Bahan baku pembuatan roti pisang cokelat memiliki
cukup banyak komponen yaitu, tepung terigu, telur, gula, mentega, pengembang, susu, gula,
pisang, cokelat batangan.
Tabel 4.2
Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Pisang Cokelat dengan Metode
Perusahaan
Kebutuhan
No Keterangan Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Satu Bulan
1 Tepung terigu 65 34.000 2.210.000
2 Mentega 13 225.000 2.925.000
3 Susu bubuk 13 60.000 780.000
4 Telur 260 18.000 4.680.000
5 Gula pasir 390 10.000 3.900.000
6 Pisang 520 15.000 7.800.000
7 Pengembang dan penghalus 39 37.000 1.443.000
8 Minyak goreng 260 10.000 2.600.000
9 Gas elpiji 13 140.000 1.820.000
10 Cokelat Batang 130 65.000 8.450.000
11 Plastik 39.000 120 4.680.000
12 Garam 30 1.000 30.000
Total Biaya Bahan Baku 41.318.000
Penambahan Prosentase Sebagai 74.372.400
180%
HPP
Jumlah Roti yang Diproduksi 39000
Harga Pokok Produksi per roti 1.907

Perhitungan menggunakan metode full costing:

1. Biaya Bahan Baku

Tabel 4.15
Biaya Bahan Baku selama satu bulan

10
Kebutuhan
No Keterangan Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Satu Bulan
1 Tepung terigu 65 34.000 2.210.000
2 Mentega 13 225.000 2.925.000
3 Susu bubuk 13 60.000 780.000
4 Telur 260 18.000 4.680.000
5 Gula pasir 390 10.000 3.900.000
6 Pisang 520 15.000 7.800.000
7 Pengembang dan penghalus 39 37.000 1.443.000
8 Minyak goreng 260 10.000 2.600.000
9 Gas elpiji 13 140.000 1.820.000
10 Cokelat Batang 130 65.000 8.450.000
11 Plastik 39.000 120 4.680.000
12 Garam 30 1.000 30.000
Total Biaya Bahan Baku 41.318.000

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Produksi roti pisang cokelat sebesar 60% dari total produksi, sehingga gaji karyawan
juga dihitung 60% dari gaji untuk proses perhitungan biaya produksi.
Tabel 4.16
Biaya Tenaga Kerja Langsung

keterangan karyawan gaji jumlah


Sales 12 1.800.000 21.600.000
Pembuatan adonan 5 960.000 4.800.000
Penggoreng pisang 3 1.600.000 4.800.000
Oven dan pegepakan 6 960.000 5.760.000
Kepala pembutan adonan 1 1.200.000 1.200.000
Total 38.160.000

3. Biaya Overhead Pabrik

Tabel 4.21
Biaya Overhead Pabrik

Keterangan Total Biaya (Rp)


Biaya Listrik 439.000
Biaya Telepon 64.000
Biaya Air 197.000
Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan 556.875
Jumlah 1.256.875

11
Tabel 4.22
Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Pisang Cokelat menggunakan Metode Full
Costing

Keterangan Total Biaya (Rp)


Biaya Bahan Baku 41.318.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 38.160.000
Biaya Overhead Pabrik 1.256.875
Jumlah 80.734.875
Jumlah Produksi 39.000
Harga Per Biji 2.070

Pembahasan

Perbandingan Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Roti Pisang Cokelat
dengan menggunakan perhitungan perusahaan dan perhitungan full costing.

Tabel 4.23
Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Roti Pisang
Cokelat dengan Menggunakan Cara Perusahaan dan Metode Full Costing.

Perhitungan Perhitungan Full


Unsur Biaya Perbedaan
Perusahaan Costing

Biaya bahan baku antara


perhitungan perusahaan
Biaya Bahan Baku Rp 41.318.000 Rp 41.318.000
dan perhitungan full
costing sama karena
merupan landasan biaya.
Pada Metode
Perusahaan Biaya
Biaya Tenaga Kerja Tenaga Kerja tidak
Rp 38.160.000
Langsung dimasukkan kedalam
unsur Biaya Harga
Pokok Produksi

Biaya Overhead
Pabrik Perhitungan perusahaan
belum mengenal istilah
Biaya Listrik Rp 439.000 biaya overhead pabrik,
Biaya Air Rp 197.000 pada perhitungan full
costing
Biaya Telepon Rp 64.000 mengidentifikasikan
Biaya Penyusutan secara terpisah
Mesin dan Rp 556.875 komponen biaya
Peralatan overhead pabrik

12
Perhitungan perusahaan
menambahkan nilai
sebesar 80% dari biaya
Mark up Biaya
Rp 33.054.400 bahan baku untuk
tidak terduga
menjadi dasar
perhitungan harga
pokok produksi.
Harga Pokok
Rp 74.372.400 Rp 80.734.875
Produksi
Jumlah Produksi 39.000 39.000

Harga Pokok Produksi


Harga Pokok berdasarkan perhitungan
Rp 1.907 Rp 2.070 full costing lebih tinggi,
Produksi per Roti
dikarenakan biaya
tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik turut
*Rp 74.372.400 : *Rp 80.734.875 : diperhitungkan.
39.000 39.000
Hasil mark up
57,3% 57,3% perhitungan full costing
lebih tinggi dari pada
Tingkat
perhitungan perusahaan,
Keuntungan (Mark
dikarenakan harga
Up) Rp 1.092,7 Rp 1.186,2 pokok produksi dengan
perhitungan full costing
lebih tinggi.
Harga Jual per Roti Rp 2.999,7 Rp 3.256
Pembulatan Rp 3.000 Rp 3.300
Penjualan berdasarkan
perhitungan full costing
Penjualan Rp 117.000.000 Rp 128.700.000 lebih tinggi Rp
11.700.000 dari pada
perhitungan perusahaan
*Rp 3000 x 39.000 *Rp 3.300 x 39.000
Keuntungan dengan
menggunakan
Keuntungan Rp 42.627.600 Rp 47.965.125 perhitungan full costing
lebih tinggi Rp
5.337.525

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui adanya perbedaan nilai dari hasil perhitungan harga
pokok produksi yang dilakukan menurut metode perusahaan dan metode full costing.
Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan dengan menggunakan metode
perusahaan. Nilai Harga Pokok Produksi yang dihasilkan dengan metode full costing sebesar
Rp 80.734.875,00 sedangkan nilai yang dihasilkan menurut metode perusahaan sebesar Rp
74.372.400,00 sehingga terdapat selisih perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp
80.734.875,00 - Rp 74.372.400,00 = Rp 6.362.475,00.

13
Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing memiliki nilai
lebih tinggi karena semua unsur biaya dihitung secara rinci yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat tetap maupun
variabel sedangkan perhitungan harga pokok produksi menuurut metode perusahaan memiliki
nilai yang lebih rendah karena dalam metode perusahaan belum memasukkan biaya overhead
pabrik dan biaya tenaga kerja langsung. Perusahaan hanya memperinci biaya bahan baku.
Maka dari itu, perhitungan harga pokok produksi menurut metode perusahaan jauh lebih kecil
dibanding dengan menggunakan metode full costing.
Perhitungan harga jual roti pisang cokelat dengan cara menambahkan mark up sebesar 57,3%
pada harga pokok produksi, penentuan mark up oleh pemilik dengan asumsi bahwa harga jual
nantinya akan mampu untuk bersaing di pasar.
Berdasarkan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan, terdapat perbandingan dari hasil
perhitungan harga jual dengan dasar harga pokok produksi menggunkan metode perusahaan
dan harga jual dengan dasar harga pokok produksi menggunakan metode full costing.
Berdasarkan tabel 4.23 diketahui adanya perbedaan nilai harga jual dari hasil perhitungan
harga jual yang dilakukan dengan dasar harga pokok produksi menurut metode perusahaan
dan metode full costing. Perhitungan harga jual dengan menggunakan metode full costing
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan dengan menggunakan
metode perusahaan. Nilai yang dihasilkan dengan dasar harga pokok produksi metode full
costing sebesar Rp 3.300,00 sedangkan nilai yang dihasilkan dengan dasar harga pokok
produksi menurut metode perusahaan sebesar Rp 3.000,00 sehingga terdapat selisih
perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp 3.300,00 - Rp 3.000,00 = Rp 300,00.
Perhitungan harga jual dengan dasar menggunakan metode full costing memiliki nilai
lebih tinggi karena harga pokok produksinya juga lebig tinggi sedangkan perhitungan harga
jual dengan dasar harga pokok produksi menuurut metode perusahaan memiliki nilai yang
lebih rendah karena harga pokok produksinya lebih rendah Maka dari itu, perhitungan harga
jual menurut metode perusahaan memiliki nilai lebih kecil dibanding dengan harga jual yang
menggunakan dasar harga pokok produksi full costing.

PENUTUP

Kesimpulan
1. Usaha home industry Vania Bakery telah melukukan perhitungan harga pokok
produksi dan harga jual, tetapi dalam melakukan perhitungan masih dengan
menggunakan metode yang sederhana. Masih ada biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik yang belum diperhtungkan dalam proses produksi, yaitu gaji
karyawan sebagai biaya tenaga kerja angsung dan biaya listrik, biaya air, biaya
telepon, biaya penyusutan mesin dan peralatan pada biaya overhead pabrik. Hasil
perhitungan harga pokok produksi yang ditentukan oleh perusahaan adalah Rp
74.372.400,00 dan harga pokok produksi per bijinya Rp 1.907,00. Untuk penentuan
harga jual dengan menambah mark up sebesar 57,3% sesuai kebijakan pemilik. Hasil
perhitungan harga jual dengan dasar perhitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan adalah Rp 3.000,00.
2. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing
diperoleh hasil sebesar Rp 80.734.875,00 dan harga pokok produksi per biji Rp
2.070,00. Hasil perhitungan harga pokok produksi dengan mengunakan metode full
costing memiliki nilai lebih tinggi, karena biaya-biaya yang ada dalam proses
produksi dihitung secara terperinci. Untuk penentuan harga jual dengan menambah
mark up sebesar 57,3% sesuai dengan kebijakan pemilik. Hasil perhitungan harga jual
14
dengan dasar harga pokok produksi menurut metode full costing adalah Rp 3.300,00.
Selisih Harga Pokok Produksi menurut metode perusahaan dan metode full costing
sebesar Rp 163,00 dan selisih harga jual sebesar Rp 300,00.
3. Perbedaan perhitungan keuntungan dari metode full costing dan metode perusahaan
adalah sebesar Rp 47.965.125 – Rp 42.627.600 = Rp 5.337.525,00. Dalam metode full
costing keuntungan penjualan roti pisang cokelat lebih tinggi Rp 5.337.525,00.

Saran

Sebaiknya usaha home industry Vania Bakery milik Bapak Nur Wakhid
menggunakan metode full costing dalam penentuan perhitungan harga pokok produksi dan
harga jual dengan menggunakan metode full costing lebih terperinci dan lebih akurat karena
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overherad pabrik dimasukkan ke dalam perhitungan
full costing dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan. Dengan
menggunakan metode full costing harga memang lebih tinggi Rp 300,00 tetapi keuntungan
yang didapat juga lebih tinggi yaitu sebesar Rp 5.337.525,00

15

S-ar putea să vă placă și