Sunteți pe pagina 1din 12

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG DAPAT DIKENDALIKAN PADA

KEJADIAN PJK USIA PRODUKTIF

ANALYSIS OF MODIFIABLE RISK FACTORS CORONARY HEART DISEASE IN


PRODUCTIVE AGE

Desta Saesarwati , Prijono Satyabakti


Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email : destasaesarwati@gmail.com

Abstract: Coronary heart disease is one of cardiovascular disease dan being number one of mortality
cause in world. Coronay heart disease is begun with atherosclerosis. Atherosclerosis is process of
accumulation of cholesterol in wall of heart’s blodd vessels that causes stenosis (obstruction). These
days coronary heart disease attacked productive people. Some risk factors of coronary heart disease
are smoking habit, physical inactivity, hypertension, intake of unhealthy food, and stress. The aims of
this research was to analyse modifiable risk factors of coronary heart disease in productive age that
consists of smoking habit, physical inactivity, and stress. This study was an analytical study that used
cross sectional design conducted at cardiology clinic RSU Haji Surabaya at March-May 2016. The
population in this study were all patients of cardiology clinic in RSU Haji Surabaya with 91 patients
as samples. The data described that there were no significant correlation between smoking habit (p =
0,22), physical inactivity (p = 0,79), dan stress (p = 0,06) with the incident of coronary heart disease
in productive age, and there was significant correlation between passive smoker status with correlation
of coronary heart disease in productive age (p = 0,01). The conclusion are there were no significant
correlation between smoking habit, physical inactivity, and stress with incident of coronary heart disease
in productive age, and there was significant correlation between passive smoker status with incident of
coronary heart disease in productive age.

Keywords: risk factors, coronary heart disease, productive age

Abstrak: Penyakiy Jantung Koroner (PJK) adalah bentuk utama penyakit kardiovaskular dan menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia. PJK terjadi diawali oleh proses aterosklerosis yaitu proses
penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyumbatan). Dewasa
ini PJK sudah banyak menyerang golongan usia produktif. Faktor risiko PJK diantaranya adalah
kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, hipertensi, konsumsi makanan kurang sehat, dan stres. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko yang dapat dikendalikan pada kejadian PJK usia
produktif, yaitu terdiri dari kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, dan stres. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan di poli jantung RSU Haji
Surabaya pada bulan Maret-Mei 2016. Populasi dalam penelitian ini merupakan pasien berusia 15–64
tahun yang memeriksakan diri poli jantung di RSU Haji Surabaya dengan 91 orang sebagai sampel.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok (p = 0,22), kebiasaan olahraga (p = 0,79), dan tingkat stres (p = 0,06) dengan kejadian PJK pada
usia produktif, dan ada hubungan antara status perokok pasif dengan kejadian PJK pada usia produktif
dengan p = 0,01. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, dan tingkat stres dengan PJK pada usia produktif, dan ada
hubungan antara status perokok pasif dengan kejadian PJK pada usia produktif.

Kata kunci : faktor risiko, PJK, usia produktif

PENDAHULUAN Secara global PTM penyebab kematian


Di dunia setiap tahunnya terjadi lebih nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
dari 36 juta kematian akibat Penyakit Tidak kardiovaskular. Menurut Bustan (2007),
Menular (PTM). Dari jumlah tersebut, dari sepuluh penyebab kematian, dua
seperempatnya atau lebih dari 9 juta diantaranya adalah penyakit jantung dan
kematian tersebut terjadi dibawah 60 tahun. stroke. Penyakit kardiovaskular merupakan

22
Desta S. dan Prijono S., Analisis Faktor Risiko yang dapat Dikendalikan… 23

penyakit yang terjadi karena gangguan pada oleh perbedaan pada bermacam faktor risiko
jantung dan pembuluh darah. Beberapa jenis utama (mayor) pada tiap negara, terutama
penyakit kardiovaskular diantaranya adalah tekanan darah tinggi, kolesterol darah,
Penyakit Jantung Koroner (PJK), gagal kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas
jantung, hipertensi dan stroke (Kementrian fisik, dan konsumsi makanan (Ramandika,
Kesehatan RI, 2014). PJK menjadi penyebab 2012). Sebanyak 80–90% masyarakat yang
kematian nomor satu di dunia dan menjadi meninggal karena PJK memiliki lebih dari
masalah kesehatan yang dihadapi berbagai satu faktor risiko utama karena berubahnya
negara di dunia, baik negara maju atau pola hidup masyarakat. PJK menjadi
negara berkembang. Oleh karena itu, permasalahan dalam kesehatan masyarakat
PJK merupakan salah satu penyakit yang karena menyebabkan tingginya angka
menjadi global burden disease. Di Amerika morbiditas dan angka mortalitas. Angka
Serikat diperkirakan lebih dari 500.000 prevalensi PJK juga mengalami peningkatan
orang meninggal karena PJK. Sedangkan di setiap tahunnya (Herman et al., 2015).
Eropa diperkirakan 20.000-40.000 orang per PJK adalah gangguan yang terjadi
satu juta jiwa menderita penyakit tersebut akibat jantung kekurangan suplai darah
(Afriyanti et al., 2015). PJK merupakan dan nutrisi. Hal ini disebabkan karena
penyebab kematian utama pada laki-laki adanya timbunan plak (trombus) dalam
berusia 35- 44 tahun, dan 40% kematian pembuluh darah arteri yang mengalirkan
pada laki-laki usia 55-65 tahun (Setiani, darah menuju jantung. Penumpukan plak
2008). Di Indonesia menurut hasil Riskesdas ini biasa disebut dengan aterosklerosis.
tahun 2013, penderita PJK meningkat seiring Menurut Bustan (2007) aterosklerosis
dengan bertambahnya usia. Prevalensi PJK dapat menyebabkan penyempitan saluran
berdasar diagnosis dokter sebesar 0,5% atau pembuluh darah menuju jantung yang
sebesar 883.447 orang, sedangkan berdasar mengakibatkan kurangnya asupan darah
diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% untuk otot jantung. Menurut American
atau sebesar 2.650.340 orang. Perkiraan Health Association (AHA) bentuk PJK
jumlah penderita PJK tertinggi diduduki yang umum dikenal adalah silent ischemia,
Jawa Timur yaitu 1,3% atau sekitar 375.127 angina pectoris, unstable angina, serangan
orang. Diperkirakan dimasa depan 82% jantung (myocardial infarction atau MI),
angka mortalitas akibat PJK terjadi di negara dan kematian mendadak (sudden death)
berkembang. Tinggi atau rendahnya derajat (American Heart Association, 2015).
kesehatan masyarakat bisa dipengaruhi Sedangkan tanda-tanda umum serangan
oleh faktor lingkungan, perilaku, dan gaya jantung adalah nyeri dada yang menetap
hidup, pelayanan kesehatan, dan faktor selama kurang lebih 10 menit, sakit yang
biologis. Di Indonesia kemajuan dalam terasa di bagian belakang tulang dada kiri,
bidang ekonomi merupakan salah satu faktor dan rasa sakit yang terasa mulai dari bagian
yang berkontribusi dalam meningkatnya bawah lengan atas dan dapat menjalar
prevalensi PJK yang terus meningkat. keatas, kebahu kiri, keleher atau rahang
Semakin berkembang kemajuan bawah. PJK dapat dideteksi atau diketahui
perekonomian Indonesia menyebabkan melalui pemeriksaan Elektrokardiogram
pola hidup masyarakat berubah sehingga (EKG), treadmill (test toleransi), foto
dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. rontgen dada, pemeriksaan laboratorium,
Faktor yang memiliki pengaruh besar dan kateterisasi. PJK merupakan penyakit
pada kesehatan masyarakat adalah faktor yang dapat “ditularkan” melalui suatu
lingkungan, perilaku, dan gaya hidup. Faktor bentuk “penularan sosial” yang berhubungan
perilaku yang memiliki pengaruh besar dengan gaya hidup masyarakat. Modernisasi
terhadap kejadian PJK adalah kebiasaan disusul dengan perubahan gaya hidup dapat
merokok, dan kebiasaan olahraga. Selain itu dianggap sebagai penyebab PJK. Melihat
perubahan dan pergeseran dalam gaya hidup fenomena yang ada di masyarakat saat ini,
menyebabkan faktor risiko PJK semakin umumnya masyarakat yang berusia produktif
beragam. Perbedaan angka mortalitas pada banyak yang menikmati gaya hidup tidak
berbagai negara karena PJK disebabkan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Gaya
24 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 22–33

hidup tidak sehat yang dimaksud diantaranya yang terkandung dalam rokok dapat
adalah memiliki kebiasaan merokok, mengakibatkan penyempitan pembuluh
konsumsi makanan, kurang aktifitas fisik, darah akibat adanya pengapuran sehingga
dan stres. Perilaku makan penduduk saat ini akan terjadi ateriosklerosis yang merupakan
juga telah berubah dari konsumsi makanan gejala awal PJK. Stres dapat menyebabkan
tradisional ke konsumsi makanan modern, terproduksinya hormon adrenalin, dimana
kebaratan, atau instan yang mengandung hormon tersebut dapat menyebabkan jantung
kandungan lemak, kolesterol, gula, garam, berdetak lebih cepat dan bisa mempengaruhi
dan bahan pengawet yang tinggi. Perilaku metabolisme lemak sehingga yang akan
ini banyak dialami oleh penduduk perkotaan banyak tersebar di dalam tubuh adalah
yang banyak dijumpai gerai makanan siap LDL. LDL merupakan jenis kolesterol
saji dan pusat perbelanjaan yang terdapat yang bersifat merugikan. Jika LDL terus
banyak restoran. Makanan yang dijual pun menumpuk maka akan terjadi aterosklerosis.
beragam. Umumnya makanan kebaratan, Berlawanan dengan LDL, High Density
dan juga makanan yang banyak mengandung Lipoprotein (HDL) merupakan jenis
lemak, kolesterol, dan bahan pengawet. kolesterol yang bersifat menguntungkan.
Surabaya merupakan kawasan perkotaan HDL dapat mencegah timbulnya plak dalam
dan terdapat banyak pusat perbelanjaan serta pembuluh darah atau ateriosklerosis.
gerai makanan cepat saji. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk
banyak masyarakat Surabaya yang sering menganalisis faktor risiko PJK pada usia
mengkonsumsi makanan tersebut, dan produktif yang dapat dikendalikan meliputi
sebagian besar konsumen makanan cepat kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga,
saji adalah penduduk berusia produktif dan stres. Dengan mengetahui faktor risiko
yaitu antara umur 15–64 tahun. Penduduk yang dapat dikendalikan diharapkan dapat
berusia produktif dapat dikatakan sebagai meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan
penduduk yang masih bekerja, dan memiliki tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah
kesempatan bekerja. kejadian PJK. Manfaat dari penelitian ini
Faktor risiko PJK dapat dibedakan diharapkan dapat memberikan informasi
menjadi faktor risiko yang dapat pada masyarakat tentang faktor risiko PJK
dikendalikan dan faktor risiko yang tidak yang dapat dikendalikan sehingga dapat
dapat dikendalikan. Faktor risiko yang dilakukan tindakan pencegahan.
dapat dikendalikan yaitu faktor risiko yang
dapat diubah dengan cara merubah perilaku
METODE
yang berisiko. Faktor risiko PJK yang dapat
dikendalikan diantaranya adalah hipertensi, Penelitian ini dilakukan di poli jantung
obesitas, kadar kolesterol darah, konsumsi RSU Haji Surabaya pada bulan Maret-Mei
alkohol, kebiasaan olahraga, kebiasaan 2016. Jenis penelitian adalah penelitian
merokok, dan stres. Umur, genetik, dan observasional analitik dengan desain cross
faktor metabolisme adalah faktor risiko PJK sectional. Populasi penelitian ini adalah
yang tidak dapat dikendalikan. semua pasien poli jantung RSU Haji yang
Olahraga bisa berperan sebagai berusia 15–64 tahun pada bulan April 2016
faktor pelindung atau protektif terhadap yaitu sebesar 1.423 pasien. Besar sampel
PJK. Kurang olahraga dapat menjadi dalam penelitian ini dihitung dengan metode
faktor penting yang berkontribusi pada simple random sampling yaitu semua
PJK. Dengan melakukan olahraga teratur anggota populasi memiliki kesempatan
dapat menurunkan tekanan darah sistol, yang sama untuk menjadi sampel. Dari hasil
menurunkan kadar kolesterol darah, penghitungan besar sampel menggunakan
kadar Low Density lipoprotein (LDL), metode simple random sampling didapatkan
dan meningkatkan aliran darah dari organ hasil jumlah sampel sebanyak 91 responden.
yang aktif ke organ yang kurang aktif Variabel dependen dalam penelitian ini
serta dapat mengurangi faktor risiko PJK. adalah kejadian PJK pada usia produktif.
Merokok juga dapat menjadi faktor yang Variabel dependen yang diteliti adalah
berkontribusi pada kejadian PJK. Nikotin merokok, kebiasaan olahraga, dan stres.
Desta S. dan Prijono S., Analisis Faktor Risiko yang dapat Dikendalikan… 25

Data diagnosis PJK didapatkan melalui Tabel 1. K a r a k t e r i s t i k R e s p o n d e n


rekam medis pasien. Sedangkan variabel Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
merokok, kebiasaan olahraga, dan stres Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan
didapatkan melalui pengukuran/wawancara di Poli Jantung RSU Haji
langsung menggunakan kuisioner. Surabaya
Untuk mengukur tingkat stres, peneliti
menggunakan instrument Depression Karakteristik Responden n %
Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). DASS 30-40 tahun 3 3,3
42 terdiri dari pertanyaan untuk pengukuran 41-50 tahun 18 19,8
Usia
depresi, kecemasan, dan stres. Pengolahan 51-60 tahun 53 58,2
data dilakukan analisis secara univariat 61-64 tahun 17 18,7
dan bivariat. Analisis univariat berguna Perempuan 54 59,3
Jenis Kelamin
untuk menggambarkan variabel dependen Laki-laki 37 40,7
dan independen pada sampel dengan PNS/TNI/
11 12,1
menggunakan tabel distribusi frekuensi. Polri
Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk Swasta 19 20,9
menganalisis hubungan antara merokok, Pekerjaan Pedagang 5 5,5
kebiasaan olahraga, dan stres dengan Buruh 5 5,5
kejadian PJK pada usia produktif dengan Pensiun 9 9,9
menggunakan analisis chi-square yang ada Tidak bekerja 38 41,8
dalam aplikasi Epi Info. Tidak sekolah 2 2,2
SD 16 17,6
HASIL PENELITIAN SMP 29 31,9
Tingkat Pendidikan
SMA 33 36,3
RSU Haji Surabaya merupakan rumah
D3 3 3,3
sakit tipe B milik pemerintah Provinsi Jawa
Sarjana 8 8,8
Timur. RSU Haji Surabaya terletak di Jalan
Manyar Kertoadi Surabaya. Selain sebagai
rumah sakit umum, RSU Haji Surabaya
juga merupakan rumah sakit pendidikan.
Di RSU Haji Surabaya terdapat pelayanan berdasar umur terbanyak adalah kelompok
kesehatan mulai dari pelayanan rawat jalan, umur 51–60 tahun sebanyak 58,2%.
rawat inap, laboratorium, unit hemodialisis, Karakteristik responden berdasarkan jenis
kamar bersalin, kamar operasi, ICU, ICCU, kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir
dan NICU. Pelayanan rawat jalan memiliki yaitu 59,3% responden berjenis kelamin
beberapa poli yang siap untuk melayani perempuan, 41,8% responden tidak bekerja,
pasien. Salah satu poli yang memiliki jumlah dan 36,3% responden memiliki pendidikan
kunjungan tertinggi adalah poli jantung. terakhir tingkat SMA.
Pasien poli jantung merupakan pasien Karakteristik responden mengenai
dengan keluhan hipertensi dan penyakit kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok,
kardiovaskular lainnya, serta melayani dan stres dapat dilihat pada tabel 2.
pemeriksaan EKG untuk keperluan operasi. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2
Rata-rata pasien yang berkunjung di poli dapat diketahui bahwa 63,7% responden
jantung setiap harinya adalah 100–150 tidak memiliki kebiasaan merokok.
pasien. Berdasarkan data instalasi rawat Sebanyak 72,73% responden yang memiliki
jalan RSU Haji Surabaya, jumlah kunjungan kebiasaan merokok mulai merokok pada
poli jantung pada bulan Januari-April 2016 usia ≥ 20 tahun, 54,% responden merokok
mencapai 10.995 kunjungan. > 10 batang per hari, dan 72,7% responden
Karakteristik responden berdasarkan merokok menggunakan rokok berjenis filter.
usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat Selanjutnya 68,1% responden merupakan
pendidikan di poli jantung RSU Haji perokok pasif. Untuk kebiasaan olahraga,
Surabaya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 61,5% responden tidak memiliki kebiasaan
menjelaskan bahwa karakteristik responden olahraga.
26 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 22–33

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Olahraga, dan


Tingkat Stres di Poli Jantung RSU Haji Surabaya
KARAKTERISTIK RESPONDEN n %
Ya 11 12,1
Tidak 58 63,7
Kebiasaan Merokok
Pernah 22 24,2
Jumlah 91 100
< 20 tahun 3 27,27
Usia Mulai Merokok ≥20 tahun 8 72,73
Jumlah 11 100
< 10 batang 6 54,5
Jumlah Rokok Yang Dihisap Perhari 10-20 batang 5 45,5
Jumlah 11 100
Filter 8 72,7
Jenis Rokok Yang Digunakan Non filter 3 27,3
Jumlah 11 100
Ya 62 68,1
Perokok Pasif Tidak 29 31,9
Jumlah 91 100
Ya 35 38,5
Kebiasaan Olahraga Tidak 56 61,5
Jumlah 91 100
<3 kali 25 71,4
Frekuensi Olahraga Per Minggu ≥3 kali 10 28,6
Jumlah 35 100
≤30 menit 21 60
Lama Olahraga >30 menit 14 40
Jumlah 35 100
Normal 21 23,1
Ringan 25 27,5
Sedang 37 40,7
Tingkat Stres
Berat 8 8,8
Sangat Berat 0 0
Jumlah 91 100

Untuk responden yang memiliki kebiasaan Sebanyak 71% responden yang merupakan
olahraga, 71,4% responden berolahraga perokok pasif menderita PJK, dan 100%
< 3 kali per minggu, dan 60% responden responden yang menderita PJK mengalami
berolahraga ≤ 30 menit. Berdasarkan hasil stres berat. Variabel status perokok
penelitian dapat diketahui bahwa 40,7% pasif bermakna karena p value sebesar
responden mengalami tingkat stres sedang. 0,01 dengan nilai Ratio Prevalens 1,58.
Analisis bivariat hubungan faktor risiko Sedangkan variabel lain dinyatakan tidak
yang dapat dikendalikan dengan kejadian bermakna.
PJK pada usia produktif menggunakan
analisis chi-square dapat dilihat pada tabel
PEMBAHASAN
3.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui Menurut hasil analisis bivariat faktor
bahwa 72,7% responden yang memiliki risiko kebiasaan merokok yang terdiri dari
kebiasaan merokok menderita PJK. kebiasaan merokok, umur mulai merokok,
Desta S. dan Prijono S., Analisis Faktor Risiko yang dapat Dikendalikan… 27

Tabel 3. Analisis Hubungan Faktor Risiko Yang Dapat Dikendalikan Dengan Kejadian PJK
Pada Usia Produktif
PJK Tidak PJK Total
Faktor Risiko Yang Dapat Dikendalikan p value
n % n %
Kebiasaan Merokok
Ya 8 72,7 3 27,3 11
0,22
Tidak 32 55,2 26 44,8 58
Umur Mulai Merokok
< 20 tahun 2 100 0 0 2 0,509
≥ 20 tahun 6 66,7 3 33,3 9
Jumlah Rokok Yang Dihisap Per Hari
≥ 10 batang 3 60 2 40 5 0,42
< 10 batang 5 83,3 1 16,7 6
Jenis Rokok Yang Dihisap
Filter 6 75 2 25 8 0,66
Non Filter 2 66,7 1 33,3 3
Lama Berhenti Merokok
< 4 tahun 4 100 0 0 4 0,32
≥ 4 tahun 13 72,2 5 27,8 18
Perokok Pasif 0,01
Ya 44 71 18 29 62 RP :
Tidak 13 44,8 16 55,2 29 1,58
Kebiasaan Olahraga
Ya 23 65,7 12 34,3 35 0,79
Tidak 34 60,7 22 39,3 56
Frekuensi Olahraga Per Minggu
< 3 kali 17 68 8 32 25 0,47
≥ 3 kali 6 60 4 40 10
Lama Olahraga
≤ 30 menit 15 71,4 6 28,6 21 0,3
> 30 menit 8 57,1 6 42,9 14
Tingkat Stres
Berat 8 100 0 0 8
Sedang 23 62,2 14 37,8 37 0,06
Ringan 12 48 13 52 25
Normal 14 66,7 7 33,3 21

jumlah rokok yang dihisap satu hari, jenis tidak bermakna. Hasil penelitian berbeda
rokok yang dihisap, dan lama berhenti dengan hasil penelitian yang dilakukan
merokok didapatkan hasil tidak bermakna. oleh Sudayasa (2014) yang menunjukkan
Hasil analisis ini sama dengan penelitian adanya hubungan yang signifikan antara
yang dilakukan Kasmar (2011), dimana merokok dengan kejadian PJK. Perbedaan
hasil analisis pada kebiasaan merokok hasil tersebut bisa disebabkan oleh adanya
menunjukkan hasil bahwa besar risiko bias seleksi, dan bias informasi dalam
kebiasaan merokok terhadap kejadian penelitian. Selain itu perbedaan metode
PJK tidak bermakna. Selain penelitian penelitian juga bisa menyebabkan perbedaan
tersebut, hasil ini juga serupa dengan hasil penelitian. Metode case control banyak
penelitian Setiani (2009), yaitu besar risiko digunakan oleh penelitian lain, sedangkan
kebiasaan merokok terhadap kejadian PJK metode yang digunakan dalam penelitian ini
28 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 22–33

adalah metode cross sectional. Perbedaan diantaranya dapat memicu pertumbuhan sel
dalam hal karakteristik masyarakat juga kanker. Zat hasil pembakaran rokok yang
bisa menjadi perbedaan hasil penelitian. dapat membahayakan kesehatan orang
Masyarakat dalam penelitian ini dan sekitar perokok aktif adalah tar, nikotin,
masyarakat dalam penelitian lain bisa karbon monoksida, benzopirin, dan nitrogen
berbeda dalam karakteristik dalam kehidupan sianida. Karbon monoksida atau CO yang
sehari-hari. Adanya faktor risiko lain yang terdapat dalam asap rokok dapat mengikat
lebih berkontribusi pada kejadian PJK juga hemoglobin sehingga aliran oksigen ke
bisa menyebabkan adanya perbedaan dalam tubuh berkurang. Pada perokok, risiko PJK
hasil penelitian seperti penyakit diabetes lebih besar 2 hingga 4 kali dibandingkan
mellitus, hipertensi, obesitas, dan faktor dengan orang yang tidak merokok (Laksmi,
genetik yang tidak diteliti. 2011). Selain CO dan nikotin, zat dalam
Merokok adalah salah satu faktor rokok yang tak kalah berbahaya adalah tar
risiko utama kejadian penyakit jantung yang bersifat karsinogenik. Semakin muda
dan mempunyai hubungan kuat dengan usia seseorang untuk mulai merokok, maka
terjadinya PJK (Supriyono, 2008). semakin lama seseorang tersebut terpapar
Sekitar 24% dari jumlah kematian karena asap rokok dan zat-zat berbahaya lain yang
PJK terjadi pada laki-laki dan 11% pada terdapat dalam rokok. Bila proses tersebut
perempuan (Sudayasa et al., 2014). berlangsung lama dan terus menerus, maka
Kebiasaan merokok telah dibuktikan sebagai akan semakin banyak racun yang menumpuk
penyebab meningkatnya morbiditas PJK di tubuh. Salah satu kandungan dalam
serta mortalitas akibat PJK (Supriyono, rokok yaitu nikotin. Nikotin jika beredar
2008). Kebiasaan merokok adalah dalam tubuh dapat merangsang ekskresi
salah satu faktor risiko PJK yang dapat hormon adrenalin yang menimbulkan
dikendalikan karena risiko kebiasaan peningkatan denyut jantung serta tekanan
merokok dapat dikendalikan melalui darah serta mengubah metabolisme lemak
perubahan perilaku kebiasaan merokok. sehingga kadar LDL meningkat dan kadar
Menurut WHO, Indonesia menjadi salah HDL menurun. Jika hal ini terus terjadi,
satu dari lima negara dengan penduduk maka LDL yang terdapat dalam darah
perokok terbanyak di dunia (Afriyanti et akan mengendap dalam pembuluh darah
al., 2015). Merokok merupakan kebiasaan dan terbentuk plak atau trombus. Jika plak
buruk yang cukup membudaya sejak lama tersebut berjumlah banyak, maka terjadilah
di Indonesia. Beberapa tahun terakhir aterosklerosis. Nikotin dapat mengakibatkan
jumlah orang yang memiliki kebiasaan kerusakan dinding pembuluh darah dan
merokok terus meningkat, baik dari segi menyebabkan darah mudah menggumpal
usia ataupun segi jenis kelamin. Banyak sehingga memungkinkan terjadinya
anak usia sekolah yang sudah merokok baik peningkatan denyut jantung dan tekanan
itu SD, SMP, atau SMA. Selain itu saat ini darah (Yuliani et al., 2014). Orang yang
perokok perempuan sudah sering dijumpai memiliki kebiasaan merokok lebih dari 10
dalam masyarakat. Menurut teori, perokok tahun bisa terserang PJK (Setiani, 2008).
berisiko dua kali lebih besar menderita PJK Besar risiko kejadian PJK akibat merokok
daripada orang yang tidak merokok (Yuliani berkaitan dengan dosis atau jumlah rokok
et al., 2014). Rokok dapat menyebabkan yang dikonsumsi. Perokok yang menghirup
aterosklerosis yang merupakan awal PJK lebih dari 20 batang rokok sehari berisiko
melalui peningkatan tekanan darah dan 2 hingga 3 kali lebih besar daripada orang
denyut jantung, penurunan aliran oksigen yang tidak merokok untuk mengalami
menuju jantung, dan peningkatan oksidasi kejadian PJK (Supriyono, 2008). Jenis
LDL atau disebut lemak jahat sehingga rokok yang banyak beredar di masyarakat
kadar HDL yang disebut lemak baik akan adalah jenis rokok filter. Didalam rokok
menurun. Rokok dapat menghasilkan filter terdapat filter atau gabus yang dapat
polusi partikel padat dan gas dalam udara. menyaring asap rokok yang masuk ke
Lebih dari 400 jenis bahan kimia beracun dalam tubuh sehingga jumlah nikotin yang
dihasilkan dari pembakaran rokok, dan 10% masuk ke dalam tubuh tidak terlalu banyak.
Desta S. dan Prijono S., Analisis Faktor Risiko yang dapat Dikendalikan… 29

Konsentrasi nikotin yang terkandung sekitar perokok aktif. Dampak rokok tidak
dalam rokok non filter lebih besar karena hanya pada perokok aktif, melainkan pada
dalam rokok non filter tidak terdapat filter perokok pasif juga, karena asap rokok yang
(Setyanda et al., 2015). Tetapi memakai dikeluarkan oleh perokok mengandung
jenis rokok filter ataupun non filter tetap karbon monoksida lima kali lebih banyak,
memiliki dampak buruk bagi tubuh dan bisa dan mengandung tar dan nikotin empat
menyebabkan PJK. Responden yang pernah kali lipat lebih besar. Selain menyebabkan
memiliki kebiasaan merokok dulunya PJK, kebiasaan merokok juga merupakan
memang memiliki kebiasaan merokok, tetapi faktor risiko berbagai penyakit lainnya
karena alasan tertentu, mereka berhenti seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
merokok. Sebagian besar responden yang kanker. Penelitian yang dilakukan Takeshi
pernah merokok telah berhenti merokok Hirayama pada tahun 1981 menunjukkan
≥ 4 tahun. Risiko terjadinya PJK karena hasil bahwa wanita Jepang yang menikah
merokok berkurang sekitar 50% setelah satu dengan seorang peokok menderita kanker
tahun berhenti merokok. Risiko menderita paru-paru. Penelitian ini diperluas ke
PJK berkurang lagi menjadi normal jika berbagai daerah dan menunjukkan hasil
berhenti merokok 4 tahun (Supriyono, yang sama. Lebih dari satu penelitian acak
2008). Setelah dua tahun, risiko serangan telah dilakukan pada program pencegahan
jantung orang yang berhenti merokok primer dan menunjukkan penurunan
mendekati risiko yang dimiliki oleh orang kejadian penyakit jantung dan pembuluh
yang tidak merokok (Kasmar, 2011). darah sebanyak 7–47% pada golongan yang
Perokok dapat dibagi menjadi dua mampu berhenti merokok daripada yang
berdasarkan cara bahan kimia masuk dalam tidak berhenti merokok. Berdasarkan hal
tubuh, yaitu perokok aktif dan perokok tersebut dapat diketahui bahwa berhenti
pasif. Perokok aktif yaitu orang yang merokok merupakan faktor pencegahan PJK
merokok dan langsung menghisap rokok. yang penting (Supriyono, 2008). Banyak
Sedangkan perokok pasif yaitu orang yang orang mengetahui bahwa rokok banyak
tidak merokok tetapi menghirup asap rokok mengandung racun dan dapat menyebabkan
dari perokok di sekitarnya. Sebagian besar gangguan kesehatan, khususnya orang yang
responden merupakan perokok pasif yaitu setiap harinya berhubungan dengan media
orang yang tidak merokok tetapi tinggal atau massa, maupun media elektronik. Sudah
bekerja bersama dengan perokok sehingga banyak promosi kesehatan yang memuat
terpapar asap rokok. Hasil penelitian bahaya rokok dan dampak kesehatan yang
menunjukkan adanya hubungan yang bisa ditimbulkan. Namun kenikmatan
bermakna antara status perokok pasif dengan merokok merupakan hal yang membuat
kejadian PJK pada usia produktif. Angka masyarakat lupa akan dampak rokok. Hal
rasio prevalens sebesar 1,58 menunjukkan ini menyebabkan perokok menyepelekan
bahwa perokok pasif memiliki risiko 1,58 risiko kesehatan penggunaan rokok terhadap
kali menderita PJK daripada bukan perokok diri mereka sendiri maupun orang-orang
pasif. Risiko yang dimiliki perokok pasif disekitarnya.
meningkat hingga 30% daripada orang Hasil penelitian menunjukkan
yang bukan perokok pasif (Supriyono, hubungan antara faktor risiko kebiasaan
2008). Asap yang dihasilkan oleh perokok olahraga yang terdiri dari kebiasaan
aktif dapat dibedakan menjadi asap utama olahraga, frekuensi olahraga per minggu,
(main stream smoke), dan asap samping dan lama olahraga menunjukkan hasil tidak
(side stream smoke). Asap utama adalah bermakna . Hasil penelitian menunjukkan
asap yang dihirup langsung oleh perokok sebagian besar responden tidak memiliki
yang berasal dari pembakaran tembakau. kebiasaan olahraga. Penelitian ini serupa
Sedangkan asap samping merupakan asap dengan penelitian Supriyono (2008), yang
hasil pembakaran tembakau yang telah menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
dihirup oleh perokok aktif lalu tersebar yang signifikan antara aktifitas fisik dengan
ke udara bebas sehingga kemungkinan PJK, dan juga aktivitas fisik bukanlah faktor
dapat dihirup oleh orang lain yang ada di risiko untuk kejadian PJK pada usia ≤45
30 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 22–33

tahun. Hasil yang berbeda ditunjukkan dilakukan terlalu sering misalnya setiap
oleh penelitian oleh Tsani (2013), yang hari karena dapat menyebabkan otot kurang
didapatkan hasil adanya hubungan yang istirahat. Tetapi juga tidak boleh dilakukan
bermakna antara kebiasaan olahraga dengan terlalu jarang karena hasilnya akan tidak
kejadian PJK. Responden yang tidak efektif. Perkembangan jaman dewasa ini
memiliki kebiasaan olahraga mempunyai telah menciptakan banyak teknologi yang
risiko 4,889 kali terkena PJK dibandingkan bisa bermanfaat dalam kehidupan manusia.
responden yang memiliki kebiasaan olahraga Salah satu contohnya adalah teknologi
(Tsani, 2013). Perbedaan hasil penelitian dalam bidang transportasi. Perkembangan
bisa disebabkan karena adanya perbedaan transportasi saat ini sudah membawa
metode penelitian, tempat penelitian, dan banyak manfaat untuk menunjang aktivitas
karakteristik masyarakat, serta adanya manusia. Manusia sudah tidak perlu lagi
variabel penelitian lain yang berpengaruh mengeluarkan banyak tenaga untuk
pada kejadian PJK yang tidak diteliti. berpindah tempat dan bepergian karena
Olahraga dapat berperan sebagai sudah adanya alat transportasi. Tentunya hal
faktor pelindung, faktor pencegah ini membawa akibat atau efek yang kurang
maupun faktor protektif terhadap berbagai menguntungkan untuk tubuh manusia.
penyakit seperti hipertensi, obesitas, Kemudahan menggunakan alat transportasi
osteoporosis, diabetes mellitus, PJK, dan menyebabkan manusia akan semakin sering
stroke (Bustan, 2007). Aktifitas fisik atau menggunakan alat transportasi tersebut
olahraga ada hubungannya dengan penyakit sehingga tubuh manusia mengalami fase
kardiovaskular., dimana orang yang aktif tidak aktif karena manusia lebih memilih
memiliki risiko lebih kecil menderita PJK untuk menggunakan alat transportasi.
daripada mereka yang tidak aktif (Febriani, Selain alat transportasi, teknologi yang bisa
2011). Aktivitas fisik atau olahraga dapat membawa dampak pada kesehatan manusia
bermanfaat dalam kesehatan kardiovaskular. adalah adanya lift dalam bangunan. Manusia
Seperti contohnya mengendalikan akan lebih memilih untuk menggunakan
tekanan darah, mengontrol berat badan, lift daripada menggunakan tangga. Padahal
dan menurunkan risiko penyakit jantung menggunakan tangga akan lebih sehat.
lainnya. Dengan berolahraga teratur Bustan (2007), menyatakan bahwa olahraga
dapat bermanfaat menurunkan faktor terbukti jelas memberi peranan pencegahan
risiko kenaikan HDL, menurunkan LDL terhadap PJK. Pada kehidupan sehari-hari
dan menurunkan berat badan (Supriyono, sangat perlu untuk melakukan olahraga
2008). Hasil penelitian menunjukkan karena dalam olahraga banyak membawa
bahwa sebagian besar responden manfaat diantaranya adalah meningkatkan
berolahraga kurang dari 3 kali dalam satu aliran darah dari organ yang kurang aktif ke
minggu. Tingkat keseringan olahraga organ yang aktif, mengendalikan tekanan
dapat mempengaruhi tingkat keefektifan darah, menurunkan kadar kolesterol darah,
aktivitas fisik. Disarankan untuk berolahraga mengurangi risiko obesitas, mengurangi
sekitar sampai 3 kali dalam satu minggu stres dan menjaga berat badan tetap ideal.
dengan lama olahraga 20 menit. Olahraga Olahraga atau aktifitas fisik merupakan
yang dilakukan tidak perlu olahraga yang akitivitas yang dilakukan oleh tubuh dan
memerlukan berbagai alat berat. Olahraga bermanfaat dalam menjaga kesehatan dan
yang dilakukan cukup olahraga atau daya tahan jantung, paru-paru, otot serta
gerakan tubuh yang menggerakkan otot sendi. Olahraga teratur dapat memberi
besar secara berirama dan berulang selama dampak yang bermanfaat besar bagi tubuh
satu periode waktu. Olahraga jenis seperti (Salim & Nurrohmah, 2013). Apabila
ini merupakan olahraga yang terbaik bagi kebiasaan olahraga dilakukan pada umur
jantung karena dapat menyetabilkan denyut sebelum 60 tahun maka dapat menurunkan
jantung. Olahraga yang dimaksud adalah risiko terkena PJK. Sedangkan bila
jalan kaki dengan kecepatan tidak terlalu dilakukan pada umur diatas 60 tahun tidak
cepat, jogging, lari, bersepeda, dan juga mengurangi risiko seseorang terkena PJK
berenang. Jenis olahraga ini tidak perlu karena keadaan pembuluh darah yang tidak
Desta S. dan Prijono S., Analisis Faktor Risiko yang dapat Dikendalikan… 31

sama lagi dan banyak mengalami kelemahan bahwa stres kronis dapat meningkatkan
(Febriani, 2011). risiko PJK. Selain itu, stres emosional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jangka pendek dapat bertindak sebagai
40,7% responden mengalami tingkat pemicu kejadian penyakit jantung antara
stress sedang. Hubungan tingkat stres individu dengan terjadinya aterosklerosis.
dengan kejadian PJK pada penelitian ini Faktor yang dapat mempengaruhi tinggi
dinyatakan tidak bermakna karena p value rendahnya tingkat stres salah satunya adalah
> α (0,05). Hasil penelitian ini berbeda dukungan sosial dari keluarga dan orang
dengan hasil penelitian Sudayana (2014) sekitar. Dengan adanya dukungan sosial,
yang menunjukkan adanya hubungan maka hal ini dapat membuat seseorang
yang bermakna antara tingkat stres dengan yang merasa stres mengubah perilakunya
kejadian PJK. Risiko menderita PJK pada dalam menghadapi sumber stres supaya
orang yang mengalami stress lebih besar lebih tenang dan dengan pemikiran yang
6,25 kali daripada risiko yang dimiliki oleh baik. Stres dapat dicegah dengan cara
orang yang bukan perokok (Sudayasa et al., mengubah pandangan atau reaksi pada suatu
2014). Perbedaan hasil penelitian tersebut keadaan. Mencegah stres dapat dilakukan
didasarkan pada perbedaan kuisioner dengan berbagai cara, diantaranya adalah
penilaian stres yang digunakan. Kuisioner olahraga secara teratur, istirahat cukup, dan
DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale) melakukan gerakan relaksasi (Muawanah,
bertujuan untuk mengetahui tingkat stres 2012).
yang dialami seseorang dalam kehidupan
sehari-hari. Pertanyaan dalam kuisioner
SIMPULAN
DASS 42 dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
pertanyaan tentang stres, pertanyaan Hubungan antara status perokok pasif
tentang tingkat ansietas atau kecemasan, dan kejadian PJK pada usia produktif
dan pertanyaan tentang tingkat depresi. bermakna. Nilai RP (Rasio Prevalensi)
Stres merupakan salah satu faktor risiko sebesar 1,58 menunjukkan bahwa orang
PJK yang dapat dikendalikan dengan cara yang merupakan perokok pasif memiliki
mengendalikan stres. Sumber stres atau bisa risiko 1,58 kali menderita PJK daripada
disebut stressor berasal dari dari dalam diri orang yang bukan perokok pasif.
individu seperti perasaan negatif, frustasi, Sedangkan variabel lain yaitu kebiasaan
cemas, marah, kuatir berlebih, sedih, dan merokok, umur mulai merokok, jumlah
rasa rendah diri. Selain dalam diri individu, rokok yang dihisap per hari, jenis rokok
stres juga bisa berasal dari luar diri yang dihisap, dan lama berhenti merokok
individu seperti suara bising, polusi, suhu tidak bermakna. Hubungan antara faktor
yang tinggi, makanan, dan aktivitas fisik. risiko kebiasaan olahraga yang terdiri dari
Gejala fisiologis stres diantaranya adalah kebiasaan olahraga, frekuensi olahraga per
meningkatnya denyut jantung, meningkatnya minggu, dan lama olahraga dengan kejadian
tekanan darah, gangguan pencernaan, dan PJK pada usia produktif tidak bermakna.
meningkatnya sekresi hormon stres yaitu Hubungan antara tingkat stres dengan
hormon adrenalin dan noradrenalin. Jika kejadian PJK pada usia produktif tidak
hal ini terjadi, maka hormon adrenalin yang bermakna. Hubungan yang tidak bermakna
keluar akan menganggu metabolism lemak menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
sehingga kadar LDL akan tinggi. Selain hanya bisa diterapkan di tempat penelitian
menaikkan kadar LDL, hormon adrenalin yaitu RSU Haji Surabaya, dan tidak bisa
juga akan meningkatkan tekanan darah. digeneralisasikan ke populasi umum.
Selain itu respon menghadapi stres yang bisa
dialami pada individu dapat diamati dari
SARAN
fisik maupun psikologisnya. Secara umum
respon stres lebih dihubungkan dengan Kebiasaan merokok perlu dihindari
emosi, seperti mudah marah, sedih, mudah karena terbukti jelas memberi peranan yang
merasa tersinggung, mudah kecewa, dan buruk bagi kesehatan. Orang yang terlanjur
gelisah. Data epidemiologis menunjukkan memiliki kebiasaan merokok disarankan
32 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 22–33

untuk berhenti merokok, dan sebisa mungkin Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit
tidak merokok di tempat yang terdapat Tidak Menular. 2nd ed. Jakarta: Rineka
banyak orang, seperti di dalam rumah, Cipta.
kantor, kendaraan umum, atau fasilitas Febriani, F. 2011. Risiko Kebiasaan Olahraga
umum lainnya. Perokok pasif disarankan (Training) Terhadap Kejadian PJK
supaya sebisa mungkin menghindari asap Pada Penderita Yang Berobat di RSU
rokok yang dikeluarkan oleh perokok Haji Surabaya. Skripsi. Universitas
aktif bisa dengan menggunakan masker Airlangga.
ataupun menghindari orang yang sedang Herman, S.I., Syukri, M., Efrida, 2015.
merokok. Kegiatan olahraga atau aktivitas Hubungan Faktor Risiko Yang Dapat
fisik perlu ditingkatkan. Aktivitas fisik Dimodifikasi Dengan Kejadian PJK
yang dilakukan sebaiknya teratur 2–3 kali di RS dr.M.Djamil Padang. Jurnal
per minggu dengan durasi kurang lebih 20 Kesehatan Andalas, 4(2), pp.369–75.
menit. Stres juga perlu dihindari supaya Kasmar, N. 2011. Risiko Pola Makan Dan
tidak terjadi penyakit-penyakit akibat stres. Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian
Langkah atau cara yang bisa dilakukan PJK (Studi di RSU Haji Surabaya).
untuk mengendalikan stres diantaranya Skripsi. Universitas Airlangga.
adalah olahraga, melakukan gerakan Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi
relaksasi, dan beristirahat cukup. Selain itu Kesehatan Jantung. Jakarta: Pusat Data
health education atau pendidikan kesehatan dan Informasi Kementrian Kesehatan
terkait faktor risiko dan tanda serta gejala RI.
PJK perlu diberikan pada masyarakat untuk Laksmi, A.N. 2011. Perilaku Merokok dan
adanya upaya deteksi dini terhadap PJK Kesegaran Jasmani (VO2 MAX) Pada
sehingga perawatan yang dilakukan bisa Atlet Sepakbola U-21 Kabupaten Sidoarjo.
diberikan secepat mungkin dan menghindari Skripsi. Universitas Airlangga.
komplikasi yang dapat berakibat fatal. Muawanah. 2012. Hubungan Tingkat
Untuk penelitian selanjutnya, supaya lebih Pengetahuan Tentang Manajemen Stres
memperhatikan pemilihan responden, lebih Terhadap Tingkat Kekambuhan Pada
memperhatikan pemilihan pertanyaan, dan Penderita Hipertensi Di Panti Wreda
juga pemilihan variabel penelitian lain yang Dharma Bhakti: Surakarta.
lebih berpengaruh pada kejadian PJK. Ramandika, E.A. 2012. Hubungan Faktor
Risiko Mayor PJK Dengan Skor Pembuluh
Darah Koroner Dari Hasil Angiografi
DAFTAR PUSTAKA
Koroner di RSUP dr.Kariadi Semarang.
Afriyanti, R., Pangemanan, J., Palar, S. 2015. Jurnal Media Medika Muda.
Hubungan Antara Perilaku Merokok Salim, A.Y., Nurrohmah, A. 2013. Hubungan
Dengan Kejadian PJK. Jurnal e-Clinic Olahraga Dengan Kejadian Penyakit
(eCl), 3, pp.98–102. Jantung Korober di RSUD dr.Moewardi.
American Heart Association. 2015. GASTER, 10, pp.48–56.
American Heart Association. [Online] Setiani, R. 2008. Faktor Risiko Yang
Available at: HYPERLINK “www. Berhubungan Dengan Kejadian PJK
heart.org/HEARTORG/Conditions/ (PJK) Pada Kelompok Usia Produktif
More/MyHeartandStrokeNews/ Skripsi. Universitas Airlangga.
Coronary-Artery-Disease---Coronary- Setyanda, Y.O.G., Sulastri, D, Lestari, Y.
Heart-Disease_UCM_436416_Article. 2015. Hubungan Merokok Dengan
jsp” \l “.VmEAKnYrLIV” www.heart. Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia
org/HEARTORG/Conditions/More/ 35–65 Tahun di Kota Padang. Jurnal
MyHeartandStrokeNews/Coronary- Kesehatan Andalas, 4(2), pp.434–40.
Artery-Disease---Coronary-Heart- Sudayasa, I.P., Subijakto, S., Sahrul, W.O.A.,
Disease_UCM_436416_Article.jsp#. 2014. Analisis Faktor Risiko Merokok,
VmEAKnYrLIV [Accessed 4 December Stres, dan Riwayat Keluarga Yang
2015]. Berhubungan Dengan Kejadian PJK.
Desta S. dan Prijono S., Analisis Faktor Risiko yang dapat Dikendalikan… 33

Jurnal Fakultas Kedokteran UHO, Kejadian PJK (Studi Kasus di Rumah


pp.48–56. Sakit X Kota Semarang). Unnes Journal
Supriyono, M. 2008. Faktor-Faktor Risiko of Public Health, 3, pp.1–9.
yang Berpengaruh Terhadap Kejadian PJK Yuliani, F., Oenzil, F., Iryani, D. 2014.
Pada Kelompok Usia Tesis. Universitas Hubungan Berbagai Faktor Risiko
Diponegoro. Terhadap Kejadian PJK Pada Penderita
Tsani, F.R. 2013. hubungan Antara Faktor Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal
Lingkungan dan Perilaku Dengan Kesehatan Andalas, 3(1), pp.37–40.

S-ar putea să vă placă și