Sunteți pe pagina 1din 13

Definisi Osteosarkoma

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya


berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja.Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki. ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut(Price, 1998).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. (Wong, 2003).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
A. Etiologi
Etiologi dari osteosarkoma adalah :
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan ( genetik )
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan
oleh penyakit.
4. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
5. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat
diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana
kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian
tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru.
Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien
dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat
itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul
dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred)
setelah itu telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan
dimana pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari
tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika
osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi
langka.
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat
diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor
tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 –
20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebgai benjolan yang
keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari
penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang
hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita
kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di
bagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika
tdak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk
memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak
dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri,
mungkin perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut
bias berkembang menjadi kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh
pada ujung tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini
dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini.
Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan ; kadang
setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa
dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto
rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya
tumbuh di lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang.
Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan
berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot disekitar
tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah
tumor diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias
membantu menentukan lokasi yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-
kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan
tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang khusus.
Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara
untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan
menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan
disekitarnya. Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari
ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang
yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang
buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas
kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmentulang yang terkena.
Sekitar 10% tumor akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun
jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.

C. Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne C (2001)
adalah sebagai berikut :
1.Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari
dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)

2.Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3.keterbatasan gerak

4.kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan)

5.Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan
suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.

6.Kelelahan, anoreksi dan anemia.

7.Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah distal
femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus

8.Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan
malaise
D. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang
dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa
atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah
sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke
jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam
tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi
dengan pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan
munculnya neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah
bervariasi. Bisa berupa:
1.Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh
tumor.
2.Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil
pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang
yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan
suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran
sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru
dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi
penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah
terjadi penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa
menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut
fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi
pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah
(Smeltzer, Suzanne C,2001).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan Radiologi

Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif daritumor
tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto
sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran
klinis yang mendukung adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan
gambaran tentang:

a.Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, ataupada organ-organ
tertentu.

b.Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.

c.Jenis tulang yang terkena.

d.Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:

e.Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.

f.Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi pada periosteum,
apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.

g.Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.

Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:

a.Pemindaian radionuklida. Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.

b.CT-scan.

Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor, apakah


intraoseus atau ekstraoseus. c.MRI MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada
dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam


membantumenegakkan diagnosis tumor. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:

a.Darah.

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, haemoglobin,fosfatase alkali


serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada
tumor ganas tulang.

b.Urine .

Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones.

3.Biopsi

Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk


pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading tumor. Waktu
pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi
yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan dilakukan setelah biopsi, akan
tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada
jaringan lunak.

Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :

a.Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration, FNA) dengan
menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor.

b.Biopsi terbuka. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat
mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan
pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan
mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti
antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi
berikutnya, misalnya pada reseksi end-block
F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi yang biasa
disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari
kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur
patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi
lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan kelemahan.

G.PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan
menggunakan metode yang seefektif mungkin.Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1.Tindakan Medis

a.Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah
proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.

b.Kemoterapi. Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang
sudah metastase. Dapat merusak sel normal. Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam
pengobatan osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang
disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor
akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-
metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas dari
tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif
paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi. Obat-obat kemoterapi
yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin),
cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah
doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide. Dengan
menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan
perbaikan terhadap survival rate 60-80%.

c.Radiasi.

Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini timbul di sekitar
pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai
parestesia. Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari
prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.

d.Analgesik atau tranquiser. Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.

e.Diet tinggi protein tinggi kalori.

2.Tindakan Keperawatan

a)Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

b)Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.

c)Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika
dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

d)Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu:

1.Identitas Pasien

Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa/ras,
pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.

2.Riwayat Penyakit Terdahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit tertentu yang
memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan
penggunaan obat-obatan.

3.Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah untuk
beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

4.Riwayat Penyakit Keluarga Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan
hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

5.Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu

a)Bernapas Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.

b)Makan dan Minum Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan
bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah,Intoleransi makanan. Tanda: Perubahan berat badan
(BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgor
kulit, edema.

c)Eliminasi Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi.
Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria,
sering berkemih. Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.

d)Aktifitas Gejala: Kelemahan, malaise. Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
e)Istirahat Tidur Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari Tanda : nyeri,
ansietas, dan berkeringat malam.

f)Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.

g)Kebersihan/Hygiene Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.

h) Nyaman Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal. Tanda :
Perilaku hati–hati (distraksi), gelisah, jalan pincang

i)Keamanan Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan
matahari lama/berlebihan. Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi,
Ruam kulit, ulserasi.

j)Komunikasi dan Sosialisasi Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.

k)Belajar Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa pemicu
munculnya stroke tersebut.

l)Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena mengalami
kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan

m)Prestasi

n)Spiritual
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.

2.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor

3.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan


muskuloskeletal

4.Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan

5.Resiko cedera berhubungan dengan tumor

6.Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan

7.Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan


hipermetabolik

8.Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi

9.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri akut NOC: NIC: Pain Manajement
1.Pain level 1.Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan
2.Pain control komprehensif termasuk lokasi,
dengan obstruksi 3.Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi.
jaringan saraf
1.Mampu mengontrol nyeri 2.Observasi reaksi non verbal dan
atau inflamasi. (tahu penyebab ketidaknyamanan, seperti pasien
nyeri,mampu tampak meringis, dan memegangi
menggunakan teknik non bagian tubuh yang sakit.
farmakologi untuk 3.Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri) untuk mengetahui pengalaman nyeri
2.Melaporkan bahwa nyeri pasien.
berkurang dengan 4.Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan manajemen menpengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
3.Mampu mengenali nyeri 5.Kurangi faktor presipitasi nyeri.
(skala,intensitas,frekuensi, 6.Pilih dan lakukan penanganan nyeri
dan tanda nyeri) (farmakologi (analgetik), dan non–
4.Menyatakan rasa nyaman farmakologi (relaksasi nafas dalam)
setelah nyeri berkurang 7.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
8.Ajarkan tentang tehnik non –
farmakologi.
9.Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
2 Gangguan citra NOC: NIC: Body Image Enhancement
tubuh 1.Body Image 1.Diskusikan dengan klien tentang
berhubungan 2.Self esteem perubahan dirinya
dengan adanya Kriteria Hasil: 2.Bantu klien dalam memutuskan tingkat
tumor 1.Body image positif actual perubahan dalam tubuh atau
2.Mampu mengidentifikasi level fungsi tubuh
kekuatan personal 3.Monitor frekuensi pernyataan klien
3.Mendiskripsikan secara 4.Berikan dukungan dan suport mental
faktual perubahan fungsi serta spiritual.
tubuh 5.Libatkan keluarga untuk memberikan
4.Mempertahankan
dukungan sacara mental dan spiritual
interaksi sosial

3 Hambatan NOC : NIC : Exercise therapy : ambulation


mobilitas fisik 1.Joint Movement : Active 1.Monitoring vital sign
berhubungan 2.Mobility Level sebelm/sesudah latihan dan lihatrespon
dengan 3.Self care : ADLs pasien saat latihan
penurunan 4.Transfer performance 2.Konsultasikan dengan terapi fisik
kekuatan dan Kriteria hasil: tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kerusakan 1.Klien meningkat dalam kebutuhan
muskuloskeletal aktivitas fisik 3.Bantu klien untuk menggunakan
2.Mengerti tujuan dari tongkat saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas terhadap cedera
3.Memverbalisasikan 4.Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
perasaan dalam lain tentang teknik ambulasi
meningkatkan kekuatan 5.Kaji kemampuan pasien dalam
dan kemampuan mobilisasi
berpindah 6.Latih pasien dalam pemenuhan
4.Memperagakan kebutuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat Bantu sesuaikemampua
untuk mobilisasi (walker) 7.Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs
1.Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
2.Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
4 Ansietas NOC: NIC: Penurunan Kecemasan
berhubungan Anxiety self control 1.Gunakan pendekan yang
dengan ancaman Anxiety level menyenangkan
kematian dan Coping 2.Nyatakan dengan jelas harapan
perubahan status Kriteria hasil : terhadap pelaku pasien
kesehatan 1.Klien mampu 3.Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala 4.Temani pasien untuk memberikan
cemas. keamanan dan mengurangi takut
2.Mengidentifikasi, 5.Dengarkan dengan penuh perhatian
mengungkapkan dan 6.Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan teknik untuk 7.Bantu pasien mengenal situasi yang
mengontrol cemas. menimbulkan kecemasan
3.Vital sign dalam batas 8.Dorong pasien untuk mengungkapkan
normal perasaan, ketakutan, persepsi
4.Postur tubuh, ekspresi 9.Intruksikan pasien menggunakan
wajah, bahasa tubuh, dan
teknik relaksasi
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan

5 Resiko cedera NOC: NIC : Enviroment Management


berhubungan 1.Risk Kontrol (Manajemen Lingkungan)
dengan tumor Kriteria Hasil: 1.Indentifikasi kebutuhan keamanan
1.Klien terbebas dari cidera pasien berdasarkan level fisik dan fungsi
2.Klien mampu koognitif serta riwayat kebiasaan
menjelaskan cara/metode sebelumnya.
untuk mencegah 2.Indentifikasi benda-benda beresiko di
injury/cidera lingkungan.
3.Klien mampu 3.Pindahkan benda-benda berbahaya
menjelaskan faktor resiko dari lingkungan pasien.
dari lingkungan/perilaku 4.Modifikasi lingkungan meminimalisir
personal bahaya dan resiko.
4.Mampu menggunakan 5.Siapkan pasien dengan telfon
fasilitas kesehatan yang emergency.
ada 6.Beritahu pasien terhadap resiko
individual dan kelompok mengenai
bahaya dan resiko.
7.Kolaborasikan dengan petugas lain
untuk meningkatakan keamanan
lingkungan.
6 Resiko infeksi NOC : NIC : Infection Control
berhubungan 1.Immune Status 1.Pertahankan teknik aseptif
dengan penyakit 2.Knowledge : Infection 2.Batasi pengunjung bila perlu
kronis dan control 3.Cuci tangan setiap sebelum dan
kerusakan 3.Risk control sesudah tindakan keperawatan
jaringan Kriteria Hasil : 4.Gunakan baju, sarung tangan sebagai
1.Klien bebas dari tanda alat pelindung
dan gejala infeksi 5.Ganti letak IV perifer dan dressing
2.Menunjukkan sesuai dengan petunjuk umum
kemampuan untuk 6.Gunakan kateter intermiten untuk
mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung kencing
infeksi 7.Tingkatkan intake nutrisi
3.Jumlah leukosit dalam Infection Protection
batas normal 1.Monitor tanda dan gejala infeksi
4.Menunjukkan perilaku sistemik dan lokal
hidup sehat 2.Pertahankan teknik isolasi k/p
3.Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
4.Monitor adanya luka
5.Dorong masukan cairan
6.Dorong istirahat
7.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
8.Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

D.IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang telah disusun. Selama
implementasi perhatikan respon klien dan dokumentasikan.

E.EVALUASI

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan telah tercapai atau
tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC. Corwin,
Elizabeth J. 2009.Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC. Doenges, E, Marilyn.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3
.Jakarta : EGC

Hadaming, Elvi. 2014.Askep Osteosarkoma. http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-


osteosarkoma.html. diakses tanggal 19 Desember 2014. Pukul 20.00 wita

Kurniasih, Amanda. 2013.Laporan Pendahuluan Askep Osteosarkoma.


https://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-Osteosarcoma. Diakses tanggal 19
Desember 2014. Pukul 21.05 wita.

Nanda NIC-NOC .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid
1. Jakarta : ECG

Nanda NIC-NOC .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid
2. Jakarta : ECG

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta :
EGC

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta :
EGC

S-ar putea să vă placă și