Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
C. Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne C (2001)
adalah sebagai berikut :
1.Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari
dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2.Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
3.keterbatasan gerak
5.Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan
suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
7.Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah distal
femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8.Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan
malaise
D. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang
dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa
atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah
sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke
jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam
tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi
dengan pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan
munculnya neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah
bervariasi. Bisa berupa:
1.Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh
tumor.
2.Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil
pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga.
Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang
yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan
suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran
sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru
dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi
penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah
terjadi penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa
menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut
fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi
pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah
(Smeltzer, Suzanne C,2001).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif daritumor
tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto
sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran
klinis yang mendukung adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan
gambaran tentang:
a.Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, ataupada organ-organ
tertentu.
e.Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
f.Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi pada periosteum,
apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
a.Pemindaian radionuklida. Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
b.CT-scan.
a.Darah.
b.Urine .
3.Biopsi
a.Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration, FNA) dengan
menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor.
b.Biopsi terbuka. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat
mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan
pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan
mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti
antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi
berikutnya, misalnya pada reseksi end-block
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi yang biasa
disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari
kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya leucopenia dan fraktur
patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi
lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda apatis dan kelemahan.
G.PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan
menggunakan metode yang seefektif mungkin.Penatalaksanaan yang bisa diberikan:
1.Tindakan Medis
a.Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah
proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b.Kemoterapi. Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang
sudah metastase. Dapat merusak sel normal. Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam
pengobatan osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang
disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor
akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-
metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas dari
tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif
paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi. Obat-obat kemoterapi
yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin),
cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah
doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide. Dengan
menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan
perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c.Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini timbul di sekitar
pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai
parestesia. Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari
prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d.Analgesik atau tranquiser. Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
2.Tindakan Keperawatan
a)Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b)Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
c)Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika
dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d)Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
A.PENGKAJIAN
1.Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa/ras,
pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit tertentu yang
memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan
penggunaan obat-obatan.
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah untuk
beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
4.Riwayat Penyakit Keluarga Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan
hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
a)Bernapas Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b)Makan dan Minum Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan
bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah,Intoleransi makanan. Tanda: Perubahan berat badan
(BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgor
kulit, edema.
c)Eliminasi Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi.
Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria,
sering berkemih. Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d)Aktifitas Gejala: Kelemahan, malaise. Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
e)Istirahat Tidur Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari Tanda : nyeri,
ansietas, dan berkeringat malam.
f)Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g)Kebersihan/Hygiene Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
h) Nyaman Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal. Tanda :
Perilaku hati–hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i)Keamanan Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan
matahari lama/berlebihan. Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi,
Ruam kulit, ulserasi.
j)Komunikasi dan Sosialisasi Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k)Belajar Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa pemicu
munculnya stroke tersebut.
l)Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena mengalami
kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan
m)Prestasi
n)Spiritual
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri akut NOC: NIC: Pain Manajement
1.Pain level 1.Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan
2.Pain control komprehensif termasuk lokasi,
dengan obstruksi 3.Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi.
jaringan saraf
1.Mampu mengontrol nyeri 2.Observasi reaksi non verbal dan
atau inflamasi. (tahu penyebab ketidaknyamanan, seperti pasien
nyeri,mampu tampak meringis, dan memegangi
menggunakan teknik non bagian tubuh yang sakit.
farmakologi untuk 3.Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri) untuk mengetahui pengalaman nyeri
2.Melaporkan bahwa nyeri pasien.
berkurang dengan 4.Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan manajemen menpengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
3.Mampu mengenali nyeri 5.Kurangi faktor presipitasi nyeri.
(skala,intensitas,frekuensi, 6.Pilih dan lakukan penanganan nyeri
dan tanda nyeri) (farmakologi (analgetik), dan non–
4.Menyatakan rasa nyaman farmakologi (relaksasi nafas dalam)
setelah nyeri berkurang 7.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
8.Ajarkan tentang tehnik non –
farmakologi.
9.Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
2 Gangguan citra NOC: NIC: Body Image Enhancement
tubuh 1.Body Image 1.Diskusikan dengan klien tentang
berhubungan 2.Self esteem perubahan dirinya
dengan adanya Kriteria Hasil: 2.Bantu klien dalam memutuskan tingkat
tumor 1.Body image positif actual perubahan dalam tubuh atau
2.Mampu mengidentifikasi level fungsi tubuh
kekuatan personal 3.Monitor frekuensi pernyataan klien
3.Mendiskripsikan secara 4.Berikan dukungan dan suport mental
faktual perubahan fungsi serta spiritual.
tubuh 5.Libatkan keluarga untuk memberikan
4.Mempertahankan
dukungan sacara mental dan spiritual
interaksi sosial
D.IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang telah disusun. Selama
implementasi perhatikan respon klien dan dokumentasikan.
E.EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan telah tercapai atau
tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC. Corwin,
Elizabeth J. 2009.Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC. Doenges, E, Marilyn.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3
.Jakarta : EGC
Nanda NIC-NOC .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid
1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid
2. Jakarta : ECG
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta :
EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta :
EGC