Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. Konsep dasar
Pengertian Depresi adalah keadaan afektif yang mempunyai karakteristik perasaan sedih,
merasa bersalah dan harga diri rendah. Keadaan ini kemungkinan bagian dari penyakit
baik kondisi kronis maupun akut, sering dihubungkan dengan respon kehilangan
(Schultz,Videbeck,1998).
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood yang mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seorang hidup menyendiri,
pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif
dan takut bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan
perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian
orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan
menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et all
1993)
Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan
dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179).
Teori Psikososial
Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam
hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.
Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai
suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan
permusuhan ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara
superego meluas dan menjadi menghukum.
Kognitif.
Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif terjadi
sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu
perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan
ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan
merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.
Teori Pembelajaran.
Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit depresif
dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau
situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul
dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang
dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa
tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang keras, dan oleh
karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini
digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.
Teori Kehilangan Objek
Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi jika
pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6 bulan
pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik diri dari
orang lain dan lingkungan.
C. Faktor Pencetus Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan
alam perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):
Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting
Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,
dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.
Tanda dan gejala Depresi
Menurut Kaplan (1997) gejala utama dari depresi adalah kehilangan minat atau
kesenangan. Pasien mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa dalam
kesedihan, atau tidak berguna.
Adapun tanda dan gejala depresi menurut Rawlins et all (1993) adalah :
Dimensi Fisik gangguan primer pada struktur dan fungsi otak dan sistem saraf
perubahan kimiawi yaitu penurunan noreprineprin, serotonin dan peningkatan
steroid
penurunan metabolisme
penurunan perawatan diri dan kebersihan diri
kehilangan energi dengan lelah dan lemah
penurunan aktivitas motorik
depresi mungkin berhubungan dengan adanya gangguan sistem imun
Dimensi Intelektual
pemikiran negatif terhadap diri sendiri, dunia/lingkungan dan masa depan
tidak mampu berfikir rasional
merasa tidak mampu mengontrol dirinya sendiri maupun lingkungan
Dimensi Emosional
merasa takut dan cemas
merasa tidak berdaya dan putus asa
perasaan marah ditekan
Dimensi Sosial
hubungan antara orang depresi dengan orang lain kadangkala terlihat seperti
ketergantungan yang berlebihan
tingkah laku depresi mungkin sebagai usaha untuk memanipulasi orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya
orang depresi merasa tidak mempunyai pendukung
menarik diri dari lingkungan dan hilang ketertarikan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang muncul pada pasien dengan depresi
(Fortinash,1995)
Resiko kekerasan terhadap diri berhubungan dengan gangguan mental depresi
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri
rendah)
Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri tidak
adekuat dalam kemampuan koping
Putus asa berhubungan dengan stress berkepanjangan
Defisit perawatan diri (mandi/personal higine) berhubungan dengan menurunnya
motivasi
Defisit perawatan diri (makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi
Rencana keperawatan Resiko kekerasan terhadap diri berhubungan dengan gangguan
mental depresi NOC: Kontrol impuls
Indikator:
Mengidentifikasi perilaku impulsive yang berbahaya
Mengidentifikasi perasaan yang menyebabkan perilaku impulsive
Mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan perilaku impulsive
Mengidentifikasi konsekuensi tindakan impulsive bagi diri dan orang lain.
Mengenal risiko lingkungan
Mengatakan dapat mengontrol impuls
Mencari bantuan bila terdapat impuls
Mengidentifikasi dukungan sosial
Menguatkan kontrak untuk menguatkan perilaku
Menjaga control diri walau tidak diawasi.
Manajemen lingkungan :
pencegahan kekerasan Kegiatan:
Jauhkan benda tajam, tali dari lingkungan.
Teliti lingkungan secara rutin untuk menghindari bahaya.
Tempatkan tempat tidur pasien dekat kamar perawat.
Berikan alat makan dari plastik atau kertas.
Batasi pasien menggunakan benda-benda tajam.
Monitor pasien selama menggunakan benda tajam (misalnya cukur rambut).
Tempatkan pasien yang resiko melukai diri sendiri dengan teman sekamar, untuk
mengurangi isolasi dan kemungkinan melukai diri.
Untuk pasien yang beresiko melukai orang lain, tempatkan di kamar sendiri.
NOC:
Pengendalian bunuh diri Indikator:
Mencari bantuan bila ada perasaan ingin bunuh diri
Menahan tidak bunuh diri
Menguatkan kontrak bunuh diri
Mengatakan apabila ada ide bunuh diri
Mengatakan dapat mengontrol impuls
Tidak ada percobaan Bunuh diri
Menjaga control diri untuk tidak bunuh diri
NIC:
Pencegahan bunuh diri Kegiatan:
Pastikan apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri.
Anjurkan pasien untuk kontrak secara verbal untuk tidak melakukan
bunuh diri.
Pastikan pasien mempunyai riwayat percobaan bunuh diri.
Lindungi pasien dari perilaku melukai diri.
Observasi dengan teliti selama krisis bunuh diri.
Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda, gejala dan dasar fisiologi dari
depresi.
Beritahu keluarga bahwa resiko bunuh diri akan meningkat bila terjadi
depresi berat.
Diskusikan faktor-faktor yang menyebabkan fikiran bunuh diri.
Berikan konseling psikiatri Anjurkan keluarga dan teman-temannya untuk
memberikan support.
Ajarkan kepada keluarga tanda-tanda peringatan akan bunuh diri.
Rujuk pasien ke psikiater.
Outcome: Keseimbangan mood
Indikator:
Memperlihatkan mengontrol impuls
Melaporkan tidur yang adekuat
Memperlihatkan konsentrasi
Melaporkan nafsu makan yang normal
Tidak ada ide bunuh diri
Memperlihatkan ketertarikan dalam lingkungan.
NIC:
Manajemen Mood:
Kegiatan:
Monitor aktivitas perawatan diri
Monitor fungsi kognitif Berikan obat untuk menstabilkan mood
Monitor intake cairan dan nutrisi
Anjurkan pasien untuk berperan aktif dalam perawatan
Bantu menjaga siklus tidur yang normal
Ajarkan koping dan ketrampilan pemecahan masalah yang baru.
Manajemen medikasi:
Kegiatan:
Monitor efek terapeutik dari obat-obatan
Ajarkan pasien atau keluarga tentang manfaat dan efek samping obat.
Monitor efek samping obat
Ajarkan pasien dan keluarga cara pemberian obat.
Monitor interaksi obat yang tidak terapeutik.
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah)
NOC:
Ketrampilan berinteraksi sosial Indikator:
Keterbukaan
Penerimaan
Kooperatif
Sensitif
Asertif
Konfrontasi
Perhatian
Kesejatian
Kehangatan
Ketenangan
Relaksasi
Kompromi
Intervensi:
Modifikasi perilaku:
ketrampilan sosial Kegiatan:
Bantu pasien mengidentifikasi masalah interpersonal yang menyebabkan
penurunan berinteraksi dengan orang lain.
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan
dengan problem interpersonal.
Bantu pasien mengidentifikasi pemecahan masalah tersebut.
Bantu pasien mengidentifikasi tindakan yang mungkin dan konsekuensi
dari berhubungan dengan orang lain.
Identifikasi ketrampilan berinteraksi dengan orang lain yang spesifik yang
akan menjadi focus latihan.
Bantu pasien mengidentifikasi langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai target berinteraksi dengan orang lain.
Tetapkan model yang mendemonstrasikan langkah perilaku dalam situasi
yang berarti bagi pasien.
Bantu pasien untuk bermain peran berinteraksi dengan orang lain.
Berikan reinforcement atas kemampuan pasien dalam berinteraksi dengan
orang lain.
Ajarkan pada keluarga, teman, tentang tujuan dan proses latihan
berinteraksi sosial.
Libatkan orang yang berarti bagi pasien dalam latihan berinteraksi sosial
(role play) dengan pasien.
Berikan umpan balik kepada pasien dan orang yang berarti bagi pasien
tentang kesesuaian dalam latihan.
Anjurkan pasien/orang yang berarti bagi pasien untuk mengevaluasi hasil
dari latihan berinteraksi sosial,
berikan reward untuk hasil positif dan pemecahan masalah untuk hasil yang
negatif.
NOC:
Harga Diri Indikator:
Mengatakan penerimaan diri Menerima keterbatasan diri
Menjaga postur yang terbuka
Menjaga kontak mata
Mampu mendeskripsikan keadaan dirinya
Komunikasi terbuka
Menghormati orang lain
Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok
Menerima kritik yang konstruktif
Menggambarkan keberhasilan dalam bekerja
Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok sosial
Menggambarkan kebanggan terhadap diri
NIC :
Peningkatan harga diri:
Kegiatan:
Monitor pernyataan pasien tentang harga diri
Anjurkan pasien utuk mengidentifikasi kekuatan
Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain
Kuatkan kekuatan pribadi yang pasien identifikasi
Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
Berikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien.
Fasilitasi lingkungan dan aktivitas meningkatkan harga diri.
Monitor frekuensi pasien mengucapkan negatif pada diri sendiri.
Yakinkan pasien percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya
Anjurkan pasien untuk tidak mengkritik negatif terhadap dirinya
Jangan mengejek/mengolok-olok pasien
Sampaikan percaya diri terhadap kemampuan pasien mengatasi situasi
Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistik dalam mencapai
peningkatan harga diri.
Bantu pasien menilai kembali persepsi negatif terhadap dirinya.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan tanggung jawab terhadap dirinya.
Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri
Anjurkan pasien mengevaluasi perilakunya.
Berikan reward kepada pasien terhadap perkembangan dalam pencapaian
tujuan.
Monitor tingkat harga diri.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri
tidak adekuat dalam kemampuan koping
NOC:
Koping Indikator:
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
Melaporkan bila stress berkurang
Mengatakan dapat menerima keadaan
Mencari informasi tentang penyakitnya dan perawatannya.
Menggunakan dukungan sosial Ikut bekerja untuk mengurangi stres.
Mengidentifikasi strategi koping
Melaporkan kenyamanan psikologis
Melaporkan pengurangan perasaan negatif
NIC:
Peningkatan koping:
Kegiatan:
Nilai dampak situasi pasien dalam peran dan hubungan.
Anjurkan pasien mengidentifikasi gambaran yang realistik terhadap
perubahan peran.
Nilai pemahaman pasien tentang proses penyakit
Nilai dan diskusikan respon alternative terhadap situasi.
Gunakan ketenangan Berikan suasana yang menerima.
Berikan informasi tentang diagnosa, perawatan dan prognosa penyakitnya.
Berikan pasien pilihan yang realistic tentang aspek perawatan
Cari pemahaman tentang persepsi pasien terhadap situasi yang penuh
dengan stress.
Jangan mengambil keputusan ketika pasien dalam keadaan stress berat.
Anjurkan pasien mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Anjurkan pasien berhubungan dengan orang lain yang mempunyai
kesamaan tujuan dan kesenangan.
Anjurkan mengikuti kegiatan sosial dan masyarakat Anjurkan pasien
menjalankan agamanya.
Evaluasi kemampuan pasien membuat keputusan.
Konfrontasi pasien apabila mengalami perasaan ambivalen
(marah/depresi)
Atur situasi yang meningkatkan otonomi pasien.
Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
Gali cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
Dukung penggunaan mekanisme defensive.
Anjurkan pasien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuannya.
Bantu pasien memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif.
Putus asa berhubungan dengan stress yang berkepanjangan
NOC:
Harapan Indikator:
Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif
Mengekspresikan keyakinannya
Mengekspresikan keinginan untuk hidup
Mengekspresikan alas an untuk hidup
Mengekspresikan keoptimisan
Mengekspresikan percaya pada diri
Mengekspresikan percaya pada orang lain
Mengekspresikan ketenangan diri
Mengekspresikan mengontrol diri sendiri
Mendemonstrasikan semangat hidup
NIC:
Menanamkan Harapan Kegiatan:
Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi harapan dalam kehidupannya.
Demonstrasikan harapan dengan mengenalkan harga diri pasien dan
melihat kondisi pasien hanya satu fase dari individu.
Kembangkan koping mekanisme pasien.
Bantu pasien menemukan dam memperbaiki tujuan dihubungkan dengan
harapan.
Bantu pasien mengembangkan spiritual diri.
Hindari bertopeng kebenaran.
Libatkan pasien aktif dalam perawatan diri.
Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif dari harapan.
Berikan kesempatan keluarga/pasien untuk melibatkan dukungan
kelompok.
Ciptakan lingkungan yang menfasilitasi pasien untuk melakukan ibadah.
Defisit perawatan diri (Mandi/personal higine, makan) berhubungan
dengan menurunnya motivasi
NOC:
Perawatan diri :
Mandi Indikator:
Tubuh tidak bau dan kulit terjaga
Tertarik untuk mandi sesuai kemampuannya.
Menjelaskan dan menggunakan metode mandi secara aman dan dengan
kesulitan minimal
Dimandikan oleh perawat tanpa kecemasan
NIC:
Membantu Pasien memenuhi aktivitas sehari-hari Kegiatan:
Monitor kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri.
Monitor kebutuhan pasien untuk melakukan kebersihan diri, berpakaian,
toileting, makan. Berikan alat pribadi (deodoran, sikat gigi, sabun mandi)
Berikan bantuan sampai pasien dapat melakukan secara mandiri
Anjurkan pasien untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuannya. Anjurkan secara mandiri, tetapi intervensi bila pasien
belum mampu.
Ajarkan keluarga atau orang tua untuk menganjurkan mandiri, diberikan
intervensi hanya apabila pasien tidak mampu.
Tetapkan secara rutin aktivitas perawatan diri untuk pasien.
Perhatikan umur pasien dalam meningkatkan aktivitas perawatan diri.
Defisit perawatan diri (berpakaian, berhias, toileting, dan makan) berhubungan dengan
menurunnya motivasi
NOC:
Perawatan diri; makan Indikator:
Klien dapat melakukan perawatan diri
Klien puas dengan merencanakan perawatan diri dengan baik
Diberikan bantuan oleh perawat dalam perawatan diri bila dibutuhkan.
NIC:
Bantuan Perawatan diri Kegiatan:
Monitor kemampuan klien utnk kemandirian perawatan diri
Monitor kebutuhan pasien untuk perlengkapan adaptif untuk kebersihan
personal, berpakaian, berhias, toileting dan makan
Sediakan kebutuhan yang diperlukan personal (deodorant, sikat gigi dan
sabun mandi)
Sediakan bantuan samai klien mampu secara penuh melakukan perawatan
diri
Bantu klien menerima kebutuhan ketergantungan
Gunakan pengulanagn konsisten dari kesehatan rutinitas sebagi alat untuk
menetapkan aktifitas Dukung klien utnuk melakukan aktivitas normal dari
kehidupan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
Dukung kemandirian, tapi intervensi saat klien tidak dapat melakkukan
kegiatan.
Ajarkan orang tua atau keluarga untuk mendukung kemandirian untuk
mengintervensi hanya pada saat klien tidak dapat melakukan kegiatan
Tetapkan rutinitas untuk aktivitas perawatan diri
Pertimbangkan usia dari klien dengan mendukung aktivitas perawatan diri