Sunteți pe pagina 1din 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi traktus urinarius (UTI) disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik


dalam traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering
mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistisis), tepi uretra ( uretritis), prostat
(prostatitis), dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius
diatas uretra adalah steril. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.
2 hal. 1428)
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala, tubulus dan jaringan interstisial dari
salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalu uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung bakteri jarang yang
mencapai ginjal melalui aliran darah, kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
(Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1436-1437)
Kehamilan dan gangguan neurologi juga meningkatkan UTI karena kondisi ini
menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan stasis urin. (Bunner
and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1428)
Infeksi ginjal adalah komplikasi medis paling serius pada kehamilan, terjadi pada
sekitar 2% wanita dan merupakan penyebab utama syok septic. Insiden populasi
bervariasi dan bergantung pada prevalensi bakteriuria asimtomatik dan apakah keadaan
tersebut diobati. Pada sebagian besar wanita infeksi disebabkan oleh bakteri yang naik
dari saluran kemih bawah dipermudah oleh statis urin akibat adaptasi kehamilan.
(Kenneth J. Leveno, 2009. Obstetri Williams)
Kejadiannya sekitar 1-2½ % dari ibu hamil, dengan kemungkinan kambuh sekitar
10-18%. Bakteri penyebabnya sama dengan bakteriuria asimptomatis, urethritis akut oleh
karena sebagian besar bersifat infeksi asenden. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri hal. 636)
Kejadian pielonefritis akut berulang dapat mengarah pada pielonefritis kronik
(nefritis interstisial kronis). Bukti menunjukkan bahwa pielonefritis kronis jarang
menyebabkan gagal ginjal kronik, komplikasi pielonefritis kronik mencakup gagal ginjal
tahap akhir (akibat penurunan fungsi nefron sekunder akibat inflamasi dan pembentukan
jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronis dengan
organism pemisah urea, mengakibatkan pembentukan paru). (Baughman, 2001.
Keperawatan Medikal Bedah: Buku saku untuk Bunner and suddarth )
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan fisiologi

Ginjal adalah sepassang organ retroperitoneal yang integral dengan hemostasis tubuh
dalam mempertahankan keseimbangan,termasuk keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal
menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan
darah,serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan
menyesuaikan ekskresi airdan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh ,asiditas, dan
elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairanyang normal.
Ginjal terletak dibelakang peritoneum perital (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen
posterior. Ginjal juga terdapat di kedua sisi aorta abdominal dan venaa kava inferior. Hepar
menekan ginjal kanan kebawah sehingga ginjalkanan lebih rendah dari pada ginjal kiri. Setiap
ginjal ddikelilingi dengan lemak perinefritik yang dapat melindungi ginjal dari trauma. Di
bagian atas setiap ginjal terdapat kalenjer adrenal. Renal fasia dan organ sekitar membantu
mempertahankanginjal di tempatnya.pada bagian medial setiap ginjal, terdapat cekungan yang
di sebut hilum. Arteri renal dan saraf memasuki ginjal melalui hilum, sedangkan vena renal
,saluran limfa,dan ureter keluar dari ginjal juga melalui hilum. Jika ginjal membelah
membujur, akan tanpak korteks dan medula. Sebagian besr nefron (unit fungsional ginjal)
terdapatpada korteks. Bagian tengah ginjal adalah renal medula yang terdiri atas 8-10 piramid.
Sebelum basuk ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis gginjal. Kemudian, pelvis
ginjal bercabang danmembentuk 2-3kaliks mayor. Setiapkaliks mayor bercabang menjadi
beberapa kaliks minor. Kaliks minor inilah yang mmengumpulkan urine yang kkeluar dari
tubulus koligentes.
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal berisisi sekitar satuu juta nefron.
Terdapat dua nefron , yaitu kortikal dan juksta medular.delapan puluh limaa persen dari semua
nefron terdiri atasnefron kortikal, sedangkan 15% terdiri atas juksta medular. Kedua macam
nefron ini diberi nama sesuai dengan letak glumerulinya dalam renal parenkim. Nefron
kortikal berperan dalam konsentrasi dan dilusi urine.struktur nefron yang berkaitan dengan
proses pembentukan urine adalah korpus,tubulus renal, dan tubulus koligentes.korpus ginjal
terdiri ata glomerulus dan kapsul bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah.tubulus
renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tuubulus kontortus distal. Ketiga
tubulus renal ini berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan
komposisi ultrafiltrat shingga terbentuk produk akhir,yaitu urine.
Gambar 1.1

Ginjal berubah organ yang sangat vaskular (kaya pembulu darah) dan mampu menerima
20% curah jantung dalam keadaan istirahat .ginjal mendapat suplai darah arteri dari
ortaabdominal. Arteri renalis bercabang kemudian membentuk arteri lobaris yang memberi
suplai darah pada setiap piramid. Arteri lobaris ini kembali bercabang agar darah dapat
bergerak dengan efisien melalui setiap nefron. darah masuk kedalam glumerulus melalui
arteriol aferen dan keluar melalui arteri eferen. Kemudian, darah mengalir melalui kapiler
peritubular yang mengelilingi tubula nefron. Akhirnya, darah dalam kapiler peritubular masuk
ke dalam venula dan darah di kembalikan kedalam sisitem sirkulasi sistem vena ginjal.
Kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis ginjal dan membawa urine ke dalam
kandung kemih, khususnya ke area yang trigon.trigon adalah area segitiga atas
lapisanmembran mukusyang dapat berfungsi sebagia katub untuk menghindari refluks urine
ke dalam ureter ketika kandung kemih berkontraksi.
· Fungsi ginjal
1. Mengatur volume dan osmolalitascairan tubuh.
2. Mengatur keseimbangan elektrolit.
3. Mengatur keseimbangan asam basa.
4. Mengeskresi sisa metabolik,toksin,dan zat asing.
5. Memproduksi dan menyekresi hormone

B. Definisi Pielonefritis

Polionefritis merupakan infeksi bakteri piala, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu
atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup
ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik (refluks) kedalam
ureter, pielonefritis bisa terjadi secara akut maupun kronis. (Bunner and suddarth, 2002.
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1436-1437)
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis ginjal. Infeksi
ini bermula dari saluran kemih bawah, kemudian naik sampai ginjal. (Mary baradero, 2009.
Klien Gangguan ginjal
Inflamasi pelvis ginjal, disebut plelonefritis. Penyebabnya radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yang bersal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal .
plelonefritis Ada yang akut dan yang menahun. (Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk
keperawatan

C. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella Pneumoniac, Streptococcus Fecalis)
2. Obstruksi traktus urinarius
3. Refluks uretero vesical
4. Kehamilan
5. Penurunan imunitas tubuh (Mary Baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal))

D. Klasifikasi
1. Pielonefritis akut
Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri. Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran
kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi
saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya
membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi.
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik
kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah menyebabkan
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
Kambuhnya pielonefritis akut mengarah pada pielonefritis kronik. Meskipun demikian,
bukti menunjukkan bahwa pielonefritis kronik jarang sebagai akibat dari gagal ginjal
kronik. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1437)
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan
ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis
E. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa,
dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui
saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran
kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang
kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi
bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis.
Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih
yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor. Pada pielonefritis akut,
inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula
mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari
inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Beberapa temuan khas pada pielonefritis kronik adalah bakteriuria intermiten dan leukosit,
adanya silinder leukosit dalam urin. Pielonefritis kronik terutama merupakan penyakit
interstisial medulla sehingga kemampuan ginjal untuk memekatkan urin sudah mengalami
kemunduran, pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang bermakna.
Akibatnya, poliuria, nokturia dan urin berberat jenis rendah merupakan gejala dini yang
menonjol. pielonefritis kronik lanjut sering memperlihatkan gejala azotemia meskipun dapat
berkembang menjadi gagal ginjal biasanya bersifat progresif. (Sylvia Anderson Price, 2006
patovisiologi Vol. 2 Hal 923)
Pada masa kehamilan progesterone menyebabkan hambatan pada gerakan peristaltic ureter,
tekanan uterus yang makin membesar menyebabakan terjadinya hidroureter sehingga alian
urin menuju kandung kemih menjadi terhambat. Karena sekum sering penuh, uterus akan
berputar ke kanan dan meneybabkan tekanan terhadap ureter kanan lebih besar dari kiri
sehiingga, pielonefritis ginjal kanan lebih sering dijumpai. Oleh karena itu, pielonefritis
umunya terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri hal. 636)

E. Manifestasi Klinis
1. Pielonefritis akut
a. Demam timbul mendadak
b. Demam disertai menggigil
c. Disuria
d. Malaise
e. Nyeri punggung
f. Nyeri tekan daerah kostovertebral
g. Leukositosis
h. Piuri
(Mary baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal)
H. Komplikasi
a. Penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi
kronik dan jaringn parut)
b. Hipertensi
c. Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai oganisme pengurai-urea, yang
mengakibtkan terbentuknya batu). (Bunner and suddarth, 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Vol. 2 Hal. 1437)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria:
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah
ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen
air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya
keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK
karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri
yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor
ginjal, atau nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan
positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi
b. Biakan Bakteri
Untuk menegakkan diagnosis pasti ISK dipakai pemeriksaan biakan kemih. Diagnosis
ISK ditegakan apabila didapatkan bakteriuria bermakna dalam biakan kemih.
Dikatakan bakteri uria bermakna apabila dalam biakan kemih terdapat > 105 CFU/ml
c. Kultur urin
Kultur urin merupakan baku emas penegakan diagnosis ISK secara kuantitatif dan
dapat mengidentifikasi bakteri pathogen yang spesifik. Cara melakukan
pemeriksaannya, urin dikumpulkan di dalam tub yang steril dan segera dilakukan kultur
setelah pengambilan. Urin dapat disimpan selama 24 jam di dalam tempat
pendinginan.
d. Intravena pielografi (IVP)
Pemeriksaan IVP memperlihatkan pembengkakan tabuh (Clubbing) pada kaliks,
korteks menipis dan ginjal mengecil, bentuknya tidak teratur dan tidak simetris.
permukaan ginjal tampak bergranula kasar dengan lekukan berbentuk U.( Sylvia A.
Price, 2006. Patofisiologi Vol. 2 hal 294

J. Penatalaksanaan

Penetalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
1. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
2. Monitor Vital Sign
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
5. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis
6. Memantau input dan output cairan.
7. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
8. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
Karna pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya
yangdapat membuat psien berkecil hati
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS

A. Identitas diri
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Status :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No Register :
Sumber Informasi :
Diagnosa Medis : ISK atas (Pielonefritis)
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Nyeri ketika berkemih
Provocate : terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK)
quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk.
region : nyeri pada daerah suprapubik kiri dan punggung bawah
severe : skala nyeri 5 (0-10).
time : nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar dari punggung bawah ke daerah
suprapubik kiri

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Tn R datang ke IGD RSUD Karanganyar diantarkan oleh keluarga dengan keluhan
nyeri ketika berkemih. Nyeri ketika berkemih dirasakankira-kira 3 hari sebelum dibawa ke
rumah sakit. Keluhan nyeri ketika berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi
berkemih, perasaan panas ketika diakhir berkemih, nyeri pada daerah suprapubik kiri dan
punggung bawah, pasien juga mengeluhkan demam., dan nafsu makan pasien menurun.
Sebelum muncul keluhan nyeri ketika berkemih, pasien masih beraktivitas seperti biasa
dan tidak merasakan keluhan apapun. Pada pagi hari setelah pasien beraktivitas, pasien
merasa nyeri ketika hendak berkemih, tetapi pasien tidak memeriksakan diri ke dokter dan
tidak meminum obat. Hari kedua, pasien merasa tidak enak badan, demam, dan berkemih
semakin sering dan sedikit-sedikit. Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter dan
beristirahat di rumah. Hari ketiga, pasien merasa nyeri dan panas ketika berkemih semakin
memberat, frekuensi berkemih semakin sering serta demam, pasien kemudian
memeriksakan diri ke IGD RSUD Karanganyar pada 18 mei 2013 dan dirawat di bangsal
melati.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, pasien
menyangkal adanya riwayat asma dan belum pernah masuk rumah sakit.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada angota keluarga yang memilki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak
ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit ginjal, hipertensi, jantung, asma, atau
diabetes melitus.

F. Riwayat Alergi
Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat-
obatan.

G. Pemeriksaan fisik ( data Objektif )


1. Keadaan umum
KU : Pasien tampak meringis dan kesakitan
memegangi punggungnya
Kesadaran :
GCS :
2. Tanda Vital
Tekanan Darah :
Suhu :
Nadi :
Respirasi Rate :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
3. Rambut dan Wajah
Bentuk kepala :
Keadaan Rambut :
Kulit Kepala :
4. Mata ( Sistem Pengliatan)
Posisi Mata :
Pergerakan bola mata :
Konjungtiva :
Kornea :
Sklera :
Pupil :
Otot- otot mata :
Fungsi pengliatan :
Tanda –tanda Radang :
Pemakaian kaca mata :
Pemakaian lensa kontak :
Reaksi terhadap Cahaya :
Visus :
5. Hidung
Septum Hidung :
Sekret Hidung :
Bila terdapat sekret :
Perdarahan hidung :
Polip hidung :
Perdangan mukosa hidung :
6. Mulut Rongga Mulut
Bau Mulut :
Radang mukosa ( Stomatitis) :
Labio/plato schisis :
7. Gigi Geligi
Karang Gigi :
Karies Gigi :
Bila “ya”, sebutkan .................. ...................
Jumlah dan nama gigi
8. Telinga ( Sistem pendengaran)
Daun telinga :
Kondisi telinga :
Karakteristik Serum :
Cairan dari Telinga :
Rasa Penuh Dalam Telinga:
Tinitus :
Fungsi Pendengaran :
Pemakaian Alat Bantu :
Fungsi Keseimbangan :
Hasil : Tes Rinne : Tes Weber : Tes Swabach :
9. Sistem Pernafasan
Jalan nafas :
Karakteristik :
Sumbatan :
Pernafasan :
Penggunaan otot bantu pernafasan :
Frekuensi :
Irama pernafasan :
Kedalaman :
Batuk :
Sputum :
Konsistensi: :
Suara nafas :
10. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi Perifer
Nadi :
Irama :
Denyut :
Tekanan darah :
Distensi vena Jugularis
Kiri :
Temperatur kulit :
Warna Kulit :
Pengisian kapiler :
Edema :
Bila edema : ( ) tungkai ( ) Wajah ( ) Anasarka
11. Sirkulasi Jantung
Irama :
Kelainan bunyi Jantung :
Nyeri Dada :
Bila nyeri dada timbul : ( ) saat beraktifitas ( ) tanpa aktifitas
Karakteristik : ( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) Terbakar/terasa panas
( ) tertimpa benda berat ( ) Menjalar ke bahu dan lengan kiri
12. Sistem Pencernaan
Riwayat Muntahn :
Isi :
Warna :
Mual :
Nafsu makan :
Rasa penuh perut :
Nyeri pada perut :
Bila nyeri, : ( ) seperti ditusuk-tusuk ( ) melilit ( ) Cram
Karakteristik nyeri : ( ) panas seperti terbakar ( ) menyebar ( ) setempat
( ) berpindah-pindah ( ) kanan atas ( ) kanan bawah
( ) kiri bawah ( ) epigastrium
13. Abdome
Inspeksi :
Perkusi :
Palpasi :
Auskultasi :
Hepar : ( ) Teraba ( ) Tidak Teraba
Lien/Spleen : ( ) Teraba ( ) Tidak Teraba
Kebiasaan BAB :
Diare : ( ) Ya ( ) Tidak
Bila Diare : lamanya............ frekuensi..........x/hari
Warna feces : ( ) Kuning ( ) Coklat ( ) Hitam ( ) putih seperti cucian beras
( ) Dumpul
Konsistensi feces : ( ) Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah
( ) Terdapat Lendir ( ) Tidak ada kelainan
14. Sistem Urogenital
BAK
Pola rutin : (+) Terkontrol 7-9 x/hari ( ) Tidak terkontrol
Jumlah Urien : ± 1500 ml /24 jam
Warna : (+) Kuning ( ) Coklat ( ) Merah ( ) Putih
(+) keruh ( ) jernih
Distensi kandung kemih : ( ) Retensi ( ) Tidak lampias
Keluhan sakit pinggang : (+) Ya ( ) Tidak
Kondisi organ ................. .................. .................

BAB IV
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa
1 Nyeri akut b.d agens cidera biologis

2 Hipertermi b.d proses penyakit

3 Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih


BAB V
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Domain 12. Tingkat nyeri (2102) Dengan · Managemen nyeri (1400)
Kenyamanan kriteria hasil :
Kelas 1 1. (210201) nyeri yang 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kenyamanan fisik dilaporkan menjadi komprehensif yang meliputi
Code : 00132 tidak ada lokasi, karateristik, durasi,
2. (210204) panjangnya frekuensi, kualitas, intensitas
Nyeri akut b.d agen episode nyeri menjadi atau beratnya nyeri dan factor
cidera biologis tidak ada pencetus.
(infeksi ) 3. (210208) tidak dapat 2. Ajarkan penggunaan teknik
Batasan beristirahat menjadi non farmakologi
karasteristik : tidak ada 3. Berikan individu penurun nyeri
1. Bukti nyeri 4. (210206) ekspresi wajah yang optimal dengan
yang nyeri menjadai tidak peresepan analgesic.
dilaporkan ada 4. Dukung istirahat/tidur yang
2. Ekspresi adekuat untuk membantu
wajah nyeri penurunan nyeri.
3. Keluhan 5. Gunakan tindakan pengontrol
tentang nyeri sebelum nyeri bertambah
ntensitas berat
4. Keluhan 6. Kolaborasi dengan pasien
tentang ,orang terdekat dan tim
nyeri kesehatan lainya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri

· Pemberian analgesic (2210)


1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
2. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis dan
frekuensi obat analgesic yang
direspkan
3. Cek adanya riwayat alergi
pasien
4. Tentukan pilihan obat
analgesic (narkotik , non
narkotik atau NSAID )
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
5. Tentukan analgesik
sebelumnya, rute pemberian
dan dosis untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri yang
optimal.

2 Domain 11 : Termoregulasi (0800) · Perawatan demam


Keamanan/perlindu Dengan kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
ngan 1. (080001) peningkatan vital lainnya
Kelas 6 : suhu kulit menjadi tidak 2. Monitor warna kulit dan suhu
Termoregulasi ada 3. Monitor asupan dan keluaran ,
Code : 00007 2. (080019) hipertermia sadari adanya kehilangan
menjadi tidak ada cairan yang tidak dirasakan
Hipertermi b.d 3. (080015) melaporkan 4. Berikan obat anti piretik yang
penyakit kenyamanan suhu sesuai
(pielonefritis akut ) menjadi tidak terganggu 5. Dorong konsumsi cairan
Batasan · 6. Pantau komplikasi yang
karasteristik : berhubungan dengan demam
1. Kulit teraba serta tanda dan gejala kondisi
hangat penyebab demam
2. Takipnea
·
3. Kulit
·
kemerahan

3 Domain 3 : Eliminasi urin ( 0503 ) · Bantuan berkemih (0640)


Eliminasi dan .Dengan kriteria hasil : 1. Tetapkan interval untuk jadwal
pertukaran 1. ( 050303 ) jumlah urin membantu berkemih, berdasarkan
Kelas 1 : menjadi tidak terganggu pada pola pengeluaran (urin)
Fungsi urinarius 2. (050301) pola eliminasi 2. Berikan pendekatan dalam 15 menit
Code : 00016 menjadi tidak terganggu interval yang disarankan untuk
Gangguan membantu berkemih
eliminasi urine b.d
infeksi saluran 3. (050331) frekuensi 3. Pertimbangkan kemampuan dalam
kemih berkemih menjadi tidak rangka mengenal keinginan
Batasan terganngu berkemih
karasteristik : 4. (050309)Nyeri saat 4. Tawarkan bantuan tanpa melihat
1. Anyang- kencing menjadi tidak status kontinensia
anyangan ada 5. Dokumentasi outcome dalam
2. Disuria pencatatan klinik
3. Sering Peresepan obat ( 2390 )
berkemih 1. Evaluasi tanda dan gejala dari
masalah kesehatan saat ini
2. Identifikasi alergi yang
diketahui
3. Identifikasi obat-obatan yang
memiliki indikasi untuk
masalah kesehatan saat ini
4. Konsultasikan dengan dokter
atau petugas farmasi sesuai
kebutuhan
5. Ajarkan pasien dan keluarga
metode pemberian obat
6. Monitor efek terapeutik dan
efek samping obat yang
diberikan,sesuai kebutuhan
7. Perahankan pengetahuan
mengenai obat-obatan yang
digunakan dalam praktik
keperawatan, termasuk indikasi
penggunaan, tindakan
pencegahan,efek toksik,efek
samping,dan informasi dosis
seperti yang dipersyaratkan
oleh otoritas peresepan obat dan
undang-undang
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis ginjal. Infeksi
ini bermula dari saluran kemih bawah, kemudian naik sampai ginjal. Penyakit pielonefritis
disebabkan bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella Pneumoniac, Streptococcus Fecalis),
obstruksi traktus urinarius, refluks uretero vesikal, kehamilan, penurunan imunitas tubuh.
Pielonefritis di klasifikasikan menjadi pielonefritis akut dan pielonefritis kronis, pielonefritis
akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri sedangkan
kambuhnya pielonefritis akut mengarah pada pielonefritis kroni. Umumnya bakteri seperti
Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus
aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih
bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian
atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian
menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Beberapa tanda dan
gejala yang ditunjukkan oleh pasien dengan pielonefritis adalah demam timbul mendadak,
menggigil, disuria, malaise, nyeri punggung, nyeri tekan daerah kostovertebral, leukositosis,
piuri, bakteriuria. Beberapa penyakit yang dapat terjadi jika pielonefritis tidak ditangani
dengan cepat yaitu penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron
akibat inflamasi kronik dan jaringn parut), hipertensi, pembentukan batu ginjal. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa pielonefritis adalah periksaan
urinalisis yang meliputi leukosuria, hematuria, bakteriologis yang meliputi pemeriksaan
mikroskopis, biakan bakteri, kultur urin dan intravena pielogram (IVP). Beberpa pilihan
antibiotik yang bisa diberikan pada pasien pielonefritis gentamisin, sefotaksim,
siprofloksasim, levofloksasim, sulfa metazol, trimetrophin

B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan sesuai kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman , Diane C. 2000. Keperawatan medical-bedah : buku saku untuk brunner dan suddarth
penulis, Diare C. Baughman , JoAnn C. Hackley; alih bahasa, Yasmin Asih. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Baradero Mary. 2009. Klien gangguan ginjal / Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, Yakobus
Siswandi : editor, Monica Ester, Esty Wahyuningsih. Jakrta : EGC.
Loveno, Kenneth J. 2009. Obsterti Williams : panduan ringkas / Kenneth J. Leveno... {et al}. alih
bahasa, Brahm U. Pendit. editor edisi bahasa Indonesia , Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti
– Ed 21. Jakarta : EGC.
Ida Bagus Gde Manuaba. 2007. Pengatur Kuliah Obstetri / penulis Ida Bagus Gde Manuaba, ida
Ayu chandranita, ida Bagus Gde Fajar Manuaba. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit / Sylvia
Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit ... {et al}: editor edisi
bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto.... {et al} – Ed. 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth / editor
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung Waluyo .... {et al}; editor bahasa
Indonesia, Monica ester .... {et al}. – Ed. 8. Jakarta: EGC

S-ar putea să vă placă și