Sunteți pe pagina 1din 8

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No.

1 Februari 2018
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU
HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU TAHUN 2017

OKTAFIANA MANURUNG
STAF PENGAJAR STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

ABSTRACT

The number of prospective mothers in the community, especially those living in remote areas, is in a condition
that can be said to be far from clean and sterile equipment at the time of delivery because the birth process is
still assisted by traditional birth attendants (68%), cutting of bamboo (26%), and tetanus cases are caused by
pregnant women who are not immunized by tetanus toxoid, which is a contributing factor in the development of
tetanus in newborns. Predisposing factors illustrate the fact that every individual has a tendency to use different
health services.The purpose of this study was to analyze the relationship of predisposing factors to the action of
tetanus toxoid immunization in pregnant women in the working area of Pancur Batu Puskesmas. This type of
research is a quantitative survey with cross sectional design. Population of all trimester third pregnant women as
many as 326 people and the sample of 144 people l by simple random sampling. Data collection using
questionnaires distributed to respondents and filled in by the respondent.The results showed that pregnant
women who performed tetanus toxoid immunization in Pancur Batu Puskesmas work area mostly did not
implement 101 (70,1%) and executed 43 (29,9%). The related variables are education (p-value 0,016) and parity
with p-value (0,027), the more dominant variable is parity with expression regression coefficient value (B) 3,895.
It is hoped for Pancur Batu Puskesmas to conduct a counseling about the importance of tetanus toxoid
immunization (TT) in pregnant women, especially in mothers with primary and junior high school education, poor
knowledge, and primiparous parity mothers in order to increase the coverage of tetanus toxoid immunization.

Keywords: Predisposition, Immunization, Tetanus Toxoid, Pregnant Mother.

PENDAHULUAN
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG’s), tepatnya pada
tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Angka
kematian merupakan indikator yang paling sering dijadikan sebagai standar atau tingkat keberhasilan
pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu, hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan ditujukan untuk
menurunkan angka kematian (Prasetyawati, 2012).Unsur kualitas hidup dan unsur-unsur mortalitas sangat
mempengaruhi derajat kesehatan yang optimal. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan derajat kesehatan suatu wilayah, oleh
karena itu hampir semua kegiatan pembangunan kesehatan ditujukan untuk menurunkan angka kematian bayi.
Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2012 di Kabupaten Langkat angka kematian bayi sebesar 3,17 per
1.000 kelahiran hidup, jumlah bayi yang mati sebanyak 70 jiwa dari 22.091 kelahiran hidup.Ibu merupakan
anggota keluarga yang paling rentan mengalami masalah kesehatan. Pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil ke
tenaga kesehatan secara teratur sangat penting untuk kesehatan ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.
Hal ini dilakukan guna menghindari risiko kehamilan yang tidak diinginkan sedini mungkin baik terhadap
kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sehingga ibu hamil dapat bersalin dengan sehat dan
melahirkan bayi yang sehat. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada umumnya
adalah pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas rahim),
pemberian tablet zat besi, serta imunisasi tetanus toksoid (TT) (BPS, 2012).Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan cakupan imunisasi yaitu dengan memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan vaksin
(ketersediaan vaksin, promosi kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan), pelayanan kesehatan ibu hamil
terutama pertolongan persalinan yang bersih oleh tenaga kesehatan dan perawatan tali pusat yang bersih serta
penguatan surveilans tetanus neonatorum (TN). Tetanus neonatorum perlu dijadikan sebagai salah satu
penyakit yang dilaporkan secara mingguan dalam laporan system kewaspadaan dini terhadap kejadian luar
biasa. Karena terjadinya satu kasus tetanus neonatorum dapat ditetapkan sebagai KLB sehingga perlu
dilakukan penanggulangan secepatnya (Kemenkes RI, 2012).Beberapa permasalahan tentang pencapaian
target imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal,
pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4 (Kemenkes RI, 2011). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Khoiri dkk (2012), bahwa permasalahan belum tercapainya target cakupan imunisasi TT ibu hamil
ialah karena ibu hamil tidak lagi datang berkunjung ke posyandu sehingga pemberian suntikan TT berikutnya
tidak bisa diberikan, dan petugas kesehatan tidak memberikan suntikan melalui kunjungan rumah. Disamping itu
masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi dirinya maupun
bayi yang sedang dikandungnya serta bahaya yang akan dihadapi jika terkena infeksi tersebut yang dapat
menyebabkan kematian pada bayi. Jika semua ibu hamil mau melaksanakan penyuntikan imunisasi tetanus
toksoid maka angka kejadian infeksi tetanus pada ibu nifas dan bayi baru lahir akan menurun secara drastis dan
tingkat kesehatan penduduk Indonesia akan meningkat (Syafrudin dkk, 2011).Karakteristik ibu hamil meliputi
umur, pendidikan, paritas dan pengetahuan berpengaruh terhadap penerimaan imunisasi tetanus toksoid (TT).
Hasil penelitian Pratiwi (2013) diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar adalah pada paritas multipara
sebanyak 20 orang (55,6%), hal ini disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak
mengetahui manfaat imunisasi TT terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa kali
mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada paritas primipara 16 orang
(44,4%) yang disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi TT. Dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2003) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, hal ini akan membuat
keputusan yang lebih baik dalam bertindak. Faktor predisposisi meliputi umur, pendidikan, paritas, pengetahuan
dan sikap berhubungan dengan tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil. Hasil penelitian Maulida
(2012) menyatakan bahwa sikap ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Meutulang kecamatan Panton Reu
kabupaten Aceh Barat berpengaruh terhadap pemberian imunisasi TT. Sikap seseorang terhadap sesuatu hal
akan positif apabila didukung dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik akan hal tersebut maka
semakin positif sikap terhadap kesehatan. Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten Deli
Serdang tahun 2017 yang terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah 30 puskesmas, cakupan ibu hamil dengan
imunisasi TT1 10.439 ibu hamil (41,9%), TT2 8.715 ibu hamil (35%). Data diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat diwilayah kerja Puskesmas Sambi Rejo Tahun 2013 dari bulan Januari dan Februari yang
mendapatkan TT1 pada bulan Januari 2013 19 orang (2,04%), TT2 pada bulan Januari 17 orang (1,802%), TT1
pada bulan Februari 0 orang, TT 2 pada bulan Februari 0 orang dengan sasaran ibu hamil sebanyak 943 orang.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang, dari 7 orang ibu hamil status tindakan penerimaan imunisasi tetanus toksoid tidak lengkap dengan
alasan adanya rasa takut terhadap efek samping dari imunisasi dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat imunisasi tersebut. Sedangkan petugas kesehatan telah memberikan penyuluhan dan menyediakan
sarana untuk imunisasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
apakah faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, dan sikap) berhubungan terhadap tindakan
imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu. Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan di atas yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah : tindakan imunisasi tetanus
toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu yang masih rendah. Adapun yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas,
pengetahuan, dan sikap) terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pancur Batu.Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan informasi bagi puskesmas
untuk lebih meningkatkan cakupan pemberian imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil yang berada di wilayah
kerja puskesmas.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei dengan desain cross sectional, bertujuan untuk
menganalisis pengaruh faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa proporsi tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu belum tercapai atau belum sesuai dengan target imunisasi
tetanus toksoid (TT). Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari pengumpulan data sampai seminar hasil,
yaitu dari bulan Oktober 2017 sampai Desember 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
trimester III yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dan tercatat di
Puskesmas Pancur Batu yaitu sebanyak 326 orang ibu hamil trimester III di bulan Oktober tahun 2017. Sampel
dalam penelitian ini sebagian dari populasi, pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 144 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan metode
simple random sampling (acak sederhana), yaitu pengambilan sampel paling sederhana, seluruh ibu hamil di
setiap desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu diseleksi secara acak dengan pemilihan
kriteria. Nama ibu hamil, dan alamat diketik menggunakan komputer sampai jumlah sampel yang diinginkan
tercukupi dengan rumus RANDBETWEEN.
Adapun kriteria inklusi bagi responden untuk bisa dijadikan sampel dalam penelitian adalah :
a. Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Bersedia menjadi sampel penelitian

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Univariat
Analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi frekuensi berdasarkan
persentase untuk masing-masing variabel yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan
sikap ibu hamil), dan variabel tindakan imunisasi tetanus toksoid.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel independen dengan
dependen, kemudian dilihat hubungan antar kedua variabel dengan menggunakan uji Chi Square dengan
ketentuan jika nilai expected count kurang dari 5 < 20%, dan jika nilai expected count kurang dari 5 > 20%
digunakan uji Fisher's Exact Test pada taraf kepercayaan 95% (α =0,05)

3. Analisis Multivariat
Bila hasil uji chi square p < 0,25 maka variabel tersebut diikutsertakan dalam uji multivariat dengan
menggunakan uji regresi logistik berganda. Analisis multivariat, yaitu analisis lanjutan yang memungkinkan
dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak responden berumur 20 – 34 yaitu 136 (94,4%).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 39 (28,7) dari 136 responden yang berumur 20 – 34
tahun melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid, sementara responden dengan umur ≥ 35 tahun ada
sebanyak 4 (50%) dari 8 responden melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Hasil analisis diperoleh p-
value > 0,05 yang berarti bahwa umur tidak mempunyai hubungan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
Hasil analisis bivariat menggunakan chi-square menunjukkan bahwa umur ibu hamil tidak mempunyai
hubungan signifikan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid dengan diperoleh p-value > 0,05.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa lebih banyak responden yang berumur 20-34 tahun namun dalam
tindakan imunisasi tetanus toksoid lebih banyak yang tidak melakukan. Ibu hamil yang relatif muda cenderung
kurang memiliki keperdulian dan pengetahuan dalam kesehatan kehamilannya, selain kurangnya mendapat
informasi ibu hamil berfikir bahwa dengan keadaannya yang masih muda dan sehat tidak perlu untuk
mendapatkan suntikkan imunisasi tetanus toksoid.
Pada periode umur ibu antara 20- 34 tahun merupakan periode usia yang paling baik untuk hamil,
melahirkan, dengan jarak antara kelahiran anak 2-4 tahun. Namun, harus diperhatikan faktor lain yang dapat
menyebabkan masalah pada saat persalinan seperti tetanus neonatorum. Untuk itu tindakan preventif harus
dilakukan dengan cara melalukan suntikan imunisasi tetanus toksoid pada saat kehamilan. Umur dibawah 20
tahun adalah usia yang terlalu muda untuk kehamilan dimana organ reproduksi belum matang sehingga
beresiko tinggi untuk kehamilan. Sedangkan ibu berumur diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai anak dengan jumlah cukup (disarankan 2 orang) karena jika terjadi kehamilan atau
persalinan pada usia ini, ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetrik.
Hasil penelitian Purwanto (2002), semakin tua umur tidak serta merta menjadikan ibu mandiri dalam
mengambil keputusan. Bahkan sebaliknya, sebagian besar masih sangat bergantung kepada pihak kedua untuk
memutuskan pilihan. Berdasarkan hasil analisisnya, Purwanto menyatakan bahwa 84,7% responden masih
menganggap suami dan keluarga sebagai orang yang paling berperan dalam pengambilan keputusan.
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

Tabel 1. Tabulasi Silang Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas, Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan
Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancur Batu Tahun 2017

Tindakan
Total PR
Karakteristik Ya Tidak p value
95% CI
f % f % n %
Umur
Umur ≥ 35 tahun 4 50 4 50 8 100 1,744
0,239
Umur 20 – 34 tahun 39 28,7 97 71,3 136 100 (0,830-3,661)
Pendidikan
Pendidikan Lanjutan 33 37,1 56 62,9 89 100 2,039
0,016
Pendidikan Dasar 10 18,2 45 81,8 55 100 (1,094-3,801)
Paritas
Multipara 38 34,5 72 65,5 110 100 2,349
0,027
Primipara 5 14,7 29 85,3 34 100 (1,005-5,493)
Pengetahuan
Baik 11 35,5 20 64,5 31 100 1,253
0,440
Kurang Baik 32 28,3 81 71,7 113 100 (0,717-2,189)
Sikap
Baik 27 37,0 46 63,0 73 100 1,641
0,058
Kurang Baik 16 22,5 55 77,5 71 100 (0,971-2,775)

Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak responden berpendidikan lanjut yaitu 89
(61,8%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 10 (18,2%) dari 55 responden berpendidikan
dasar melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid, sementara responden berpendidikan lanjutan ada
sebanyak 33 (37,1%) dari 89 responden melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Hasil analisis diperoleh
p-value < 0,05, yang berarti bahwa pendidikan mempunyai hubungan secara signifikan terhadap tindakan
imunisasi tetanus toksoid dan nilai prevalensi ratio 2,039 artinya bahwa ibu hamil yang berpendidikan lanjutan
berpeluang untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid 2,039 kali lebih tinggi dibandingkan ibu
berpendidikan dasar dengan interval kepercayaan 1,094– 3,801.
Hasil analisis bivariat menggunakan chi-square menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan
signifikan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid dengan diperoleh p-value < 0,05. Hasil uji regresi logistik
berganda diperoleh p-value 0,035 dan nilai koefisien regresi exp (B) 2,963 artinya ibu dengan pendidikan lanjut
lebih berpeluang untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid yaitu 2,963 kali lebih tinggi dibandingkan
ibu pendidikan dasar dengan interval kepercayaan 1,077– 8,153.
Dari hasil penelitian didapati lebih banyak responden yang berpendidikan lanjut namun dalam tindakan
lebih banyak yang tidak melakukan. Hal ini dikarenakan ibu hamil belum mengetahui pentingnya manfaat
tindakan imunisasi tetanus toksoid, perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan tingkat kemampuan dalam
menerima informasi menjadi berbeda-beda dan tidak bekurangnya kesibukan ibu hamil dalam mengurus rumah
tangga walaupun ia sedang hamil.
Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan kemampuan manusia. Dengan
adanya pendidikan maka akan timbul dalam diri seseorang untuk memotivasi diri agar lebih baik dalam segala
aspek kehidupan. Peningkatan kemampuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja akan tetapi juga
dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena telah memiliki wawasan yang lebih luas. Peran
pendidikan terhadap kesehatan ialah untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

maupun masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ibu hamil berpendidikan lanjut dan mempengaruhi
terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
Hasil penelitian Pratiwi (2013) di peroleh pendidikan terakhir ibu hamil lebih banyak memiliki latar
pendidikan rendah sebanyak 21 orang (58,3%) yang melakukan imunisasi tetanus toksoid secara lengkap
dibandingkan ibu pendidikan tinggi. Walaupun pendidikannya rendah namun mereka sering mengikuti
penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil, dan selalu patuh memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan
serta adanya dukungan suami maupun kader untuk melakukan imunisasi TT secara lengkap guna untuk
melindungi kesehatan ibu dari infeksi tetanus dan bayinya dari tetanus neonatorum.
Hal ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat
penguasaan responden terhadap derajat kesehatannya, karena dalam pendidikan terjadi proses pembelajaran
yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan tindakan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2005)

Hubungan Paritas Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak responden paritas multipara 110 (76,4%).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 38 (34,5%) dari 110 responden berparitas multipara
melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid, sementara responden berparitas primipara ada sebanyak 5
(14,7%) dari 34 responden melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Hasil analisis diperoleh p-value <
0,05, yang berarti bahwa paritas mempunyai hubungan secara signifikan terhadap tindakan imunisasi tetanus
toksoid dan ibu multipara berpeluang untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid 2,349 kali lebih tinggi
dibandingkan ibu primipara dengan interval kepercayaan 1,005 – 5,493.
Hasil analisis bivariat menggunakan chi-square menunjukkan bahwa paritas mempunyai hubungan
signifikan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid dengan diperoleh p-value < 0,05. Hasil uji regresi logistik
berganda diperoleh p-value 0,013 dan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895 artinya ibu dengan paritas multipara
lebih berpeluang untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid yaitu 3,895 kali lebih tinggi dibandingkan
ibu dengan paritas primipara dengan interval kepercayaan 1,355 – 11,362.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar tindakan imunisasi tetanus toksoid dalam
kategori multipara melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Hal ini dikarenakan ibu hamil multipara telah
mendapatkan pengalaman-pengalaman dari kehamilan sebelumnya untuk lebih menyiapkan diri dalam proses
kehamilan berikutnya, agar lebih aman dalam proses persalinan. Namun, ibu yang primipara cenderung lebih
telat memulai perawatan kehamilan dibandingkan kelompok ibu multipara
Seorang ibu hamil akan mengharapkan persalinan berjalan dengan aman, nyaman tanpa komplikasi.
Agar proses persalinan ibu dan bayinya sehat, ibu harus mempersiapkan diri dengan berbagai informasi tentang
hal-hal yang menyangkut persalinan dalam hal memilih tempat bersalin maupun tenaga penolong persalinan
sehingga apabila ditemui kesulitan (komplikasi) persalinan dapat segera dilakukan dan lebih memadai. Ibu
primipara seharusnya lebih banyak melakukan persiapan diri seperti mencari informasi baik dari media maupun
dari ibu-ibu yang pernah melakukan persalinan, bertujuan untuk dalam proses persalinan tidak terjadi
komplikasi.
Hasil penelitian Pratiwi (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas
dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid. Hasil penelitian diperoleh paritas ibu hamil sebagian besar
adalah pada paritas multipara hal ini disebabkan karena pada kelompok paritas multipara lebih banyak
mengetahui manfaat imunisasi tetanus toksoid terkait dengan pengalamannya terdahulu yang sudah beberapa
kali mengalami kehamilan dan persalinan sedangkan paritas terendah terdapat pada paritas primipara yang
disebabkan karena belum mengetahui pentingnya imunisasi tetanus toksoid.
Nanda (2013) menyatakan bahwa paritas ibu mempengaruhi pengetahuan ibu dikarenakan ibu yang
telah memiliki beberapa orang anak akan lebih punya pengalaman dibandingkan ibu yang baru memiliki 1 orang
anak, pengalaman yang didapat akan menambah wawasan dan pengetahuan ibu.

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak responden memiliki pengetahuan kurang
baik 113 orang (78,5%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 11 (35,5%) dari 31 responden
berpengetahuan baik melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid, sementara responden berpengetahuan
kurang baik ada sebanyak 32 (28,3%) dari 113 responden melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Hasil
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

analisis diperoleh p-value > 0,05, yang berarti bahwa pengetahuan tidak mempunyai hubungan terhadap
tindakan imunisasi tetanus toksoid.
Hasil analisis bivariat menggunakan chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan tidak mempunyai
hubungan signifikan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid dengan diperoleh p-value > 0,05.
Pengetahuan ibu lebih banyak kurang baik hal ini diperoleh dari hasil distribusi jawaban responden
yang menyatakan bahwa ibu hamil tidak mengetahui tentang manfaat imunisasi tetanus toksoid yang diberikan
pada ibu agar bayi baru lahir tidak terkena tetanus neonatorum (57,6%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Primanita (2009) yang menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Mancak, Serang 2009 (p-value 0,533). Di duga belum optimalnya pengetahuan ibu hamil di wilayah
Mancak ini, dikarenakan belum optimalnya penyuluhan mendalam tentang imunisasi TT yang dilakukan tenaga
kesehatan setempat. Selain itu, tingkat kemampuan masyarakat untuk dapat menerima materi penyuluhan yang
cenderung terbatas.

Hubungan Sikap Ibu Hamil Dengan Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak responden memiliki sikap baik 73 (50,7%).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 27 (37,0%) dari 73 responden bersikap baik melakukan
tindakan imunisasi tetanus toksoid, sementara responden bersikap kurang baik ada sebanyak 16 (22,5%) dari
71 responden melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid. Hasil analisis diperoleh p-value > 0,05 yang berarti
bahwa sikap tidak mempunyai hubungan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
Hasil rincian sikap menunjukkan sikap setuju yang paling banyak adalah sikap bahwa tenaga
kesehatan memberi informasi tentang imunisasi tetanus toksoid (56%), masyarakat mengharapkan agar
mereka mendapatkan informasi tentang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Sikap ragu-ragu
paling banyak adalah sikap ibu hamil harus melakukan suntikan imunisasi tetanus toksoid pada setiap
kehamilan (31%) hal ini menunjukkan bahwa sikap mereka disebabkan karena pengetahuan yang kurang
tentang imunisasi tetanus toksoid sehingga ada keragu-raguan dalam tindakan imunisasi tetanus toksoid. Sikap
tidak setuju paling banyak adalah sikap tentang biaya imunisasi tetanus toksoid (44%), mendapatkan tindakan
imunisasi tetanus toksoid merupakan program pemerintah dan tidak dikenakan biaya atau pembayaran. Oleh
karena itu, ibu hamil tidak setuju jika untuk mendapatkan imunisasi tetanus toksoid dikenakan biaya. Hal ini
yang membuat sikap menjadi kurang baik terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Fitriah (2012) semakin positifnya sikap seseorang
maka semakin baik pula bentuk karakteristik orang tersebut. Namun, penelitian Fitriah menunjukkan bahwa
sebagian besar sikap responden adalah negatif.
Menurut Newcomb dalam Notoadmojo (2003) seorang ahli psikologi menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan dahulu dan perilaku tertutup. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu: kepercayaan / keyakinan,
keluarga dan konsep terhadap suatu objek kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek,
kecendrungan emosional untuk bertindak.

Analisis Multivariat
Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun 2017 dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan
uji regresi logistik berganda.
Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,25
pada analisis bivariatnya. Berdasarkan analisis bivariat diketahui variabel umur, pendidikan, paritas, dan sikap
memenuhi syarat untuk masuk dalam analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.
Sedangkan variabel pengetahuan tidak memenuhi syarat dalam analisis multivariat karena p-value 0,440 > 0,25.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa pendidikan dan paritas berpengaruh
terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil, sedangkan umur dan sikap tidak berpengaruh
terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil karena p-value > 0,05.
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap
Tindakan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun
2017

95,0% C.I.for EXP(B)


Variabel B Exp(B) p-value
Lower Upper
Umur 0,498 1,645 0,515 0,367 7,367
Pendidikan 1,086 2,963 0,035 1,077 8,153
Paritas 1,360 3,895 0,013 1,335 11,362
Sikap 0,177 1,193 0,706 0,476 2,992
Constant -0,324 0,744 0,189

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bawah
faktor predisposisi yaitu pendidikan dan paritas terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid dengan uji regresi
logistik berganda dengan nilai signifikan pada variabel pendidikan p-value 0,035, dan variabel paritas dengan
nilai p-value 0,013.
Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel yang lebih dominan
mempengaruhi tindakan imunisasi tetanus toksoid adalah paritas dengan nilai koefisien regresi exp (B) 3,895.

KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid. Dimana
pendidikan lanjut lebih berpeluang melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid daripada ibu hamil
berpendidikan dasar.
2. Terdapat hubungan yang signifikan paritas terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid. Dimana Ibu dengan
paritas multipara lebih berpeluang daripada ibu primipara, dan paritas lebih besar pengaruhnya
dibandingkan pendidikan untuk melakukan tindakan imunisasi tetanus toksoid.
3. Tidak terdapat hubungan umur terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
4. Tidak terdapat hubungan pengetahuan terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.
5. Tidak terdapat hubungan sikap terhadap tindakan imunisasi tetanus toksoid.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa hal yang dapat disarankan demi
keperluan pengembangan dari hasil penelitian tindakan imunisasi tetanus toksoid bagi ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pancur Batu sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi Puskesmas Pancur Batu untuk melakukan penyuluhan dan lebih memberikan informasi
kepada ibu hamil tentang pentingnya imunisasi tetanus toksoid (TT), terutama pada ibu dengan pendidikan
SD dan SMP, berpengetahuan kurang baik, serta ibu dengan paritas primipara dan pada setiap kunjungan
ANC ibu hamil wajib mendapatkan imunisasi tetanus toksoid agar meningkatkan cakupan imunisasi tetanus
toksoid.
2. Diperlukan peningkatan peran keluarga bagi yang belum melaksanakan tetanus toksoid.

DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2012. Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Kemenkes RI, 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI.
Nanda, Maulidia, 2013. Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Keumala Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie
Tahun 2013. Banda Aceh : Stikes Ubudiyah Banda Aceh
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
_____________, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
Prasetyawati, Arsita Eka, 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak Dalam Millenium Development Goals (MDGs).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Pratiwi, Cindi, 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Tabongo Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Skripsi.
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 2 No. 1 Februari 2018

Gorontalo : Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Keolahragaan, Universitas
Negeri Gorontalo
Primanita, Herna, 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mancak Kabupaten Serang Banten 2009. Skripsi. Banten :
Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Purwanto, Hary. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT pada wanita usia subur di
Puskesmas Anyer kabupaten Serang tahun 2001, Tesis Program Pasca Sarjana FKM Universitas
Indonesia, 2002.
Syafrudin dkk, 2011. Untaian Materi Penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Trans Info Media.

S-ar putea să vă placă și