Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang No. 24 tahun 2007 mengartikan bencana sebagai suatu
peristiwa luar biasa yang mengganggu dan mengancam kehidupan dan
penghidupan yang dapat disebabkan oleh alam ataupun manusia, ataupun
keduanya (Toha, 2007). Untuk menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat
bencana, dibutuhkan dukungan berbagai pihak termasuk keterlibatan perawat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya berada di lini terdepan dalam
penanganan bencana di Indonesia. Peran perawat dapat dimulai sejak tahap
mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam
fase prehospital dan hospital, hingga tahap recovery.
Namun sejauh ini, tidak hanya di Indonesia di negara-negara lain juga
dihadapkan pada kondisi kurangnya peran perawat dalam respon terhadap
penanganan bencana. Sehingga diperlukan suatu pengetahuan dan kompetensi
yang mampu oleh seorang perawat untuk mengimbangi potensi dan
kompleksitas bencana dan dampaknya yang mungkin akan lebih besar pada
masa mendatang. Pertemuan yang dilakukan oleh American Public Health
Association pada tahun 2006 telah menyebutkan bahwa diperlukan kesiapan
dari tenaga kesehatan dalam mengahadapi kejadian luar biasa melalui
pendidikan bencana yang menjadi prioritas dalam kurikulum (WHO dan ICN,
2009).

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui definisi kompetensi
1.2.2 Untuk mengetahui kompetensi dalam keperawatan bencana ?

1
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui definisi kompetensi?
1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui kompetensi perawat tentang bencana?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi kompetensi


Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu
yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan, efektif, atau berpenampilan superior di tempat kerja pada
situasi tertentu
2.1.1 Karakteristik dasar yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus
bersifat mendasar dan mencakup kepribadian seseorang
(personality) serta dapat memprediksikan sikap seseorang pada
situasi tertentu yang sangat bervariasi pada aktivitas pekerjaan
tertentu.
2.1.2 Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan
atau digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang.
2.1.3 Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara
nyata akan memprediksi seseorang yang bekerja dengan baik atau
buruk yang sesuai dengan kriteria spesifik atau standar.

Sedangkan menurut Kepmendiknas 045/U/2002 dalam Nursalam dan


Efendi (2008) kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu.

Dalam profesi kesehatan, kompetensi digunakan untuk menggambarkan


pengetahuan yang memungkinkan seorang praktisi melakukan kegiatan
secara konsisten dengan cara yang aman. Ini adalah penentu utama kinerja.
Ada kesepakatan dalam keperawatan bahwa kompetensi merupakan
cerminan dari hal beriku : (ICN & WHO, 2009).

3
a. Pengetahuan, pemahaman, dan penilaian.
b. Berbagai keterampilan kognitif, teknis atau psikomotorik dan
interpersonal; dan
c. Berbagai atribut dan sikap pribadi "(Alexander dan Runciman, 2003,
hal. 16 dalam ICN & WHO, 2009).

Kompetensi berfungsi sebagai landasan untuk penelitian, dibuktikan


berbasis praktik dan pengembangan standar. Mereka juga alat penting
dalam menciptakan deskripsi pekerjaan dan program orientasi. Paling
penting adalah kemampuan bagi seorang individu untuk menggunakan
kompetensi untuk penilaian diri pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan. Memahami keterbatasan memungkinkan seorang individu
untuk membuat keputusan yang tepat tentang tugas kerja dan kebutuhan
pendidikan tambahan.

2.2 Kompetensi dalam keperawatan bencana menurut ICN


Ruang lingkup dan kompleksitas bencana mengharuskan perawat memiliki
seperangkat kompetensi dalam keperawatan bencana. Dari perspektif
global, beberapa model ada yang berfokus pada keperawatan bencana
(Wynd, 2006, dalam ICN & WHO, 2009). Perawat harus mampu bekerja
secara internasional, dalam berbagai pengaturan baik sesama perawat
maupun dengan penyedia layanan kesehatan dari seluruh penjuru dunia.
Untuk menjamin tenaga kerja keperawatan global yang siap untuk
merespon pada saat terjadi bencana, kompetensi sangat penting.

Kompetensi mendukung pembelajaran dan penilaian. Ini berfungsi sebagai


panduan atau sumber daya untuk pengembangan kurikulum dan review,
melanjutkan program pendidikan dan pelatihan. Kompetensi mendorong
konsistensi dalam apa yang pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan
dan diharapkan pada pekerjaan. Mereka memungkinkan untuk penilaian
pengetahuan dan keterampilan dan identifikasi kebutuhan pelatihan

4
tambahan individu. Pada saat bencana, kemampuan untuk
mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan dan
memberikan pelatihan khusus yang berkaitan dengan kesenjangan yang
diidentifikasi sangat penting. Aplikasi sistematis kompetensi
meminimalkan risiko yang terkait dengan penanggulangan bencana.

Agar mampu menjalankan perannnya dengan tepat dalam situasi luar biasa
seperti bencana, International Nursing Coalition for Mass Casualty
Education (INCMCE) (2003) mengungkapkan bahwa terdapat standar
kompetensi dan pengetahuan minimal yang harus dimiliki oleh seorang
perawat. Kemampuan yang harus disiapkan oleh perawat dalam
penanganan bencana antara lain; manajemen bencana, manajeman rumah
sakit lapangan, emergency nursing, Advance Trauma Life
Support (ATLS) dan Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS)
(Raharja, 2010).

Selain itu, World Health Organization (WHO) dan International Council


of Nurses (ICN) menyusun suatu formulasi konsep kerja ICN dalam
penyusunan kompetensi keperawatan bencana. Kompetensi ini diharapkan
mampu menjelaskan mengenai peran perawat dalam bencana. Selain itu,
diharapkan juga dapat menjadi pedoman dalam perencanaan pelatihan dan
pendidikan manajemen bagi perawat (Chan, dkk. 2010).
International Council Nurse (2007) membagi kompetensi perawat disaster
dalam empat klasifikasi yaitu:
a. Kompetensi mitigasi (pencegahan),
- Pengurangan risiko, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
- Perencanaan dan pengembangan kebijakan.
b. Kompetensi preparedness (kesiapsiagaan),
- Akuntabilitas, praktek etik dan legal.
- Komunikasi dan berbagi informasi.
- Pendidikan dan kesiapsiagaan.

5
c. Kompetensi respon (tanggap bencana) dan
- Perawatan komunitas.
- Perawatan individu dan keluarga.
- Perawatan psikologis.
- Perawatan pada kelompok rentan (kelompok dengan kebutuhan
khusus).
d. Kompetensi recovery dan rehabilitasi.
- Kebutuhan perawatan jangka panjang (pemulihan individu,
keluarga, dan masyarakat).

Penomoran dari kompetensi hanya untuk kemudahan membaca dan tidak


menunjukkan prioritas.
a. Kompetensi Mitigasi/Pencegahan
1) Penanggulangan resiko dan pencegahan penyakit
a) Menggunakan data epidemiologi untuk mengevaluasi
resiko dan efek dari bencana yang spesifik di masyarakat
dan menentukan implikasi dalam perawatan.
b) Berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain, organisasi
masyarakat, pemerintahan, dan pimpinan masyarakat
untuk mengembangkan penanggulangan resiko dalam
menurunkan populasi yang beresiko.
c) Berpartisipasi dalam perencanaan mengenai kebutuhan
perawatan kesehatan selama bencana.
d) Mengidentifikasi sistem pelayanan kesehatan dan
bekerjasama dengan tim multidisiplin untuk
menanggulangi korban bencana.
e) Mengidentifikasi populasi yang beresiko tinggi dan
mengkoordinasikan kegiatan untuk mengurangi resiko.
f) Memahami prinsip dan proses dari isolasi, karantina,
kontaminasi dan dekontaminasi serta mengambangkan
perencanaan untuk diimplementasikan di masyarakat.

6
g) Berkolabrasi dengan organisa-organisasi dan pemerintah
untuk membangun kapasitas masyarakat untuk persiapan
sebelum dan selama bencana.
2) Promosi kesehatan
a) Berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan di masyarakat
yang berhubungan dengan persiapan bencana.
b) Mengkaji masyarakat untuk menentukan isu-isu
kesehatan yang ada, prevalensi penyakit, penyakit kronik
dan ketidakmampuan serta sumber kesehatan dalam
masyarakat.
c) Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain untuk
mengimplementasikan tindakan untuk menurunkan
resiko yang berhubungan dengan penyebaran penyakit
dari satu orang ke orang yang lain, sanitasi dan penyakit
yang disebarkan melalui makanan.
d) Berpartisipasi dalam perencanaan mengenai kebutuhan
perawatan kesehatan di masyarakat seperti, imunisasi
masal dan program pengobatan masal.
e) Bekerjasama dengan masyarakat untuk meningkatkan
sistem pelayanan kesehatan untuk menghadapi dan
pemulihan setelah bencana.
3) Pengembangan kebijakan dan perencanaan
a) Mendemostrasikan pemahaman yang berkaitan dengan
terminologi bencana.
b) Menggambarkan fase disaster managment continuum:
pencegahan/mitigasi, persiapan, respon dan
pemulihan/rehabilitasi.
c) Menggambarkan peran dari pemerintah dan organisasi
dalam perencanaan kebencanaan dan respon terhadap
bencana.

7
d) Memahami disaster plan masyarakat dan bagaimana
hubungannya terhadap perencanaan respon national dan
internasional.
e) Memperkenalkan perencanaan bencana di lapangan dan
peran dari tiap orang di lapangan pada saat bencana.
f) Berpartisipasi dalam pembuatan perencanaan bencana
dan pengembangan kebijakan.
g) Berkontribusi untuk mengembangkan, mengevaluasi,
dan memodifikasi perencanaan bencana di masyarakat.
h) Memastikan kebutuhan dari populasi yang rentan yang
termasuk dalam perencanaan bencana (anak-anak,
wanita, wanita hamil, orang dengan gangguan mental
atau cacat fisik, orang tua dan orang-orang yang beresiko
lainnya).
i) Menginterpretasikan peran dari perawat dalam
berhubungan dengan anggota tim yang lainnya
j) Partisipasi politik dan legislastif dalam pengembangan
kebijakan yang berhubungan dengan persiapan dan
respon terhadap bencana.
k) Menggambarkan peran dari kesehatan masyarakat dalam
bencana dan hubungannya terhadap peran perawat.

b. Preparedness competences
1) Praktik legal etik dan akuntabilitas
a) Etik
(1) Berkolaborasi dengan yang lain untuk
mengidentifikasi aspek etik
(2) Mengaplikasikan kerangka kerja etik yang disepakati
secara national untuk mendukung pengambilan
keputusan dan peentuan prioritas.

8
(3) Melindungi hak asasi manusia, nilai dan martabat
individu dan masyarakat.
(4) Bertindak sesuai dengan budaya, sosial, dan
keyakinan spiritual individu dan masyarakat.
(5) Mempertahankan kepercayaan diri dalam
komunikasi dan dokumentasi
(6) Memahami keyakinanyang dimiliki setiap orang dan
dampaknya terhadap respon terhadap bencana.
(7) Menggambarkan bagaimana isu keamanan dan
konflik etik yang mungkin terjadi.
b) Aspek Legal
(1) Bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku di
suatu daerah, nasional dan internasional.
(2) Memahami aturan-aturan dan regulasi yang spesifik
terhadap dampak bencana pada praktik keperawatan
dan pengawasan bencana.
(3) Memahami aspek legal dari kesehatan masyarakat
untuk melindungi masyarkat dalam suatu bencana.
(4) Memahami implikasi legal dari bencana dan
kedaruratan.
(5) Menggambarkan aspek legal dan regulasi isu-isu
yang berkaitan dengan:
(a) Bekerja sebagai relawan
(b) Peran dan tanggungjawab relawan
(c) Kebebasan dari pasien
(d) Adaptasi dari standar perawatan
(e) Peran dan tanggungjawab untuk atasan
(f) Delegasi

9
2) Akuntabilitas
a) Menerima secara akuntabilitas dan bertanggungjawab untuk
tindakan setiap orang.
b) Mendelegasikan kepada orang lain yang sesuai dengan praktik
profesi, hukum yang berlaku dan regulasi serta situasi bencana.
c) Mengidentifikasi keterbatasan pengetahuan, keahlian,
kemampuan sesorang dalam bencana dan praktik yang sesua
dengan mereka.
d) Praktik berdasarkan hukum dan regulasi keperawatan dalam
pemerintahan dan praktik keperawatan.
e) Mengadvokasi dalam menentukan keselamatan dan perawatan
yang sesuai.
3) Komunikasi dan berbagi informasi
a) Mendeskripsikan rantai komando dan peran perawat dalam
suatu sistem.
b) Berkomunikasi dengan cara merefleksikan sensitivitas
terhadap keragaman masyarakat.
c) Mendeskripsikan prinsip dari komunikasi dalam intervensi
krisis dan manajemen resiko.
d) Identifikasi dan mengkomunikasikan informasi penting dengan
segera.
e) Menggunakan alat komunikasi yang beragam untuk
mengurangi kendalam dalam berbahasa.
f) Mengkoordinasikan informasi dengan anggota yang lain
dalam tim penaanganan bencana.
g) Menyediakan informasi terbaru untuk tim penanggulan
bencana mengenai isu perawatan kesehatan dan kebutuhan
akan sumber daya.
h) Bekerja sama dengan tim penanggulangan bencana untuk
menentukan peran perawat dalam bekerja.

10
i) Memahami proses manajemen informasi kesehatan dalam
kebencanaan.
j) Mendemonstrasikan kemampuan untuk menggunakan alat-alat
komunikasi.
k) Membuat dokumentasi dan rekaman serta menyediakan
laporan sebagai persyaratan
l) Mengkomunikasikan hasil identifikasi kesehatan atau
lingkungan yang berisiko untuk pemberian penanganan yang
tepat.
4) Edukasi dan persiapan
a) Memberikan pengetahuan yang relevan dengan bencana dan
keperawatan bencana.
b) Berpartisipasi dalam praktek lapangan dan komunitas.
c) Mencari pengetahuan baru dan ahli dalam keperawatan
bencana
d) Sumber fasilitas dalam bencana.
e) Mengevaluasi kebutuhan untuk pelatihan tambahan dan
pelatihan yang dibutuhkan.
f) Mengembangkan individu dan keluarga dalam perencanaan
kesiap-siagaan.
g) Mendeskripsikan peran perawat dalam berbagai bencana
(contohnya, tempat tinggal, situs perawatan darurat, koordinasi
bencana, unit manajemen).
h) Menyediakan perlengkapan bencana (contohnya, kartu
identifikasi, pakaian, botol air).
i) Mengimplementasikan aktivitas kesiap-siagaan sebagai
bagian dari tim multidisiplin.
j) Membantu dalam pengembangan sistem keperawatan dan
meningkatkan kapasitas personel dalam pelayanan kesehatan
selama fase respon dalam bencana.

11
k) Berperan sebagai pemimpin dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan program pelatihan untuk perawat dan
pelayanan kesehatan lainnya.
l) Mengevaluasi kesiapan masyarakat dan bertindak untuk
meningkatkan kesiapan ketika dibutuhkan.
c. Response competancies
1) Perawatan masyarakat
a) Menjelaskan tahapan respon masyarakat terhadap bencana dan
implikasi untuk intervensi keperawatan.
b) Mengumpulkan data tentang cedera dan penyakit yang
diperlukan.
c) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan dan sumber daya yang
tersedia di daerah yang terkena bencana untuk memenuhi
kebutuhan dasar penduduk.
d) Kolaborasi dengan tim penanggulangan bencana untuk
mengurangi bahaya dan risiko di daerah terkena bencana.
e) Memahami bagaimana memprioritaskan perawatan dan
mengelola beberapa situasi
f) Berpartisipasi dalam strategi pencegahan seperti kegiatan
imunisasi massal.
g) Kerjasama dengan organisasi-organisasi bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (misalnya tempat
tinggal, makanan, air, perawatan kesehatan).
h) Menyediakan pendidikan berbasis masyarakat mengenai
implikasi kesehatan bencana.
i) Mengevaluasi dampak dari intervensi keperawatan pada
populasi dan budaya yang berbeda dan menggunakan hasil
evaluasi untuk membuat keputusan berbasis bukti.
j) Mengelola sumber daya dan perlengkapan yang dibutuhkan
untuk memberikan perawatan di masyarakat.
k) Efektif berpartisipasi sebagai bagian dari tim multidisiplin.

12
2) Perawatan individu dan keluarga
a) Pengkajian
(1) Melakukan pengkajian cepat terhadap situasi bencana
dan kebutuhan asuhan keperawatan.
(2) Melakukan riwayat kesehatan dan usia penilaian yang
tepat yang meliputi respon fisik dan psikologis untuk
bencana.
(3) Mengenali gejala penyakit menular dan mengambil
langkah-langkah untuk mengurangi pemapaparan
penyakit
(4) Menjelaskan tanda dan gejala paparan kimia, biologi,
radiologi, nuklir dan peledak agen.
(5) Mengidentifikasi pola yang tidak biasa atau
pengelompokan penyakit dan cedera yang mungkin
menunjukkan paparan zat biologis atau lainnya yang
terkait dengan bencana. Menentukan kebutuhan untuk
dekontaminasi, isolasi atau karantina dan mengambil
tindakan yang sesuai.
(6) Mengakui kebutuhan kesehatan dan kesehatan mental
responden dan membuat arahan yang tepat.
b) Implementasi

(1) Melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat


termasuk pada saat darurat dan perawatan trauma sesuai
dengan prinsip ilmiah yang diterima.

(2) Berlaku kritis, fleksibel dan berpikir kreatif untuk


menciptakan solusi dalam memberikan asuhan
keperawatan

13
(3) Berlakunya prinsip triase yang diterima saat melakukan
perawatan berdasarkan situasi bencana dan sumber daya
yang tersedia.

(4) Menciptakan lingkungan perawatan pasien yang aman.

(5) Mempersiapkan dan menyediakan transportasi untuk


keselamatan pasien

(6) Menunjukkan administrasi yang aman untuk obat, vaksin


dan imunisasi.

(7) Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian infeksi untuk


mencegah penyebaran penyakit.

(8) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dan merevisi


perawatan yang diperlukan.

(9) Menyediakan perawatan dengan cara yang tidak


menghakimi

(10) Menjaga keselamatan pribadi dan keselamatan orang lain


di tempat bencana

(11) Dokumen perawatan sesuai dengan prosedur bencana.

(12) Menyediakan perawatan dengan cara yang


mencerminkan latar belakang budaya, sosial, spiritual
dan beragam individu.

(13) Melakukan perawatan pada korban yang meninggal


dengan cara yang menghormati keyakinan budaya, sosial
dan spiritual penduduk sebagai situasi memungkinkan

(14) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan


oleh orang lain

14
(15) Bekerja dengan individu dan lembaga yang tepat untuk
membantu korban agar bisa berhubungan kembali
dengan anggota keluarga dan orang yang dicintai.

3) Perawatan psikologis

a) Menjelaskan tahapan respon psikologis terhadap bencana


dan tanggapan perilaku yang diharapkan.
b) Memahami dampak psikologis bencana terhadap orang
dewasa, anak-anak, keluarga, masyarakat rentan dan
masyarakat.
c) Memberikan dukungan psikologis yang tepat bagi
mereka yang selamat.
d) Menggunakan hubungan terapi efektif dalam situasi
bencana.
e) Mengidentifikasi respon perilaku individu terhadap
bencana dan memberikan intervensi yang tepat sesuai
kebutuhan (misalnya psikologis pertolongan pertama)
f) Membedakan antara respon adaptif terhadap bencana
dan respon maladaptive
g) Berlaku intervensi kesehatan mental yang tepat dan
memulai arahan yang diperlukan
h) Mengidentifikasi strategi penanganan yang tepat bagi
mereka yang selamat
i) Mengidentifikasi korban dan responden yang
memerlukan dukungan perawatan kesehatan mental
tambahan dan mengacu pada sumber daya yang tepat.
4) Perawatan populasi rentan

a) Menjelaskan populasi rentan pada risiko akibat bencana


(misalnya orang tua, wanita hamil, anak-anak, dan
individu dengan kondisi cacat atau kronis yang

15
membutuhkan perawatan lanjutan) dan mengidentifikasi
implikasi untuk keperawatan, termasuk:
(1) Respon fisik dan psikologis populasi yang rentan
terhadap bencana.
(2) kebutuhan unik dan risiko tinggi populasi yang rentan
terkait dengan bencana tersebut.
(3) Menciptakan lingkungan hidup yang memungkinkan
populasi rentan berfungsi sebagai independen
(4) Advokat untuk kebutuhan populasi yang rentan.
(5) Mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, membuat
rujukan yang tepat dan bekerja sama dengan organisasi-
organisasi yang melayani populasi rentan dalam memenuhi
kebutuhan sumber daya.
(6) Mengimplementasikan asuhan keperawatan yang
mencerminkan kebutuhan masyarakat yang rentan terkena
dampak bencana.
(7) Berkonsultasi dengan anggota tim kesehatan untuk
memastikan perawatan lanjutan dalam memenuhi
kebutuhan perawatan khusus.
d. Recovery/ rehabilitation competancies
1) Kebutuhan jangka pandang
a) Pemulihan individu dan keluarga
(1) Mengembangkan rencana untuk memenuhi jangka
pendek dan jangka panjang fisik dan phsycology
kebutuhan keperawatan
(2) Mengidentitasi kebutuhan yang berubah dari
korban dan merevisi rencana perawatan yang
diperlukan
(3) revisi rencana merujuk penderita dengan
kebutuhan tambahan mengacu sesuai organisasi

16
(4) mengajarkan korban strategi untuk pencegahan penyakit
dan cedera
(5) membantu fasilitas perawatan kesehatan local dalam
pemulihan
(6) kolaborasi dengan perawatan kesehatan masyarakat yang
ada untuk pemeliharaan kesehatan da perawatan kesehatan
(7) Berfungsi sebagai pembela korban dalam memenuhi
kebutuhan jangka panjang

b) Pemulihan komunitas
(1) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan respo
bencana utuk evaluasi
(2) Mengevaluasi tindakan dan respon perawat selama
bencana dan berkolaborasi dengan organsasi –organisasi
keperawatan untuk menyelesaikan masalah dan
memperbaiki respon
(3) Berpatisipasi dalam menganalisa data yang berfokus
untuk perbaika respon
(4) Mengidentifikasi area-area yang membutuhkan perbaikan
dan komunisakanya kepada pihak-pihak yang terkait.
(5) Memberikan informasi tentang penyerahan sumber-
sumber yang digunakan saat bencana membantu pemulihan
untuk memperbaiki kualitas hidup komunitas.

Kondisi emergensi dan disaster merupakan suatu peristiwa yang


membutuhkan kompetensi yang unik dalam penanganannya.
Dalam setiap tahapan penanganan bencana, perawat
membutuhkan kompetensi yang berbeda-beda. Pada tahap
mitigasi-prevention and preparedness competencies, kompetensi
yang dibutuhkan adalahpublic health promotion and education.

17
Pada tahap ini perawat memiliki peran untuk memberikan
pendidikan dan promosi kesehatan terkait pencegahan bencana,
tanda-tanda bencana, penanggulangan bencana oleh masyarakat
dan juga respon masyarakat saat terjadi bencana. Sehingga
persiapan yang perlu dilakukan perawat adalah meningkatkan
pengetahuannya terkait bencana dan manajemen bencana.

Kompetensi Keperawatan Bencana menurut ICN dikembangkan


setelah analisis kerangka kompetensi yang ada di bidang
kesehatan masyarakat, kesehatan mental, petugas kesehatan,
pengelola keadaan darurat, keperawatan dan keperawatan
bencana. Materi pelatihan dan kurikulum diperiksa untuk
memahami hasil yang diharapkan dari program. Penting untuk
pengembangan kompetensi adalah dua dokumen kompetensi
keperawatan bencana: (1) Kompetensi Pendidikan untuk
Registered Nurse Menanggapi Insiden Casualty Masa (Stanley,
2003), dan (2) Kompetensi Inti Diperlukan untuk Keperawatan
Bencana (Yamamoto, 2004). Semua upaya dilakukan untuk
menggabungkan konsep-konsep dari kedua dokumen ke dalam
kompetensi.

Fokus dari Kompetensi Keperawatan Bencana menurut ICN


adalah perawat generalis. Semua perawat diharapkan dapat
menunjukkan kompetensi tersebut. Kompetensi yang berkaitan
dengan keperawatan khusus seperti perawatan darurat,
keperawatan anak dan keperawatan kesehatan masyarakat tidak
secara khusus dimasukkan ke dalam dokumen. Hal ini diantisipasi
bahwa kompetensi perawat praktek khusus akan diintegrasikan
dengan kompetensi inti dari Kerangka ICN Kompetensi untuk
Perawat generalis. Tidak boleh dilupakan bahwa ICN generalis
kompetensi perawat berfungsi sebagai dasar dari ICN Kompetensi

18
Keperawatan Bencana. Keperawatan bencana melibatkan aplikasi
sistematis kompetensi keperawatan dasar dan kompetensi
keperawatan bencana khusus untuk situasi bencana.
Menurut Godwin (2007, dalam Cindy, 2012) kesiapsiagaan
bencana yang dapat di lakukan oleh perawat antara lain:
1) Perawat berpartisipasi dalam mengembangkan rencana
penanggulangan bencana (Community Disaster Plan),
2) Melaksanakan pengkajian resiko (Community Risk
Assesment)meliputi kemungkinan terjadinya bencana, dampak dan
kerugian yang timbul akibat bencana, pemetaan kawasan rawan
bencana,
3) Pencegahan bencana (Disaster Prevention) meliputi mencegah
dan mengurangi kerusakan akibat bencana, memindahkan korban
dalam pengungsian, peringatan dini bencana kepada masayarakat
serta membuat dan mengembangkan sistem peringatan dini,
mengikuti dan berperan aktif dalam pelatihan serta pendidikan
penanggulangan bencana, melakukan identifikasi kebutuhan
pelatihan dan pendidikan penanggulangan bencana bagi perawat,
mengembangkan data perawat yang dapat dimobilisasi untuk
tanggap darurat
4) Melakukan triage bencana dan melakukan evaluasi semua
komponen dalam penanggulangan bencana (Disaster Nursing
Respon).
Kompetensi yang dibutuhkan oleh perawat, yaitu (Chan, dkk. 2010):
1) Promosi kesehatan dalam tahap mitigasi
2) Triage
3) Komunikasi dan transportasi
4) Pre hospital transfer skills
5) Wound management
6) Interviewing skills
7) Psychological firs aid

19
8) Pengkajian individu, keluarga dan komunitas
Selain kompetensi di atas, ICN juga menyebutkan terdapat
beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seluruh perawat,
yaitu:
1) Pengkajian kardiovaskular
2) Pengkajian luka bakar
3) Pengkajian mental status
4) Manajemen crush injuries dan fraktur.

Kompetensi ini dianggap sangat penting oleh ICN sehingga


tidak hanya diberikan melalui pelatihan tapi juga hendaknya
kompetensi ini menjadi kompetensi dasar yang diberikan dalam
kurikulum pendidikan keperawatan sejak dini (Chan, dkk.
2010). Kemampuan dalam penanggulangan bencana harus didukung
oleh pengetahuan dan sikap motivasi perawat yang selalu harus
dievaluasi dan bahkan perlu adanya perubahan-perubahan karena
adanya pengembangan teknologi, riset dan jenis bencana alam
(International Council Nurse, 2007).

20
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2012. Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana
Effendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan
Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Japanese Red Cross Society & PMI. (2009). Keperawatan Bencana. Banda Aceh:
Forum Keperawatan Bencana
Pan America Health Organization. (2006). Bencana alam: perlindungan
kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Pan America Health Organization (2001). Establishing a mass casualty
management system. Washington: PAHO
Seni, W. (2011). Siklus manajemen bencana. Diakses pada tanggal 18 November
2013 pukul 22.35 WIB dari
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007-PNPB. Diakses dari
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana
Veenema, T.G. (2007 ). Disaster nursing and emergency preparedness for
chemical, biological, and radiological terorisme and other hazard ( 2 nd ed
). New York : Springer Publishing Company.

21

S-ar putea să vă placă și