Sunteți pe pagina 1din 13

ARTIKEL ILMIAH

MOTIVASI, KESIAPAN MENTAL IBU DAN KEMAMPUAN


PERKEMBANGAN DALAM MENERAPKAN TOILET
TRAINING DI POSYANDU SIRSAK

DISUSUN OLEH :

ASRI KHOIRUNNISA
10.13.000.256

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2

JAKARTA
2017
1

Motivasi, Kesiapan Mental Ibu dan Kemampuan Perkembangan dalam


Menerapkan Toilet Training Di Posyandu Sirsak

Asri Khoirunnisa1, Kuswati 2

1,2
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610, Indonesia
Telp : (021) 78894045 Email : asrikhoirunisa2@gmail.com1, kuswatipatras@gmail.com2

Abstrak

Menerapkan toilet training yang dapat dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yaitu dengan menggunakan
teknik lisan , teknik memilih tempat untuk eliminasi dan beberapa teknik lainnya. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan program toilet training antara lain motivasi orang tua dan kesiapan anak secara fisik, psikologis
maupun secara intelektual. Tujuan penelitian mengetahui hubungan motivasi, kesiapan mental ibu dan
kemampuan perkembangan anak dalam menerapkan Toilet training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak
kelurahan ciganjur tahun 2017. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Sampel
yang digunakan sebanyak 60 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian data dianalisis menggunakan uji chi square dan diolah
menggunakan metode SPSS. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dengan α 0,05 diperoleh
motivasi ibu p-value= 0,042 dengan OR=3,4, kesiapan mental ibu p-value=0,015 dengan OR=4,4,kemampuan
perkembangan anak p-value=0,005 dengan OR=5,4.Kesimpulan terdapat hubungan motivasi ibu, kesiapan
mental ibu dan kemampuan perkembangan anak dengan toilet training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu
Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017, oleh karena itu di sarankan posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur dapat
memberikan penyuluhan, bekerjasama dengan puskesmas tentang toilet training sehingga meningkatkan fase
kemandirian pada anak dan ibu dapat mengetahui informasi dan wawasan khususnya tentang toilet training pada
anak sehingga dapat melakukan secara efektif serta keluarga dapat turut berperan aktif dalam menerapkan toilet
training pada anak.

Kata Kunci : Kesiapan Mental, Kemampuan Perkembangan Anak, Motivasi

Abstract

Applying toilet training that can be done by parents to their children is by using oral techniques, techniques to
choose a place for elimination and some other techniques. Factors that influence the success of the toilet
training program include parent motivation and child's readiness physically, psychologically as well as
intellectually. The purpose of this research is to know the correlation between motivation, mother's mental
readiness and the ability of child development in applying Toilet training at 3-4 years old at posyandu of
saturated ciganjur sub-district in 2017. The research type is analytic descriptive with cross sectional method.
The sample used is 60 respondents. The sampling technique used is the total sampling technique. Data were
collected using questionnaire, then data were analyzed using chi square test and processed using SPSS method.
The result of bivariate analysis using Chi Square test with α5% obtained by mother's motivation p-value = 0,042
and OR = 3,4, mother's mental readiness p-value = 0,015 and OR = 4,4, child development ability p-value =
0,005 and OR = 5.4. Conclusion there is relationship of mother motivation, mother's mental readiness and
ability of child development with toilet training at child age 3-4 year at posyandu of saturation of kelurahan
Ciganjur year 2017, therefore suggested posyandu Sirsak sub-district Ciganjur can give counseling, in
cooperation with puskesmas about toilet training thereby increasing the phase of independence in children.

Keywords: Mental Readiness, Child Development Ability, Motivation


1
5

Pendahuluan Motivasi orang tua dan kesiapan anak


secara fisik, psikologis maupun secara
Pada masa balita pertumbuhan dan
intelektual merupakan faktor yang
perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa
mempengaruhi keberhasilan program Toilet
seperti ini merupakan dasar dan tidak akan
Training.1 Keberhasilan toilet training
terulang lagi pada kehidupan selanjutnya.
memberikan beberapa keuntungan bagi anak,
Perhatian yang diberikan pada masa balita
seperti dapat mengontrol buang air kecil
akan sangat menentukan kualitas kehidupan
(BAK) dan buang air besar (BAB), awal
manusia di masa depan. Manusia berkembang
terbentuknya kemandirian sehingga anak dapat
dari satu tiap periode perkembangan ke periode
melakukan sendiri BAK atau BAB dan juga
yang lain, mereka mengalami perubahan
mulai mengetahui beberapa bagian tubuh dan
tingkah laku yang berbeda-beda di akibatkan
fungsinya.4
karena masalah-masalah atau tugas-tugas yang
dituntut dan muncul pada setiap periode Dampak yang paling umum dalam
perkembangan itu berbeda pula. Salah satu kegagalan toilet training seperti adanya
tugas perkembangan adalah membentuk perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua
kemandirian, kedisiplinan, dan kepekaan kepada anaknya yang dapat mengganggu
emosi pada anak. Untuk mencapai tugas kepribadian anak atau cenderung bersifat
perkembangan tersebut salah satunya dapat retenve dimana anak cenderung bersikap keras
dilakukan melalui Toilet training sejak dini.1 kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan
oleh orang tua apabila sering memarahi anak
Angka mengompol pada anak rata- rata
pada saat buang air besar atau kecil, atau
yaitu 1 dari anak usia 6 tahun, 1 dari 7 anak
melarang anak saat berpergian. Bila orang tua
usia 7 tahun, 1 dari 11 anak usia 9 tahun, 1 dari
santai dalam memberikan aturan dalam toilet
50-100 orang diatas usia 15 tahun, termasuk
training maka anak akan dapat mengalami
orang dewasa. Riset lanjutan menunjukkan
kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega,
tingkat mengompol pada malam hari diseluruh
cenderung ceroboh suka membuat gara-gara,
dunia bagi anak usia 4 tahun keatas berkisar
emosional dan seenaknya dalam melakukan
antara 10-33 persen menurut penelitian yang
kegiatan sehari-hari.1
dilakukan di Inggris, Irlandia, Belanda dan
New Zaeland. Setengah juta anak di Inggris Ibu dapat berperan sebagai pelatih bagi
dan diantara lima sampai tujuh juta anak di anak dalam buang air besar atau kecil secara
Amerika serikat sering mengompol.2 bersih dan teratur, memberikan contoh yang
benar pada anak, dan jangan membentak bila
Jumlah balita di Indonesia mencapai 30%
terjadi kecelakaan, ajarkan kata-kata untuk
dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan
aksinya.Motivasi berasal dari bahasa latin yang
menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga
berarti to move yang berarti adanya kekuatan
(SKRT) nasional tahun 2012 diperkirakan
atau dorongan yang menggerakkan kita untuk
jumlah balita yang sulit mengontrol BAB dan
berperilaku tertentu.5
BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah
mencapai 75juta anak.3 Supaya ibu dapat berperan dengan baik
ibu dapat memperhatikan bahwa Toilet
Toilet training merupakan suatu usaha
training dapat dilakukan pada setiap anak yang
untuk melatih anak agar mampu mengontrol
sudah mulai memasuki fase kemandirian pada
buang air kecil dan buang air besar. Latihan ini
anak. Ibu dapat menghindari pemakaian popok
mulai dilakukan pada anak usia 1-3 tahun,
sekalipakai atau diaper dimana anak akan
karena pada usia ini kemampuan sfingter uretra
merasa aman. Dengan begitu anak dapat dilatih
untuk mengontrol rasa ingin buang air kecil
dalam buang air besar atau kecil ditempat yang
mulai berkembang.1
seharusnya serta ibu berperan dalam
6

mengajarkan serta memotivasi anak untuk menyuruh anaknya untuk pergi ke toilet tetapi
BAB dan BAK secara bersih dan benar.1 tetap saja anaknya masih mengompol, dan
hanya 2orang (20%) ibu yang menyuruh dan
Persiapan mental dapat menjadi yang
mengajak anaknya pergi ke toilet dan diketahui
paling sulit bagi orang tua. Kesabaran
anaknya jarang mengompol.
merupakan hal yang paling penting dalam
proses Toilet training apapun metodenya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Sehingga orang tua perlu meyakinkan dirinya mengetahui hubungan motivasi, kesiapan
untuk dapat mengontrol emosi dan terus mental ibu dan kemampuan perkembangan
bersabar sehingga anak tidak merasakan anak dalam menerapkan toilet training pada
ketegangan dalam proses Toilet training yang anak usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak
dapat membuat anak sulit berkosentrasi.6 kelurahan Ciganjur tahun 2017.
Konsep toilet training memang belum Metode
banyak dipahami dikalangan masyarakat, hal
Penelitian ini dilakukan dengan
ini disebabkan karena informasi terkait tentang
menggunakan metode penelitian kuantitatif
toilet training tidak dikenalkan secara umum
dengan desain penelitian cross sectional.
dimasyarakat sedangkan fenomena yang terjadi
Desain penelitian cross sectional yaitu suatu
di masyarakat akibat dari konsep toilet
rancangan penelitian yang diarahkan untuk
training yang tidak diajarkan secara benar atau
mendeskripsikan atau menguraikan suatu
kurang tepat sangatlah tidak sedikit hal ini
keadaan yang dilakukan dalam waktu
karena dampak negative yang ditimbulkan
bersamaan.6 Alasan menggunakan desain
tidaklah dapat dilihat secara langsung, ini yang
tersebut dalam penelitian ini adalah untuk
menyebabkan konsep toilet training dipandang
mengetahui hubungan motivasi, kesiapan
tidaklah penting dalam tahap perkembangan
mental ibu dan kemampuan perkembangan
anak usia toddler.
anak dalam menerapkan toilet training pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan anak usia 3-4 tahun di posyandu sirsak
Dwi Wahyuni yang berjudul “Hubungan kelurahan ciganjurtahun 2017.
Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet training
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Dengan Kemandirian Anak Dalam mengontrol
Juni - November 2017 di posyandu Sirsak
BAB dan BAK Pada Usia 3 – 4 Tahun” yang
kelurahan Ciganjur. Populasi dalam penelitian
didapatkan bahwa mayoritas responden
ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak
memiliki anak yang sangat mandiri dalam
dengan kriteria usia 3-4 tahun di posyandu
mengontrol BAB dan BAK yaitu sebanyak 23
kelurahan Ciganjur yang berjumlah 60 orang.
orang (41,8%). Berdasarkan data dari hasil
kuesioner mayoritas anak sudah dapat melepas Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
dan memakai pakaiannya sendiri setelah BAB karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
dan BAK, tidak mengompol dan BAB Berdasarkan pengertian diatas maka sampel
sembarangan lagi dan anak sudah adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
membiasakan diri mencuci tangan setelah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
BAB dan BAK.7 seluruh populasi.9 Tehnik pengambilan sampel
yaitu total populasi sampling, teknik sampling
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dalam penelitian ini adalah non probability
dilakukan oleh peneliti di Posyandu Sirsak
sampling dengan jenis total sampling yaitu
Kelurahan Ciganjur pada tanggal 28 Februari
seluruh populasi diambil untuk dijadikan
2017 kepada 10 orang ibu yang memiliki anak
sebagai sampel. Hakikatnya dari pengambilan
usia 3-4 tahun secara random, didapatkan hasil
sampel secara keseluruhan dari populasi
bahwa 5 orang (50%) ibu tidak mengajarkan
mempunyai kesempatan yang sama sebagai
anak pergi ke toilet dan membiarkan anaknya
sampel.6 Dengan demikian maka peneliti
mengompol, 3 orang (30%) ibu telah
mengambil sampel dari seluruh ibu yang
7

memiliki anak dengan kriteria usia 3-4 tahun di dan diisi oleh 60 calon responden untuk diuji
posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur sebanyak cobakan dengan maksud menjaga validitas dan
60 orang. Kriteria inklusi dan eksklusi sampel realibilitas dari instrumen tersebut, sehingga
dalam penelitian ini adalah: (1) Kriteria Inklusi maksud dari instrumen menjadi jelas dan
adalah kriteria yang perlu dipenuhi setiap mudah dipahami oleh responden yang akan
anggota populasi yang dapat diambil menjadi mengisinya. Uji validitas dan realibilitas diolah
sampel6 di dalam penelitian ini yaitu seluruh menggunakan SPSS statistics 16. Soal
ibu yang memiliki anak usia 3-4 tahun di pertanyaan dalam instrumen yang dinyatakan
posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur. (2) tidak valid tidak boleh dituangkan dalam
Kriteria non insklusi adalah karakteristik yang instrumen dari masing-masing variabel.
tidak termasuk ke dalam penelitian. di dalam
Validitas berasal dari kata validity yang
penelitian ini yaitu seluruh ibu yang tidak
mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan
memiliki anak usia 3-4 tahun di posyandu
kecermataan suatu alat ukur dalam mengukur
Sirsak kelurahan Ciganjur. (3) Kriteria Kreteria
suatu data.10 Uji validitas digunakan untuk
Eksklusi adalah menghilangkan atau
mengukur relevan tidaknya pengukuran
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
pengamatan yang dilakukan pada penelitian.
inklusi dari penelitian karena sebab- sebab
Pada pengujian validitas kuesioner dilakukan
tertentu.10 Kriteria eksklusi yaitu, Ibu yang
dengan uji skor (Nilai) tiap-tiap item
memiliki anak usia 3-4 tahun tetapi tidak
pertanyaan terhadap skor total seluruh
tinggal di daerah posyandu Sirsak kelurahan
pertanyaan dengan menggunakan Uji Product
Ciganjur dan Ibu yang tidak memiliki anak
Moment. Sebuah instrument dikatakan valid
usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak kelurahan
apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
Ciganjur.
hendak diukur. Untuk mengetahui validitas
Instrumen pengumpulan data adalah alat item dalam penelitian ini menggunakan uji
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti validitas dengan membandingkan nilai r tabel
untuk mengumpulkan data yang digunakan dengan nilai r hitung. Reabilitas menunjukan
untuk mengetahui apakah instrumen tersebut pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
valid atau tidak dan reliabel atau cukup dapat dipercaya untuk digunakan
tidak.6Kuisioner yang digunakan merupakan sebagai alat pengumpulan data, karena
kuisioner tertutup di mana jawaban nya telah instrumen tersebut sudah baik.9 Uji reabilitas
tersedia sehingga responden tinggal memilih. digunakan untuk mengetahui kuesioner telah
Pengisian kuisioner dilakukan oleh responden reliabel atau belum. Suatu alat ukur dikatakan
sesuai dengan kuesioner yang telah disediakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu
oleh peneliti. gejala pada waktu berlainan senantiasa
menunjukan hasil yang sama.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner. Langkah pengumpulan data penelitian ini
Sebelum penyususnan instrument berupa dilakukan dengan cara membuat surat
kuesioner terlebih dahulu menyusun Blue permohonan izin pengambilan data dan izin
Print. Pengisian kuisioner tersebut dengan penelitian di posyandu Sirsak kelurahan
memberi tanda centang(√ ) pada jawaban yang Ciganjur yang dikeluarkan oleh kampus
dianggap benar. Variabel menerapkan Toilet STIKIM, mengajukan izin penelitian kepada
training dan kemapuan perkembangan anak Ka.Prodi untuk mengadakan penelitian,
usia 3-4 tahun yang diberikan kepada mengajukan izin penelitian kepada posyandu
responden menggunakan skala Guttman, Sirsak kelurahan Ciganjur mengadakan
sedangkan Untuk variabel motivasi ibu dan penelitian. Data yang dilakukan untuk
kesiapan mental ibu menggunakan skala penelitian adalah data primer yang di dapat
Likert. Sebelum digunakan dalam penelitian dari kuesioner, setelah data terkumpul
instrumen berupa kuesioner yang dibagikan dilakukan pengolahan data dan analisis data.
8

Metode analisis data yang digunakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
dalam penelitian ini adalah analisis univariat gambaran dari masalah yang sedang kita teliti.
dan analisis bivariat. Analisa univariat
Hasil
dilakukan untuk mendeskripsikan jawaban
kuesioner penelitian ke dalam bentuk tabel Analisis Univariat
(distribusi frekuensi) dan grafik. Analisa ini Tabel 1. Distribusi frekuensi toilet training,
dilakukan untuk mengetahui distribusi motivasi ibu, kesiapan mental ibu dan
frekuensi dari variabel independen/bebas dan kemampuan perkembangan anak di posyandu
variabel dependen/terikat.11 Data yang diproleh Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017.
akan diperiksa secara univariat, yaitu untuk
mengambarkan karakteristik sampel penelitian, Variabel (f) (%)
Toilet training
dimana kategori jawaban responden
Belom Mampu 30 50,0
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi Mampu 30 50,0
frekuensi masing- masing variabel.11 Dalam Motivasi ibu 46,7
penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk Lemah 28 53,3
melihat hubungan variabel bebas motivasi ibu, Kuat 32
kesiapan mental ibu dan kemampuan Kesiapan mental ibu 33 55,0
perkembangan anak dengan variabel terikat Belum Siap Mental 27 45,0
Siap Mental
yaitu menerapkan toilet training. Analisa
Sumber: Pengolahan SPSS tahun 2017
bivariat penelitian ini dengan menggunakan uji
chi square. Melalui uji statistik chi square akan Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui
diperoleh nilai p, dimana di dalam penelitian bahwa hasil penelitian Motivasi Ibu dari 60
ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. responden didapatkan toilet training pada anak
Penelitian antara dua variabel dikatakan usia 3-4 tahun belom mampu dalam
bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang menerapkan toilet training pada anak usia 3-4
berarti Ho ditolak yang berarti ada hubungan tahun sebanyak 30 orang (50,0%) dan toilet
bermakna antara variabel independen dan training pada anak usia 3-4 tahun mampu
variabel dependen dan Ha gagal diterima jika dalam menerapkan toilet training pada anak
mempunyai nilai p > 0,05 artinya tidak ada usia 3-4 tahun sebanyak 30 orang (50,0%).
hubungan yang bermakna antara variabel Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa
independen dengan variabel dependen.11 hasil penelitian Motivasi Ibu dari 60 responden
didapatkan ibu yang memiliki anak usia 3-4
Penelitian ini menggunakan penyajian
tahun termotivasi lemah dalam menerapkan
data secara narasi atau tertulis dalam
toilet training pada anak usia 3-4 tahun
pengumpulan data mulai dari pengambilan
sebanyak 28 orang (46,7%) dan ibu yang
sampel, pelaksanaan, pengumpulan data
memiliki anak usia 3-4 tahun termotivasi kuat
sampai hasil analisis yang berupa informasi
sebanyak 32 orang (53,3%). Berdasarkan tabel
dari pengumpulan data di sebuah penelitian
1 di atas, diketahui bahwa hasil penelitian
tersebut. Penyajian data dengan narasi
kesiapan mental Ibu yang memiliki anak usi 3-
mengandung pengertian bahwa hasil penelitian
4 tahun dari 60 responden didapatkan ibu yang
itu disampaikan menggunakan kalimat
belom siap mental dalam menerapkan toilet
penelitian. Penelitian ini juga menggunakan
training sebanyak 33 orang (55,0%) dan yang
penyajian data secara tabular atau table, yaitu
sudah siap mental sebanyak 27 orang (45,0%).
penyajian data dalam bentuk kumpulan angka
yang tersusun menurut kategori-kategori Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui
tertentu dan memberikan keterangan berbentuk bahwa hasil perkembangan anak dari 60
angka. Jenis yang digunakan dalam penelitian responden didapatkan anak yang suspect ada
ini adalah tabel distribusi frekuensi, dimana masalah sebanyak 29 orang (48,3%) dan tidak
data disusun dalam baris dan kolom dengan ada masalah sebanyak 29 orang (51,7%).
9

Analisis Bivariat variabel terikat yaitu menerapkan toilet


training. Analisa bivariat penelitian ini dengan
Analisa bivariat yang dilakukan terhadap
menggunakan uji chi square. Melalui uji
dua variabel yang diduga berhubungan atau
statistik chi square akan diperoleh nilai p,
berkorelasi. Seluruh analisi bivariat pada
dimana di dalam penelitian ini digunakan
penelitian ini mnggunakan bantuan
tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian
perhitungan komputer dengan program statistik
antara dua variabel dikatakan bermakna jika
SPSS versi 16. Untuk mengetahui hubungan
mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho
tersebut menggunakan rumus chie-square.
ditolak yang berarti ada hubungan bermakna
Dengan menggunakan drajat kepercayaan 95%
antara variabel independen dan variabel
dengan persisi 5% atau α = 0,05.
dependen dan Ha gagal diterima jika
Dalam penelitian ini analisis bivariat mempunyai nilai p > 0,05 artinya tidak ada
digunakan untuk melihat hubungan variabel hubungan yang bermakna antara variabel
bebas motivasi ibu, kesiapan mental ibu dan independen dengan variabel dependen.11
kemampuan perkembangan anak dengan

Tabel 2. Hubungan Motivasi ibu, kesiapan mental ibu dan kemampuan perkembangan anak di
posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017.
Toilet Training
Belum Belum Total
Variabel OR P-Value
Mampu Mampu
F % F % F %
Motivasi ibu
Lemah 17 28,3 11 11,3 28 100 3,4 0,042
Kuat 10 16,7 22 36,7 32 100 (1,17-9,86)
Kesiapan mental ibu
Belum Siap Mental 20 33,3 13 21,7 33 100 4.4 0,015
Siap Mental 7 11,7 20 33,3 27 100 (1,45– 13,31)
Kemampuan perkembangan anak
Suspect ada masalah 19 31,7 10 16,7 29 100 5.4 0,000
Tidakada masalah(normal) 8 13,3 23 38,3 31 100 (1,79– 16,58)
Sumber: Pengolahan SPSS tahun 2017
10

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis responden (13,3%) lainnya belum mampu


hubungan motivasi ibu dengan toilet training melaksanakan toilet training pada anak usia 3-
pada anak usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak 4 tahun.
kelurahan Ciganjur tahun 2017, diketahui dari
Berdasarkan table 2 hasil analisis
32 responden ibu yang motivasinya kuat dalam
hubungan perkembangan anak dengan toilet
menerapkan toilet training, sebanyak 22
training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu
(36,7%) diantaranya mampu menerapkan toilet
Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017,
training pada anak usia 3-4 tahun dan 10
diketahui dari 31 responden anak yang tidak
(16,7%) lainnya belom mampu menerapkan
ada masalah (normal) sebanyak 23 (38,3%)
toilet training pada anak usia 3-4 tahun. Hasil
diantaranya mampu melaksanakan toilet
uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,042
training pada anak usia 3-4 tahun dan 8
berarti nilai p ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan
responden (13,3%) lainnya belum mampu
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
melaksanakan toilet training pada anak usia 3-
motivasi ibu dengan toilet training pada anak
4 tahun.
usia 3-4 tahun. Hasil analisis diperoleh nilai
OR 3,4 artinya ibu yang motivasinya kuat Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
memiliki peluang 3,5 kali mampu dalam 0,005 berarti nilai p ≤ 0,05 maka dapat
menerapkan toilet training pada anak usia 3-4 disimpulkan bahwa ada hubungan yang
tahun dibandingkan ibu yang motivasinya signifikan antara kemampuan perkembangan
lemah. anak dalam menerapkan toilet training pada
anak usia 3-4 tahun. Hasil analisis diperoleh
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis nilai OR 5,4 artinya anak yang kemampuan
hubungan kesiapan mental ibu dengan toilet perkembangannya tidak ada masalah memiliki
training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu peluang 5,5 kali mampu dalam menerapkan
Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017, toilet training pada anak usia 3-4 tahun
diketahui dari 27 responden ibu yang siap dibandingkan anak yang kemampuan
mental, sebanyak 20 (33,3%) diantaranya perkembangannya tidak ada masalah (normal).
mampu menerapkan toilet training pada anak
usia 3-4 tahun dan 7 responden (11,7%) Pembahasan
lainnya belum mampu menerapkan toilet Hubungan Antara Motivasi Ibu Dalam
training pada anak usia 3-4 tahun. Hasil uji Menerapkan Toilet training Pada Anak Usia
statistik diperoleh nilai p = 0,015 berarti nilai p 3-4 Tahun
≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
Hasil analisis hubungan antara motivasi
hubungan yang signifikan antara kesiapan
ibu dengan toilet training menunjukkan ibu
mental ibu dengan toilet training pada anak
yang memiliki anak usia 3-4 tahun termotivasi
usia 3-4 tahun.
kuat serta mampu dalam menerapkan toilet
Hasil analisis diperoleh nilai OR 4.4 training pada anak usia 3-4 tahun, sebaliknya
artinya ibu yang belum siap mental memiliki ibu yang memiliki anak usia 3-4 tahun
peluang 4,5 kali belum mampu dalam termotivasi lemah belum mampu dalam
menerapkan toilet training pada anak usia 3-4 menerapkan toilet training pada anak usia 3-4
tahun dibandingkan ibu yang Hasil analisis tahun. Terdapat hubungan yang signifikan
hubungan perkembangan anak dengan toilet antara motivasi dalam menerapkan toilet
training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu training pada anak usia 3-4 tahun Posyandu
Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017, Sirsak tahun 2017. Ibu yang memiliki anak
diketahui dari 31 responden anak yang tidak yang termotivasi kuat memiliki peluang 3,5
ada masalah (normal) sebanyak 23 (38,3%) kali sertamampu dalam dalam menerapkan
diantaranya mampu melaksanakan toilet toilet training pada anak usia 3-4 tahun.
training pada anak usia 3-4 tahun dan 8
11

Kemampuan anak dalam toilet training toilet training pada anak dibandingkan ibu
atau mengontrol rasa ingin buang air kecil dan yang memiliki motivasi lemah.
buang air besar antara anak satu dengan anak
lain berbeda. Pencapaian tersebut tergantung Hubungan Antara Kesiapan Mental Ibu
dari beberapa faktor baik fisik maupun Dalam Menerapkan Toilet training Pada
psikologi. Sensasi untuk buang air besar lebih Anak Usia 3-4 Tahun
dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk Hasil analisis hubungan antara motivasi
mengkomunikasikan lebih dahulu dicapai anak dengan toilet training menunjukkan ibu yang
sedangkan kemampuan untuk mengontrol memiliki anak usia 3-4 tahun belum siap
buang air kecil biasanya baru akan tercapai mentalserta belom mampu dalam menerapkan
sampai usia anak empat sampai lima tahun.12 toilet training pada anak usia 3-4 tahun,
Sebelum memulai proses toilet training, sebaliknya ibu yang memiliki anak usia 3-4
orang tua harus mengidentifikasikan motivasi tahun sudah siap mental serta mampu dalam
yang mengharuskan untuk mengajari anaknya menerapkan toilet training pada anak usia 3-4
ke toilet. Misalnya orang tua memulai toilet tahun. Terdapat hubungan yang signifikan
training karena melihat anak temennya yang antara motivasi dalam menerapkan toilet
sudah memulai toilet training terlebih dahulu, training pada anak usia 3-4 tahun Posyandu
hal itu sebaiknya tidak dilakukan karena Sirsak tahun 2017. Ibu yang belum siap emntal
kesiapan anak dan orang tua berbeda-beda.13 memiliki peluang 4,5 kali sertabelom mampu
dalam dalam menerapkan toilet training pada
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian anak usia 3-4 tahun.
yang berjudul Hubungan Motivasi Dan
Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan Persiapan mental dapat menjadi yang
Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Pra paling sulit bagi orang tua. Kesabaran
Sekolah Tk Putra I Kelurahan Mariso Kota merupakan hal yang paling penting dalam
Makassar, berdasarkan data yang diperoleh proses Toilet training apapun metodenya.
dari 30 ibu siswa yang menjadi responden, Sehingga orang tua perlu meyakinkan dirinya
ditemukan bahwa tidak semua ibu melakukan untuk dapat mengontrol emosi dan terus
motivasi terhadap anaknya. Dari 30 ibu siswa bersabar sehingga anak tidak merasakan
hanya 25 ibu (83,3%) menyadari akan ketegangan dalam proses Toilet training yang
pentingnya motivasi tentang toilet training dan dapat membuat anak sulit berkosentrasi.7
mau melakukannya sedangkan ibu yang tidak Sikap positif dan optimis orang tua
melakukan motivasi tentang toilet training dapat membuat anak merasa semangat untuk
kepada anaknya sebanyak 5 orang (16,7%).14 berlatih, sebaliknya jika orang tua menunjukan
Menurut asumsi peneliti motivasi ibu yang rasa pesimis dan negatif selama proses Toilet
kuat dalam menerapkan toilet training pada training , maka anak akan merasa malas untuk
anak juga bisa didapatkan dari pengalaman berlatih.13
dalam diri ibu maupun dari luar, sehingga jika
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
ibu yang memliki motivasi kuat baik dari
yang berjudul Pengaruh Pemberian Stimulasi
dalam diri maupun dari luar berdampak pada
Ibu Terhadap Kesiapan Toilet Training Anak
toilet training pada anak. Ibu juga berperan
Toddler Di Desa Sukoreno Sentolo Kulon
penting sebagai pelatih bagi anak dalam buang
Progo Yogyakarta, distribusi frekuensi
air besar atau kecil secara bersih dan teratur,
perubahan kesiapan toilet training anak
memberikan contoh yang benar pada anak,
toddler pada kelompok eksperimen
memberikan motivasi dan pujian pada anak.
menunjukkan bahwa pada kategoribaik pretest
Hal ini dapat dibuktikan oleh penelitian diatas
sebanyak 9 orang (45%) sedangkan pada
yang menunjukan bahwa ibu yang memiliki
kategori cukup pretest sebanyak 11 orang
motivasi kuat lebih banyak dalam menerapkan
12

(55%) dan. Kategori kurang pretest sebanyak 0 cenderung ceroboh dalam melakukan kegiatan
orang (0%).15 sehari-hari.1
Menurut asumsi peneliti kesiapan mental ibu
Hal ini sejalan dengan penelitian, yang
juga dapat memegang peranan penting dalam
berjudul Gambaran Pelaksanaan Toilet
menerapkan toilet training pada anak karena
Training Pada Anak Penyandang Autisme
kondisi kesiapan mental ibu merupakan hasil
menyatakan bahwa sebagian besar orang tua
tumbuh kembang sepanjang hidup dan
memberikan reinforcement positif selama toilet
diperkuat oleh pengalaman sehari-hari.
training anaknya. Reinforcerment positif yang
Semakin tua umur seseorang, maka
diberikan orang tua dalam penelitian ini
pengalaman akan bertambah sehingga akan
berbentuk hadiah, pujian, pelukan, cap
meningkatnya pengetahuan akan suatu objek.
bintang, makanan, minuman, mainan atau
Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap
barang lainnya yang anak suka. Orang tua
kesiapan mental ibu dalam menerapkan toilet
berfikir bahwa ini merupakan suatu cara untuk
training pada anak. Dapat dibuktikan oleh
memotivasi toilet training anak agar berjalan
penelitian diatas yang menunjukan bahwa ibu
dengan baik.17
yang sudah siap mental lebih banyak dalam
menerapkan toilet training pada anak Peneliti beramsusi kemampuan perkembangan
dibandingkan ibu yang belum siap mental. anak tidak ada masalah (normal) dalam
menerapkan toilet training karena anak akan
Hubungan Antara Kemampuan meniru sesuatu berdasarkan apa yang mereka
Perkembangan Anak Dalam Menerapkan lihat, dengar atau alami. Ibu dapat
Toilet training Pada Anak Usia 3-4 Tahun menggunakan teknik modelling dan
Hasil analisis hubungan antara melibatkan ayah sebagai salah satu cara untuk
kemampuan perkembangan anak dengan toilet melatih anak dalam melakukan toilet training
training yang dianggap tidak ada masalah dengan memberikan contoh, seperti figur ayah
(normal) serta mampu dalam menerapkan sebagai contoh anak laki-laki dan figur ibu
toilet training, sebaliknya kemampuan sebagai contoh bagi anak perempuan etika
perkembangan anak yang dicurigai ada melakukan buang air kecil dan besar. Hal ini
masalah (suspect) belum mampu dalam dapat dibuktikan oleh penelitian diatas yang
menerapkan toilet training. Terdapat hubungan menunjukan kemampuan perkembangan anak
yang signifikan antara kemampuan tidak ada masalah (normal) lebih tinngi
perkembangan anak dalam menerapkan toilet dibandingkan kemampuan perkembangan anak
training pada anak usia 3-4 tahun Posyandu suspect ada masalah.
Sirsak tahun 2017. Kemampuan perkembangan
Kesimpulan
anak yang dianggap tidak ada masalah
(normal) memiliki peluang 5,5 kali serta Berdasarkan hasil penelitian dan
mampu dalam dalam menerapkan toilet pembahasan yang telah diuraikan pada bab
training pada anak usia 3-4 tahun. sebelumnya mengenai Hubungan Motivasi Ibu,
Kesiapan Mental Ibu Dan Kemampuan
Anak sudah dapat ke toilet sendiri pada
Perkembangan Anak Dalam Menerapkan
usia 2-3 tahun, anak mulai terbiasa pada usia
Toilet Training Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di
3-4 tahun untuk membersihkan kotoran setelah
Posyandu Sirsak Kelurahan Ciganjur, hasil
buang air besar dan buang air kecil dan tidak
analisis bivariat menggunakan uji Chi
lupa untuk mencuci tangan setelah buang air
besar dan buang air kecil.16 Square dengan α 0,05 diperoleh motivasi
ibu p-value 0,042 dengan OR 3,4,
Dampak dari kegagalan toilet training
kesiapan mental ibu p-value 0,015 dengan
juga dapat menyebabkan anak menjadi kurang
OR 4,4, kemampuan perkembangan anak
mandiri, memiliki sikap egois, keras kepala,
p-value 0,005 dengan OR 5,4 dapat
13

disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi Daftar Pustaka


ibu, kesiapan mental ibu dan kemampuan 1. Hidayat AAA. Pengantar Ilmu
perkembangan anak dalam menerapkan toilet Keperawatan Anak, cetakan ketiga. Jakarta:
training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu Salemba Medika; 2008.
sirsak kelurahan ciganjur. 2. Gilbert J. Latihan Toilet. Jakarta:
Erlangga ; 2003.
Saran 3. Munawaroh S. Perilaku Ibu Dalam
Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih Memulai Toilet Training pada Todler (1-3
komprehensif lagi dengan menambah banyak tahun) di Posyandu Nglodo Desa Bancar
Bungkal Ponorogo. KTI. Ponorogo: FIK
variabel independen yang bervariasi dan belum
Unmuh Ponorogo ; 2011.
diteliti sehingga ilmu yang didapat lebih luas 4. Warga W. Toilet Training. Student of
mengenai toilet training pada anak. Journalism Universitas Gunadarma ; 2007.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai [Online] Available at :
http:wartawarga.gunadarma.ac.id200912toilet-
bahan referensi dan sebagai data dasar bahan
training-pada-anak. [Accessed 25 April 2017].
pengajaran bagi penelitian selanjutnya. 5. Subagyo AS dan Widajati S. Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian ini, Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol 1, No.2
diharapkan posyandu Sirsak kelurahan ; 2010.
6. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku
Ciganjur dapat memberikan penyuluhan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2003.
dengan bekerjasama dengan puskesmas 7. Sonna L. The Everything Potty Training
tentang toilet training untuk meningkatkan Book. Avon, USA. F+W : Publications. Inc ;
fase kemandirian pada anak. 2003.
Dapat mengetahui informasi dan wawasan Wahyuningtyas D. Hubungan Stimulasi Orang Tua
khususnya tentang toilet training pada anak Tentang Toilet Training DenganKemandirian Anak
sehingga ibu dapat melakukan secara efektif Dalam mengontrol
serta keluarga dapat turut berperan aktif dalam
menerapkan toilet training pada anak.
BAB dan BAK Pada Usia 3 – 4 Tahun. KTI. Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Pra
Madura : Kebidanan Ngudia Husada Madura Sekolah Tk Putra I Kelurahan Mariso Kota
; 2009. Makassar. Skripsi. Makasar : Sekolah Tinggi
8. Arikunto S. Prosedur Penelitian Ilmu kesehatan (STIK) Makassar ; 2014.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan 14. Nur R. Pengaruh Pemberian Stimulasi
Praktik. Jakarta; Rineka Cipta ; 2010. Ibu Terhadap Kesiapan Toilet Training Anak
9. Prof Dr. Taniredja dan Mustafidah. Toddler Di Desa Sukoreno Sentolo Kulon
Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar). Progo Yogyakarta. Skripsi Yogyakarta :
Jakarta: alfabeta ; 2011. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
10. Prasetiyo J. Evakuasi dan Remediasi Yogyakarta ; 2015.
Belajar. Jakarta : Trans Info Media ; 2013. 15. Wong LD. Buku Ajar Keperawatan
11. Supartini Y. Konsep Dasar Keperawatan Pediatrik Wong, edisi 6. Jakarta: EGC ;
Anak. Jakarta : EGC; 2004. 2009.
12. Williamson M. The Complete Guide to
Potty Training Children. Florida : Atlantic Frima L. Gambaran Pelaksanaan Toilet Training
Publishing Group ; 2013. Pada Anak Penyandang Autisme. Skripsi. Riau :
Universitas Riau ; 2013
13. Atira R. Hubungan Motivasi Dan
Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan
.

S-ar putea să vă placă și