Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH :
ASRI KHOIRUNNISA
10.13.000.256
JAKARTA
2017
1
1,2
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610, Indonesia
Telp : (021) 78894045 Email : asrikhoirunisa2@gmail.com1, kuswatipatras@gmail.com2
Abstrak
Menerapkan toilet training yang dapat dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yaitu dengan menggunakan
teknik lisan , teknik memilih tempat untuk eliminasi dan beberapa teknik lainnya. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan program toilet training antara lain motivasi orang tua dan kesiapan anak secara fisik, psikologis
maupun secara intelektual. Tujuan penelitian mengetahui hubungan motivasi, kesiapan mental ibu dan
kemampuan perkembangan anak dalam menerapkan Toilet training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak
kelurahan ciganjur tahun 2017. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Sampel
yang digunakan sebanyak 60 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian data dianalisis menggunakan uji chi square dan diolah
menggunakan metode SPSS. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dengan α 0,05 diperoleh
motivasi ibu p-value= 0,042 dengan OR=3,4, kesiapan mental ibu p-value=0,015 dengan OR=4,4,kemampuan
perkembangan anak p-value=0,005 dengan OR=5,4.Kesimpulan terdapat hubungan motivasi ibu, kesiapan
mental ibu dan kemampuan perkembangan anak dengan toilet training pada anak usia 3-4 tahun di posyandu
Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017, oleh karena itu di sarankan posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur dapat
memberikan penyuluhan, bekerjasama dengan puskesmas tentang toilet training sehingga meningkatkan fase
kemandirian pada anak dan ibu dapat mengetahui informasi dan wawasan khususnya tentang toilet training pada
anak sehingga dapat melakukan secara efektif serta keluarga dapat turut berperan aktif dalam menerapkan toilet
training pada anak.
Abstract
Applying toilet training that can be done by parents to their children is by using oral techniques, techniques to
choose a place for elimination and some other techniques. Factors that influence the success of the toilet
training program include parent motivation and child's readiness physically, psychologically as well as
intellectually. The purpose of this research is to know the correlation between motivation, mother's mental
readiness and the ability of child development in applying Toilet training at 3-4 years old at posyandu of
saturated ciganjur sub-district in 2017. The research type is analytic descriptive with cross sectional method.
The sample used is 60 respondents. The sampling technique used is the total sampling technique. Data were
collected using questionnaire, then data were analyzed using chi square test and processed using SPSS method.
The result of bivariate analysis using Chi Square test with α5% obtained by mother's motivation p-value = 0,042
and OR = 3,4, mother's mental readiness p-value = 0,015 and OR = 4,4, child development ability p-value =
0,005 and OR = 5.4. Conclusion there is relationship of mother motivation, mother's mental readiness and
ability of child development with toilet training at child age 3-4 year at posyandu of saturation of kelurahan
Ciganjur year 2017, therefore suggested posyandu Sirsak sub-district Ciganjur can give counseling, in
cooperation with puskesmas about toilet training thereby increasing the phase of independence in children.
mengajarkan serta memotivasi anak untuk menyuruh anaknya untuk pergi ke toilet tetapi
BAB dan BAK secara bersih dan benar.1 tetap saja anaknya masih mengompol, dan
hanya 2orang (20%) ibu yang menyuruh dan
Persiapan mental dapat menjadi yang
mengajak anaknya pergi ke toilet dan diketahui
paling sulit bagi orang tua. Kesabaran
anaknya jarang mengompol.
merupakan hal yang paling penting dalam
proses Toilet training apapun metodenya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Sehingga orang tua perlu meyakinkan dirinya mengetahui hubungan motivasi, kesiapan
untuk dapat mengontrol emosi dan terus mental ibu dan kemampuan perkembangan
bersabar sehingga anak tidak merasakan anak dalam menerapkan toilet training pada
ketegangan dalam proses Toilet training yang anak usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak
dapat membuat anak sulit berkosentrasi.6 kelurahan Ciganjur tahun 2017.
Konsep toilet training memang belum Metode
banyak dipahami dikalangan masyarakat, hal
Penelitian ini dilakukan dengan
ini disebabkan karena informasi terkait tentang
menggunakan metode penelitian kuantitatif
toilet training tidak dikenalkan secara umum
dengan desain penelitian cross sectional.
dimasyarakat sedangkan fenomena yang terjadi
Desain penelitian cross sectional yaitu suatu
di masyarakat akibat dari konsep toilet
rancangan penelitian yang diarahkan untuk
training yang tidak diajarkan secara benar atau
mendeskripsikan atau menguraikan suatu
kurang tepat sangatlah tidak sedikit hal ini
keadaan yang dilakukan dalam waktu
karena dampak negative yang ditimbulkan
bersamaan.6 Alasan menggunakan desain
tidaklah dapat dilihat secara langsung, ini yang
tersebut dalam penelitian ini adalah untuk
menyebabkan konsep toilet training dipandang
mengetahui hubungan motivasi, kesiapan
tidaklah penting dalam tahap perkembangan
mental ibu dan kemampuan perkembangan
anak usia toddler.
anak dalam menerapkan toilet training pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan anak usia 3-4 tahun di posyandu sirsak
Dwi Wahyuni yang berjudul “Hubungan kelurahan ciganjurtahun 2017.
Stimulasi Orang Tua Tentang Toilet training
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Dengan Kemandirian Anak Dalam mengontrol
Juni - November 2017 di posyandu Sirsak
BAB dan BAK Pada Usia 3 – 4 Tahun” yang
kelurahan Ciganjur. Populasi dalam penelitian
didapatkan bahwa mayoritas responden
ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak
memiliki anak yang sangat mandiri dalam
dengan kriteria usia 3-4 tahun di posyandu
mengontrol BAB dan BAK yaitu sebanyak 23
kelurahan Ciganjur yang berjumlah 60 orang.
orang (41,8%). Berdasarkan data dari hasil
kuesioner mayoritas anak sudah dapat melepas Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
dan memakai pakaiannya sendiri setelah BAB karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
dan BAK, tidak mengompol dan BAB Berdasarkan pengertian diatas maka sampel
sembarangan lagi dan anak sudah adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
membiasakan diri mencuci tangan setelah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
BAB dan BAK.7 seluruh populasi.9 Tehnik pengambilan sampel
yaitu total populasi sampling, teknik sampling
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dalam penelitian ini adalah non probability
dilakukan oleh peneliti di Posyandu Sirsak
sampling dengan jenis total sampling yaitu
Kelurahan Ciganjur pada tanggal 28 Februari
seluruh populasi diambil untuk dijadikan
2017 kepada 10 orang ibu yang memiliki anak
sebagai sampel. Hakikatnya dari pengambilan
usia 3-4 tahun secara random, didapatkan hasil
sampel secara keseluruhan dari populasi
bahwa 5 orang (50%) ibu tidak mengajarkan
mempunyai kesempatan yang sama sebagai
anak pergi ke toilet dan membiarkan anaknya
sampel.6 Dengan demikian maka peneliti
mengompol, 3 orang (30%) ibu telah
mengambil sampel dari seluruh ibu yang
7
memiliki anak dengan kriteria usia 3-4 tahun di dan diisi oleh 60 calon responden untuk diuji
posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur sebanyak cobakan dengan maksud menjaga validitas dan
60 orang. Kriteria inklusi dan eksklusi sampel realibilitas dari instrumen tersebut, sehingga
dalam penelitian ini adalah: (1) Kriteria Inklusi maksud dari instrumen menjadi jelas dan
adalah kriteria yang perlu dipenuhi setiap mudah dipahami oleh responden yang akan
anggota populasi yang dapat diambil menjadi mengisinya. Uji validitas dan realibilitas diolah
sampel6 di dalam penelitian ini yaitu seluruh menggunakan SPSS statistics 16. Soal
ibu yang memiliki anak usia 3-4 tahun di pertanyaan dalam instrumen yang dinyatakan
posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur. (2) tidak valid tidak boleh dituangkan dalam
Kriteria non insklusi adalah karakteristik yang instrumen dari masing-masing variabel.
tidak termasuk ke dalam penelitian. di dalam
Validitas berasal dari kata validity yang
penelitian ini yaitu seluruh ibu yang tidak
mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan
memiliki anak usia 3-4 tahun di posyandu
kecermataan suatu alat ukur dalam mengukur
Sirsak kelurahan Ciganjur. (3) Kriteria Kreteria
suatu data.10 Uji validitas digunakan untuk
Eksklusi adalah menghilangkan atau
mengukur relevan tidaknya pengukuran
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
pengamatan yang dilakukan pada penelitian.
inklusi dari penelitian karena sebab- sebab
Pada pengujian validitas kuesioner dilakukan
tertentu.10 Kriteria eksklusi yaitu, Ibu yang
dengan uji skor (Nilai) tiap-tiap item
memiliki anak usia 3-4 tahun tetapi tidak
pertanyaan terhadap skor total seluruh
tinggal di daerah posyandu Sirsak kelurahan
pertanyaan dengan menggunakan Uji Product
Ciganjur dan Ibu yang tidak memiliki anak
Moment. Sebuah instrument dikatakan valid
usia 3-4 tahun di posyandu Sirsak kelurahan
apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
Ciganjur.
hendak diukur. Untuk mengetahui validitas
Instrumen pengumpulan data adalah alat item dalam penelitian ini menggunakan uji
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti validitas dengan membandingkan nilai r tabel
untuk mengumpulkan data yang digunakan dengan nilai r hitung. Reabilitas menunjukan
untuk mengetahui apakah instrumen tersebut pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
valid atau tidak dan reliabel atau cukup dapat dipercaya untuk digunakan
tidak.6Kuisioner yang digunakan merupakan sebagai alat pengumpulan data, karena
kuisioner tertutup di mana jawaban nya telah instrumen tersebut sudah baik.9 Uji reabilitas
tersedia sehingga responden tinggal memilih. digunakan untuk mengetahui kuesioner telah
Pengisian kuisioner dilakukan oleh responden reliabel atau belum. Suatu alat ukur dikatakan
sesuai dengan kuesioner yang telah disediakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu
oleh peneliti. gejala pada waktu berlainan senantiasa
menunjukan hasil yang sama.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner. Langkah pengumpulan data penelitian ini
Sebelum penyususnan instrument berupa dilakukan dengan cara membuat surat
kuesioner terlebih dahulu menyusun Blue permohonan izin pengambilan data dan izin
Print. Pengisian kuisioner tersebut dengan penelitian di posyandu Sirsak kelurahan
memberi tanda centang(√ ) pada jawaban yang Ciganjur yang dikeluarkan oleh kampus
dianggap benar. Variabel menerapkan Toilet STIKIM, mengajukan izin penelitian kepada
training dan kemapuan perkembangan anak Ka.Prodi untuk mengadakan penelitian,
usia 3-4 tahun yang diberikan kepada mengajukan izin penelitian kepada posyandu
responden menggunakan skala Guttman, Sirsak kelurahan Ciganjur mengadakan
sedangkan Untuk variabel motivasi ibu dan penelitian. Data yang dilakukan untuk
kesiapan mental ibu menggunakan skala penelitian adalah data primer yang di dapat
Likert. Sebelum digunakan dalam penelitian dari kuesioner, setelah data terkumpul
instrumen berupa kuesioner yang dibagikan dilakukan pengolahan data dan analisis data.
8
Metode analisis data yang digunakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
dalam penelitian ini adalah analisis univariat gambaran dari masalah yang sedang kita teliti.
dan analisis bivariat. Analisa univariat
Hasil
dilakukan untuk mendeskripsikan jawaban
kuesioner penelitian ke dalam bentuk tabel Analisis Univariat
(distribusi frekuensi) dan grafik. Analisa ini Tabel 1. Distribusi frekuensi toilet training,
dilakukan untuk mengetahui distribusi motivasi ibu, kesiapan mental ibu dan
frekuensi dari variabel independen/bebas dan kemampuan perkembangan anak di posyandu
variabel dependen/terikat.11 Data yang diproleh Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017.
akan diperiksa secara univariat, yaitu untuk
mengambarkan karakteristik sampel penelitian, Variabel (f) (%)
Toilet training
dimana kategori jawaban responden
Belom Mampu 30 50,0
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi Mampu 30 50,0
frekuensi masing- masing variabel.11 Dalam Motivasi ibu 46,7
penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk Lemah 28 53,3
melihat hubungan variabel bebas motivasi ibu, Kuat 32
kesiapan mental ibu dan kemampuan Kesiapan mental ibu 33 55,0
perkembangan anak dengan variabel terikat Belum Siap Mental 27 45,0
Siap Mental
yaitu menerapkan toilet training. Analisa
Sumber: Pengolahan SPSS tahun 2017
bivariat penelitian ini dengan menggunakan uji
chi square. Melalui uji statistik chi square akan Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui
diperoleh nilai p, dimana di dalam penelitian bahwa hasil penelitian Motivasi Ibu dari 60
ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. responden didapatkan toilet training pada anak
Penelitian antara dua variabel dikatakan usia 3-4 tahun belom mampu dalam
bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang menerapkan toilet training pada anak usia 3-4
berarti Ho ditolak yang berarti ada hubungan tahun sebanyak 30 orang (50,0%) dan toilet
bermakna antara variabel independen dan training pada anak usia 3-4 tahun mampu
variabel dependen dan Ha gagal diterima jika dalam menerapkan toilet training pada anak
mempunyai nilai p > 0,05 artinya tidak ada usia 3-4 tahun sebanyak 30 orang (50,0%).
hubungan yang bermakna antara variabel Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa
independen dengan variabel dependen.11 hasil penelitian Motivasi Ibu dari 60 responden
didapatkan ibu yang memiliki anak usia 3-4
Penelitian ini menggunakan penyajian
tahun termotivasi lemah dalam menerapkan
data secara narasi atau tertulis dalam
toilet training pada anak usia 3-4 tahun
pengumpulan data mulai dari pengambilan
sebanyak 28 orang (46,7%) dan ibu yang
sampel, pelaksanaan, pengumpulan data
memiliki anak usia 3-4 tahun termotivasi kuat
sampai hasil analisis yang berupa informasi
sebanyak 32 orang (53,3%). Berdasarkan tabel
dari pengumpulan data di sebuah penelitian
1 di atas, diketahui bahwa hasil penelitian
tersebut. Penyajian data dengan narasi
kesiapan mental Ibu yang memiliki anak usi 3-
mengandung pengertian bahwa hasil penelitian
4 tahun dari 60 responden didapatkan ibu yang
itu disampaikan menggunakan kalimat
belom siap mental dalam menerapkan toilet
penelitian. Penelitian ini juga menggunakan
training sebanyak 33 orang (55,0%) dan yang
penyajian data secara tabular atau table, yaitu
sudah siap mental sebanyak 27 orang (45,0%).
penyajian data dalam bentuk kumpulan angka
yang tersusun menurut kategori-kategori Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui
tertentu dan memberikan keterangan berbentuk bahwa hasil perkembangan anak dari 60
angka. Jenis yang digunakan dalam penelitian responden didapatkan anak yang suspect ada
ini adalah tabel distribusi frekuensi, dimana masalah sebanyak 29 orang (48,3%) dan tidak
data disusun dalam baris dan kolom dengan ada masalah sebanyak 29 orang (51,7%).
9
Tabel 2. Hubungan Motivasi ibu, kesiapan mental ibu dan kemampuan perkembangan anak di
posyandu Sirsak kelurahan Ciganjur tahun 2017.
Toilet Training
Belum Belum Total
Variabel OR P-Value
Mampu Mampu
F % F % F %
Motivasi ibu
Lemah 17 28,3 11 11,3 28 100 3,4 0,042
Kuat 10 16,7 22 36,7 32 100 (1,17-9,86)
Kesiapan mental ibu
Belum Siap Mental 20 33,3 13 21,7 33 100 4.4 0,015
Siap Mental 7 11,7 20 33,3 27 100 (1,45– 13,31)
Kemampuan perkembangan anak
Suspect ada masalah 19 31,7 10 16,7 29 100 5.4 0,000
Tidakada masalah(normal) 8 13,3 23 38,3 31 100 (1,79– 16,58)
Sumber: Pengolahan SPSS tahun 2017
10
Kemampuan anak dalam toilet training toilet training pada anak dibandingkan ibu
atau mengontrol rasa ingin buang air kecil dan yang memiliki motivasi lemah.
buang air besar antara anak satu dengan anak
lain berbeda. Pencapaian tersebut tergantung Hubungan Antara Kesiapan Mental Ibu
dari beberapa faktor baik fisik maupun Dalam Menerapkan Toilet training Pada
psikologi. Sensasi untuk buang air besar lebih Anak Usia 3-4 Tahun
dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk Hasil analisis hubungan antara motivasi
mengkomunikasikan lebih dahulu dicapai anak dengan toilet training menunjukkan ibu yang
sedangkan kemampuan untuk mengontrol memiliki anak usia 3-4 tahun belum siap
buang air kecil biasanya baru akan tercapai mentalserta belom mampu dalam menerapkan
sampai usia anak empat sampai lima tahun.12 toilet training pada anak usia 3-4 tahun,
Sebelum memulai proses toilet training, sebaliknya ibu yang memiliki anak usia 3-4
orang tua harus mengidentifikasikan motivasi tahun sudah siap mental serta mampu dalam
yang mengharuskan untuk mengajari anaknya menerapkan toilet training pada anak usia 3-4
ke toilet. Misalnya orang tua memulai toilet tahun. Terdapat hubungan yang signifikan
training karena melihat anak temennya yang antara motivasi dalam menerapkan toilet
sudah memulai toilet training terlebih dahulu, training pada anak usia 3-4 tahun Posyandu
hal itu sebaiknya tidak dilakukan karena Sirsak tahun 2017. Ibu yang belum siap emntal
kesiapan anak dan orang tua berbeda-beda.13 memiliki peluang 4,5 kali sertabelom mampu
dalam dalam menerapkan toilet training pada
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian anak usia 3-4 tahun.
yang berjudul Hubungan Motivasi Dan
Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan Persiapan mental dapat menjadi yang
Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Pra paling sulit bagi orang tua. Kesabaran
Sekolah Tk Putra I Kelurahan Mariso Kota merupakan hal yang paling penting dalam
Makassar, berdasarkan data yang diperoleh proses Toilet training apapun metodenya.
dari 30 ibu siswa yang menjadi responden, Sehingga orang tua perlu meyakinkan dirinya
ditemukan bahwa tidak semua ibu melakukan untuk dapat mengontrol emosi dan terus
motivasi terhadap anaknya. Dari 30 ibu siswa bersabar sehingga anak tidak merasakan
hanya 25 ibu (83,3%) menyadari akan ketegangan dalam proses Toilet training yang
pentingnya motivasi tentang toilet training dan dapat membuat anak sulit berkosentrasi.7
mau melakukannya sedangkan ibu yang tidak Sikap positif dan optimis orang tua
melakukan motivasi tentang toilet training dapat membuat anak merasa semangat untuk
kepada anaknya sebanyak 5 orang (16,7%).14 berlatih, sebaliknya jika orang tua menunjukan
Menurut asumsi peneliti motivasi ibu yang rasa pesimis dan negatif selama proses Toilet
kuat dalam menerapkan toilet training pada training , maka anak akan merasa malas untuk
anak juga bisa didapatkan dari pengalaman berlatih.13
dalam diri ibu maupun dari luar, sehingga jika
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
ibu yang memliki motivasi kuat baik dari
yang berjudul Pengaruh Pemberian Stimulasi
dalam diri maupun dari luar berdampak pada
Ibu Terhadap Kesiapan Toilet Training Anak
toilet training pada anak. Ibu juga berperan
Toddler Di Desa Sukoreno Sentolo Kulon
penting sebagai pelatih bagi anak dalam buang
Progo Yogyakarta, distribusi frekuensi
air besar atau kecil secara bersih dan teratur,
perubahan kesiapan toilet training anak
memberikan contoh yang benar pada anak,
toddler pada kelompok eksperimen
memberikan motivasi dan pujian pada anak.
menunjukkan bahwa pada kategoribaik pretest
Hal ini dapat dibuktikan oleh penelitian diatas
sebanyak 9 orang (45%) sedangkan pada
yang menunjukan bahwa ibu yang memiliki
kategori cukup pretest sebanyak 11 orang
motivasi kuat lebih banyak dalam menerapkan
12
(55%) dan. Kategori kurang pretest sebanyak 0 cenderung ceroboh dalam melakukan kegiatan
orang (0%).15 sehari-hari.1
Menurut asumsi peneliti kesiapan mental ibu
Hal ini sejalan dengan penelitian, yang
juga dapat memegang peranan penting dalam
berjudul Gambaran Pelaksanaan Toilet
menerapkan toilet training pada anak karena
Training Pada Anak Penyandang Autisme
kondisi kesiapan mental ibu merupakan hasil
menyatakan bahwa sebagian besar orang tua
tumbuh kembang sepanjang hidup dan
memberikan reinforcement positif selama toilet
diperkuat oleh pengalaman sehari-hari.
training anaknya. Reinforcerment positif yang
Semakin tua umur seseorang, maka
diberikan orang tua dalam penelitian ini
pengalaman akan bertambah sehingga akan
berbentuk hadiah, pujian, pelukan, cap
meningkatnya pengetahuan akan suatu objek.
bintang, makanan, minuman, mainan atau
Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap
barang lainnya yang anak suka. Orang tua
kesiapan mental ibu dalam menerapkan toilet
berfikir bahwa ini merupakan suatu cara untuk
training pada anak. Dapat dibuktikan oleh
memotivasi toilet training anak agar berjalan
penelitian diatas yang menunjukan bahwa ibu
dengan baik.17
yang sudah siap mental lebih banyak dalam
menerapkan toilet training pada anak Peneliti beramsusi kemampuan perkembangan
dibandingkan ibu yang belum siap mental. anak tidak ada masalah (normal) dalam
menerapkan toilet training karena anak akan
Hubungan Antara Kemampuan meniru sesuatu berdasarkan apa yang mereka
Perkembangan Anak Dalam Menerapkan lihat, dengar atau alami. Ibu dapat
Toilet training Pada Anak Usia 3-4 Tahun menggunakan teknik modelling dan
Hasil analisis hubungan antara melibatkan ayah sebagai salah satu cara untuk
kemampuan perkembangan anak dengan toilet melatih anak dalam melakukan toilet training
training yang dianggap tidak ada masalah dengan memberikan contoh, seperti figur ayah
(normal) serta mampu dalam menerapkan sebagai contoh anak laki-laki dan figur ibu
toilet training, sebaliknya kemampuan sebagai contoh bagi anak perempuan etika
perkembangan anak yang dicurigai ada melakukan buang air kecil dan besar. Hal ini
masalah (suspect) belum mampu dalam dapat dibuktikan oleh penelitian diatas yang
menerapkan toilet training. Terdapat hubungan menunjukan kemampuan perkembangan anak
yang signifikan antara kemampuan tidak ada masalah (normal) lebih tinngi
perkembangan anak dalam menerapkan toilet dibandingkan kemampuan perkembangan anak
training pada anak usia 3-4 tahun Posyandu suspect ada masalah.
Sirsak tahun 2017. Kemampuan perkembangan
Kesimpulan
anak yang dianggap tidak ada masalah
(normal) memiliki peluang 5,5 kali serta Berdasarkan hasil penelitian dan
mampu dalam dalam menerapkan toilet pembahasan yang telah diuraikan pada bab
training pada anak usia 3-4 tahun. sebelumnya mengenai Hubungan Motivasi Ibu,
Kesiapan Mental Ibu Dan Kemampuan
Anak sudah dapat ke toilet sendiri pada
Perkembangan Anak Dalam Menerapkan
usia 2-3 tahun, anak mulai terbiasa pada usia
Toilet Training Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di
3-4 tahun untuk membersihkan kotoran setelah
Posyandu Sirsak Kelurahan Ciganjur, hasil
buang air besar dan buang air kecil dan tidak
analisis bivariat menggunakan uji Chi
lupa untuk mencuci tangan setelah buang air
besar dan buang air kecil.16 Square dengan α 0,05 diperoleh motivasi
ibu p-value 0,042 dengan OR 3,4,
Dampak dari kegagalan toilet training
kesiapan mental ibu p-value 0,015 dengan
juga dapat menyebabkan anak menjadi kurang
OR 4,4, kemampuan perkembangan anak
mandiri, memiliki sikap egois, keras kepala,
p-value 0,005 dengan OR 5,4 dapat
13